Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122450 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farras Zulfa Kazhim
"Kesadaran masyarakat Indonesia untuk bersimpati akan lingkungannya masih sangat rendah dan kian mengkhawatirkan. Kerusakan lingkungan yang terus terjadi menjadi ancaman besar bagi eksistensi manusia. Penelitian ini berfokus pada pembahasan mengenai bagaimana pragmatisme Richard Rorty menjadi tawaran lain dalam menjawab persoalan masalah lingkungan hidup. Penelitian ini menggunakan metode kritik pragmatis yang didukung dengan kajian pustaka. Kajian diawali dengan menjelaskan orientasi epistemologi Barat yang menghasilkan empat aspek utama dalam pragmatisme Richard Rorty. Kemudian pragmatisme Rorty dan etika solidaritas-nya selanjutnya digunakan sebagai perspektif alternatif dalam pembahasan topik etika lingkungan dalam rangka menemukan solusi atau jalan keluar dari kebuntuan diskursif dalam perdebatan filsafat lingkungan fundamentalis dan mencari solusi praktis yang relevan dalam konteks masyarakat Indonesia. Dalam hal ini penulis menggunakan aksi Pandawara Group untuk menunjukkan manifestasi dari nilai teori solidaritas Richard Rorty dan juga untuk menguatkan kesimpulan penulis bahwa penekanan pada aspek praktikal yang mengakar pada pengalaman manusia sehari-hari atau realitas konkrit dalam konteks-konteks tertentu dapat menjadi solusi yang lebih efektif dalam meningkatkan kepekaan moral terhadap penderitaan orang lain.

The awareness of Indonesian to sympathize with their environment is still very low and increasingly worrying. Environmental degradation that continues to occur is a major threat to human existence. This research focuses on discussing how Richard Rorty's pragmatism becomes another offer in the problem of environmental problems. This research uses pragmatic criticism methods supported by literature review. The study begins by explaining the Western epistemological orientation which produces four main aspects in Richard Rorty's pragmatism. Then Rorty's pragmatism and his ethics of solidarity are further used as alternative perspectives in discussing the topic of environmental ethics in order to find solutions or a way out of the discursive deadlock in the debate on fundamentalist environmental philosophy and to seek practical solutions that are relevant in the context of Indonesian society. In this case, the author uses the actions of the Pandawara Group to demonstrate the manifestation of the values of Richard Rorty's solidarity theory and at the same time to strengthen the author's conclusion that emphasizing practical aspects rooted in everyday human experience or concrete realities in certain contexts can be a more effective solution in increasing moral sensitivity to the suffering of others."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhistiro Nugroho
"Skripsi ini merupakan kajian budaya arisan yang diteliti melalui aspek filsafat. Dengan membahas neo-pragmatisme lewat proses pengolahan informasi yang terdapat dalam komunikasi intrapersonal, maka terbentuklah konsep keuntungan yang merupakan imbas dari kepentingan subjektif manusia. Munculnya budaya arisan menjadi konsekuensi yang cukup logis atas dasar pengetahuan manusia yang berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, perbedaan itulah yang justru membuat kegiatan arisan penting untuk disepakati dan kemudian dapat memenuhi berbagai kepentingan subjektif. Pada budaya arisan, ditemukan beberapa faktor yang menjelaskan alasan kegiatan ini tetap berlangsung hingga sekarang. Tujuan skripsi ini adalah menjelaskan bahwa budaya arisan merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat demi pemenuhan kepentingan subjektif.

