Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213226 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laurentio Daniel Caesar Perdana Putra
"Laporan ini menganalisis beberapa resep, antara lain resep yang mengandung Alprazolam, Valdimex, Tramadol, Riklona, Rhinofed Sirup, Desloratadine, Salbutamol, dan Triamcinolone. Setiap resep dianalisis dengan menggunakan literatur dan aplikasi farmasi untuk memastikan bahwa dosis dan penggunaan obat sudah sesuai serta aman bagi pasien. Terdapat pula pembahasan mengenai potensi duplikasi terapi dan interaksi obat. Pada kesimpulannya, laporan ini menyoroti pentingnya melakukan pengkajian resep secara menyeluruh untuk mencegah medication error dan memastikan bahwa resep yang diterima memenuhi persyaratan administrasi, farmasetik, dan klinis.

This report analyzes several prescriptions, including those containing Alprazolam, Valdimex, Tramadol, Riklona, Rhinofed Syrup, Desloratadine, Salbutamol, and Triamcinolone. Each prescription is reviewed using pharmaceutical literature and applications to ensure that the dosages and drug use are appropriate and safe for the patient. There is also a discussion on the potential for therapeutic duplication and drug interactions. In conclusion, the report highlights the importance of thoroughly reviewing prescriptions to prevent medication errors and to ensure that the prescriptions meet administrative, pharmaceutical, and clinical requirements. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hana Aliyah
"Pengkajian resep merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, termasuk peracikan obat dan penyerahan disertai pemberian informasi. Tujuan pengkajian resep adalah untuk menganalisa adanya masalah terkait obat dan dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa ada kriteria khusus pasien. Pengkajian resep dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, apotek, dan puskesmas. Pada tugas khusus ini, pengkajian resep dilakukan untuk pasien dengan ulkus kornea di Apotek Roxy Sawangan. Ulkus kornea merupakan defek epitel kornea sampai stroma yang disertai dengan inflamasi. Ulkus kornea secara garis besar dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu infeksi dan non-infeksi. Beberapa gejala dari ulkus kornea bakteri yang dapat dialami pasien adalah mata nyeri, kemerahan, penurunan visus, fotofobia, lakrimasi dan sensasi benda asing. Terapi farmakologi untuk pasien ulkus kornea bakteri adalah antibiotik golongan fluorokuinolon atau kombinasi fortified antibiotic topical. Berdasarkan pengkajian resep Nyonya D di Apotek Roxy Sawangan, dapat disimpulkan bahwa tidak ada medication error pada resep Nyonya D. Akan tetapi, terdapat ketidaksesuaian aspek administratif pada resep Nyonya D. Kemudian, berdasarkan aspek farmaseutik dan klinis yang telah dikaji dapat disimpulkan bahwa Nyonya D mengalami ulkus kornea yang disebabkan infeksi bakteri.

