Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132307 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Zen Zaidan
"Latar Belakang. Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi di dunia. Pada saat ini, pengobatan kanker payudara masih memiliki banyak efek samping yang mengganggu bagi pasien kanker. Oleh karena itu, tanaman herbal banyak diteliti untuk mengetahui efek antikanker. Andrographis paniculata (AP) merupakan salah satu tanaman herbal yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker karena mengandung metabolit sekunder. Kandungan metabolit sekunder banyak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, termasuk lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas antioksidan dan antikanker dari ekstrak AP dari Kebun Herbal B2P2TOOT Tawangmangu dan Kebun Biofarmaka Bogor. Metode. Uji antioksidan dilakukan dengan DPPH assay dengan vitamin C sebagai kontrol positif. Uji antikanker dilakukan dengan MTT assay pada sel model MCF-7 dengan doxorubicin sebagai kontrol positif. Hasil. Uji antioksidan ekstrak AP dari Kebun Herbal B2P2TOOT memiliki IC50 187,662±38,941 ppm sedangkan dari Kebun Biofarmaka Bogor memiliki IC50 256,823±32,353 ppm dengan kontrol positif vitamin C memiliki IC50 0,572±0,0003 ppm. Uji antikanker ekstrak AP dari Kebun Herbal B2P2TOOT memiliki IC50 24,898±4,785 ppm sedangkan dari Kebun Biofarmaka Bogor memiliki IC50 130,057±18,752 ppm dengan kontrol positif doxorubicin memiliki IC50 25,123±6,088 ppm. Kesimpulan. Ekstrak AP dari Kebun B2P2TOOT memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak AP dari Kebun Biofarmaka Bogor. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah metabolit sekunder pada kedua ekstrak yang dipengaruhi oleh kondisi geografis dan perawatan tanaman.

Introduction. Breast cancer is a type of cancer with a high prevalence in the world. Currently, breast cancer treatment still has many serious side effects for the patients. Therefore, herbal plants have been widely studied to determine their anticancer effects. Andrographis paniculata (AP) is a herbal plant that is known to have antioxidant and anticancer activity because it contains plenty of secondary metabolites. However, the content of secondary metabolites is influenced by internal and external factors, including the environment. This study aims to determine the differences in antioxidant and anticancer activity of AP extracts from the Tawangmangu B2P2TOOT Herbal Garden and the Bogor Biofarmaka Garden. Method. The antioxidant test was carried out using the DPPH assay with vitamin C as a positive control. The anticancer test was carried out by MTT assay on MCF-7 model cells with doxorubicin as a positive control. Results. The antioxidant test of the AP extract from the B2P2TOOT Herbal Garden had an IC50 value of 187.662±38.941 ppm while the one from the Bogor Biofarmaka Garden had an IC50 values of 256.823±32.353 ppm with the positive control vitamin C having an IC50 values of 0.572±0.0003 ppm. The anticancer test for AP extract from the B2P2TOOT Herbal Garden had an IC50 values of 24,898±4,785 ppm, while that from the Bogor Biofarmaka Garden had an IC50 of 130,057±18,752 ppm with the positive control doxorubicin having an IC50 values of 25,123±6,088 ppm. Conclusion. The AP extract from the B2P2TOOT Garden has better antioxidant and anticancer activity compared to the AP extract from the Bogor Biopharmaca Garden. This could be caused by differences in the concentration of secondary metabolites in the two extracts which are influenced by geographical conditions and plant care."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katerina Evelyn
"Misel kasein sebagai polimer biodegradable telah digunakan sebagai penyalut ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) yang mengandung senyawa andrografolida sebagai sediaan anti-diabetes berbasis bahan alam. Pelepasan in vitro sediaan diteliti dengan menganalisis degradasi kasein pada media sintetik fluida lambung dan usus halus dengan kehadiran enzim protease pepsin dan pankreatin. Pada pencernaan dalam media sintetik fluida lambung selama 2 jam dengan rasio berat substat:enzim optimum (S:E) 5:1, profil degradasi kasein cenderung memberikan profil burst release selama kurang dari 30 menit pencernaan. Dengan adanya ekstrak sambiloto di dalam misel kasein, memperlambat degradasi kasein pada media fluida sintetik lambung. Pada pencernaan dalam media sintetik fluida usus halus selama 6 jam dengan rasio substrat : enzim optimum (S:E) 500:1, kasein cenderung memberikan profil sustained release selama kurang lebih 4 jam pencernaan. Profil degradasi kasein pada media sintetik usus halus ditemukan berubah menjadi cenderung burst release selama 30 menit awal pencernaan ketika diuji pada media sitentik fluida lambung - usus halus secara seri.

