Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152003 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zahra Zhafira
"Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan beban Tuberkulosis tertinggi kedua. WHO merekomendasikan pemberian terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) sebagai upaya penting untuk menurunkan insidensi TB dengan mencegah orang dengan ILTB untuk tidak jatuh sakit akibat TB. Hingga saat ini, Indonesia belum mencapai target cakupan TPT. Faktor yang mempengaruhi cakupan TPT salah satunya peran petugas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga medis terhadap TPT di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan subjek penelitian adalah tenaga medis meliputi dokter umum dan dotker spesialis di Indonesia. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner daring berupa Googleform yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Pengetahuan dikategorikan menjadi tinga tingkat: baik (76-100%), cukup (56-75%), dan kurang (<56%). Sikap dikateogrikan menjadi positif (75-100%) dan negatif (<75%). Perilaku juga diklasifikasikan secara ordinal menjadi baik (75-100%) dan kurang (<75%). Analisis hubungan dilakukan dengan Chi-Square atau uji Fisher Exact jika syarat Chi-Square tidak terpenuhi. Variabel yang tidak terdistribusi normal akan dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis dan uji Man-Whitney. Hasil dikatakan signifikan jika nilai p<0.05 Hasil Dari 183 responden yang mengisi kuesioner, sebanyak 134 memenuhi kriteria inklusi dan datanya dianalisis. Responden mayoritas perempuan berada dalam median 39 (25-82), bekerja sebagai dokter umum dan dokter spesialis paru dengan masa kerja 5-10 tahun , serta berdomisili di DKI Jakarta. Sebagian besar tenaga medis memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebesar 79.9% (107/134), sikap yang positif sebesar 76.1% (102/134), namun perilaku yang kurang masih ditemukan pada 50.7% (68/134). Tidak ditemukan hubungan bermakna antara jenis kelamin dan usia terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku mengenai TPT. Pekerjaan dannasal domisili memiliki hubungan secara signifikan dengan pengetahuan sedangkan masa kerja ditemukan berhubungan secara signifikan dengan sikap terhadap TPT. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku tenaga medis terhadap TPT. Sumber informasi yang sering digunakan adalah webinar, namun seminar memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan. Sumber informasi lainnya termasu buku, pendidikan, program nasional Puskesmas diketahui berhubungan negatif dengan sikap tenga medis. Ketersediaan TST berhubungan dengan pengetahuan, pemeriksaan sputum memiliki hubungan yang bermakna dengan sikap, serta radiografi dan obat TPT juga memiliki hubungan yang signifikan dengan pengetahuan dan perilaku tenaga medis terhadap TPT. Kesimpulan Sebagian besar tenaga medis di Indonesia memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap TPT, namun perilaku masih kurang. Pengetahuan yang baik menunjukkan pemahaman tinggi terhadap pengetahuan dasar dan manajemen TPT, sementara sikap yang baik merujuk pada pandangan terhadap skrining TB, diagnosa ILTB, dan manajemen TPT. Perilaku yang baik menunjukkan menunjukkan tindakan sesuai pedoman TPT. Penelitian ini menemukan adanya asosiasi signifikan antara pekerjaan dan asal domisili dengan pengetahuan tenaga medis mengenai TPT, serta masa kerja dengan sikap tenaga medis terhadap TPT.

