Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189730 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syafrijal Fajri
"Mengemudi bus merupakan salah satu jenis pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi terhadap kecelakaan lalu lintas. Seorang pengemudi harus selalu mengharapkan sesuatu yang tidak diharapkan, sehingga akan selalu waspada dan sadar serta berhati-hati dalam bertingkah laku saat mengemudikan kendaraan. Safety driving merupakan dasar perilaku mengemudi yang lebih memperhatikan keselamatan khususnya bagi pengemudi itu sendiri dan orang disekitarnya. Safety driving didesain untuk meningkatkan kesadaran pengemudi terhadap segala kemungkinan yang tejadi selama mengemudi. Pentingnya safety driving pada saat berkendara merupakan salah satu pilar dalam mewujudkan keamaan dan keselamatan berlalu lintas dan sangat berpeluang untuk mengurangi kecelakaan yang terjadi. Desain penelitian pada penelitian ini adalah cross sectional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan perilaku berkendara selamat dengan pendekatan kuantitatif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 308 pengemudi bus di PT XYZ. Adapun metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengisian kuesioner kepada responden. Selanjutnya data yang didapatkan diolah secara deskriptif dan inferensial menggunakan software statistik untuk melihat gambaran dan hubungan dari setiap variabel. Variabel independen pada penelitian ini adalah usia, masa kerja, status kebugaran, komunikasi dengan atasan, komunikasi dengan rekan kerja, kondisi jalan, kondisi kendaraan, waktu kerja pengemudi, jarak tempuh, SOP, kebijakan, pengawasan, kompensasi, status kepegawaian, training improvement, dan pemberian reward & punishment. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status kebugaran (POR=6.203 (3.649 – 10.547)), komunikasi dengan atasan (POR=4.025 (2.500–6.478)), kondisi kendaraan (POR=2.602 (1.622-4.173)), waktu kerja pengemudi (POR=2.287 (1.447-3.614)), jarak tempuh (POR=1.904 (1.209-2.998)), SOP (POR=1.850 (1.175-2.913)), kebijakan (POR=1.860 (1.182-2.925)), pengawasan (POR=1.904 (1.209-2.998)), kompensasi (POR=2.570 (1.622-4.072)), training improvement (POR=8.069 (4.790-13.593)), dan pemberian reward & punishment (POR=2.199 (1.384-3.493)) dengan perilaku berkendara selamat. Sedangkan variabel usia, masa kerja, komunikasi dengan rekan kerja, kondisi jalan, dan status kepegawaian tidak menunjukan adanya hubungan dengan perilaku berkendara selamat. Status kebugaran menjadi faktor dominan yang mempengaruhi perilaku berkendara selamat pada pengemudi bus di PT. XYZ.

Driving a bus is one of the types of jobs that carries a high risk of traffic accidents. A driver must always expect the unexpected, so they remain vigilant, aware, and cautious in their behavior while driving. Safety driving is a driving behavior foundation that focuses on safety, especially for the driver themselves and those around them. Safety driving is designed to raise driver awareness of all potential events that may occur during driving. The importance of safety driving while driving is one of the pillars in achieving road safety and can significantly reduce the occurrence of accidents. The design of this research is cross-sectional. The aim of this study is to analyze factors associated with safe driving behavior using a quantitative approach. The sample in this study consisted of 308 bus drivers at PT XYZ. Data collection was done by administering questionnaires to the respondents. The data obtained were processed descriptively and inferentially using statistical software to examine the relationships and patterns of each variable. The independent variables in this study include age, years of service, health status, communication with superiors, communication with coworkers, road conditions, vehicle conditions, driving duration, travel distance, SOP, policies, supervision, compensation, employment status, training improvement, and reward & punishment. The results showed a significant relationship between health status (POR = 6.203 (3.649 – 10.547)), communication with superiors (POR = 4.025 (2.500 – 6.478)), vehicle conditions (POR = 2.602 (1.622 – 4.173)), driving duration (POR = 2.287 (1.447 – 3.614)), travel distance (POR = 1.904 (1.209 – 2.998)), SOP (POR = 1.850 (1.175 – 2.913)), policies (POR = 1.860 (1.182 – 2.925)), supervision (POR = 1.904 (1.209 – 2.998)), compensation (POR = 2.570 (1.622 – 4.072)), training improvement (POR = 8.069 (4.790 – 13.593)), and reward & punishment (POR = 2.199 (1.384 – 3.493)) with safe driving behavior. On the other hand, the variables of age, years of service, communication with coworkers, road conditions, and employment status did not show any relationship with safe driving behavior. Health status is a dominant factor that influences safe driving behavior of bus drivers at PT. XYZ."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyo Santoso
"

Perilaku aman berkendara (safety driving) merupakan bagian dari budaya keselamatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman dibagi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan sifat karakteristik seseorang meliputi pengetahuan dan motivasi, sedangkan faktor eksternal meliputi ketersediaan alat pelindung diri (APD), kondisi kendaraan, kondisi jalan raya, dan fasilitas rambu dan marka jalan. Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif secara cross sectional. Hasil dari penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku aman berkendara pada pengemudi bus Luragung Termuda di sekitar jalur pantura jawa barat, serta hasil yang didapat digunakan untuk menilai apakah ada hubungan antara faktor internal dan faktor eksternal dengan perilaku aman berkendara.