Casein micelle as a biodegradable polymer has been used to encapsulate sambiloto (Andrographis paniculata) containing andrographolide compound as anti-diabetic herbal drug based on natural ingredients. In vitro release of this herbal drug had been studied by analyzing the casein degradation in simulated gastric and insestinal fluid in presence of protease enzyme i.e, pepsin and pancreatin. In 2 hour simulated gastric fluid digestion (ratio substrate:enzyme optimum (w/w) 5:1), casein degradation tends to give a burst release profile in less than 30 minutes digestion. The presence of sambiloto in casein micelles slows casein degradation in simulated gastric fluid digestion. In 6 hours the simulated intestinal fluid digestion (ratio subsrtaet: enzyme optimum (w/w) 500:1), casein degradation tends to give a sustained release profile in about 4 hours digestion. Casein degradation profile tends to give burst release in first 30 minutes digestion in simulated intestinal fluid digestion when herbal drug was digested in simulated gastric – intestinal fluid."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gumilar Adhi Nugroho
"Andrographis paniculata (AP) dan Syzygium cumini (SC) banyak diteliti sebagai alternatif pengobatan antidiabetes namun kombinasi AP-SC belum pernah diteliti sebelumnya. Pada kombinasi ini, dilakukan penapisan fitokimia, uji toksisitas akut oral, dan uji antidiabetes. Ekstrak AP dan SC, mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, glikosida, tanin, terpenoid dan saponin. Uji toksisitas akut oral kombinasi APSC menggunakan 13 mencit betina galur DDY yang dibagi ke dalam 3 kelompok dan secara oral diberikan satu dosis kombinasi 1:1 APSC (0, 300, 2000 mg/kg BB), pengamatan dilakukan selama 2 minggu. Uji antidiabetes dilakukan menggunakan tikus Sprague-Dawley (SD) jantan yang diinduksi high-fat diet-streptozotosin dosis rendah berganda (HFD-STZ). Tikus diabetes (n=5) diberikan perlakuan satu kali sehari dengan 0,5% CMC (kontrol diabetes), metformin (50 mg/kg), AP (50 dan 100 mg/kg), SC (50 dan 100 mg/kg) atau APSC (100 dan 200 mg/kg) selama 7 hari. Kelompok normal diberikan pakan normal diet. Uji toksisitas akut tidak menunjukkan toksisitas pada fungsi hati, ginjal, dan morfologi organ. Data menunjukkan dosis 100 mg/kg BB AP dan 100 mg/kg BB APSC menunjukkan potensi antihiperglikemik. Pemberian sediaan AP, SC, dan APSC berpotensi poliferatif sel beta pankreas lebih baik dari pemberian metformin, namun pemberian dosis tunggal AP dan SC serta kombinasi APSC cenderung tidak memberikan perbaikan profil lipid.

