Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150264 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Hatta Hakim
"Latar Belakang
Resistensi antibiotik fluoroquinolone merupakan suatu ancaman serius terutama karena peranannya dalam pengobatan TB Resisten Obat (TBRO). Ketidakrasionalan penggunaan antibiotik merupakan faktor yang dapat menyebabkan resistensi. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengukur kerasionalan penggunaan antibiotik fluoroquinolone di Puskesmas Kota Depok.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang mengumpulkan data penggunaan antibiotik golongan fluoroquinolone dengan metode cluster sampling dari satu puskesmas kecamatan dan satu puskesmas kelurahan di Kota Depok, dipilih salah satu dari lima yang memiliki jumlah pasien terbanyak dan dekat Universitas Indonesia. Diagnosis penyakit, fluoroquinolone yang diberikan, frekuensi pemberian, kekuatan sediaan, dan durasi pengobatan diambil dari rekam medis. Data tersebut dibandingkan dengan Panduan Praktik Klinis (PPK) layanan primer 2022 untuk menilai rasionalitas. Kriteria inklusi berupa pasien mendapat antibiotik fluoroquinolone secara oral di tahun 2023, serta kriteria eksklusi berupa data tidak terbaca atau sedang dalam pengobatan tuberkulosis.
Hasil
Dari total 96 sampel yang didapatkan, ciprofloxacin 500 mg merupakan satu-satunya antibiotik fluoroquinolone yang digunakan di puskesmas. Stoknya selalu tersedia selama 2023. Ciprofloxacin paling banyak digunakan untuk infeksi saluran pernafasan atas tidak spesifik (27,08%) dan Infeksi Saluran Kemih (ISK) (26,04%). Indikasi penggunaan yang rasional hanya ditemukan pada diagnosis ISK dan tifoid sebesar 37,5%. Kerasionalan kekuatan sediaan dan frekuensi sebesar 100%. Kerasionalan durasi pemberian sebesar 97,2%. Total kerasionalan penggunaan antibiotik ciprofloxacin hanya sebesar 36,46%.
Kesimpulan
Penggunaan antibiotik fluoroquinolone di Puskesmas Kota Depok hanya 36,46% yang rasional.

Background
Fluoroquinolone antibiotic resistance is a serious threat, especially because of its role in the treatment of Drug-Resistant TB (DRTB). Irrational use of antibiotics is a factor that can cause resistance. Therefore, this study aims to measure the rationality of the use of fluoroquinolone antibiotics in Depok City Health Centers.
Methods
This study is a descriptive study that collects data on the use of fluoroquinolone antibiotics using the cluster sampling method from one sub-district and village health center in Depok City which has one of the five largest number of patients and is close to the University of Indonesia. Data on disease diagnosis, fluoroquinolone given, frequency of administration, strength of preparation, and duration of treatment were taken from medical records. The data were compared with the 2022 Primary Care Clinical Practice Guidelines (PPK) in the assessment of rationality. Inclusion criteria were patients receiving oral fluoroquinolone antibiotics in 2023, and exclusion criteria were unreadable data or undergoing tuberculosis treatment.
Results
From a total of 96 samples obtained, ciprofloxacin 500 mg is the only fluoroquinolone antibiotic used in health centers. Its stock is always available during 2023. Ciprofloxacin is mostly used for non-specific upper respiratory tract infections (27.08%) and Urinary Tract Infections (UTI) (26.04%). Indications for rational use were only found in the diagnosis of UTI and typhoid at 37.5%. The rationality of the strength of the preparation and frequency was 100%. The rationality of the duration of administration was 97.2%. The total rationality of the use of ciprofloxacin antibiotics was only 36.46%.