Prescription review is a series of activities consists of receiving, stock assessment, prescription review, preparing the medicine including compounding, dispensing, and providing information about the medicine to the patient. The purpose of prescription review is to analyse medication error and to be conducted for all prescription without any special criteria. Prescription review can be done in health care facilities such as hospital, drugstore, and public health center. On this report, prescription review was done for patient with corneal ulcer in Apotek Roxy Sawangan. Corneal ulcer is a defect in cornea epithelium until stroma with inflammation. In general, corneal ulcer classified based on its cause, with infection and non-infection. Some of the symptoms of bacterial corneal ulcers are eye pain, redness. Pharmacological therapy for patient with bacterial cornea ulcer is fluoroquinolone antibiotic or combination fortified antibiotic topical. Based on prescription review of Miss D in Apotek Roxy Sawangan, it can be concluded that there is no medication error in Miss D’s prescripition. However, there was discrepancy of administrative aspects in Miss D’s prescripition. Furthermore, based on pharmaceutical and clinical aspects of Miss D’s prescription, it can be concluded that Miss D has corneal ulcer caused by bacterial infection."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hana Aliyah
"Pengkajian resep merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, termasuk peracikan obat dan penyerahan disertai pemberian informasi. Tujuan pengkajian resep adalah untuk menganalisa adanya masalah terkait obat dan dilakukan untuk semua resep yang masuk tanpa ada kriteria khusus pasien. Pengkajian resep dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, apotek, dan puskesmas. Pada tugas khusus ini, pengkajian resep dilakukan untuk pasien dengan ulkus kornea di Apotek Roxy Sawangan. Ulkus kornea merupakan defek epitel kornea sampai stroma yang disertai dengan inflamasi. Ulkus kornea secara garis besar dibagi berdasarkan penyebabnya yaitu infeksi dan non-infeksi. Beberapa gejala dari ulkus kornea bakteri yang dapat dialami pasien adalah mata nyeri, kemerahan, penurunan visus, fotofobia, lakrimasi dan sensasi benda asing. Terapi farmakologi untuk pasien ulkus kornea bakteri adalah antibiotik golongan fluorokuinolon atau kombinasi fortified antibiotic topical. Berdasarkan pengkajian resep Nyonya D di Apotek Roxy Sawangan, dapat disimpulkan bahwa tidak ada medication error pada resep Nyonya D. Akan tetapi, terdapat ketidaksesuaian aspek administratif pada resep Nyonya D. Kemudian, berdasarkan aspek farmaseutik dan klinis yang telah dikaji dapat disimpulkan bahwa Nyonya D mengalami ulkus kornea yang disebabkan infeksi bakteri.

Prescription review is a series of activities consists of receiving, stock assessment, prescription review, preparing the medicine including compounding, dispensing, and providing information about the medicine to the patient. The purpose of prescription review is to analyse medication error and to be conducted for all prescription without any special criteria. Prescription review can be done in health care facilities such as hospital, drugstore, and public health center. On this report, prescription review was done for patient with corneal ulcer in Apotek Roxy Sawangan. Corneal ulcer is a defect in cornea epithelium until stroma with inflammation. In general, corneal ulcer classified based on its cause, with infection and non-infection. Some of the symptoms of bacterial corneal ulcers are eye pain, redness. Pharmacological therapy for patient with bacterial cornea ulcer is fluoroquinolone antibiotic or combination fortified antibiotic topical. Based on prescription review of Miss D in Apotek Roxy Sawangan, it can be concluded that there is no medication error in Miss D’s prescripition. However, there was discrepancy of administrative aspects in Miss D’s prescripition. Furthermore, based on pharmaceutical and clinical aspects of Miss D’s prescription, it can be concluded that Miss D has corneal ulcer caused by bacterial infection."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Firdiena Titian Ratu
"Pengkajian dan pelayanan resep serta dispensing merupakan bagian dari standar pelayanan farmasi klinik di apotek. Pelayanan resep yang teliti dengan waktu tunggu yang singkat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kepuasan serta kenyamanan pasien. Evaluasi mengenai waktu tunggu pelayanan penting dilakukan sebagai salah satu indikator evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di apotek untuk mengetahui kecepatan pelayanan farmasi dalam meningkatkan kepuasan juga kenyamanan pasien. Evaluasi dilakukan melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pelayanan tiap resep obat jadi dan obat racikan di Apotek Roxy Poltangan. Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata waktu pelayanan baik obat jadi maupun racikan sudah sesuai dan dapat dikatakan baik karena masih berada dalam rentang 15-30 menit. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu pelayanan resep di Apotek Roxy Poltangan yaitu jenis resep, jumlah staf yang bertugas, jumlah obat yang diambil, dan sistem komputer yang digunakan.