Andrographis paniculata (AP) and Syzygium cumini (SC) have been widely studied as alternatives to antidiabetic treatment but the combination of AP-SC has never been studied before. In this combination, phytochemical screening, oral acute toxicity testing, and antidiabetic testing were performed. AP and SC extracts contain flavonoids, alkaloids, glycosides, tannins, terpenoids and saponins. The acute oral toxicity test of the APSC combination used 13 female DDY strain mice divided into 3 groups and orally administered one dose combination of 1: 1 APSC (0, 300, 2000 mg/kg BW), observations were carried out for 2 weeks. Antidiabetic testing was carried out using male Sprague-Dawley (SD) rats induced by high-fat diet and multiple low-dose streptozotocin (HFD-STZ). Diabetic mice (n = 5) were treated once a day with 0.5% CMC (diabetes control), metformin (50 mg/kg), AP (50 and 100 mg/kg), SC (50 and 100 mg/kg) or APSC (100 and 200 mg/kg) for 7 days. The normal group was given normal diet food. Acute toxicity tests do not show toxicity to liver, kidney and organ morphology. The data shows a dose of 100 mg/kg AP and 100 mg/kg APSC shows antihyperglycemic potential. AP, SC, and APSC preparations have potentially proliferative pancreatic beta cells better than metformin administration, but the administration of single doses of AP and SC and the combination of APSC tends not to provide improved lipid profile."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarno
"Latar belakang: Malaria masih merupakan penyakit infeksi utama di dunia. Sebagian besar kematian pada malaria disebabkan oleh malaria serebral yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Bayam duri (Amaranthus spinosus L) merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengukur pengaruh pemberian kombinasi ekstrak bayam duri (Amaranthus spinosus L) dan sambiloto (Andrographis paniculta Burm.F) terhadap survival, berat badan, kadar MDA dan GSH serta gambaran histopatologi otak mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei.
Metode: penelitian eksperimental in vivo menggunakan hewan coba mencit jantan galur Swiss yang diinfeksi Plasmodium berghei dan diberi terapi kombinasi ekstrak bayam duri dan sambiloto. Kelompok terdiri atas: K: kontrol; I kontrol negatif; II. Ekstrak kombinasi (10mg/kgBB+4mg/kgBB, 1xsehari, selama 7hari); III kontrol positif klorokuin (10mg/kgBB; sehari 1 x selama 3 hari). Seluruh perlakuan diberikan melalui oral. Dilakukan analisis survival dan berat badan, serta pemeriksaan kadar MDA (metode Wills), dan GSH (metode Ellman) dan pengamatan histopatologi otak mencit.
Hasil: Pemberian kombinasi ekstrak bayam duri dan sambiloto pada mencit yang terinfeksi Plasmodium berghei meningkatkan survival (100%) dan berat badan (10%) mencit. Kadar MDA sedikit menurun dibandingkan kontrol, walaupun tidak berbeda bermakna (0,112 ± 0,021nmol/mg vs 0,133 ± 0,0145nmol/mg) (p≥0,05), dan meningkatkan GSH secara bermakna dibandingkan kontrol negatif. (0,003 ± 0,0005µg/mg vs 0,0002 ± 0,0001µg/mg) p≤0,05. Analisis histopatologi menunjukkan perbaikan sel otak pada mencit yang diberi kombinasi ekstrak bayam duri dan sambiloto.

Background: Malaria is still a major infectious disease in the world. Most of death in malaria are caused by cerebral malaria due to Plasmodium falciparum infection. Amaranthus spinosus L and Andrographis paniculata Burm.F were traditional herbs used to cure malaria. The aim of this study was to determine the anti-malarial effect of the combination of these two herbs in a malaria mouse model through the measurement of survival rate, body weight, MDA, GSH and brain histopathology of mice infected with Plasmodium berghei in vivo.
Methods: male mice (Swiss strain) weighing 28-30 g, 7-8 weeks were used for this study. Treatment animal groups: K. control (nil); I. control negative. II. combination treatment (10mg + 4mg/kgBW; once per day for 7 days); III. chloroquine treatment (10mg/ kgBW; once per day for 3 days). all treatment was administered per os.