Conclusion
The use of fluoroquinolone antibiotics in the Depok City Health Center is only 36.46% rational.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Penggunaan antibiotik harus dilakukan dan kontrol penggunaan antibiotik sudah direkomendasikan dari WHO. Hal ini bertujuan untuk menekan resistensi mikroba terhadap antibiotik karena ancaman resistensi antibiotik adalah salahsatu yang dikhawatirkan oleh WHO. Dalam perespan dan penggunaan antibiotik dapat dianalisis dengan metode ATC/DDD untuk evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik. Analisis menggunakan metode ATC/DDD ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari-Desember 2022. Setelah dilakukan analisis didapatkan penggunaan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit pada periode Januari – Desember 2022 tergolong sangat tinggi terutama pada golongan antibiotik beta laktam dengan kecenderungan peresepan yang kurang rasional. Dari hasil analisis ini dapat dilakukan pengetesan resistensi mikroba terhadap antibiotik di lingkungan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit untuk melihat sebaran mikroba resisten terhadap golongan antibiotik sebagai evaluasi pendekatan pengobatan yang optimal.

The use of antibiotics must be carried out and control of antibiotic use has been recommended by WHO. This aims to suppress microbial resistance to antibiotics because the threat of antibiotic resistance is one that WHO is concerned about. The prescription and use of antibiotics can be analyzed using the ATC/DDD method to evaluate the rationality of antibiotic use. Analysis using the ATC/DDD method was carried out at Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the period January-December 2022. After the analysis was carried out, it was found that the use of antibiotics in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit in the January-December 2022 period was classified as very high, especially in the beta-lactam antibiotics group with a high prescribing tendency. less rational. From the results of this analysis, testing for microbial resistance to antibiotics can be carried out in Puskesmas Kecamatan Duren Sawit environment to see the distribution of microbes that are resistant to antibiotic groups as an evaluation of optimal treatment approaches.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Indirsyah Faiq
"Latar Belakang
Penggunaan antibiotik tidak rasional dapat meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik, salah satunya fluorokuinolon yang merupakan lini utama pada kasus TB Resisten Obat. Pasien TBRO yang resisten fluorokuinolon akan menjalani pengobatan yang lebih lama dan mahal. Sampai saat ini, masih belum ada studi mengenai pola persepan fluorokuinolon pada pasien non-TB di Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk melihat kerasionalan penggunaan fluorokuinolon pada pasien non-TB di RSUI Depok.
Metode
Penelitian ini merupakan observasional deskriptif dengan data rekam medik pasien non- TB yang diresepkan fluorokuinolon pada tahun 2023. Data tersebut kemudian akan dibandingkan dengan Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB) yang berlaku di RSUI. Hasil
Dari total 96 sampel, siprofloksain diresepkan sebanyak 89 dengan indikasi terbanyak yaitu luka, ISK, Demam tifoid, ileitis. Sementara levofloksasin diresepkan sebanyak 7 dengan indikasi terbanyak yaitu Luka, dilanjutkan dengan selulitis, PID, ISPA, sinusitis, serta otitis meatus eksternus sebanyak. Terdapat 52 peresepan yang rasional dari total 96 peresepan. Kerasionalan siprofloksasin sebesar 54% atau 48 dari 89 peresepan, dan levofloksasin sebesar 57.1% atau 4 dari 7 peresepan.
Kesimpulan
RSUI memiliki PPAB yang diatur dalam SK Dirut nomor: 068/SK/DIRUT/RSUI/2019. Peresepan fluorokuinolon paling banyak untuk indikasi luka, ISK, Demam Tifoid. Total kerasionalan peresepan fluorokuinolon di RSUI adalah sebesar 54.1%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan rumah sakit lain yang tidak memiliki PPAB tersendiri.

Introduction
Irrational use of antibiotics can increase bacterial resistance to antibiotics, including fluoroquinolones, which are a mainline treatment for Drug-Resistant TB (DR-TB). DR- TB patients who are resistant to fluoroquinolones will require longer and more expensive treatment. Until now, there have been no studies on the prescribing patterns of fluoroquinolones in non-TB patients in Teaching Hospitals in Indonesia. Therefore, this study aims to assess the rationality of fluoroquinolone use in non-TB patients at RSUI Depok.
Method
This study is a descriptive observational study using medical records of non-TB patients prescribed fluoroquinolones in 2023. The data will then be compared with the Antibiotic Usage Guidelines (PPAB) applicable at RSUI.