Assessment and prescription and dispensing services are part of the clinical pharmacy service standards in pharmacies. Careful prescription service with short waiting times is one of the efforts to increase patient satisfaction and comfort. Evaluation of waiting time for important services is carried out as an indicator for evaluating the quality of pharmaceutical services in pharmacies to determine the speed of pharmaceutical services in increasing patient satisfaction and comfort. Evaluation was carried out through direct observation and recording of waiting times for each finished drug prescription and concoction drug at the Roxy Poltangan Pharmacy. The evaluation results show that the average service time for both finished and concoction drugs is appropriate and can be said to be good because it is still in the range of 15-30 minutes. Factors that affect prescription service time at the Roxy Poltangan Pharmacy are the type of prescription, the number of staff on duty, the number of drugs taken, and the computer system used."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dilfa Safnia Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Indonesia periode November 2023 hingga Januari 2024. Tujuan penelitian meliputi: 1) mengidentifikasi faktor yang memengaruhi lamanya waktu tunggu pelayanan resep, 2) menghitung rata-rata waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan obat racikan, serta 3) mengevaluasi kesesuaian waktu tunggu pelayanan dengan standar Kementerian Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014. Penelitian dilakukan melalui observasi langsung terhadap proses pelayanan resep dari tahap verifikasi hingga penyerahan obat. Data dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan standar pelayanan minimal. Hasil menunjukkan bahwa jumlah resep non-racikan lebih banyak dibandingkan dengan resep racikan selama periode penelitian. Rata-rata waktu tunggu resep non-racikan berturut-turut adalah 72 menit, 59 menit, dan 57 menit, sedangkan untuk resep racikan adalah 141 menit, 73 menit, dan 69 menit. Kedua kategori waktu tunggu ini belum memenuhi standar yang ditetapkan. Penelitian ini memberikan rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi pelayanan resep di RS Universitas Indonesia.

This study aims to analyze the waiting time for outpatient prescription services at the Pharmacy Department of Universitas Indonesia Hospital during the period of November 2023 to January 2024. The objectives include: 1) identifying factors influencing the length of prescription service waiting times, 2) calculating the average waiting time for non-compounded and compounded prescriptions, and 3) evaluating the compliance of waiting times with the Indonesian Ministry of Health Standard Number 58 of 2014. The study was conducted through direct observation of the prescription service process from verification to medication handover. Data were descriptively analyzed and compared against the minimum service standards. Results showed that non-compounded prescriptions were more frequent than compounded prescriptions during the study period. The average waiting time for non-compounded prescriptions was 72 minutes, 59 minutes, and 57 minutes, while for compounded prescriptions it was 141 minutes, 73 minutes, and 69 minutes. Both categories did not meet the required standards. This study provides recommendations to improve the efficiency of prescription services at Universitas Indonesia Hospital. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Elisa Br.
"Laporan ini membahas pengkajian resep Program Rujuk Balik (PRB) pada pasien gagal jantung di Apotek Kimia Farma 0048 Matraman. Gagal jantung merupakan kondisi kronis yang memengaruhi jutaan orang di dunia dan memerlukan penanganan medis yang kompleks. Pengkajian resep dilakukan untuk mencegah medication error dan memastikan keamanan serta efektivitas terapi. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan mengkaji dua resep PRB pasien gagal jantung. Hasil pengkajian menunjukkan beberapa ketidaksesuaian dalam aspek administratif, seperti tidak tercantumnya nomor SIP dokter, jenis kelamin, dan berat badan pasien. Selain itu, terdapat interaksi obat yang perlu pemantauan rutin, seperti interaksi antara asam asetilsalisilat dengan valsartan serta ramipril dengan asetosal. Secara keseluruhan, obat-obatan yang diresepkan telah sesuai dengan indikasi pasien gagal jantung, namun diperlukan penyesuaian dosis dan pemantauan efek samping. Kesimpulannya, pengkajian resep penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas terapi, serta menghindari kesalahan pengobatan. 