Result: A combination of extracts of Amaranthus spinosus L and Andrographis paniculata Burm.F in mice infected with Plasmodium berghei increased the survival rate (100%) and the body weight (10%) of mice respectively. The MDA levels slightly lower than control, although not significantly different (0.112 ± 0,021 nmol/ vs. 0.133 ± 0,0145nmol/mg) (p ≥ 0.05), while GSH level increased significantly (0.003 ± 0,0005 µg/mg vs. 0.0002 ± 0,0001µg/mg) p ≤ 0.05. Histopathological analysis showed improvement of brain cells in mice given a combination of extracts.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrika Wediasari
"ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes mellitus merupakan penyakit yang menjadi ancaman global. Penelitian dan pengembangan herbal dilakukan untuk menemukan obat antidiabetes yang memberikan manfaat tambahan pada terapi diabetes. Kombinasi ekstrak Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall ex Nees (APE) dan Caesalpinia sappan Linn. (CSE) dilakukan untuk mendapatkan khasiat antihiperglikemia yang lebih baik. Penelitian bertujuan mengevaluasi keamanan dan efek antidiabetes APCSE pada tikus diabetes yang diinduksi dengan STZ.
Metode Penelitian: Empat puluh lima tikus Sprague-Dawley jantan (160-200 g) dibagi menjadi sembilan kelompok, kelompok NC diberi pakan diet normal, kelompok lainnya diet yang mengandung 20% lemak dan diinduksi dua kali dengan dosis STZ 35 mg/kg BB. Tikus diabetes diberikan ekstrak kombinasi APCSE100 dan 200 mg/kg BB selama 2 minggu dibandingkan dengan pemberian ekstrak tunggal APE dan CSE.
Hasil dan Diskusi: Penelitian menunjukkan uji toksisitas akut oral kombinasi ekstrak APCSE aman praktis tidak toksik. Pemberian APCSE 200 mg/dL berbeda secara bermakna terhadap GDS pada kelompok DM (18.65 ± 13.16, p<0.05) menunjukkan bahwa pemberian APCSE cenderung tidak menambah perburukan diabetes pada tikus yang diinduksi STZ. Sedangkan profil lipid kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL menunjukkan level yang tidak jauh berbeda dengan kelompok kontrol normal.
Kesimpulan: Kombinasi ekstrak APCSE100 dan 200 mg/kg BB tidak akan memperburuk diabetes.

ABSTRACT
Background: Diabetes mellitus is a disease that poses a global threat. Research and development of herbs aims to discover antidiabetic drugs to provide additional benefits in diabetes therapy. A combination of Andrographis paniculata (Burm. F.) Wall ex Nees (APE) and Caesalpinia sappan Linn. (CSE) extracts were develop to discover better antihyperglycemic properties. This study aims to evaluate the safety and antidiabetic effects of APCSE diabetic rats.
Methods: Forty-five male Sprague-Dawley rats (160-200 g) divided into nine groups, NC group fed with a normal diet, and the other groups with diet containing 20% fat and induced with STZ 35 mg/kg BW. Diabetic mice were given the extract combination of APCSE two weeks and compared with a single extract of APE and CSE.
Results and Discussion: Study shows the combination of APCSE extract was safe and practically non-toxic. The Random Blood Glucose (RBG) level in the APCSE 200 mg/dL was significantly different from the DM group with (18.65 ± 13.16, p <0.05), indicating that APCSE administration will not deteriorate the diabetes condition. Cholesterol lipid profiles, triglycerides, HDL, and LDL showed levels similar results from the normal control group.