Results
Out of a total of 96 samples, ciprofloxacin was prescribed 89 times, with the most common indications being wounds, urinary tract infections (UTIs), typhoid fever, and ileitis. Meanwhile, levofloxacin was prescribed 7 times, with the most common indications being wounds, followed by cellulitis, pelvic inflammatory disease (PID), upper respiratory tract infections (URTI), sinusitis, and otitis externa. There were 52 rational prescriptions out of the total 96 prescriptions. The rationality of ciprofloxacin prescriptions was 54% (48 out of 89 prescriptions), while for levofloxacin it was 57.1% (4 out of 7 prescriptions).
Conclusion
RSUI has an Antibiotic Usage Guideline (PPAB) regulated under Director's Decree number: 068/SK/DIRUT/RSUI/2019 The most common prescriptions of fluoroquinolones were for wound infections, urinary tract infections (UTIs), and typhoid fever. The total rationality of fluoroquinolone prescriptions at RSUI was 54.1%. This figure is higher compared to other hospitals that do not have their own Antibiotic Usage Guidelines.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Fizriani
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di RSUP Fatmawati bertujuan untuk menganalisis profil penggunaan antibiotik meropenem pada bulan Mei tahun 2023 di RSUP Fatmawati. Kajian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Tahapan kajian meliputi pengumpulan data pasien dari sistem informasi rumah sakit (ISIMRS), SIMGOS dan Open Labs, penyajian data dalam bentuk tabel deskriptif dan penarikan kesimpulan. Hail kajian menunjukkan arakteristik pasien antibiotik meropenem di RSUP Fatmawati pada Bulan Mei Tahun 2023 mencakup 184 pasien, dengan mayoritas berjenis kelamin laki-laki dan berasal dari kelompok pasien geriatri (61-70 tahun) dengan kesudahan pasien pulang dari rumah sakit. Karakteristik peresepan antibiotik meropenem di RSUP Fatmawati pada Bulan Mei Tahun 2023 sebanyak 5669 vial meropenem dengan regimen dosis paling banyak yaitu 3x1 gram dan asal ruangan pasien yang diberikan antibiotik paling banyak yaitu gedung bougenville, lantai 4 - ICU. Hasil biakan kultur menunjukkan resistensi terhadap Acinetobacter baumannii

Pharmacist Professional Work Practices at Fatmawati Hospital aims to analyze the profile of use of the antibiotic meropenem in May 2023 at Fatmawati Hospital. The study was carried out using descriptive methods. The study stages include collecting patient data from the hospital information system (ISIMRS), SIMGOS and Open Labs, presenting the data in the form of descriptive tables and drawing conclusions. The results of the study show that the characteristics of meropenem antibiotic patients at Fatmawati General Hospital in May 2023 included 184 patients, the majority of whom were male and came from the geriatric patient group (61-70 years) with the patients later returning home from the hospital. Characteristics of meropenem antibiotic prescriptions at Fatmawati General Hospital in May 2023 were 5669 vials of meropenem with the highest dose regimen being 3x1 gram and the room where the most antibiotics were given was the Bougainville building, 4th floor - ICU. Culture results showed resistance to Acinetobacter baumannii.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arva Pandya Wazdi
"Peresepan antibiotik adalah salah satu yang harus dikontrol. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik yang berlebihan. Hal ini menjadi signfikan ketika berada di lingkup rumah sakit karena banyak dokter yang meresepkan antibiotik untuk lini pertama pengobatan sehingga menyebabkan banyaknya mikroba resisten. Oleh karena itu diharuskan adanya analisis peresepan dan penggunaan antibiotik. Analaisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis ATC/DDD yang sudah ditetapkan oleh WHO untuk menganalisis penggunaan antibiotik. Maka dari itu, dilakukan analisis peresepan dan penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati dengan periode Juli – Desember 2022. Hasil analisis ATC/DDD yang dilakukan menunjukkan penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati yang masih tinggi terutama pada antibiotik untuk mengobati TB seperti rifampicin dan ethambutol, antibiotik lain yang tinggi penggunaannya adalah antibiotik cefixim yang biasanya diresepkan sebagai lini pertama ISPA. Oleh karena itu perlunya diadakan pemantauan lebih terkait penggunaan antibiotik tersebut terutama pengetesan berkala mikroba terkait ISPA dan TB yang berada di RSUP Fatmawati untuk melihat resistensi antimikroba yang bertujuan untuk mencegah untreatable nosocomial invection.