Introduction Indonesia has the second-highest tuberculosis burden globally. The WHO recommends tuberculosis preventive therapy (TPT) as an essential effort to reduce TB incidence by preventing individuals with latent TB infection (LTBI) from developing active TB. Indonesia has yet to achieve its target for TPT coverage. Factors influencing TPT coverage include the role of healthcare workers. This study aims to assess the level of knowledge, attitudes, and practices of healthcare workers regarding TPT in Indonesia, as well as the factors that influence them. Method This cross-sectional study involved healthcare workers, including general practitioners and specialists, in Indonesia. The research instrument was an online questionnaire using Google Forms, which was tested for validity and reliability. Knowledge was categorized into three levels: good (76-100%), sufficient (56-75%), and poor (<56%). Attitudes were categorized as positive (75-100%) and negative (<75%). Practices were also classified ordinally as good (75-100%) and poor (<75%). The relationship analysis was conducted using Chi-Square or Fisher Exact tests if the Chi-Square assumptions were not met. Variables that were not normally distributed were analyzed using the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests. A p-value of <0.05 was considered significant. Results Of the 183 respondents who completed the questionnaire, 134 met the inclusion criteria and were analyzed. The majority of respondents were female, with a median age of 39 (range 25-82), working as general practitioners and pulmonology specialists, with 5-10 years of work experience, and residing in DKI Jakarta. Most healthcare workers had good knowledge (79.9%, 107/134), positive attitudes 76.1% (102/134), but 50.7% (68/134) exhibited poor practices. No significant relationship was found between gender and age with knowledge, attitudes, or practices regarding TPT. Job and domicile were significantly related to knowledge, while years of service were significantly related to attitudes toward TPT. No significant relationship was found between knowledge and attitudes with practices regarding TPT. The most frequently used source of information was webinars, but seminars were significantly associated with knowledge. Other sources of information, including books, education, and national programs at health centers, were negatively associated with attitudes. The availability of tuberculin skin tests (TST) was associated with knowledge, sputum examination had a significant relationship with attitudes, and radiography and TPT drugs were significantly related to knowledge and practices. Conclusion Most healthcare workers in Indonesia have good knowledge and attitudes toward TPT, but their practices remain insufficient. Good knowledge reflects a high understanding of the basic concepts and management of TPT, while good attitudes refer to views on TB screening, LTBI diagnosis, and TPT management. Good practices indicate actions aligned with TPT guidelines. This study found significant associations between occupation and domicile with healthcare workers' knowledge of TPT, as well as years of service with attitudes toward TPT."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny Wulandari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peran pengetahuan terhadap perilaku pencarian pengobatan penderita suspek TB Paru setelah dikontrol oleh umur, jenis kelamin, status perkawinan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, jarak dan waktu tempuh ke Puskesmas dan RS. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan data sekunder hasil survei Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP-TB) 2010. Sampel penelitian adalah anggota keluarga yang berumur ≥ 15 tahun yang mengalami gejala TB Paru sebanyak 443 responden. Hasil penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara peran pengetahuan penderita suspek TB Paru dengan Perilaku Pencarian Pengobatan TB Paru di Indonesia setelah dikontrol pekerjaan (OR=2,3, CI=1,349-3,952). Serta adanya interaksi antara pengetahuan dan pekerjaan.

This study aims to quantify the role of knowledge on treatment seeking behavior of patients with suspected pulmonary TB after controlled by age, gender, marital status, employment status, education level, distance and travel time to health center and hospital. The study was a quantitative study with cross sectional design using secondary data of Knowledge Attitudes Behaviour (PSP-TB) Survey 2010. Research sample is a sample of respondents aged ≥ 15 years with symptoms of pulmonary TB as many as 443 respondents. Based on the results of the study found there is a relationship between the role of knowledge of patients with suspected pulmonary TB with treatment seeking Behavior of Pulmonary TB in Indonesia after controlled by variable of employment status (OR = 2.3, CI = 1.349 to 3.952), and there is interaction between knowledge and employment status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31727
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Nabihah
"Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Masalah kesehatan ini membutuhkan perhatian khusus di Indonesia karena jumlah pasien termasuk yang terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) dan lembaga kesehatan lainnya berupaya keras untuk mengendalikan dan memberantas TB melalui program pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan yang tepat. Salah satu bentuk pencegahan yang direkomendasikan adalah terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) untuk populasi yang berisiko tinggi terinfeksi TB dan mengalami keparahan. Sebagai unit pelayanan kesehatan primer masyarakat di wilayah Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, Puskesmas Kecamatan Matraman perlu mengevaluasi penggunaan obat TPT karena tingginya kasus TB di daerah tersebut. Data mengenai penggunaan regimen TPT oleh pasien yang terdaftar di Unit Pelayanan Farmasi Puskesmas Matraman dikumpulkan secara retrospektif, lalu dianalisis untuk memperoleh gambaran pola penggunaan dan kesesuaian terapi dengan pedoman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Individu yang memperoleh TPT paling banyak pada kelompok usia remaja dan dewasa yaitu 25 orang (66%). Terdapat 3 jenis regimen yang digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman yaitu 6H, 3HP, dan 3HR, dengan mayoritas pasien dewasa memilih regimen 3HP (79%). Pemilihan regimen TPT di Puskesmas Kecamatan Matraman sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI, dengan mempertimbangkan ketersediaan obat dan kondisi khusus pasien. Sebagian besar pasien berhasil menyelesaikan regimen (87%) namun terdapat pasien yang mengalami putus obat (5%) karena alasan medis yang tidak diketahui. Dalam upaya pencegahan TB, penting untuk memahami faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan dan mengambil tindakan yang tepat untuk meminimalkan risiko putus obat.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. Indonesia faces a significant TB challenge, ranking among the highest TB burden countries globally. The World Health Organization (WHO) and health organizations prioritize TB control through prevention, early diagnosis, and appropriate treatment. Tuberculosis preventive therapy (TPT) is recommended, especially for high-risk populations in Matraman Community, East Jakarta. The Matraman Community Health Center plays a pivotal role in community healthcare. Given the area's high TB prevalence, evaluating TPT medication usage is essential. Retrospective data from Matraman Community Health Center's Pharmacy Service Unit reveal that the majority of TPT recipients are adolescents and adults, totaling 25 individuals (66%). Three main regimen types—6H, 3HP, and 3HR—are employed, with 79% of adult patients favoring 3HP. Regimen selection aligns with Ministry of Health guidelines, considering drug availability and patient-specific conditions. Encouragingly, a significant portion of patients (87%) successfully completed their TPT regimens. However, a minority (5%) discontinued treatment due to undisclosed medical reasons. To enhance TB prevention, understanding factors affecting treatment success is crucial, necessitating proactive measures to mitigate treatment discontinuation risks. Indonesia's TB battle underscores the importance of international efforts for TB control and eradication.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Parulian, Eko
"Latar belakang: Kelainan kornea merupakan salah satu penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan di Indonesia. Penanganan gangguan penglihatan karena kornea terhambat karena terbatasnya jumlah donor kornea. Pendekatan rumah sakit yang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, dan perilaku tenaga kesehatan terhadap pelayanan donor kornea dapat menjadi strategi mengatasi kekurangan donor kornea. Tujuan: Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku perawat di Rumah Sakit dr. Cipto Mangukusumo (RSCM) terhadap pelayanan donor kornea. Metode penelitian: Pemilihan subjek menggunakan teknik quota sampling dan pengisian kuesioner yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil: Terdapat 422 responden dengan proporsi unit instalasi gawat darurat, ruang rawat inap intensif, ruang rawat inap non intensif, rawat jalan, dan ruang operasi secara berurutan sebesar 8,3%, 13,7%, 50%, 16,6%, dan 11,4%. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang (55,4%), sikap positif (50,2%), dan perilaku baik (59,5%). Terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku, namun tidak terdapat hubungan antara faktor demografi dengan perilaku. Usia ≤ 36 tahun, pengetahuan baik, dan sikap positif merupakan faktor prediktor perilaku baik. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku perawat RSCM terhadap pelayanan donor kornea di rumah sakit.

Background: Corneal blindness is one of the leading cause of blindness and visual disturbances in Indonesia. The management of corneal blindness in Indonesia is impeded by the rarity of corneal donor. Hospital approach affected by knowledge, attitude, and practice of health workers could be a strategy to improve the scarcity of corneal donor. Purpose: Determine the knowledge, attitude, and practice of nurses in RSCM toward hospital corneal procurement Methods: Subjects are chosen by quota sampling and surveyed with a valid and reliable questionnaire. Results: There were 422 respondents with the proportion of emergency ward, intensive care, non-intensive care, polyclinics of 8.3%, 13.7%, 50%, 16.6%, and 11.4% respectively. Most of the respondent were lacking in knowledge (55.4%), had positive attitude (50.2%), and had good practice (59.5%). There were significant correlation between knowledge and attitude towards practice but no significant correlation found between demographic factors to practice. Age ≤ 36 years old, good knowledge, and positive attitudes are predictor factors for good practice. Conclusion: There were correlation between knowledge and attitude of health workers in RSCM towards practice of corneal donor procurement in hospital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Rahmayani
