Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3414 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reyhand Pranna Kamil
"Artikel ini mengkaji dinamika Stasiun Jakarta Kota pada masa awal kemerdekaan Indonesia (1945–1946) dengan menyoroti pentingnya penguasaan infrastruktur strategis dalam proses konsolidasi kekuasaan pemerintah Republik Indonesia. Stasiun Jakarta Kota, menjadi salah satu titik strategis yang diperebutkan dalam situasi pascakolonial, tidak hanya perannya dalam sistem transportasi, tetapi juga sebagai simbol perjuangan nasional. Stasiun Jakarta Kota sejak pendudukan Jepang hingga datangnya pasukan Sekutu menciptakan ketegangan sosial dan ekonomi yang signifikan, namun juga mendorong tumbuhnya solidaritas di kalangan masyarakat guna mendukung upaya pemerintah dalam mempertahankan kedaulatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode sejarah dengan memanfaatkan sumber-sumber primer, seperti koran Sin Po, Merdeka, Asia Raja, dan Sinar Baroe, serta referensi sekunder yang berasal dari berbagai buku dan jurnal akademik yang relevan. Kajian ini mengungkap bagaimana proses pengambilalihan Stasiun Jakarta Kota oleh pemerintah Indonesia hingga diambilalihnya Stasiun Jakarta Kota oleh Sekutu menjadi contoh nyata perjuangan mempertahankan legitimasi melalui penguasaan aset strategis. Lebih dari sekadar fasilitas transportasi, Stasiun Jakarta Kota juga memiliki fungsi penting untuk menjadi ikon identitas nasional yang merefleksikan perjuangan kolektif rakyat dalam mewujudkan pemerintahan yang berdaulat di tengah tekanan kekuatan asing.

This article examines the dynamics of Jakarta Kota Station during the early days of Indonesian independence (1945–1946) by highlighting the importance of controlling strategic infrastructure in the process of consolidating the power of the government of the Republic of Indonesia. Jakarta Kota Station, became one of the strategic points that was contested in the postcolonial situation, not only for its role in the transportation system, but also as a symbol of national struggle. Jakarta Kota Station from the Japanese occupation until the arrival of Allied troops created significant social and economic tensions, but also encouraged the growth of solidarity among the community to support the government's efforts to defend sovereignty. This research uses a historical method approach by utilizing primary sources, such as newspapers Sin Po, Merdeka, Asia Raja, and Sinar Baroe, as well as secondary references originating from various relevant books and academic journals. This study reveals how the process of taking over Jakarta Kota Station by the Indonesian government until the takeover of Jakarta Kota Station by the Allies are concrete examples of the struggle to maintain legitimacy through control of strategic assets. More than just a transportation facility, Jakarta Kota Station also has an important function in becoming an icon of national identity that reflects the collective struggle of the people in realizing a sovereign government amidst pressure from foreign powers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2006
S34043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Faisal Fahyumi
"Penelitian ini mengkaji peranan keberangkatan Kereta Api Luar Biasa di Stasiun Manggarai dalam upaya memindahkan Ibu Kota dari Jakarta ke Yogyakarta pada masa Revolusi Indonesia (1945-1946). Pembangunan jalur kereta api saat masa kolonial membawa dampak besar bagi peranan kereta api kedepannya yaitu pasca kemerdekaan. Stasiun Manggarai menjadi titik sentral di Jakarta pada masa itu dalam menyusun kekuatan dari berbagai pihak untuk mempertahankan kemerdekaan. Di tengah pembangunan stasiun Manggarai yang masif dan modern, stasiun ini masih menyimpan nilai sejarah yang mendalam. Peran Stasiun Manggarai sejak awal dibagun sampai masa revolusi menjadi titik sentral sejarah nasional. Penulisan kali ini akan difokuskan dalam peran Keberangkatan Kereta Api Luar Biasa pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Penulisan disusun dengan menggunakan metode sejarah yang memiliki 4 tahap yaitu: pencarian sumber atau heuristik menggunakan berbagai sumber primer yaitu berupa Berita Antara yang berada di Arsip Nasional Indonesia, Perpustakaan Nasional dan situs Delpher. Berbagai sumber sekunder seperti literatur buku, jurnal dan artikel yang mendukung tema penelitian; verifikasi sumber; interpretasi; serta historiografi atau penulisan hasil riset sejarah. Penelitian ini menunjukan peranan Kereta Api Luar Biasa dengan menunjukan berbagai persiapan, perjalanan yang dimulai pada Stasiun Manggarai dan berhasilnya Kereta Api Luar Biasa sampai di Yogyakarta.

