Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deni Romansyah
"Ultrafiltration Rate (UFR) melebihi 13 mL/kgBB/jam dapat berdampak negatif pada kualitas hidup pasien hemodialisis seperti hipotensi intradialisis, kram otot, gangguan kardiovaskular, dan peningkatan risiko mortalitas. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara UFR dengan kualitas hidup pasien menggunakan desain cross-sectional pada 74 responden (usia 20–82 tahun). Sampel didapatkan dengan teknik simple random sampling. Penelitian menggunakan kuesioner Kidney Disease Quality of Life (KDQOL-36TM). Analisis menggunakan Fisher-Freeman-Halton Exact Test (nilai p 0,043) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara UFR dengan kualitas hidup. Rekomendasi penelitian ini menekankan pentingnya pengelolaan UFR yang cermat dibawah batas nilai peringatan untuk mengurangi komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup. Perawat berperan penting dalam pengelolaan UFR, mengidentifikasi komplikasi dini, dan memberikan edukasi. Dampak klinis yang diharapkan meliputi pengurangan komplikasi akut, peningkatan euvolemia, serta penurunan risiko kardiovaskular, yang pada akhirnya memperbaiki kualitas hidup pasien hemodialisis secara berkelanjutan.

Ultrafiltration Rate (UFR) exceeding 13 mL/kgBB/hour can negatively affect the quality of life of hemodialysis patients such as intradialysis hypotension, muscle cramps, cardiovascular disorders, and increased risk of mortality. This study aims to analyze the relationship between UFR and patient quality of life using a cross- sectional design on 74 respondents (aged 20-82 years). The sample was obtained using simple random sampling technique. The study used the Kidney Disease Quality of Life (KDQOL-36TM) questionnaire. Analysis using Fisher-Freeman- Halton Exact Test (p value 0.043) showed a significant relationship between UFR and quality of life. The recommendations of this study emphasize the importance of careful management of UFR below the warning value to reduce complications and improve quality of life. Nurses play an important role in managing UFR, identifying early complications, and providing education. The expected clinical impact includes reduction of acute complications, improvement of euvolemia, and reduction of cardiovascular risk, ultimately improving the quality of life of hemodialysis patients in a sustainable manner."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Romansyah
"Ultrafiltration Rate (UFR) melebihi 13 mL/kgBB/jam dapat berdampak negatif pada kualitas hidup pasien hemodialisis seperti hipotensi intradialisis, kram otot, gangguan kardiovaskular, dan peningkatan risiko mortalitas. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara UFR dengan kualitas hidup pasien menggunakan desain cross-sectional pada 74 responden (usia 20–82 tahun). Sampel didapatkan dengan teknik simple random sampling. Penelitian menggunakan kuesioner Kidney Disease Quality of Life (KDQOL-36TM). Analisis menggunakan Fisher-Freeman-Halton Exact Test (nilai p 0,043) menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara UFR dengan kualitas hidup. Rekomendasi penelitian ini menekankan pentingnya pengelolaan UFR yang cermat dibawah batas nilai peringatan untuk mengurangi komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup. Perawat berperan penting dalam pengelolaan UFR, mengidentifikasi komplikasi dini, dan memberikan edukasi. Dampak klinis yang diharapkan meliputi pengurangan komplikasi akut, peningkatan euvolemia, serta penurunan risiko kardiovaskular, yang pada akhirnya memperbaiki kualitas hidup pasien hemodialisis secara berkelanjutan.

Ultrafiltration Rate (UFR) exceeding 13 mL/kgBB/hour can negatively affect the quality of life of hemodialysis patients such as intradialysis hypotension, muscle cramps, cardiovascular disorders, and increased risk of mortality. This study aims to analyze the relationship between UFR and patient quality of life using a cross- sectional design on 74 respondents (aged 20-82 years). The sample was obtained using simple random sampling technique. The study used the Kidney Disease Quality of Life (KDQOL-36TM) questionnaire. Analysis using Fisher-Freeman- Halton Exact Test (p value 0.043) showed a significant relationship between UFR and quality of life. The recommendations of this study emphasize the importance of careful management of UFR below the warning value to reduce complications and improve quality of life. Nurses play an important role in managing UFR, identifying early complications, and providing education. The expected clinical impact includes reduction of acute complications, improvement of euvolemia, and reduction of cardiovascular risk, ultimately improving the quality of life of hemodialysis patients in a sustainable manner."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kholilah Alawiyah A.S.