"Tuberkulosis dan HIV merupakan isu kesehatan yang menjadi target tujuan pembangunan berkelanjutan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia untuk dapat diakhiri pada tahun 2030. Kaitan antara TBC dan HIV sangat erat, TBC merupakan penyebab kematian utama pada orang dengan HIV (ODHIV). Indonesia merupakan negara dengan kasus TBC nomor dua terbanyak didunia. Dengan 271 juta penduduk Indonesia diketahui 543.100 orang yang hidup dengan HIV dan diperkirakan 4.700 orang pasien TBC-HIV. Upaya pencegahan sangat diperlukan untuk mencegah risiko penularan tuberkulosis pada ODHIV, dengan pendekatan teori Health Belief Model (HBM) yang mengungkapkan persepsi seorang individu tentang penyakitnya akan mempengaruhi perilaku kesehatannya. Dengan diketahuinya kaitan persepsi ODHIV terhadap perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV diharapkan perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV dapat ditingkatkan dan berdampak pada penurunan kasus koinfeksi TBC-HIV. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan desain studi kasus. Tujuan penelitian ini untuk menggali lebih dalam tentang persepsi perilaku pencegahan tuberkulosis pada ODHIV menggunakan komponen teori Health Belief Model (HBM). Hasil penelitian adalah perilaku pencegahan yang di lakukan ODHIV dalam pencegahan Tuberkulosis adalah pemeriksaan TBC, meminum Terapi pencegahan Tuberkulosis, memakai masker saat bepergian dan melakukan pola hidup sehat. Perilaku tersebut dipengaruhi persepsi kerentanan, persepsi bahaya/ kesakitan terhadap Tuberkulosis, persepsi manfaat dan hambatan untuk berperilaku tersebut, memiliki keyakinan dapat berperilaku tersebut, dan adanya isyarat untuk melakukannya dari petugas kesehatan, pendamping ODHIV, pasangan, dan teman sebaya.

Tuberculosis and HIV are health issues that are targeted by sustainable development goals to improve the welfare of the world community to end in 2030. The link between TB and HIV is very close, TB is the main cause of death in people living with HIV (PLWH). Indonesia is a country with the second most TB cases in the world. Of the 271 million population, there are 543,100 people living with HIV and an estimated 4,700 people with TB-HIV. Prevention efforts are urgently needed to prevent the risk of tuberculosis transmission in ODHIV, with the Health Belief Model (HBM) theoretical approach which reveals an individual's perception of his illness will affect his health behavior. By knowing the link between perceptions of ODHIV on tuberculosis prevention behavior in ODHIV, it is hoped that tuberculosis prevention behavior in ODHIV can be increased and have an impact on reducing cases of TB-HIV co-infection. This research is a qualitative using a case study design. The purpose of this study was to dig deeper into the perceptions of tuberculosis prevention behavior in ODHIV using the theory component of the Health Belief Model (HBM). The results of the study are preventive behaviors that are carried out by ODHIV in preventing tuberculosis, namely TB examinations, taking TB prevention therapy, wearing masks when traveling and adopting a healthy lifestyle. This behavior is influenced by perceptions of vulnerability, perceptions of danger/pain against tuberculosis, perceptions of benefits and barriers to this behavior, having beliefs about this behavior, and cues to do so from health workers, ODHIV companions, partners, and peers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sohifah
"Situasi akibat pandemi COVID-19 yang tidak menentu membuat siswa harus bisa beradaptasi dengan kondisi yang ada. Adaptasi kebiasaan baru adalah cara agar siswa dapat beraktivitas dengan menaati perilaku pencegahan COVID-19 seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menerapkan etika batuk dan bersin untuk meminimalisir penularan virus. Perilaku pencegahan COVID-19 dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya pengetahuan dan sikap. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pencegahan COVID-19 pada siswa SMA selama adaptasi kebiasaan baru. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitik dengan desain cross sectional yang melibatkan 525 siswa berusia 15-19 tahun. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku yang diterjemahkan oleh peneliti ke dalam Bahasa Indonesia agar mudah dipahami siswa. Kuesioner yang digunakan telah diuji validitas dan reliabilitasnya kepada 100 siswa, hasilnya dinyatakan valid dan reliabel. Nilai r hitung kuesioner pengetahuan, sikap, dan perilaku secara berturut-turut berkisar antara 0,222 – 0,905; 0,348 – 0,748; 0,882 – 0,903 sehingga r hitung > r tabel (0,195) dengan Alpha Cronbach yang diperoleh berturut-turut 0,756; 0,731; 0,894. Hasil uji bivariat spearman correlation menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan COVID-19 pada siswa dengan kekuatan hubungan yang lemah (p=0,001;α=0,05). Perawat dapat memberikan intervensi berupa edukasi kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa sehingga siswa mampu beradaptasi dengan menerapkan pencegahan COVID-19.