Safe drive behavior is part of the safety cultures. The factors that influence safe behavior is divided into two main factors, internal factors and external factors. The internal factor is natural characteristics of persons including knowledge and motivation, and the external factors including the availability of personal protective equipment (PPE), the condition of the vehicle, road conditions, road signs and road markings. This study designed as quantitative study and cross-sectional study. The results of this study intends to describe the behavior of the Luragung Termuda bus driver's safety in Pantura west java Indonesia, and the results are used to make an assessment that may have any relationship between internal factors and external factors in safety driving behavior.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudho Wicaksono
"Saat ini kendaraan merupakan salah satu kebutuhan yang tidak lagi tersier melainkan sekunder. Dalam hal memilih kendaraan terutama mobil, faktor kenyamanan dan keamanan merupakan salah satu hal utama yang harus diperhatikan. Faktor kenyamanan dan keamanan mobil sedikit banyak dipengaruhi oleh sistem suspensi. Sistem suspensi membantu mengurangi guncangan yang diakibatkan oleh kondisi jalanan, baik dari speed bump atau polisi tidur, permukaan jalan yang tidak rata, maupun pita penggaduh. Objek pada penelitian ini adalah mobil Honda Jazz RS 2016 dengan tujuan mencari tingkat kenyamanan pada pengemudi dan penumpang serta mencari tingkat keamanan yang dihasilkan oleh mobil. Peneltian menggunakan seluruh badan kendaraan dengan 4 penumpang dan 4 roda. Dengan menggunakan gelombang sinusoidal sebagai pendekatan untuk profil jalan serta untuk menghasilkan gerakan pitch dan roll. Sistem suspensi pada Honda Jazz RS 2016 memiliki koefisien kekakuan pegas suspensi 60500 N/m pada roda depan dan 45500 N/m pada roda belakang dengan asumsi rasio redaman pada roda depan 0.6 dan roda belakang 0.3. Untuk mendapatkan variasi data, koefisien kekakuan dan koefisien redaman dijadikan rasio redaman kemudian naik/turunkan sebesar 0.1. Dalam penelitian, data didapat menggunakan metode space state untuk memudahkan mendapatkan percepatan, kecepatan, dan perpindahan dari setiap titik massa di kendaraan. Hasil percepatan pada titik massa pengemudi dan penumpang diolah kembali untuk mendapatkan percepatan RMS yang kemudian dicocokkan dengan ISO 2631 untuk mengetahui tingkat kenyamanan. Kecepatan dan perpindahan pada titik massa roda digunakan untuk mengetahui tingkat keamanan kendaraan berdasarkan kemampuan ban menapak jalan yang dilihat dari gaya normal yang bekerja pada ban. Hasil dari penelitian pada Honda Jazz RS 2016 dengan input halangan berupa sinyal sinusoidal adalah tingkat kenyamanan kendaraan cukup tidak nyaman pada sebagian besar variasi hasil. Keamanan memiliki tingkat baik dengan kondisi roda selalu menapak jalan. Perhitungan manual dilakukan untuk mendapatkan data pembanding. Hasil dari perbandingan perhitungan manual dengan metode space state adalah kedua metode memiliki frekuensi yang sama pada setiap titik massa kendaraan dengan amplitudo yang jauh berbeda antar dua metode. Secara keseluruhan, perubahan koefisien kekakuan pegas tidak memberikan pengaruh yang signifikan selama rasio redaman dari sistem suspensi tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Currently, vehicles have become a necessity that is no longer considered tertiary but rather secondary. When choosing a vehicle, especially a car, factors such as comfort and safety are among the primary considerations. The level of comfort and safety in a car is influenced to some extent by the suspension system. The suspension system helps reduce shocks caused by road conditions, including speed bumps, uneven road surfaces, and road disturbances. The object of this research is a 2016 Honda Jazz RS with the aim of evaluating the