Antibiotic prescribing is one that must be controlled. This aims to prevent excessive antibiotic resistance. This becomes significant when in the hospital setting because many doctors prescribe antibiotics as the first line of treatment, causing many resistant microbes. Therefore, it is necessary to analyze the prescribing and use of antibiotics. This analysis can be carried out using the ATC/DDD analysis which has been established by WHO to analyze antibiotic use. Therefore, an analysis of the prescribing and use of antibiotics was carried out at Fatmawati Hospital for the period July – December 2022. The results of the ATC/DDD analysis carried out showed that the use of antibiotics at Fatmawati Hospital was still high, especially antibiotics to treat TB such as rifampicin and ethambutol, other antibiotics that The highest use is the antibiotic cefixim which is usually prescribed as the first line of ARI. Therefore, it is necessary to carry out more monitoring regarding the use of antibiotics, especially periodic testing of microbes related to ARI and TB at Fatmawati General Hospital to see antimicrobial resistance with the aim of preventing untreatable nosocomial infections.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yayah Winarti
"MRSA merupakan penyebab infeksi nosokomial yang menjadi masalah kesehatan utama di
banyak rumah sakit di dunia, termasuk Indonesia. Patogen ini memiliki banyak faktor virulensi
serta dapat mengembangkan resistensi terhadap berbagai kelas antibiotik, sehingga membuat
infeksi MRSA menjadi lebih sulit untuk diobati. Informasi terkait data genomik dari strain
MRSA di Indonesia saat ini masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk memberikan informasi mengenai karakteristik genomik beserta profil virulensi dan
resistensi antibiotik dari 17 isolat tersimpan MRSA yang diisolasi dari pasien di rumah sakit
rujukan. Dilakukan whole genome sequencing menggunakan platform Illumina NovaSeq 6000,
kemudian dilanjutkan dengan analisis bioinformatika menggunakan pipeline ASA3P dan
Bacannot. Hasil analisis menunjukkan bahwa ST239-SCCmec III-t37 (CC8) adalah yang
paling dominan ditemukan diantara semua isolat (41%). Selain itu, ditemukan ST baru (ST
4abd) yang memiliki kemiripan yang tinggi dengan ST6. ST lain yang ditemukan adalah
ST772, ST97, ST8, dan ST118, yang termasuk dalam CC1, CC5, CC8, CC97. Semua isolat
MRSA memiliki faktor virulensi yang tinggi, terutama
ditemukan isolat MDR sebanyak 83,2% dengan resistensi paling tinggi ditunjukkan oleh
ST 8, ST 6, dan ST 4abd
. Selain itu,
ST239. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya strain HA-MRSA dan CA-MRSA pada isolat
tersimpan dari rumah sakit rujukan dengan profil virulensi dan resistensi yang tinggi.

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a major cause of nosocomial infections
in many healthcare settings worldwide, including Indonesia. This pathogen exhibits multiple
virulence factors and can develop resistance to multiple classes of antibiotics, causing MRSA
infections become difficult to treat. However, the genomic data of MRSA in Indonesia is still
limited. Therefore, this study aims to provide information regarding genomic characteristics,
virulence and antibiotic resistance profiles of 17 archived MRSA isolates from patients in
referral hospital. Whole genome sequencing was conducted using the Illumina NovaSeq 6000
platform, followed by bioinformatic analysis employing the ASA3P and Bacannot pipelines.