The uncertain situation due to the COVID-19 pandemic has forced students to be able adapt to existing conditions. Adapting new habits is a way for students to do activities by complying with COVID-19 prevention behaviors such as wearing masks, washing hands, maintaining distance, and applying coughing and sneezing etiquette. It is important to take preventive measures against COVID-19 to minimize the transmission of the virus. COVID-19 prevention behaviour can be influenced by several factors, one of which is knowledge and attitude. This study aims to identify the relationship between knowledge and attitudes towards COVID-19 prevention behavior in high school students during the adaptation of new habits. This study used a descriptive analytic approach with a cross sectional design involving 525 students aged 15-19 years. The questionnaire used was a knowledge, attitude, and behavior questionnaire which was translated by the researcher into Indonesian so that it was easy for students to understand. The questionnaire used has been tested for validity and reliability to 100 students, the results are declared valid and reliable. The calculated r value of the knowledge, attitude, and behavior questionnaires ranged from 0.222 to 0.905, respectively; 0.348 – 0.748; 0.882 – 0.903 so that r count > r table (0.195) with Cronbach's Alpha obtained respectively 0.756; 0.731; 0.894. The results of the bivariate Spearman correlation test showed a significant relationship between knowledge and attitudes with COVID-19 prevention behavior in students with a weak relationship strength (p=0.001*;α=0.05). Nurses can provide interventions in the form of health education in order to improve students' knowledge, attitudes, and behavior so that students are able to adapt to implementing COVID-19 prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Kusuma Dewi
"Kontak serumah merupakan faktor paling dominan penyebab TB pada anak, untuk mencegahnya perlu diberikan obat Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemberian TPT pada anak dengan kontak serumah pasien TB di Wilayah Puskesmas Kabupaten Banyumas tahun 2023. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, desain studi kasus pada 14 orang informan utama, yakni 9 ibu yang memberikan TPT dan 5 orang ibu yang tidak memberikan TPT. Informan kunci terdiri dari 9 keluarga ibu yang memberi TPT dan 5 keluarga ibu yang tidak memberi TPT, 6 kader TB, 6 petugas Puskesmas dan Kasi P2PM Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, forum group discussion dan observasi. Dilakukan pada bulan Mei-Juni 2023 dan dianalisis secara tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang menjalani TPT telah melakukan perilaku pemberian TPT sesuai standar tata laksana pemberian TPT, kecuali untuk waktu pemberian obat, stok obat TPT selalu tersedia di Puskesmas, namun terbatas sehingga cakupan TPT rendah. Ibu mendapat dukungan keluarga dan tenaga kesehatan yang baik, namun belum mendapatkan dukungan kader TB. Ibu memberikan imbalan kepada anak agar mau minum obat TPT. Ibu yang tidak memberikan TPT pada anaknya kurang memiliki pengetahuan, dukungan keluarga, kader dan tenaga kesehatan. Perilaku ibu dalam pemberian TPT dipengaruhi persepsi kerentanan, keparahan terkait penyakit TB serta manfaat, hambatan dan kepercayaan diri dalam pemberian TPT. Dorongan yang didapatkan ibu untuk memberikan TPT berasal dari keluarga, teman sebaya yang memiliki pengalaman dengan penyakit TB, kader, petugas kesehatan, media sosial dan pengalaman dari ibu yang tidak ingin anaknya terkena TB. Untuk itu, diperlukan pelatihan kepada tenaga kesehatan untuk dapat melakukan strategi promosi kesehatan dan pengelolaan logistik dalam pemberian TPT. 