This report discusses the evaluation of Back Referral Program (PRB) prescriptions for heart failure patients at Kimia Farma 0048 Matraman Pharmacy. Heart failure is a chronic condition affecting millions worldwide, requiring complex medical management. Prescription evaluation is essential to prevent medication errors and ensure therapy safety and effectiveness. The method used was a literature study, analyzing two PRB prescriptions for heart failure patients. The evaluation revealed several administrative discrepancies, such as the absence of the doctor's SIP number, patient gender, and weight. Additionally, there were drug interactions requiring regular monitoring, such as between acetylsalicylic acid and valsartan, and ramipril with acetylsalicylic acid. Overall, the prescribed medications were appropriate for heart failure patients, but dose adjustments and side effect monitoring are necessary. In conclusion, prescription evaluation is crucial to ensure therapy safety and effectiveness, and to avoid medication errors. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rahmayati
"Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan yang dapat digunakan sebagai pencegahan, penyembuhan, pemulihan, serta peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Menteri Kesehatan RI, 2016). Obat dapat diperoleh secara bebas atau berdasarkan resep dari dokter. Pasien yang memiliki masalah kesehatan tertentu dan menjalani terapi obat, umum diberikan resep obat dari dokter (Megawati & Santoso, 2017). Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi baik tertulis pada kertas maupun secara elektronik kepada apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku (Menteri Kesehatan RI, 2016). Resep dari dokter harus memuat informasi yang jelas dan memenuhi aspek administratif, farmasetik, serta pertimbangan klinis agar apoteker serta petugas kefarmasian dapat memahami obat yang akan diberikan kepada pasien (Menteri Kesehatan RI, 2016). Tugas khusus ini dilakukan dengan mendokumentasikan serta secara metode deskriptif, dilakukan pengkajian resep terhadap aspek administratif, farmasetik, dan klinis. Pengkajian resep dilakukan terhadap dua resep yang berbeda tetapi memiliki indikasi beririsan, yaitu sebagai terapi obat gangguan kardiovaskular. Berdasarkan kedua resep tersebut, aspek yang dikaji secara administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis cukup lengkap dan memberikan informasi yang cukup untuk apoteker dan tenaga kefarmasian lainnya dalam menyediakan dan memberikan obat yang sesuai kepada pasien.

Drug is a material or combination of ingredients that can be used as prevention, cure, recovery, and health improvement and contraception for humans (Menteri Kesehatan RI, 2016). Drug can be obtained with or without prescription from a doctor. Patients who have certain health problems and undergo drug therapy, are generally given drug prescriptions from the doctors (Megawati & Santoso, 2017). Prescription is a written request from a doctor or dentist either written on paper or electronically to the pharmacist, to provide and deliver drugs for patients in accordance with applicable regulations (Menteri Kesehatan RI, 2016). Prescriptions from doctors must contain clear information and meet administrative, pharmaceutical, and clinical considerations aspects so that pharmacists and pharmaceutical personnel can understand the drugs to be given to patients (Menteri Kesehatan RI, 2016). This task is carried out by documenting and reviewing prescriptions on administrative, pharmacological, and clinical aspects with descriptive method. The review of prescriptions was carried out on two different prescriptions but had intersecting indications, specifically for cardiovascular disorders. Based on these two prescriptions, the aspects reviewed administratively, pharmaceutical suitability, and clinical considerations are quite complete and provide sufficient information for pharmacists and other pharmaceutical personnel in providing and delivering appropriate drugs to patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Husnah
"Perencanaan merupakan bagian penting dalam proses pengadaan di sebuah Apotek. Perencanaan dapat dilakukan berdasarkan metode konsumsi ataupun epidemiologi. Kelompok kelas terapi obat yang paling banyak keluar dari Apotek dalam periode tertentu dapat dijadikan prioritas dalam pengadaan untuk periode berikutnya. Pembelian obat di Apotek dapat dilakukan tanpa resep ataupun dengan resep. Oleh karena itu kelas terapi obat yang paling sering diresepkan oleh dokter merupakan salah satu pertimbangan dalam melakukan perencanaan. Data kelas terapi didapat dengan memeriksa kelas terapi setiap obat yang tertulis pada seluruh resep yang masuk ke Apotek Roxy Mangga Besar selama periode 16-22 Agustus, selanjutnya ditentukan presentase untuk tiaptiap kelas terapi. Dari analisa yang dilakukan didapatkan tiga kelas terapi utama yang paling banyak diresepkan yaitu obat obat dalam kelas terapi Antiinfeksi terutama antibiotik (32,88%), Obat untuk saluran cerna (30,96%), dan Analgesik-Antipiretik (29,62%) dari total 520 resep. Dari data yang didapatkan dapat dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan, dimana ketiga kelas terapi tersebut dapat dijadikan prioritas atau sebagai kelompok obat yang diberikan porsi terbesar dari anggaran dalam perencanaan obat untuk pengadaan periode berikutnya.