comfort for both the driver and passengers, as well as assessing the safety level provided by the vehicle. The study involves the entire vehicle body with 4 passengers and 4 wheels. Sinusoidal waves are used as an approach to simulate road profiles and generate pitch and roll movements. The suspension system of the 2016 Honda Jazz RS has a spring stiffness coefficient of 60500 N/m for the front wheels and 45500 N/m for the rear wheels, assuming damping ratios of 0.6 for the front wheels and 0.3 for the rear wheels. To obtain a variety of data, the stiffness and damping coefficients are used to create a damping ratio, which is then adjusted by increments of 0.1. Sinusoidal signals are employed as input obstacles to simulate road surfaces. The research utilizes the space state method to acquire acceleration, velocity, and displacement data for each mass point in the vehicle. The obtained acceleration data for the driver and passengers are processed to determine the Root Mean Square (RMS) acceleration, which is then compared with ISO 2631 standards to assess comfort levels. The velocity and displacement data for the wheel masses are used to evaluate the safety level based on the tire's ability to maintain contact with the road, as indicated by the normal force acting on the tire. The results of the study on the 2016 Honda Jazz RS, with sinusoidal signal obstacles as input, reveal that the comfort level of the vehicle is generally insufficient. However, the safety level is considered good under the condition that the wheels consistently maintain contact with the road. Manual calculations are performed to obtain comparative data. The comparison between manual calculations and the space state method reveals that both methods have the same frequency at each vehicle mass point but with significantly different amplitudes. Overall, changing the spring stiffness coefficient does not have a significant effect as long as the damping ratio of the suspension system remains relatively unchanged."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raih Zenita Imami
"Perilaku selamat adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap karyawan (Heinrich, 1931). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan perilaku kerja selamat pada pekerja bagian warehouse dan workshop di PT X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil kuesioner, observasi, dan wawancara dengan pihak manajemen. Sedangkan data sekunder didapatkan dari dokumen perusahaan dan literatur. Sampel pada penelitian ini berjumlah 79 responden, 62 responden dari bagian warehouse dan 17 responden dari bagian workshop. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square, dengan menggunakan α = 0,05 dan CI = 95%.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui 53,2% pekerja berperilaku selamat, dan 46,8% pekerja berperilaku tidak selamat. Faktor-faktor yang secara statistik memiliki hubungan dengan perilaku selamat adalah peran rekan kerja dan lingkungan. Faktor-faktor yang secara statistik tidak memiliki hubungan dengan perilaku selamat adalah pengetahuan, sikap, peraturan, pengawas, dan ketersediaan APD.

Safe behavior is an act or behavior from someone or some workers who reduce the possibility of accident to employees (Heinrich, 1931). The purpose of this research is to determine factors associated with the safe behavior on workers at warehouse and workshop department of PT X. This research is a quantitative research, using cross sectional study method. This research use primary and secondary data. Primary data is collected with questionnaire, observation, and interview the management. Secondary data is collected from documents and literatures. This research has 79 samples, 62 respondents from warehouse department and 17 respondents from workshop department. Bivariat analysis is done with chi square test, using α = 0,05 and CI = 95%.