"Manajemen terapi dialisis yang terdiri dari program hemodialisis, regimen pengobatan, pengontrolan cairan dan diet merupakan masalah yang masih terjadi pada pasien hemodialisis. Ketidakpatuhan pada manajemen tersebut dapat meningkatkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan antara kepatuhan manajemen terapi dialisis dengan kualitas hidup pasien hemodialisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah desain penelitian cross sectional dengan sampel 57 pasien hemodialysis dengan teknik sampling purposive sampling. Hasil penelitian menggunakan uji chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan manajemen terapi dialisis dengan kualitas hidup pasien hemodialisis dengan P value 0,047.

Dialysis therapy management consists of hemodialysis attendance, prescribed medications, fluid restrictions, and dietary intake. Non adherence to these management can increase the morbidity and mortality rate that will indirectly affect quality of life. The purpose of this study was to identify the relation between adherence to dialysis therapy management and quality of life in patients on hemodialysis. This study used cross sectional study design, involved 57 hemodialysis patients by technique purposive sampling. The result showed that there is relationship between adherence to regiment treatment and quality of life in patiens on hemodialysis with P value 0,047."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Aryant
"Hemodialisis dapat menimbulkan efek samping pada sistem tubuh, salah satunya adalah kelemahan otot yang berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik akan mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan kualitas hidup pasien hemodialisis. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional menggunakan sampel pasien menjalani hemodialisis rutin sebanyak 104 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup (p value = 0,659). Walaupun demikian aktivitas fisik mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien hemodialisis. Sehingga hasil ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat yaitu pentingnya mengkaji aktivitas fisikdan kualitas hidup pasien hemodialisis sebagai bagian dari intervensi keperawatan.

Hemodialysis may have side effect of muscle weakness that affects on daily activities of hemodialysis patients. Physical activity influences the quality of life of hemodialysis patients. This study aims to explore the relationship between physical activity and quality of life in hemodialysis patients. Design research used descriptive correlation with cross sectional approach, recruited 104 samples of hemodialysis patients. The result showed that there was no relationship between physical activity and quality of life (p value = 0,659). It has been realized that physical activity has important contribution for quality of life of hemodialysis patients. Therefore, nurses should perform assessment related to physical activity and quality of life in hemodialysis patients as a part of intervention to the patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Panma
"Hemodialisis merupakan salah satu terapi untuk pasien gagal ginjal kronik. Hemodialisis selain memiliki efek terapeutik juga menimbulkan dampakjangka panjang yang menurunkan kualitas hidup pasien. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis yaitu depresi, tingkat spiritual, dan dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan depresi, tingkat spiritual, dan dukungan sosial dengan kualitas hidup pasien hemodialisis di RSAU Dr. Esnawan Antariksa. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan jumlah sampel 119 orang pasien di unit hemodialisis. Analisis data menggunakan uji korelasi, independent t-test dan one way anova. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas hidup dengan dukungan sosial p-value 0,009, r=0,240, tingkat spiritual p-value 0,000 dan depresi p-value 0,000. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup yaitu depresi. Penelitian ini merekomendasikan kepada perawat untuk melakukan pengkajian depresi sebagai screening awal untuk menentukan intervensi keperawatan guna meningkatkan kualitas hidup.