Planning is an important part of the procurement process at a pharmacy. Planning can be done based on consumption or epidemiological methods. The drug therapy class group that leaves the pharmacy the most in a certain period can be prioritized in the procurement for the next period. Purchasing drugs at the pharmacy can be done without a prescription or by prescription. Therefore, the drug therapy class most often prescribed by doctors is one of the considerations in planning. The therapy class data obtained by examining the therapy class of each drug written on all prescriptions that have been submitted to the Apotek Roxy Mangga Besar during the period 16-22 August, then it is determined percentages for each therapy class. From the analysis carried out, it was found that the three main classes of therapy were most widely prescribed, namely drugs in the class of anti-infective therapy, especially antibiotics (32.88%), drugs for the digestive tract (30.96%), and analgesics-antipyretics (29.62%) of a total of 520 prescriptions. From the data obtained, it can be used as a reference in planning, where the three classes of therapy can be prioritized or as a group of drugs that are given the largest portion of the budget in drug planning for the procurement of the next period."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
Unggah4  Universitas Indonesia Library
cover
Alfiana Hadiyanti
"Analisis resep merupakan kegiatan pengkajian resep yang diterima oleh instalasi farmasi untuk di cek secara administratif, farmasetis, dan pertimbangan klinis, serta di lakukan pengkajian masalah terkait obat (DRP) dan cara pengatasannya. Tujuan analisis resep penyakit diabetes ini yaitu untuk mengetahui pengobatan diabetes yang sering diresepkan dalam dunia pekerjaan, serta mengetahui adanya komplikasi dengan penyakit lainnya atau tidak. Melakukan pengkajian/analisis resep pengobatan diabetes agar tercapai terapiyang aman, rasional, dan efektif. Metode yang digunakan Studi literatur obat-obatan yang digunakan pada penyakit diabetes. Mengumpulkan resep yang mengandung obat-obat antidiabetes di Apotek Roxy Depok. Skrining dan analisa obat-obat dalam resep serta ketersediaan obat di apotek. Berdasarkan resep-resep yang ditemui umumnya pengobatan diabetes sudah sesuai dengan lini pengobatan yang ada dan pada umumnya pasien diabetes mengalami komplikasi dengan penyakit lainnya. Berdasarkan pengkajian skrining dan analisis resep/copy resep, secara administratif masih terdapat beberapa informasi yang kurang lengkap. Untuk aspek kesesuaian farmasetis dan pertimbangan klinis (analisis DRP) secara umum dapat diakatakan sesuai, aman, rasional, dan efektif. Kualifikasi adalah bagian dari validasi yang merupakan kegiatan pembuktian dan pendokumentasian bahwa sebuah sistem atau alat sudah terpasang dengan benar dan berfungsi secara benar sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan konsisten. Tujuan tugas khusus ini yaitu untuk menganalisis urgensi dan kriteria pemeriksaan kualifikasi instalasi dan kualifikasi operasional pada mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi maupun proses analisis yang dilakukan di PT Mahakam Beta Farma. Metode yang digunakan dengan melaksanakan kualifikasi instalasi dan kualifikasi operasional pada autoklaf Hirayama HV-50. Pelaksanaan kualifikasi instalasi dan kualifikasi operasional terhadap autoklaf dilakukan berdasarkan Installation Qualification Protocol dan Operational Qualification Protocol. Hasil dan kesimpulannya yaitu pelaksanaan kualifikasi instalasi penting dilakukan dengan beberapa kriteria pemeriksaan/pengujian yaitu pemeriksaan sertifikat kalibrasi autoklaf, spesifikasi alat, instalasi, pemeriksaan komponen, dan identifikasi material. Hasil dari semua pemeriksaan/pengujian yang dilakukan dinyatakan lulus. Pelaksanaan kualifikasi operasional penting dilakukan dengan beberapa kriteria pemeriksaan/pengujian yaitu fungsi kontrol, temperature sterilisasi, dan tekanan serta waktu sterilisasi. Hasil dari semua pengujian yang dilakukan dinyatakan lulus. Penerapan 2D Barcode Batch dan e-sign adalah solusi atau inovasi yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi di Jakarta Distribution Center PT. Anugerah Pharmindo Lestari salah satunya yaitu no batch pada fisik produk yang diterima oleh customer tidak sesuai dengan no batch pada dokumen pengeluaran. Tujuan tugas khusus ini yaitu mengetahui dan memahami pentingnya melakukan inovasi untuk menerapkan solusi terhadap masalah yang terjadi di JDC PT. Anugerah Pharmindo Lestari. Mampu menerapkan inovasi dan solusi terhadap masalah yang terjadi di JDC PT. Anugerah Pharmindo Lestari. Metode yang di gunakan yaitu Customer melakukan order-order di proses-scan 2D barcode batch produk (APL bekerjasama dengan pihak manufaktur untuk mengadakan 2D barcode batch pada produk) *Jika saat checking produk yang diambil tidak sesuai maka otomatis sistem akan menolak, kembali dilakukan picking untuk produk yang sesuai *Jika produk yang di scan sesuai, serah terima produk ke vendor atau ekspedisi-ekspedisi mengirim produk ke customer-ekspedisi menscan kembali 2D barcode batch produk yang diberikan ke customer menggunakan blutooth barcode scanner yang terhubung dengan zyllem driver mobile app-customer yang menerima produk tanda tangan elektronik (e-sign) pada zyllem driver mobile app setelah menerima produk. Hasil dan kesimpulannya yaitu melakukan inovasi untuk menerapkan solusi terhadap masalah yang terjadi di PT. Anugerah Pharmindo Lestari penting dilakukan. Dengan adanya 2D barcode batch pada tiap produk dan scan 2D barcode batch pada saat pengiriman dapat meningkatkan akurasi no batch produk yang diterima customer Selain itu dengan adanya penambahan fitur tanda tangan elektronik (e-sign) sebagai inovasi untuk membuktikan bahwa customer menerima produk sesuai dengan pesanannya, sehingga dapat meningkatkan tingkat pelayanan APL. Penerapan 2D barcode batch dan penambahan fitur tanda tangan elektronik (e-sign) sudah diterapkan dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya pemberian produk dengan no batch yang tidak sesuai pada customer dapat terminimalisir.