The result showed that 53,2% of workers have done safe behavior, while 46,8% of workers have done unsafe behavior. Factors that were proven have significant relationship with safe behavior are working relation and environment. Factors that were not proven have significant relationship with safe behavior are knowledge, attitude, regulation, supervising, and Personal Protective Equipment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Redy
"Latar belakang: Dalam beberapa dekade terakhir, dunia kerja industri transportasi telah mengalami perubahan luar biasa seperti halnya bidang pekerjaan lain. Tuntutan operasional transportasi 24 jam kerja dalam sehari dan 7 hari kerja dalam seminggu menciptakan risiko keselamatan dan kesehatan yang berkaitan dengan rasa kantuk, yaitu suatu kondisi yang diketahui mengganggu kinerja saat mengemudi dan merupakan salah satu penyebab timbulnya kecelakaan dan kematian saat berlalu lintas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko mengantuk pada pengemudi bus jarak jauh dan faktor-faktor yang berhubungan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Dua ratus satu pengemudi yang bekerja di hari libur panjang nasional diikutsertakan dalam penelitian. Data sekunder didapatkan dari kuesioner dan hasil pemeriksaan medis pengemudi bus pada liburan akhir tahun 2018 oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Hasil: Proporsi kantuk pada pengemudi bus jarak jauh adalah 9,5%. Mengemudi lebih dari 1.001 km dalam satu kali perjalanan dengan ORs=7.927 (CI 95%=2.184-28.769; p=0.002) dan kondisi kelelahan dengan ORs=3.824 (CI 95%=1.393-10.499; p=0.009) merupakan faktor determinan utama penyebab rasa kantuk pada pengemudi bus jarak jauh. Jumlah trayek selama sebulan dan faktor individu seperti usia, riwayat hipertensi, dan riwayat diabetes melitus tidak memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan kejadian kantuk (p>0.05).
Kesimpulan: Sebanyak 9,5% pengemudi bus jarak jauh mengalami kecenderungan mengantuk. Faktor jarak perjalanan dan kelelahan merupakan faktor yang terkait dengan timbulnya risiko kantuk pada pengemudi bus jarak jauh (R2=0.235).

Background: As is the case with many other occupations, the work organization of transport operators has undergone tremendous changes over the past several decades. Transportation’s 24 hours in a day an 7 days in a week operational demands create safety and health risks related to sleepiness, a condition that is known to impair driving performance and causes of motor vehicle crashes and fatalities. This study aims to identify the risk of sleepiness in long distance commuter bus drivers and its associated factors.
Method: This study used a cross sectional study design. Two hundred and one drivers who are working in long national holidays were involved in this study. The secondary data was gathered from questionnaires and medical examination of bus driver in year-end holidays 2018 by Jakarta Provincial Health Office.
Result: The proportion of sleepiness in long distance commuter bus drivers 9.5%. Driving more than 1,001 km in a single commute trip with ORad=7.927 (95%CI=2.184-28.769; p=0.002) and fatigue condition with ORad=3.824 (95%CI=1.393-10.499; p=0.009) are dominant determinants of sleepiness in long distance commuter bus drivers. Monthly number of trip and individual factors such as age, history of hypertension, and history of diabetes mellitus do not have a statistically significant relationship with the incidence of drowsiness (p>0.05).
Conclusion: Nine point five percent of long distance commuter bus drivers is experiencing sleepiness. Trip distance and fatigue are associated factors with the risk of sleepiness in long distance commuter bus drivers (R2=0.235).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprian Een Saputra
"PT.X District MTBU merupakan salah satu kontraktor pertambangan batubara untuk customer PT.B. Untuk mendukung proses produksi agar tercapai target produksi yang dipercayakan oleh PT.B kepada PT.X dalam hal penggarapan lokasi penambangan batubara seluas 145 hektar, maka dibutuhkan pekerja (pengemudi dump truck) yang bertugas untuk mengangkut tanah/batu dan batubara dari daerah penggarapan (loading) ke lokasi penumpukkan (disposal) dengan menggunakan unit dump truck (DT). Agar proses produksi berjalan dengan aman, maka pengemudi dump truck harus berperilaku aman dalam melaksanakan pekerjaan agar tidak terjadi kecelakaan. Sering terulang dan tingginya angka kecelakaan DT karena perilaku tidak aman pengemudi DT di PT.X District MTBU Tahun 2007-Pebruari 2008 (LPI PT.X MTBU 2007-Pebruari 2008) merupakan alasan penulis untuk menjadikan masalah tersebut menjadi sebuah penelitian. Menurut Heinrich (1928) menyatakan bahwa dari 75.000 kasus kecelakaan kerja sekitar 88 % akibat perilaku tidak aman (unsafe act) pekerja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku aman.