Conclusion: The combination of APCSE100 extract and 200 mg/kg BW ameliorates the diabetes condition."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melvin Onassis
"Diabetes melitus tipe 2 (T2DM) terus meningkat di Indonesia, dengan prevalensi 10,8% pada 2021. Stres oksidatif akibat hiperglikemia kronis berperan dalam patogenesis T2DM, sehingga penggunaan antioksidan dan penghambatan alfa-glukosidase menjadi strategi potensial. Penelitian ini mengevaluasi aktivitas antioksidan dan penghambatan enzim alfa-glukosidase dari ekstrak daun jati cina asal Tawangmangu, Jawa Tengah, menggunakan metode DPPH dan Alpha-Glucosidase Inhibitor Screening Kit. Hasil menunjukkan ekstrak memiliki IC50 sebesar 135.6 μg/mL, dibandingkan dengan asam askorbat (IC50 0.57 μg/mL). Aktivitas inhibisi alfa-glukosidase oleh ekstrak mencapai 23%, sedangkan acarbose mencapai 88%. Kadar total flavonoid dan fenolik masing-masing adalah 0.1092% dan 0.049%. Meskipun aktivitasnya lebih rendah dibandingkan standar, ekstrak jati cina memiliki potensi sebagai terapi tambahan untuk T2DM. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini melalui uji in vivo, uji klinis, dan evaluasi keamanan jangka panjang.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) continues to rise in Indonesia, with a prevalence of 10.8% in 2021. Oxidative stress due to chronic hyperglycemia plays a role in the pathogenesis of T2DM, making the use of antioxidants and alpha-glucosidase inhibition a potential strategy. This study evaluates the antioxidant activity and alpha-glucosidase inhibition of *Senna alexandrina* leaves extract from Tawangmangu, Central Java, using the DPPH method and the Alpha-Glucosidase Inhibitor Screening Kit. The results show that the extract has an IC50 value of 135.6 μg/mL, compared to ascorbic acid (IC50 0.57 μg/mL). The alpha-glucosidase inhibition activity of the extract reached 23%, while acarbose achieved 88%. The total flavonoid and phenolic content were 0.1092% and 0.049%, respectively. Although its activity is lower than the standard, *Senna alexandrina* extract shows potential as an adjunct therapy for T2DM. Further research is needed to confirm these findings through in vivo studies, clinical trials, and long-term safety evaluations."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2007
S32626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oluebube Magnificient Eziefule
"Doxorubicin (DOX) dilemahkan oleh toksisitas jantung dan ginjal meskipun efektif melawan kanker. Walaupun dexrazoxane tersedia untuk mengatasi toksisitas DOX, efektivitasnya terbatas, begitu pula obat konvensional seperti beta-blocker dan statin. Penelitian ini menyelidiki efek perlindungan ekstrak etanol daun Andrographis panikulata (EEAP) terhadap toksisitas jantung dan ginjal yang diinduksi oleh DOX pada tikus sehat dengan fokus pada mekanisme anti-inflamasi dan mitokondria. Sebanyak 30 ekor (5 kelompok) tikus Sprague Dawley diaklimatisasi selama 2 minggu. Kelompok normal mendapat saline (ip) selama 4 minggu. Kelompok DOX menerima doxorubicin (4mg/kg/minggu). Kelompok perlakuan (DOX+EEAP) menerima doksorubisin dan ekstrak daun Andrographis Paniculata dengan dosis bervariasi (125, 250, 500 mg/kg/hari) secara oral selama 4 minggu. Setelah darah dan organ (jantung, ginjal) dikumpulkan, darah dianalisis untuk elektrolit (kalsium dan natrium). Jaringan dianalisis sebagai penanda inflamasi (NF-κB, IL-1β, NLRP-3), fungsi mitokondria (PGC1-α, TFAM), dan gambaran histopatologis yang menggunakan pewarnaan hematoxylin dan eosin (H&E) serta pewarnaan trikrom Masson. Kadar kalsium jantung juga diukur. Pengobatan bersama EEAP menurunkan natrium dan kalsium plasma dan kadar penanda inflamasi IL-1β dan NLRP-3 di jaringan jantung dan ginjal tetapi tidak menunjukkan efek signifikan pada ekspresi PGC1-α dan TFAM dibandingkan dengan kelompok DOX. Selain itu, kadar kalsium jantung berkurang. Lebih lanjut, konsentrasi NF-кB berkurang sedikit oleh EEAP dibandingkan dengan kelompok DOX saja. EEAP kemungkinan besar terlindungi dari peradangan yang disebabkan oleh DOX yang mengarah pada pemulihan histologi jantung dan ginjal menjadi normal. Efek perlindungan EEAP dalam penelitian ini dimediasi, setidaknya sebagian, oleh modulasi jalur NF-ĸB/NLRP3/IL-1β.