Hemodialysis is one of the treatment of chronic renal failure. Beside its therapeutic effects, hemodialysis cause long term impact that decrease quality of life. There are several factors considered have influences quality of life of hemodialysis patients, which are depression, spiritual level and social support. The aim of this study is to determine relationship between depression, spiritual level and social support with quality of life of hemodialysis patient in RSAU Dr. Esnawan Antariksa. This study was a cross sectional design, involved 119 hemodialysis patients Data were analysed using correlation test, independent t test, and one way anova. The results showed there was a significant relationship between quality of life and social support p value .009, r .240, spiritual level p value .000 and depression p value .000 . The most influential factor quality of life is depression. This study recommends that nurses should assess depression level in hemodialysis patient as early screening to determine nursing intervention that can improve quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48500
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giri Susanto
"Hemodialisis (HD) merupakan metode terapi yang banyak digunakan oleh pasien gagal ginjal kronik. Hemodialisis membutuhkan waktu jangka panjang sehingga dapat menimbulkan munculnya berbagai komplikasi yang dapat menimbulkan penurunan kualitas tidur. Fatigue dan depresi diduga berpengaruh terhadap penurunan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fatigue dan depresi dengan kualitas tidur pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis di RSUD Pringsewu Lampung. Desain pada penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 103 pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Analisa data menggunakan uji korelasi Chi square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara fatigue (p value 0.002), dan depresi (p value 0.034) dengan kualitas tidur. Variabel konfonding: usia, pekerjaan, jadwal HD dan lama tidur siang berhubungan signifikan dengan kualitas tidur (p = 0.022, p = 0.041, p = 0.024 dan p = 0.041), namun jenis kelamin, pendidikan, lama HD, hemoglobin, status nutrisi, dan komorbid tidak signifikan berhubungan dengan kualitas tidur (p > 0.05). Hasil analisis regresi logistik berganda menunjukkan fatigue, depresi, pekerjaan, lama HD dan lama tidur siang berkontribusi terhadap kualitas tidur (OR: 5.911, 5.382, 0.142, 0.401 dan 0.164). Dalam satu model ketika diregresikan secara bersamaan, kelima variabel ini berkontribusi sebesar 44,4% terhadap kualitas tidur. Fatigue merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas tidur. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap fatigue dan pengembangan intervensi keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien hemodialisis

Hemodialysis (HD) is a method of treatment that is widely used by chronic kidney failure patients. Hemodialysis takes a long time so that it can cause various complications, which one of them is a decrease in sleep quality. Fatigue and depression are considered affecting the quality of sleep in patients undergoing hemodialysis. This study aims to determine the relationship between fatigue and depression with sleep quality in end-stage renal failure patients undergoing hemodialysis in RSUD Pringsewu Lampung. The design in this study was cross sectional, recruited a total sample of 103 patients with end-stage renal failure undergoing hemodialysis. Data analysis used Chi square correlation test and multiple logistic regression. The results of this study indicated that there was a significant relationship between fatigue (p value 0.002) and depression (p value 0.034) with sleep quality. In addition, age, occupation, HD schedule and length of nap were significantly correlated with sleep quality (p = 0.022, p = 0.041, p = 0.024 and p = 0.041, respectively). However, there were not significantly correlated between gender, education, duration of HD, hemoglobin, nutritional status, and comorbidities with sleep quality (p > 0.05). The result of multiple logistic regression analysis showed that fatigue, depression, occupation, duration of HD and length of nap contributed to sleep quality (OR: 5.911, 5.382, 0.142, 0.401 and 0.164 respectively). In the same model, these variables when regressed together could explain 44.4% to sleep quality. The fatigue became the most influential factor on sleep quality. Therefore, the assessment of fatigue and develop nursing interventions to improve sleep quality hemodialysis patients is pivotal to be conducted in taking care of haemodialysis patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhardjono, supervisor
"ABSTRAK
Pada pasien hemodialisis (HD), banyak penelitian di negara maju membuktikan hubungan yang erat antara inflamasi, komplikasi kardiovaskular, malnutrisi, dan mortalitas yang tinggi. Inflamasi yang ditandai dengan meningkatnya IL-6 dan CRP, serta berkurangnya sitokin anti-inflamasi IL-10, mempunyai peran utama dalam terjadinya berbagai komplikasi pada pasien HD di Indonesia, terdapat perbedaan pelaksanaan HD, yaitu HD yang lebih jarang (2 kali seminggu), banyak menggunakan dialiser selulosal diasetat, proses ulang, low flux, dan tanpa air yang sangat murni, yang kesemuanya menyebabkan risiko respons inflamasi yang tinggi. Pada kenyataannya, prevalensi inflamasi dan nilai rata-rata CRP di Indonesia lebih rendah. Polimorfisme gen IL-6-174G>C dan gen IL-10-1082G>A telah dibuktikan mempengaruhi tingkat produksi IL-6 dan CRP. Perbedaan proporsi alel G, C pada IL-6-174, dan alel G, A pada IL-1082, berbagai bangsa dan ras, mungkin menjadi penyebab perbedaan di atas. Sindrom inflamasi malnutrisi (SIM) pada pasien HD berbeda dengan malnutrisi pada populasi. Pada SIM, faktor inflamasi, uremia dan katabolisme protein lebih berperan. Hal ini memerlukan cara penilaian status malnutrisi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan frekuensi polimorfisme gen IL-6-174 dan IL-10-1082, mengetahui faktor yang berperan dalam SIM, mengetahui perbedaan prevalensi inflamasi pada pasien dengan malnutrisi dan sebagai validitas penilaian SGA.