Household contact is the most dominant factor causing TB in children. However, to prevent the cause it is necessary to be given the drugs of Tuberculosis Preventive Therapy (TPT). This study aims to determine the behavior of mothers in giving TPT to children with household contacts of TB patients in Public Health Center of Banyumas District in 2023. This study uses a qualitative approach and case study design on 14 main informants, they are 9 mothers who provided TPT and 5 mothers which did not provide TPT. The key informants consisted of 9 mothers’ family who provided TPT and 5 mothers’ family who did not, 6 TB cadres, 6 Puskesmas officers and Head of P2PM Section of the Banyumas District Health Office. Data collection was conducted through in-depth interviews, forum group discussion and observation in May-June 2023 and analyzed thematically. The results showed that most of the mothers who experience TPT had carried out the behavior of giving TPT in accordance with the TPT administration standard, except for the time of drug administration. TPT drug stock was always available at the Puskesmas, but it was limited so TPT coverage became low. Mothers have received positive family and health worker support, but they have not received the support of TB cadres. Mothers reward children for taking TPT drugs. Mothers who do not give the drug to their children have less knowledge and insufficient support from families, cadres and health workers. Mother's behavior in giving TPT is influenced by perceptions of vulnerability, severity related to TB disease, benefits, barriers and confidence to give TPT. The encouragement that mothers get to provide TPT came from family, peers who have experience with TB disease, cadres, health workers, social media and experiences from mothers who do not want their children to get TB. For this reason, training is needed for health workers to be able to carry out health promotion strategies and manage logistics in administering TPT."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aribah Daffa Aji Putri
"Berdasarkan Global Adult Tobacco Survey (GATS), prevalensi perokok elektronik di Indonesia meningkat hingga 10 kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun. Hasil Riskesdas tahun 2018 juga menujukkan bahwa remaja adalah kelompok umur tertinggi pada angka perokok elektronik. Beberapa studi di berbagai negara menunjukkan masih rendahnya pengetahuan orang tua dari remaja terhadap rokok elektronik. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan praktik orang tua dari remaja terhadap rokok elektronik di Kelurahan Beji Timur. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan studi cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik stratified random sampling yang diikuti sebanyak 145 responden dengan mengisi kuesioner tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua dari remaja di Kelurahan Beji Timur memiliki pengetahuan tentang rokok elektronik dalam kategori cukup (39,3%), sikap yang negatif terhadap penggunaan rokok elektronik (58,6%), dan praktik pencegahan rokok elektronik yang baik (51,7%). Berdasarkan hasil penelitian, maka diperlukan peningkatan program promosi kesehatan yang berfokus terhadap rokok elektronik, khususnya dengan sasaran remaja dan orang tua sebagai upaya pencegahan perilaku merokok elektronik di Kelurahan Beji Timur.

Based on the Global Adult Tobacco Survey (GATS), the prevalence of electronic cigarette smokers in Indonesia has increased up to 10 times in a span of 10 years. The results of the Riskesdas 2018 also showed that adolescents are the highest age group in terms of electronic cigarette use. Several studies in various countries have indicated the low level of knowledge among parents of adolescents regarding electronic cigarettes. Therefore, this research was conducted to understand the knowledge, attitudes, and practices of parents of adolescents towards electronic cigarettes in the Beji Timur Subdistrict. This study used a quantitative method with a cross-sectional design. The sampling was done using stratified random sampling technique, with a total of 145 respondents filling out written questionnaires. The results of the study showed that parents of adolescent in Beji Timur subdistrict’s knowledge about electronic cigarettes categorized as average (39,3%), negative attitudes towards electronic cigarette use (58,6%), and good practices in preventing electronic cigarette use (51.7%). Based on the research findings, there is a need for an improvement in health promotion programs that specifically focus on electronic cigarettes, particularly targeting adolescents and parents, as an effort to prevent electronic smoking behavior in the Beji Timur Subdistrict."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Sudradjat
"ABSTRAK
HIV/AIDS telah menjadi pandemik dan masalah besar di hampir seluruh dunia, termasuk di Indonesia karena selain menular dan fatal juga belum ditemukan obat maupun vaksinnya. Penularannya antara lain dapat terjadi dari pasien kepada petugas rumah sakit, seperti kepada petugas pelayanan perinatal. Ini mungkin terjadi karena pada saat ini proporsi wanita yang terkena HIV/AIDS semakin meningkat dan bila hamil kebanyakan mereka memilih untuk melanjutkan kehamilannya. Oleh karena itu, petugas pelayanan perinatal, khususnya yang bekerja di rumah sakit pendidikan dan rujukan harus siap mengantisipasi kemungkinan menerima ibu dengan infeksi HIV/AIDS yang memerlukan pelayanan perinatal.
Walaupun menular, penyakit ini sebenarnya dapat dicegah secara mudah dengan menerapkan tindakan pencegahan (universal precautions). Namun demikian, dari penelitian-penelitian di luar negeri terungkap bahwa tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS di kalangan petugas rumah sakit masih kurang baik. Menurut Para ahli ilmu perilaku (kesehatan), terwujud tidaknya suatu tindakan pencegahan seseorang di antaranya dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap orang itu terhadap penyakit atau terhadap tindakan pencegahannya. Berdasarkan hal di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi sampai sejauhmana pengetahuan dan sikap terhadap penyakit HIV/AIDS serta tindakan pencegahan risiko tertularnya di kalangan petugas pelayanan perinatal di lima rumah sakit pendidikan dan rujukan di Indonesia serta untuk mengidentifikasi hubungan di antara ketiganya.