Penelitian ini dilakukan di PT.X District MTBU dari tanggal 10 Maret-12 Juni 2008. Populasi penelitian adalah seluruh pengemudi DT (± 110 orang) dan sampel yang diambil sebanyak 80 orang. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Instrumen yang digunakan untuk pengambilandata yaitu kuesioner. Selain itu peneliti juga melakukan observasi lapangan untuk pengambilan data. Peneliti mencoba melakukan analisa univariat untuk menggambarkan variabel independen (umur, pendidikan, lama kerja, pelatihan K3, motivasi keselamatan, iklim K3, beban kerja, peranan kerja, pengembangan karir dan peran atasan) dan variabel dependen (perilaku aman). Selain itu peneliti juga melakukan analisa bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji statistik Chi-Square.
Dari hasil analisa univariat peneliti mendapatkan bahwa hampir semua responden berperilaku aman saat bekerja yaitu sebesar 92,5%, rata-rata responden berada pada kelompok umur lebih dari 40 tahun yaitu sebesar 43,75%, kebanyakan responden berpendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 87,5%, sebagian besar memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun yaitu sebesar 70%, lebih dari 70% responden telah mendapatkan pelatihan K3 dalam kelompok baik yaitu sebesar 73,75%, umumnya responden memiliki motivasi keselamatan cukup baik terhadap pekerjaannya yaitu sebesar 53,75%, hampir semua responden menganggap iklim K3 di PT.X MTBU tinggi yaitu sebesar 88,75 %, rata-rata responden menganggap beban kerja mereka sudah sesuai yaitu sebesar 42,5 %, kebanyakan responden sudah memiliki peranan jelas sebagai pengemudi DT yaitu sebesar 76,25%, sebagian besar responden menganggap pengembangan karir di PT.X MTBU baik yaitu sebesar 71,25% dan rata-rata menganggap peran atasan mereka sudah baik sebesar 68,75%. Dari hasil analisa bivariat peneliti mendapatkan bahwa tidak ada hubungan antara umur, pendidikan, lama kerja, beban kerja dan pengembangan karir dengan perilaku aman. Ada hubungan antara pelatihan K3, motivasi keselamatan, iklim K3, peranan kerja dan peran atasan dengan perilaku aman. Oleh sebab itu, disarankan bagi perusahaan agar lebih memfokuskan lagi pada faktor pelatihan K3, motivasi keselamatan pekerja, iklim K3 perusahaan, peranan kerja dan peran atasan dalam mengembangkan perilaku aman para pekerja khusunya pengemudi DT."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Eka Puspitasari
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Driver Performance pada pengemudi bus Perum DAMRI Antar Kota Antar Provinsi AKAP Lampung tahun 2017. Variabel yang di teliti adalah faktor individu umur, masa kerja dan tingkat pendidikan , faktor pekerjaan jadwal kerja dan waktu istirahat dan faktor lingkungan sarana prasarana jalan, gangguan selama perjalanan dan kondisi kendaraan .Driver Performance diukur berdasarkan pada 5 indikator dari Driver and Vehicle Standards Agency DVSA yaitu persiapan sebelum perjalanan, kontrol pengemudi, kepatuhan lalu lintas, keselamatan berkendara dan peninjauan peningkatan mengemudi. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif observasional dengan menggunakan studi cross sectional melalui penyebaran kuesioner dengan jumlah sampel sebanyak 53 responden dan observasi lapangan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan univariat menggunakan analisis distribusi dan analisis bivariat untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik.Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa Driver Performance responden sebagian besar adalah baik 67,9 . Hasil analisis bivariat menyatakan ada hubungan yang secara statistik bermakna antara driver performance dengan variabel kondisi kendaraan.