Analysis revealed that the ST239-SCCmec III-t37 (CC8) lineage predominated among all
isolates (41%). Additionally, a novel ST (ST 4abd) closely related to ST6 was identified. Other
STs found included ST772, ST97, ST8, and ST118, belonging to CC1, CC5, CC8, and CC97,
respectively. All MRSA isolates possess numerous virulence factors, notably prominent in ST
8, ST 6, and ST 4abd. Furthermore, 83.2% of isolates exhibited multidrug resistance (MDR),
with highest resistance observed in the ST239 lineage. This research emphasized the presence
of HA-MRSA and CA-MRSA in referral hospital with high virulence and antibiotic resistance
trait.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lany Stevina
"Extraintestinal pathogenic Escherichia coli (ExPeC) merupakan bakteri dengan presentase sekitar 17% - 37% dari total bakteri yang diisolasi dari pasien dengan Bloodstream Infection (BSI) secara global. Kemampuan bakteri ini dalam mengembangkan resistensi terhadap antibiotik menyebabkan masalah serius. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara profil fenotipik dan genotipik pada isolat Escherichia coli (E. coli) penyebab BSI. Isolasi bakteri E. coli penyebab BSI dan isolasi DNA dilakukan pada 11 isolat tersimpan asal LMK FKUI dan 2 isolat asal BB Binomika, Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Vitek 2 compact untuk analisis profil fenotipik dan juga menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS) untuk mengkarakterisasi seacra genotipik bakteri E. coli. Berdasarkan data fenotipik yang diperoleh menggunakan VITEK-2, resistensi tertinggi isolat dalam penelitian ini secara berturut-turut terdapat pada antibiotik ampisilin (53,8%), siprofloksasin (46,2%), dan seftriakson (38,5%). Identifikasi gen resistensi untuk ampisilin, seftriakson, dan siprofloksasin juga telah berhasil diidentifikasi melaui teknik WGS. Beberapa gen yang dikaitkan dengan resistensi terhadap ampisilin adalah blaTEM 1-B dan variannya seperti blaTEM-116, blaTEM-141, dan blaTEM-206. Gen blaTEM-1B merupakan gen yang mendominasi pada mekanisme resistensi betalaktam (30,76%), diikuti oleh gen blaCTX-M-55 (15,35%). Sedangkan mekanisme resistensi pada fluorokuinolon banyak dimediasi oleh adanya mutasi pada target antibiotik, seperti mutasi pada gyrA, parC, dan AcrAB-TolC. Isolat selanjutnya dikelompokkan menggunakan skema Achtman dalam 12 ST yang berbeda yaitu ST73, 117, 10, 410, 83, 169, 95, 1844, 101, 457, 744 dan ST 127. Terdapat kesesuaian antara resistensi fenotipik dan resistensi genotipik terhadap antibiotik betalaktam pada isolat E. coli yang diteliti, dimana gen resistensi terdeteksi pada seluruh isolat yang resisten betalaktam secara fenotipik.

Extraintestinal pathogenic Escherichia coli (ExPEC) accounts for approximately 17% - 37% of the total bacteria isolated from patients with bloodstream infections (BSI) globally. The ability of these bacteria to develop resistance to antibiotics poses serious problems. This study aims to analyze the relationship between phenotypic and genotypic profiles in Escherichia coli (E. coli) isolates causing BSI. Isolation of E. coli causing BSI and DNA isolation were carried out on 11 stored isolates from LMK FKUI and 2 isolates from BB Binomika, Jakarta. This study was conducted using the Vitek 2 compact system for phenotypic profile analysis and the Whole Genome Sequencing (WGS) method to characterize the genotypic profiles of E. coli. Based on the phenotypic data obtained using VITEK-2, the highest resistance among isolates in this study was observed for ampicillin (53.8%), ciprofloxacin (46.2%), and ceftriaxone (38.5%). Resistance genes for ampicillin, ceftriaxone, and ciprofloxacin were successfully identified through the WGS technique. Some of the genes associated with resistance to ampicillin include blaTEM-1B and its variants such as blaTEM-116, blaTEM-141, and blaTEM-206. The blaTEM-1B gene is predominant in the betalactam resistance mechanism (30.76%), followed by the blaCTX-M-55 gene (15.35%). Resistance to fluoroquinolones is primarily mediated by mutations in antibiotic targets, such as mutations in gyrA, parC, and AcrAB-TolC. Isolates were further grouped using the Achtman scheme into 12 different STs, including ST73, 117, 10, 410, 83, 169, 95, 1844, 101, 457, 744, and ST127. There was concordance between phenotypic resistance and genotypic resistance to betalactam antibiotics in the E. coli isolates studied, where resistance genes were detected in all isolates that were phenotypically betalactam-resistant."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronaldo
"Resistensi antibiotik terjadi akibat bakteri berevolusi dan rentan terhadap antibiotik sehingga dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit serta kematian. Antibiotik golongan karbapenem merupakan antibiotik kelompok reserve, yang dapat diakses namun penggunaannya harus disesuaikan dengan pasien dan kondisi yang sangat spesifik, ketika antibiotik lainnya telah gagal atau tidak sesuai dalam pengobatan. Penggunaan meropenem di RSUP Fatmawati dibanding antibiotik lini ke 3 lainnya sangat jauh berbeda signifikan, oleh karena itu perlu dikaji terkait karakteristik pasien, regimen, indikasi, ada tidaknya konsultasi KPRA (Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba) dan hasil kultur serta sensitivitas antimikroba. Karakteristik pasien yang menggunakan terapi antibiotik reserve meropenem pada April 2023 didominasi oleh laki-laki (52,8%) daripada perempuan (47,2%) dengan rentang usia 51-60 yang terbanyak (23,9%). Kultur dan sensitivitas yang dilakukan (389 kali/April 2023) menyatakan bahwa hasil terbanyak berupa biakan negatif (76,6%), disusul dengan Acinetobacter baumannnii (6,9%) dan Klebsiella pneumonia (6,4%). Hasil biakan yang tidak negatif atau ditemukannya kuman patogen terdapat 91 biakan (23,4%) dari 389 biakan. Sampel yang masih sensitif terhadap antibiotik meropenem sebanyak 38 sampel (41,8%), sampel yang sudah resisten sebanyak 39 sampel (42,9%) dan yang tidak diketahui sebanyak 14 sampel (15,3%). Konsultasi terhadap tim PPRA dilakukan hanya 129 dari 176 pasien. Hasil konsultasi dapat diterima pemberiannya (32 pasien), ditolak pemberiannya (22 pasien), dan tidak direspon oleh tim PPRA (75 pasien)

Antibiotic resistance occurs because bacteria evolve and become susceptible to antibiotics, increasing the risk of disease spread and death. Carbapenem class antibiotics are reserve group antibiotics, which can be accessed but their use must be tailored to patients and very specific conditions, when other antibiotics have failed or are not suitable in treatment. The use of meropenem at Fatmawati General Hospital compared to other 3rd line antibiotics is significantly different, therefore it is necessary to study patient characteristics, regimens, indications, the presence or absence of KPRA (Antimicrobial Resistance Control Committee) consultation and culture results and antimicrobial sensitivity. The characteristics of patients who used meropenem reserve antibiotic therapy in April 2023 were dominated by men (52.8%) rather than women (47.2%) with the highest age range of 51-60 (23.9%). The culture and sensitivity performed (389 times/April 2023) stated that the most results were negative cultures (76.6%), followed by Acinetobacter baumannnii (6.9%) and Klebsiella pneumonia (6.4%). There were 91 cultures (23.4%) out of 389 cultures that were not negative or found pathogenic germs. There were 38 samples (41.8%) that were still sensitive to meropenem, 39 samples (42.9%) that were resistant, and 14 samples (15.3%) that were unknown. Consultation with the PPRA team was conducted for only 129 out of 176 patients. The results of the consultation were accepted (32 patients), rejected (22 patients), and not responded to by the PPRA team (75 patients).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ariestiani
"Antibiotik merupakan senyawa yang tercipta baik secara alami maupun sintetis, yang berguna dalam menekan atau menghentikan proses biokimia khususnya pada proses perkembangan infeksi bakteri. Menurut data yang dikeluarkan oleh WHO (2021) penggunaan antibiotik secara global meningkat menjadi 91%, tingginya penggunaan antibiotik ini karena semakin banyak permasalahan yang timbul dalam penggunaan antibiotik salah satunya yaitu resistensi antibiotik. Permasalahan penggunaan antibiotik timbul karena penggunaannya yang tidak tepat serta ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaan antibiotik itu sendiri. Resistensi antibiotik ini timbul karena masyarakat masih kurang pengetahuannya mengenai jenis-jenis dari antibiotik, lalu bagaimana penggunaan dari antibiotik itu sendiri. Jenis studi yang diambil dalam penelitian ini adalah studi literature review menggunakan data yang diambil dari Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Penggunaan jenis antibiotik terbanyak pada poli umum, ISPA, dan gigi adalah amoksisilin. Penggunaan amoksisilin pada ketiga poli sangat menonjol dibandingkan antibiotik jenis lain. Namun, dalam pemberiannya perlu diketahui terlebih dahulu apakah pasien mengidap alergi kepada penisilin dikarenakan amoksisilin termasuk kelompok penisilin. Jika pasien mengidap alergi kenapa pesilin, dapat digantikan dengan obat serupa yang non kelompok penisilin.