Penelitian dilakukan dengan desain cross sectional survey yang bersifat deskripsi dan analitik. Besar sampel 330 orang, terdiri dari dokter ahli kebidanan dan dokter ahli anak, para residennya serta bidan/perawat dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Soetomo Surabaya, RS Sanglah Denpasar, RS Dadi Ujungpandang dan RS Pirngadi Medan.
Dari penelitian ini terungkap bahwa pengetahuan HIV/ AIDS mereka berada pada tingkat sedang, sikap terhadap penyakit HIV/AIDS berada pada tingkat lebih baik dan tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS pada tingkat jelek.
Selanjutnya dari uji Goodman and Kruskal's Coefficient of Ordinal Association terbukti bahwa:
1. Antara pengetahuan HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS tidak ada hubungan yang positif.
2. Antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap terhadap penyakit HIV/AIDS ada hubungan yang positif hanya pada petugas pelayanan perinatal yang berpendidikan perawat/bidan, yang bekerja di rumah sakit tipe B, yang sudah bekerja 11 s/d 34 tahun, dan yang berumur antara 20 s/d 49 tahun.
3. Antara sikap terhadap penyakit HIV/AIDS dengan tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS tidak ada hubungan yang positif.
Hasil di atas, menunjukkan adanya faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap jeleknya tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS di kalangan petugas pelayanan perinatal. Faktor-faktor tersebut mungkin dapat berupa kurangnya motivasi di kalangan mereka untuk menerapkan tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS, kurangnya supervisi atau sarana dan prasarana.
Oleh karena itu, untuk mencegah risiko tertular HIV/AIDS di kalangan petugas pelayanan perinatal disarankan adanya penyebaran informasi, terutama yang dapat meningkatkan motivasi mereka untuk menerapkan "universal precautions" selain supervisi yang teratur dan penyediaan sarana dan prasarana yang terkait dengan pelaksanaan universal ini.
Di samping itu perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut yang dapat mengungkap faktor-faktor yang bertanggung jawab atas jeleknya kualitas tindakan pencegahan risiko tertular HIV/AIDS ini sehingga intervensinya akan lebih tepat.

ABSTRACT
HIV/AIDS disease becomes a pandemic and global concern(s) all over the world, including in Indonesia. It is not only a communicable but also currently a fatal disease. Its transmission can take place both outside and inside the hospital settings. The transmission has been reported from patient to patient, patient to hospital workers but rarely from hospital worker to patient.
The proportion of women contracting HIV/AIDS is in-creasing rapidly and it was reported when they are pregnant, most of them choose to complete their pregnancies. There-fore, the perinatal health care providers particularly those who work in the teaching and referral hospitals have a greater risk of contracting the dangerous epidemic.
Based on the above considerations, this study was conducted with the aim to obtain information concerning HIV/AIDS-related knowledge, attitudes towards HIV/AIDS disease and preventive actions to reduce the risk of contracting HIV/AIDS among the perinatal health care providers in five teaching and referral hospitals in Indonesia.
This study was cross section ally done and took samples of 330 perinatal health care providers, consisting of obstetricians, pediatricians and their residents as well as midwives/nurses from Cipto Mangunkusumo (Jakarta), Soetomo (Surabaya), Sanglah (Denpasar), Dadi (Ujungpandang) and Pirngadi General Hospitals (Medan).
The results of this study indicate that HIV/AIDS -related knowledge and attitudes towards HIV/AIDS among the perinatal health care providers were fairly good. However, their preventive actions to reduce the risk of contracting HIV infection/AIDS were unfavorable.
The Gamma statistical test shows the following:
1. There was no positive correlation between the HIV/AIDS related knowledge and the preventive actions to reduce the risk of contracting HIV/AIDS.
2. A positive correlation was observed between the HIV/AIDS-related knowledge and the attitudes towards HIV/AIDS disease among the perinatal health care providers who had each of the following characteristics:
a. Those who worked at the type B hospitals
b. Those who were between 20 to 49 years of age
Those who had nursing/midwifery educational background
Those who had 11 to 34 years of working experience.