Telah dilakukan penelitian pada pasien yang menjalani HD 2 kali seminggu, 5 jam per kali HD, tanpa komplikasi penyakit lainnya, dan semua memakai dialiser selulosa diasetat yang diproses ulang. Dari 64 pasien yang diperiksa, didapatkan gen IL-6-74GG 95,31%, CC 3,13% dan GC 1,56%. Gen IL-1082AA 89,06%, GA 10,94%, dan GG tidak didapatkan. Proporsi alel ini hampir sama seperti yang didapatkan di Korea, Jepang dan Cina, berbeda dengan yang didapat di AS, ras Kaukasia, Amerika-Afrika, Hispanik dan Eropa (Kaukasia). Selain perbedaan pada proporsi gen, kami mendapatkan konsenlrasi CRP (6,23±5,57 mg/L), frekuensi malnutrisi (24,7%), dan skor MIS (6,7) yang lebih rendah dibanding dengan data dari AS dan Eropa. Mengingat sedikitnya alel C pada gen IL-6-174 dan alel G pada gen IL-10-1082, analisis statistik yang dilakukan tidak dapat memperlihatkan pengaruh perbedaan alel terhadap manifestasi klinik. Inflarnasi kronik mempengaruhi terjadinya malnutrisi (PR 3,03; 1K 95% 1,53-6,06; P = 0,012). Penilaian dengan skala SGA berkorelasi balk dengan parameter antropometri (IMT, LLA, LOLA, HGS), dan albumin serum. Albumin serum sebagai parameter inflamasi kronik berkorelasi balk dengan parameter nutrisi yang lain, sedangkan CRP tidak. Didapatkan kesan yang kuat bahwa pada pasien HD, gen IL-174GG bersifat protektif, sedangkan gen IL-1082AA tidak begitu berperan. Selain itu dibuktikan adanya pengaruh inflamasi terhadap malnutrisi dan SGA terbukti merupakan penilaian sindrom malnutrisi inflamasi yang cukup baik.

ABSTRACT
Many studies on HD patients in developed countries have conferred strong evidence of closed correlation between inflammation, cardiovascular complication and high mortality rates. Inflammation, indicated by high levels of CRP and IL-6, has a major role in initiating and sustaining complications. Adapting to high cost, HD in Indonesia is conducted in a little different ways. Patients are dialyzed twice a week, 5 hours each, using reprocessed cellulose/diacetate membrane dialyzer, and without ultrapure water. All of these contribute to a high risk of inflammation, but in fact the prevalence of inflammation in Indonesia is relatively low. IL-6-174G>C and IL-10-1082G>A polymorphic gene have been proven to influence the production of IL-6 and CRP. The difference in the proportion of allele G, C in IL-6-174, allele G, A in IL-1082 in a variety of people's races might cause the difference in the prevalence and the level of inflammation. Malnutrition inflammation syndrome (MIS) on HD patients is different from malnutrition in general population. In MIS, the inflammatory factors, uremia, and protein catabolism of protein are more dominant. These matters probably require a different assessment method of malnutrition status. The purpose of this study was to obtain the frequency of polymorphic gene IL-6-174 and IL-10-1082 to find out the prominent factors in MIS, and to find out the difference in the inflammation prevalence in patients with malnutrition and to serve as validity of SGA assessment.