Prescription analysis is an activity of reviewing prescriptions that are accepted by pharmaceutical installations for administrative, pharmaceutical, and clinical considerations, as well as an assessment of drug-related problems (DRP) and how to overcome them. The purpose of this diabetes prescription analysis is to determine the diabetes treatment that is often prescribed in the world of work, as well as to find out whether there are complications with other diseases or not. Conducting assessment/analysis of diabetes medication prescriptions in order to achieve safe, rational, and effective therapy. Methods used Literature study of drugs used in diabetes. Collecting prescriptions containing antidiabetic drugs at Apotek Roxy Depok. Screening and analysis of prescription drugs and drug availability in pharmacies. Based on the prescriptions found, generally diabetes treatment is in accordance with existing treatment lines and in general diabetes patients experience complications with other diseases. Based on screening studies and analysis of prescriptions / copies of prescriptions, administratively there are some incomplete information. For aspects of pharmaceutical suitability and clinical considerations (DRP analysis) in general, it can be said that it is appropriate, safe, rational, and effective. Qualification is part of validation which is an activity of proving and documenting that a system or tool has been installed correctly and is functioning correctly in accordance with established and consistent criteria. The purpose of this special task is to analyze the urgency and criteria for inspection of installation qualifications and operational qualifications on machines and equipment used in the production process and in the analysis process carried out at PT Mahakam Beta Farma. The method used is by carrying out the installation qualification and operational qualification on the Hirayama HV-50 autoclave. The implementation of the installation qualification and operational qualification of the autoclave is carried out based on the Installation Qualification Protocol and the Operational Qualification Protocol. The results and conclusions are that the implementation of the installation qualification is important to do with several inspection/testing criteria, namely checking the autoclave calibration certificate, equipment specifications, installation, component inspection, and material identification. The results of all examinations/tests carried out are declared to have passed. The implementation of operational qualifications is important to do with several inspection/testing criteria, namely the control function, sterilization temperature, and pressure and time of sterilization. The results of all tests carried out were declared to have passed. The implementation of 2D Barcode Batch and e-sign is a solution or innovation to solve problems that occur in the Jakarta Distribution Center PT. Anugerah Pharmindo Lestari, one of which is that the batch number on the physical product received by the customer does not match the batch number on the issuance document. The purpose of this special task is to know and understand the importance of making innovations to implement solutions to problems that occur at JDC PT. Anugerah Pharmindo Lestari. Able to implement innovations and solutions to problems that occur at JDC PT. Anugerah Pharmindo Lestari. The method used is that the customer makes orders processed-2D barcode scanning of product batches (APL in collaboration with manufacturers to hold 2D barcode batches on the product) * If when checking the products taken are not suitable, the system will automatically reject, re-picking for the appropriate product * If the product being scanned is suitable, hand over the product to the vendor or expedition-the expedition sends the product to the customer-the expedition rescans the 2D barcode batch of the product given to the customer using a Bluetooth barcode scanner that is connected to the zyllem driver mobile app - customer who receive the product electronic signature (e-sign) on the zyllem driver mobile app after receiving the product. The results and conclusions are making innovations to implement solutions to problems that occur at PT. Anugerah Pharmindo Lestari is important. With the 2D barcode batch on each product and scanning 2D barcode batches at the time of delivery, it can increase the accuracy of the product batch number received by the customer. In addition, with the addition of an electronic signature feature (e-sign) as an innovation to prove that customers receive products according to their orders, so as to increase the service level of APL. The application of 2D barcode batches and the addition of the electronic signature (e-sign) feature have been well implemented, so that the possibility of giving products with incorrect batch numbers to customers can be minimized. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Nadia Nurrahmah
"Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Kegiatan pengkajian resep dimulai dari persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis. Pengkajian klinis berupa ketepatan indikasi, dosis obat, waktu penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain, kontraindikasi dan interaksi obat). Pengkajian klinis pada resep obat betujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan outcome terapi yang optimal serta mendukung pelaksanaan keamanan pada pasien.

A prescription is a written request from a doctor or dentist to a pharmacist, either in paper or electronic form to provide and deliver medicine to patients in accordance with applicable regulations. Prescription review activities start from administrative requirements, pharmaceutical requirements, and clinical requirements. Clinical assessment in the form of accuracy of indications, drug dosage, time of drug use, duplication and / or polypharmacy, unwanted drug reactions (allergies, drug side effects, other clinical manifestations, contraindications and drug interactions). Clinical assessment of drug prescriptions aims to improve the quality of service to patients to obtain optimal therapeutic outcomes and support the implementation of safety in patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>