Antibiotics are compounds created both naturally and synthetically, which are useful in suppressing or halting biochemical processes, especially in the development of bacterial infections. According to data released by the WHO (2021), global antibiotic usage has increased to 91%. This high usage of antibiotics is due to the increasing number of issues arising from their misuse, one of which is antibiotic resistance. The problem of antibiotic usage arises from its improper use and patients' non-compliance with antibiotic regimens. Antibiotic resistance emerges because the public lacks knowledge about the types of antibiotics and how they should be used. The type of study conducted in this research is a literature review using data obtained from the Community Health Center of Pasar Rebo District. The most commonly used antibiotic in general, respiratory tract infections, and dental problems is amoxicillin. The use of amoxicillin in these three areas is significantly higher compared to other types of antibiotics. However, before administering it, it is necessary to determine whether the patient is allergic to penicillin, as amoxicillin belongs to the penicillin group. If the patient is allergic to penicillin, it can be replaced with a similar non-penicillin medication."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Ariestiani
"Antibiotik merupakan senyawa yang tercipta baik secara alami maupun sintetis, yang berguna dalam menekan atau menghentikan proses biokimia khususnya pada proses perkembangan infeksi bakteri. Menurut data yang dikeluarkan oleh WHO (2021) penggunaan antibiotik secara global meningkat menjadi 91%, tingginya penggunaan antibiotik ini karena semakin banyak permasalahan yang timbul dalam penggunaan antibiotik salah satunya yaitu resistensi antibiotik. Permasalahan penggunaan antibiotik timbul karena penggunaannya yang tidak tepat serta ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaan antibiotik itu sendiri. Resistensi antibiotik ini timbul karena masyarakat masih kurang pengetahuannya mengenai jenis-jenis dari antibiotik, lalu bagaimana penggunaan dari antibiotik itu sendiri. Jenis studi yang diambil dalam penelitian ini adalah studi literature review menggunakan data yang diambil dari Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo. Penggunaan jenis antibiotik terbanyak pada poli umum, ISPA, dan gigi adalah amoksisilin. Penggunaan amoksisilin pada ketiga poli sangat menonjol dibandingkan antibiotik jenis lain. Namun, dalam pemberiannya perlu diketahui terlebih dahulu apakah pasien mengidap alergi kepada penisilin dikarenakan amoksisilin termasuk kelompok penisilin. Jika pasien mengidap alergi kenapa pesilin, dapat digantikan dengan obat serupa yang non kelompok penisilin.

Antibiotics are compounds created both naturally and synthetically, which are useful in suppressing or halting biochemical processes, especially in the development of bacterial infections. According to data released by the WHO (2021), global antibiotic usage has increased to 91%. This high usage of antibiotics is due to the increasing number of issues arising from their misuse, one of which is antibiotic resistance. The problem of antibiotic usage arises from its improper use and patients' non-compliance with antibiotic regimens. Antibiotic resistance emerges because the public lacks knowledge about the types of antibiotics and how they should be used. The type of study conducted in this research is a literature review using data obtained from the Community Health Center of Pasar Rebo District. The most commonly used antibiotic in general, respiratory tract infections, and dental problems is amoxicillin. The use of amoxicillin in these three areas is significantly higher compared to other types of antibiotics. However, before administering it, it is necessary to determine whether the patient is allergic to penicillin, as amoxicillin belongs to the penicillin group. If the patient is allergic to penicillin, it can be replaced with a similar non-penicillin medication."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>