A study on patients who were on hemodialysis twice a week, 5 hours each session has been conducted. The subjects had no other co-morbidities and all of them used reprocessed diasetat cellulose dialyzers. Out of 64 patients examined, IL-6-174GG was obtained 95.31%, CC 3.13% and GC 1.56%, IL-1082AA 89.06%, GA 10.94%, but absence of GG genotype. The proportion of these alleles was almost similar to that obtained in Korea, Japan and China, but it was different from that obtained in the US for the Caucasian race, African Americans, Hispanic people, and the Caucasian people in Europe_ Besides the difference in gene proportion, it was obtained that CRP (6.23±5.57 mg/L), malnutrition (24.7%), and malnutrition inflammation score (6.7) were lower compared with the data from Europe and the United States. Considering the scanty amount of allele C in IL-6-174 gene and G allele in IL-10-1082 gene, based on the statistic analysis performed it did not revealed the influence of the difference in allele on the clinical manifestation. It was found that chronic inflammation influenced the occurrence of malnutrition (PR 3.03; CI 95% 1.53-6.06; P = 0,012). The scoring by the SGA scales correlated well with the anthropometric parameters (body mass indes, mid arm circumtance, midarm muscle circumference, hand grip strength and serum albumin. A very resolute impression was obtained in HD patients that IL-6-174GG gene was protective in nature whereas IL-10-1082 AA gene had a less considerable role. In addition to that, it was proven that there was influence of information on the occurence of malnutrition and SGA consitutes a good enough assessment for malnutrition inflammation syndrome.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
D598
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Khusniyati M
"ABSTRAK
Fatigue dan depresi merupakan gejala yang sering terjadi pada pasien hemodialisa dan dapat mempengaruhi buruknya kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkatan fatigue dan depresi dan hubungannya terhadap kualitas hidup pada pasien hemodialisa. Hasil penelitian ini dari sebanyak 105 pasien sebagian besar pasien (57,1%) mengalami fatigue dan sebagian pasien tidak mengalami depresi (67.6%). Penelitian ini menghubungkan dengan kualitas hidup dan didapatkan hasil adanya hubungan signifikan antara fatigue, depresi terhadap kualitas hidup (p=0.000 dan p=0.001). Depresi merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisa (koef B=4.868). Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dilakukannya deteksi awal depresi dan upaya promotif dan preventif untuk meminimalisir terjadinya depresi pada pasien hemodialisa.

ABSTRACT
Fatigue and depression are the most common symptoms of haemodyalisis patients and are associated with poor quality of life. Purpose: To investigate the levels of fatigue and depression and its correlation with quality of life of haemodialysis patients. Result: Of the 105 haemodialysis patients, the majority of patients (57.1%) seemed to have low rates of fatigue and to have high rates of no depression (67.6%). Studying the quality of life of these patients we can observed a correlation between fatigue, depressions, and quality of life. In particular, patients who experiences higher rates of fatigue and depressions seem to have worse quality of life than those experiencing low rates of fatigue and depression (p=0.000 and p=0.001). Depressions is that most affect the quality of life of haemodialysis patients (coef B=4.868). Recommendation of this study are performing depressions and implementing health promotion and prevention to minimalize depressions for haemodialysis patients."
2017
T48329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Supriyadi
"Background: the prevalence of chronic kidney disease (CKD) and dialysis patients is increasing every year in Indonesia. The impact of CKD and dialysis on patient quality of life (QOL) has been recognized as an important outcome measure in the management of CKD. The Kidney Disease Quality of Life (KDQOL-36) has been validated and is widely used as a measure of QOL for CKD and dialysis patients in many countries, but not in Indonesia. The aim of this study is to determine the reliabity and validity of the Indonesian version of KDQOL-36 on hemodialysis patients in Indonesia.
Methods: the KDQOL-36 was translated into Indonesian language by a certified translator and then it was back-translated into English. The translated questionnaire was further reviewed by an expert panel. The final questionnaire was administered to hemodialysis patients in Hemodialysis Unit at Hasan Sadikin General Hospital. Validity was measured using Pearson's correlation between the kidney disease-targeted scores, generic dimensions (SF-12) scores and each scale score in KDQOL-36. The internal consistensy was assessed using Cronbach's Alpha and reliability was examined using test-retest.