3. Furthermore, among them, there was no positive correction between the attitudes and the preventive actions to reduce the risk of contracting HIV/AIDS.
It was suggested that the noncompliance in preventing the risk of contracting the disease was associated with other factors which were not included in this study such as lack of motivation, quality of supervision and shortage of medical supplies.
Recommendations are made to reduce the risk of contracting HIV/AIDS disease among the perinatal health care providers. Adoption of policy concerning universal precautions is of utmost importance. Dissemination of correct information especially among midwives/nurses responsible for perinatal health care is urgently needed. In addition, total quality management of infection in the hospital setting is required besides improving supervision and the insuring availability of medical supplies such as surgical gloves, water-resistant aprons/gowns, masks, face/ eye shields, disposable syringes and puncture-resistant containers.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairuna Maniar
"Pada akhir tahun 2019 ditemukan sekelompok kasus pneumonia tanpa diketahui penyebabnya di Kota Wuhan, Cina, yang akhirnya disebut dengan COVID-19. Sejak itu penyakit menular ini tersebar ke seluruh dunia dengan sangat pesat dan berujung menjadi pandemi. Dari data WHO menyebutkan, bahwa pada tanggal 29 Juni 2020 sudah tercatat angka positif COVID-19 sebanyak 10 juta kasus lebih dan kematian hampir menyentuh angka 500 ribu kasus. Untuk jumlah kasus positif di Indonesia terdapat 54 ribu lebih kasus dan kematian sebanyak 2,7 ribu lebih kasus. WHO menyatakan bahwa, salah satu kunci dari suksesnya respon gawat darurat kesehatan adalah komunikasi risiko dan hubungan dengan komunitas, maka dibutuhkan sekali edukasi kepada masyarakat mengenai COVID-19 demi mengakhiri pandemi ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku tenaga kependidikan Fakultas Kesehatan dengan Fakultas Non Kesehatan Univeritas Indonesia terhadap pencegahan COVID-19 tahun 2020. Desain studi yang digunakan adalah studi cross-sectional dengan data primer. Sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah tenaga kependidikan dari Fakultas kesehatan dengan Fakultas Non Kesehatan Univeritas Indonesia. Total sampel pada penelitian ini, yaitu sebesar 83 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan Fakultas Kesehatan mendapatkan nilai pengetahuan (83,33%), sikap (59,52%) dan perilaku (97,61%) baik lebih tinggi dibandingkan dengan Fakultas Non Kesehatan. Sumber informasi yang paling banyak diakses oleh responden untuk mendapatkan informasi mengenai COVID-19 adalah Media Elektronik (TV, Radio, Media Sosial, dll). Serta didapatkan bahwa pengaruh tinggi oleh teman lebih banyak didapatkan oleh responden dari Fakultas Kesehatan (83,33%). Diharapkan dari hasil penelitian ini pihak berwenang bisa terus menegakkan kebijakan dan mengedukasi semua warga universitas untuk meningkatkan pengendalian COVID-19.

At the end of 2019 a group of pneumonia cases with unknown cause was found in Wuhan City, China, which was finally referred to as COVID-19. Since then, this infectious disease spread throughout the world very fast and led to a pandemic. Data from WHO, states that on June 29th 2020, number of positive cases were recorded more than 10 million cases and deaths almost reached 500 thousand cases. For the number of positive cases in Indonesia there are 54 thousand more cases and 2.7 thousand more deaths. WHO states that, one of the keys to the success of the health emergency response is risk communication and community relations, therefore it is necessary to educate the public about COVID-19 to end this pandemic. This study aims to observe the overview in knowledge, attitudes and practice of the educational personnel of the Health Faculty and Non-Health Faculty of the University of Indonesia towards the prevention of COVID-19 in 2020. The study design used was a cross-sectional study with primary data. The sample used in this study was educational personnel from Health Faculty and Non-Health Faculty of the University of Indonesia. The total sample in this study was 83 samples. The results of this study indicate that the Health Faculty got a better score of knowledge (83.33%), attitude (59.52%) and behavior (97.61%) than the Non-health Faculty. The source of information most accessed by respondents to get information about COVID-19 is electronic media (TV, Radio, Social Media, etc.). And it was found that high influence by friends was more obtained by respondents from the Faculty of Health (83.33%). It is hoped that from the results of this study the authorities can continue to enforce policies and educate all university residents to improve COVID-19 control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>