Doxorubicin (DOX), despite its effectiveness against cancer, is compromised by cardiac and renal toxicity. While dexrazoxane exists for DOX toxicity, its effectiveness is limited, as are conventional drugs like beta-blockers and statins. This study investigates the protective effects of an ethanolic extract of Andrographis paniculata leaves (EEAP) against DOX-induced cardiac and renal toxicity in healthy rats, focusing on anti-inflammatory and mitochondrial mechanisms. 30 Sprague Dawley rats (5 groups) were acclimatized for 2 weeks. The normal group received saline (ip) for 4 weeks. The DOX group received only doxorubicin (4mg/kg/week). Treatment groups (DOX+EEAP) received doxorubicin and varying doses (125, 250, 500 mg/kg/day) of Andrographis paniculata leaf extract orally for 4 weeks. After sacrifice, blood and organs (heart, kidneys) were collected. Blood was analysed for electrolytes (calcium and sodium). Tissues were analysed for inflammatory markers (NF-κB, IL-1β, NLRP-3), mitochondrial function (PGC1-α, TFAM), and histopathological features using hematoxylin and eosin (H&E) or Masson’s trichrome stain. Cardiac calcium levels were also measured. EEAP co-treatment lowered plasma sodium and calcium, decreased levels of inflammatory markers (IL-1β and NLRP-3) in heart and kidney tissues, but showed no significant effect on PGC1-α and TFAM expression compared to the DOX group. Additionally, cardiac calcium levels were reduced. Further, NF-кB concentration was slightly reduced by EEAP compared to the DOX only group. EEAP likely protected against DOX-induced inflammation, leading to a restoration of normal heart and kidney histology. EEAP's protective effects in this study were mediated, at least in part, by modulation of the NF-ĸB/NLRP3/IL-1β pathway."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Zaki Maulidzy
"Pegagan merupakan tanaman yang sudah banyak diolah menjadi produk jadi herbal. Banyak produsen produk jadi herbal mengklaim bahwa produknya memiliki efek antioksidan yang bermanfaat bagi tubuh. Dari seluruh penelitian aktivitas antioksidan pada pegagan, belum ada penelitian yang membandingkan aktivitas antioksidan ekstrak pegagan dengan produk jadinya yang beredar di pasaran.
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan aktivitas antioksidan dan kadar tanin dari ekstrak air dan etanol pegagan dengan 3 jenis produk jadi herbal pegagan. Ekstrak air pegagan dibuat dengan cara infusa sedangkan ekstrak etanol pegagan dibuat dengan cara maserasi. Tiga jenis produk jadi herbal pegagan yang dijual bebas diperoleh dari pasaran. Tingkat antioksidan diuji dengan metode DPPH secara duplo untuk mendapatkan nilai EC50. Kadar tanin diuji secara kualitatif dan semikuantitatif menggunakan reagen FeCl3. Aktivitas antioksidan ekstrak air dan etanol pegagan tidak berbeda bermakna (p = 0,513). Aktivitas antioksidan dari ekstrak air dan etanol pegagan lebih baik daripada produk A,B, dan C (p ≤ 0,05). Hasil uji kualitatif tanin menunjukkan semua larutan uji memiliki kandungan tanin. Berdasarkan uji semikuantitatif, kadar tanin dapat diabaikan karena jumlahnya yang sangat sedikit. Disimpulkan bahwa ekstrak air dan etanol pegagan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik daripada tiga produk jadi herbalnya.