This study aims to explain the factors associated with Driver Performance on DAMRI Lampung Intercity bus drivers. Variables in the observation are the individual factors age, years of service and education level , work factors work schedule and rest period and environmental factors road infrastructure, disruption during trip and vehicle conditions . Driver performance are measured based on the 5 indicators of the Driver and Vehicle Standards Agency DVSA of pre trip preparation, driver control, traffic compliance, driving safety and improved driver review. This study was conducted through an observational quantitative approach using cross sectional study through the spreading of questionnaires with the number of samples of 53 respondents and field observation. The data obtained in this study were analyzed by univariate using distribution analysis and bivariate analysis to know whether there was a significant relationship statistically. The result of univariate analysis shows that the Driver Performance of respondent is mostly good 67,9 . The result of bivariate analysis stated that there was a statistically significant relationship between driver performance and vehicle condition."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Januardi Putra
"Perilaku tidak selamat adalah perilaku yang dapat mengizinkan terjadinya suatu kecelakaan atau insiden. Perilaku tidak selamat merupakan salah satu penyebab langsung terjadinya kecelakaan. Jenis perilaku tidak selamat yang terjadi di PT X Tahun 2014, yaitu gagal dalam mengamankan, tidak disiplin dalam pekerjaan, gagal dalam memberi peringatan, menggunakan peralatan yang tidak sesuai dan posisi atau sikap tubuh yang salah. Penelitian ini menggunakan kerangka konsep yang bedasarkan teori dari teori Lawrence Green dan E Soot Geller. Variabel yang diteliti yaitu faktor internal (persepsi,pengetahuan dan motivasi) dan faktor eksternal (pengawasan, peraturan K3 dan pelatihan K3). Hasil penelitian yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku tidak selamat, dan juga terdapat hubungan yang bermakna antara pelatihan K3 dengan perilaku tidak selamat.

Unsafe behavior is behavior that may permit the occurrence of an accident or incident. Unsafe behavior is one of the direct causes of accidents. Type of unsafe behavior that occur at PT X, failed to securing, no discipline in work, failed to give a warning, using wrong equipment and posture. This research uses variables from the theory of Lawrance Green and E Scoot Geller. analysis of unsafe Behavior. The variables studied were Internal factors (perception, knowledge and motivation) and external factors (supervision, regulation and training ). The result show is relationship between perceptions with the unsafe behavior, and relationship between the training K3 with unsafe behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novahana Noor Pradita
"ABSTRAK
Tingginya angka kecelakaan lalu lintas khususnya pada kendaraan roda dua dengan korban kedua paling banyak adalah usia remaja. Berbagai faktor melatarbelakangi angka ini, akan tetapi faktor perilaku disebut sebagai faktor utama. Perilaku yang berkembang pada masa remaja dapat menetap hingga dewasa, sehingga dibutuhkan perbaikan perilaku sedini mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran sekaligus faktor yang berhubungan dengan perilaku mengemudi beresiko pada remaja. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dan cross sectional. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuisioner kepada siswa-siswa Sekolah Menengah Atas (n=168). Hasil peneitian menunjukkan hampir sebagian besar responden berperilaku mengemudi berisiko. Selain itu terdapat hubungan antara pengaruh teman dan pengaruh orang tua dengan perilaku mengemudi pada remaja. Dibutuhkan tindak lanjut yang lebih tegas dari pihak kepolisian juga kerja sama dari pihak sekolah maupun orang tua untuk menurunkan perilaku mengemudi berisiko pada remaja.

ABSTRACT
The number of traffic accidents is very high, especially on two-wheeled vehicles with the second most victims are adolescence. Various factors underlie this number, but behavioral factors reffered as the major factor. Behaviors that develop in adolescence can persist into adulthood, so behavior improvement is needed as early as possible. This study aims to describe factors related to risky driving behaviors in adolescents. The method used is quantitative and cross sectional. The data were collected by distributing questionnaires to high school students (n = 168). The results showed that majority of respondents have risky driving behaviors. In addition there is a relationship between the influence of friends and the influence of parents with driving behavior in adolescents. Rigorous law enforcement by the police and cooperation from parents and school are needed to reduce risky driving behavior in adolescents."
2016
S64821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>