Results: out of 103 patients, we found that most subjects were male (52.4%) with median age of 51 (22-75) years. The duration of hemodialysis was 3.4 (SD 2.1) years. The validity test showed a significant correlation (p<0.001) on kidney disease-targeted total score, SF-12 and each score of the scale within it. All of the KDQOL-36 scales showed good test-retest reliability. Internal consistency reliability values were acceptable, with Cronbach's Alpha >0,7 for all scales. Conclusion: the Indonesian version of the KDQOL-36 questionnaire is valid and reliable for evaluating QOL in reguler hemodialysis patients.

Latar belakang: prevalensi penyakit ginjal kronik (PGK) dan pasien dialisis meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Pengaruh PGK dan dialisis terhadap kualitas hidup pasien merupakan bagian penting dalam tatalaksana PGK. Kuesioner Kidney Disease Quality of Life (KDQOL-36) merupakan instrumen khusus penilaian kualitas hidup pasien PGK dan dialisis yang telah diterjemahkan di berbagai negara, namun belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan validitas dan reliabilitas kuesioner KDQOL-36 versi bahasa Indonesia pada pasien di Indonesia.
Metode: penerjemahan kuesioner KDQOL-36 ke bahasa Indonesia dan penerjemahan kembali ke bahasa Inggris dilakukan oleh penerjemah bersertifikat, dilanjutkan dengan penilaian kuesioner lebih lanjut oleh tim ahli. Kuesioner versi akhir diuji pada pasien hemodialisis rutin di Unit Hemodialisis RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Validitas dianalisis dengan uji korelasi Pearson antara skor total skala target penyakit ginjal, kesehatan umum (SF-12) dan seluruh skala dalam KDQOL-36. Konsistensi internal diuji dengan koefisien Cronbach Alpha dan reliabilitas dianalisis dengan uji test-retest.
Hasil: subjek penelitian berjumlah 103 pasien, sebagian besar laki-laki (52,4%), dengan median usia 51 (22-75) tahun dan telah menjalani hemodialisis rata-rata 3,4 (SB 2,1) tahun. Hasil uji validitas menunjukkan korelasi bermakna (p<0,001) antara skor total skala target penyakit ginjal, SF-12 dan setiap skor dalam skala tersebut. Seluruh skala dalam KDQL-36 menunjukkan reliabilitas tes-retest yang baik.Nilai reliabilitas konsistensi internal dapat diterima dengan nilai Cronbach Alpha ≥ 0,7 untuk seluruh skala.
Kesimpulan: kuesioner KDQOL-36 versi bahasa Indonesia memiliki validitas dan reliabilitas yang baik untuk menilai kualitas hidup pasien hemodialisis rutin
"
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2019
610 UI-IJIM 51:4 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chairul Huda Al Husna
"Hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal yang paling banyak diberikan pada pasien Gagal Ginjal Terminal. Kepatuhan pasien hemodialisis terhadap pembatasan cairan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas dan angka harapan hidup serta mencegah dampak perburukan dari penyakit. Kepatuhan cairan dapat dipengaruhi berbagai macam faktor baik internal maupun eksternal. Tujuan penelitian: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cairan pasien HD di satu RS yang ada di Malang. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian 98 responden yang didapatkan dengan tehnik consecutive sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar pengumpulan data. Analisis hasil penelitian menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman dan analisis multivariat menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cairan adalah: Usia p=0,001 , komplikasi p=0,017 , agreeableness p=0,013 , dan dukungan keluarga p=0,001 . Hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang berhubungan paling dominan dengan kepatuhan cairan adalah usia r=0,255.

Hemodialysis is the most widely used renal replacement therapy in patients with End Stage Renal Disease. Fluid adherence of hemodialysis patients is an important aspect in improving quality and life expectancy and preventing the deterioration of the disease. Fluid adherence can be influenced by both of internal and external factors. Objective To analyze factors associated with fluid adherence among HD patients in Malang Hospital. This study used cross sectional design. The number of samples in the study of 98 respondents obtained by consecutive sampling techniques. Methods of data collection with questionnaires and data collection sheets. Analysis of research results used Pearson and Spearman correlation and multivariate analysis with linear regression. The results showed that factors related to fluid adherence were age p 0.001, complications p 0.017, agreeableness p 0.013 , and family support p 0.001 . The result of multivariate analysis found that the most dominant correlated factor with fluid adherence was age r 0,255."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>