Centella asiatica is a plant that has been processed into the herbal product. Many manufacturers of herbal products claim that their products have antioxidant effects that are beneficial to overcome free radicals in the body. From all studies on antioxidant activity of Centella asiatica, there has been no study comparing the antioxidant activity of extracts of Centella asiatica with its herbal products that are already on the market.
The aim of this study is to compare the antioxidant activity and tannin levels of water and ethanol extracts of Centella asiatica compared with 3 herbal products of Centella asiatica. Water extract is made by infusion while ethanol extract is made by maceration. Three types of Centella asiatica herbal products obtained from the market. Levels of antioxidants is tested by DPPH in duplo to acquire EC50 values. Tannin levels is tested with qualitative and semiquantitative test using FeCl3 reagent. The antioxidant activity of the water and ethanol extract of Centella asiatica is not significant (p = 0.513). The antioxidant activity of water and ethanol extract of Centella asiatica is better than product A, B, and C (p ≤ 0.05). Tannins qualitative test results showed all test solutions contain tannins. Based on semiquantitative test, tannin levels can be ignored because the amount of tannin is very low. It can be concluded that antioxidant activity of water and ethanol extracts of Centella asiatica are better than three herbal products"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Farahiyah Rahmah
"Keberadaan ruang hijau dalam area yang luas di bagian pusat kota disinyalir dapat mempengaruhi kondisi iklim mikro. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran Kebun Raya Bogor terhadap variasi suhu permukaan dan kelembaban udara pada wilayah disekitarnya. Variasi suhu dan kelembaban udara diperoleh dari hasil pengukuran di 45 lokasi pada hari kerja dan akhir pekan dimana penentuan lokasinya menggunakan stratified proporsional random sampling yang selanjutnya digunakan untuk mendapatkan nilai kenyamanan dengan menggunakan rumus Thom rsquo;s Discomfort Index. Suhu permukaan daratan dan tutupan tajuk vegetasi diolah dari citra Landsat 8 untuk mengetahui nilai intensitas penyejukan taman dan kondisi vegetasi.
Hasil analisis spasial dengan metode overlay yang diperkuat dengan korelasi pearson menunjukan bahwa pola suhu permukaan dan kelembaban udara berbeda di hari kerja yang cenderung meningkat dan akhir pekan yang cenderung menurun seiring dengan semakin jauh jaraknya dari Kebun Raya Bogor. Wilayah sekitar Kebun Raya Bogor didominasi oleh wilayah sangat tidak nyamann dengan nilai 27-30 Thom rsquo;s discomfort index dan intensitas penyejukan taman berkisar -0,3-5oC. Intensitas penyejukan taman dan tingkat kenyamanan berhubungan signifikan dengan tutupan tajuk vegetasi dan tidak dengan jarak dari taman.

The existence of green space within a large area in the cities allegedly can affect its microclimate conditions. This study aims to analyze the role of Bogor Botanical Gardens in surface temperature and humidity variation to its the surrounding area. Air temperature and humidity variations data were obtained from ground measurements at 45 locations on the weekdays and weekends using stratified proportional random sampling then used to obtain comfort index using Thom rsquo s Discomfort Index. The land surface temperature and vegetation canopy cover are processed from Landsat 8 imagery to determine the park cooling intensity and vegetation conditions.
The result of spatial analysis with overlay method which is reinforced by Pearson correlation shows that the pattern of surface temperature and humidity are different on the weekdays which tend to increase and the weekends which tend to decrease along with the increase of the distance from Bogor Botanical Garden. The area around Bogor Botanical Garden is dominated by very uncomfortable area with 27 30 Thom 39 s discomfort index and park cooling intensity range from 0,3 5oC. The park cooling intensity and comfort index are significantly correlated to vegetation canopy cover and not correlated with the distance from the park.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S67722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>