This thesis is a study which examined social gathering culture through the philosophical aspects. By discussing the neo-pragmatism through the processing of the information contained in the intrapersonal communication, the concept of profit, which is the impact of subjective human interests, is formed. The emergence of arisan culture become a quite logical consequence on the basis of human knowledge that are different from each other. However, it is the differences that make arisan an important social gathering event that needs to be agreed, to meet the varied subjective interests. In the culture of arisan there are a number of factors which explain why this activity is still ongoing until now. The purpose of this thesis is to explain that the arisan culture is a social interaction that is done to fulfill subjective interest.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43550
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 1996
149 DEC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mardi Adi Armin
"Neopragmatisme Roily adalah salah satu varian dari gerakan antimetafisika yang berkembang di Amerika, sebagaimana gerakan antimetafisika global yang berkembang di belahan dunia barat pada paruh kedua Abad ke-20. Gerakan antimetafisika yang berkembang di Amerika berakar kuat pada identitas pragmatisme klasik yang mengambil bentuk sebagai sayap kiri pragmatisme Amerika. Istilah sayap kiri dipergunakan untuk menggambarkan misi pemikiran yang diemban oleh neopragmatisme, yaitu merancang masa depan yang lebih terjamin dengan mengedepankan pembentukan metafora-metafora barn oleh kelompok pelopor, sambil menampung secara egalitarian semua aspirasi ekonomi, sosial-politik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat herdasarkan prinsip-prinsip demokrasi serba kelnungkinan (contingency) bahasa, diri, masyarakat. Sayap kiri dipergunakan pula wttuk memperlawankan pemikiran neopragmatisme dengan pragrnatisme konservatif yang masih mempertimbangkan tahap-tahap eksperimentasi dalam perumusan susunan ilmu pengetahuan. Neopragmatisme mengabaikan penjelasan kesejarahan yang bersifat sinkronis dan struktural, akibat orientasi horizontal menuju kegiatan sosial beragam yang bergerak ke depan. Tafsir barn mengenai sejarah peradaban manusia harus bersifat diakronis dan tidak bersifat kosa kata akhir (final vocabulary), melainkan terbuka pada setiap penafsir berdasarkan pendekatan sikap-sikap unik (pointilisme dan strukturis). Dengan demikian, dominasi kekuatan suatu interpretasi atas interpretasi yang lain tidak diperkenankan. limo pengetahuan tidak lagi dihangun berdasarkan objektivisme dan ekspenmentasi, tetapi berdasarkan sikap toleran, keberagaman dan cakap..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T11422
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Yus Novita S.
"Penelitian mengenai pemanfaatan perpustakaan di Sekolah Bina Nusantara dilakukan pada bulan Juni 2006, tujuannya adalah menggambarkan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa SMU di sekolah tersebut beserta kendala-kendala pemanfaatannya. Pengumpulan data dilakukan dilakukan melalui penyebaran kuesioner, wawancara dan melakukan pengamatan, penulis juga melakukan studi bibliografis untuk menunjang kelengkapan data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengguna perpustakaan telah memanfaatkan Perpustakaan Sekolah Bina Nusantara.. Hal ini dapat diketahui dari data bahwa seluruh responden pernah mengunjungi perpustakaan untuk menunjang kegiatan belajar mereka. Dari segi pemanfaatan buku menunjukkan bahwa semua subjek buku yang tersedia di Perpustakaan Sekolah Bina Nusantara sudah dimanfaatkan. Dari semua subjek buku yang dimanfaatkan, subjek buku dengan frekuensi pemanfaatan terbanyak adalah buku dengan subjek kesusastraan (800)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S16095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stockholm: United Nations Conference on Human Environment, 1972
301.3 ENV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Theresa Septiani
"ABSTRAK
Isu-isu lingkungan sering kali tidak memiliki tempat di pemberitaan media-media daring nasional. Alasannya
karena isu lingkungan seringkali dianggap sebagai isu yang sensitif dan mengundang konflik kepentingan
berbagai pihak. Selain itu, perubahan model bisnis perusahaan berita yang mulai mengambil keuntungan melalui
monetisasi klik dari audiens membuat isu lingkungan tidak strategis untuk mendapatkan profit. Meskipun
demikian, jurnalisme di era digital turut melahirkan jurnalisme hiperlokal yang menjadi kekuatan baru bagi
jurnalis agar dapat mengutamakan kualitas pemberitaan yang memenuhi hak masyarakat untuk mendapatkan
informasi yang inklusif dan salah satunya dalam isu-isu lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
peran aktor-aktor lingkungan yang terdiri dari pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan masyarakat sipil
di media hiperlokal Bale Bengong dalam menyuarakan isu-isu lingkungan di Bali. Ditemukan bahwa media
hiperlokal dan aktor-aktor lingkungan di dalamnya berperan untuk (1) menyediakan ruang untuk agenda
advokasi dan kampanye LSM, (2) membantu masyarakat dalam memonitor kekuasaan, dan (3) memberikan
suara kepada yang tidak bersuara (giving voice to the voiceless) dalam masalah lingkungan di Bali.

ABSTRACT
Environmental issues oftentimes have no place in national online media coverage. The reason is because
environmental issues are often regarded as sensitive issues and invite conflicting interests of various parties. In addition, changes in the news companys business model that began to take advantage through monetized clicks
from the audience made environmental issues not strategic for profit. Nevertheless, journalism in the digital era
also gave birth to hyperlocal journalism which became a new force for journalists to be able to prioritize the
quality of reporting that fulfills the communitys right to get information that is inclusive and one of them on
environmental issues. This study aims to examine the role of environmental actors consisting of the government,
non-governmental organizations and civil society in voicing environmental issues in Bali through a hyperlocal
media called Bale Bengong. It was found that environmental actors and hyperlocal media played a role in (1)
providing space for NGO advocacy and campaign agendas, (2) helping communities monitor power, and (3)
giving voice to the voiceless in environmental problems in Bali."
2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mala Silviani
"Rumah susun dirancang dengan kriteria luasan terbatas dan standarisasi kebutuhan manusia secara umum. Keterbatasan ruang tersebut kadang tidak sebanding dengan besarnya kebutuhan penghuni yang menempatinya sehingga pada akhirnya akan memunculkan konflik di dalam ruang. Namun hal ini bukan berarti rumah susun dianggap tidak memenuhi syarat keidealan sebuah hunian, karena dalam kenyataanya, penghuni ternyata mampu beradaptasi dengan keterbatasan tersebut dengan membentuk pola ruang baru agar seluruh kebutuhanya dapat terpenuhi.
Berkaitan dengan hal tersebut, skripsi ini ingin membahas mengenai pembentukan pola ruang di dalam rumah susun, berdasarkan aktivitas, penggunaan furnitur dan pembagian zona, serta mengkaitkanya dengan sisi psikologis manusia terhadap ruang bertinggalnya. Pola inilah yang akan menunjukkan upaya dan intervensi penghuni dalam hunian, sehingga akan terlihat bahwa unsur kuantitatif tidak lagi diperhitungkan dibandingkan dengan unsur kualitatif ruangnya. Keterlibatan manusia di dalam ruang inilah yang akan membentuk karakter dan identitas sebuah hunian.

Flats are designed with a limited area and based on general standarization of human needs. In some cases, that limitation of space does not equal with the occupant's needs, at the end this condition causes conflicts of space. Yet, this does not mean that flats are regarded as inproper for a dwelling. In fact, the occupants actually can adapt with the limitation of space by making a new pattern of space so that all of their needs will be fulfilled.
Thus, this minithesis discuss about the forming of space pattern inside the home, based on occupant's activities, zoning, and the use of furniture, also relates them with human psychology to their dwelling. This pattern will show the efforts and occupant's intervention to dwelling, so it can proves that quantitative aspects no longer significant compared to the space qualitative aspects. The involvement of human in space will form the character and identity of a dwelling.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52350
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>