This article examines the role of the Extraordinary Train departure at Manggarai Station in the effort to move the capital city from Jakarta to Yogyakarta during the Indonesian Revolution (1945-1946). The construction of the railroad during the colonial period had a major impact on the role of the railroad in the future, namely after independence. Manggarai Station became a central point in Jakarta at that time in organizing forces from various parties to defend independence. In the midst of the massive and modern development of Manggarai Station, this station still holds a deep historical value. The role of Manggarai Station from the beginning of its construction until the revolutionary period became a central point of national history. This writing will focus on the role of the Extraordinary Train Departures in the early days of Indonesian independence. The writing is organized using the historical method which has 4 stages, namely: source finding or heuristics using various primary sources, namely Antara News archives located at the Indonesian National Archives, the National Library and the Delpher site. Various secondary sources such as literature books, journals and articles that support the research theme; source verification; interpretation; and historiography or writing the results of historical research. This research shows the role of the Extraordinary Train by showing various preparations, the journey that began at Manggarai Station and the success of the Extraordinary Train to Yogyakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maureen Sumolang
"ABSTRAK
Dalam keadaan sosial, ekonomi, politik yang masih labil akibat peralihan pemerintahan pada awal jaman Meiji. Jepang membuka jalan kereta api pertama pada tahun 1872; hampir setengah abad terlambat dari negara--negara Eropa dan Amerika.
Pembangunan dan perluasan jalan kereta api di Jepang pada awalnya banyak didukung oleh modal dan teknologi dari Inggris. Mamun dalam waktu yang cukup singkat, Jepang kemudian mampu mengatasi ketergantungan tersebut.
Proses modernisasi, dorongan untuk menjadi negara yang kaya dan kuat, semangat untuk bersaing dengan negara Barat, serta berkembangnya perekonomian Jepang, merupakan faktor-faktor yang menunjang perkembangan perkeretaapian Jepang.
Perkeretaapian Jepang yang pada mulanya dibangun untuk fungsi ganda sebagai sarana penunjang politik sentralisasi dan sarana penunjang kegiatan perekonomian masyarakat, tak dapat disangkal lagi scat ini merupakan kegiatan sehari-hari masvarakat Jepang saat ini, terutama masyarakat urban di kota-kota besar.
Dengan diciptakannya shinkansen, pada tahun 1964, perkeretaapian Jepang khususnya dan dunia pada umumnya mendapat semangat bare dalam mengatasi persaingan dengan kemajuan teknologi otomotif lainnya.

"
1990
S13879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melvia Erfaryndra
"Pengembangan Stasiun Terpadu adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk menghubungkan seluruh jaringan transportasi publik dalam satu area. Stasiun Sudirman merupakan salah satu dari empat stasiun di DKI Jakarta yang telah dikembangkan menjadi stasiun terpadu. Lebih lanjut, stasiun sebagai pusat pertemuan masyarakat dikhawatirkan mampu meningkatkan risiko penularan COVID-19 yang hingga kini masih menjadi ancaman. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kualitas pelayanan Stasiun Terpadu Sudirman pada masa pandemi COVID-19 berdasarkan perspektif masyarakat. Teori yang digunakan adalah teori kualitas pelayanan perkeretaapian di masa pandemi. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data pada penelitian ini yaitu melalui teknik kuantitatif dengan menyebarkan survei kepada 100 penumpang kereta di Stasiun Sudirman dan teknik kualitatif dengan wawancara, observasi, dan studi kepustakaan untuk triangulasi hasil survei. Wawancara dilakukan dengan delapan Informan 11hli dan empat orang masyarakat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 92% responden menilai kualitas Stasiun Sudirman sebagai Stasiun Antramoda berkualitas baik dari dimensi tangibles, responsiveness, assurance, empathy, reliability, comfort, information, dan pandemic. Meskipun demikian, terdapat satu indikator di comfort yang dinilai berkualitas buruk yaitu terkait ketersediaan lift. Hasil ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif pelayanan Stasiun Sudirman sebagai stasiun terpadu antar moda transportasi telah berkualitas.

The development of the Integrated Station is an effort made by the DKI Jakarta provincial government to connect all public transportation networks in one area. Sudirman Station is one of four stations in DKI Jakarta, which has been developed into an integrated station. Furthermore, the station as a community meeting center is feared to be able to increase the risk of COVID-19 transmission, which is still a threat. This study analyzes the service quality of Sudirman Integrated Station during the COVID-19 pandemic based on the community's perspective. The theory used is the theory of the quality of railway services during a pandemic. The research approach used is quantitative. This research used quantitative with quantitative and qualitative data collection techniques. Data collection in this study was through quantitative techniques by distributing surveys to 100 passengers at Sudirman Station and qualitative techniques using interviews, observations, and literature studies to triangulate survey results. Interviews were conducted with eight expert informants and four community members. The results of this study indicate that 92% of respondents assess the quality of Sudirman Station as an Antramodal Station of good quality from the dimensions of tangible, responsiveness, assurance, empathy, reliability, comfort, information, and pandemic. However, the result found poor category in an indicator of comfort, namely the availability of lifts. These results indicate that the service of Sudirman Station as an integrated station between modes of transportation is of high quality."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Karangan kecil ini adalah suatu usaha untuk menggambarkan keadaan pendidikan di suatu desa, daerah pinggiran kota Jakarta, yang didiami oleh sebagian besar penduduk yang menyebut dirinya orang Jakarta asli. Hal ini dianggap penting, karena dengan mengetahui keadaan pendidikan itu sensiri, kita dapat menemukan faktor-faktor yang dapat menghambat kemajuan pendidikan itu."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S12800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Murid-murid SMA JPP jang telah diselidiki disini adalah pe_muda pemudi Indonesia keturunan Tionghoa. Mereka ini pada umumnja sedjak ketjil selalu mendapat pendidikan dan pengadjaran diseko_lah asing (Tionghoa), dan baru setelah dikeluarkan oleh pemerin_tah Peraturan Penguasa Militer No.989/PMT/Tahun 1957 tentang Pe_ngawasan Pengadjaran Asing - jang antara lain melarang anak-anak Indonesia mengundjungi sekolah asing di Indonesia - mereka pindah kesekolah partikulir JPP fang bersifat nasional (Indonesia) ini. Sekolah mereka ini walaupun diusahakan oleh swasta (orang-orang Indonesia keturunan Tionghoa), namun mempergunakan sistim pendidikan dan pengadjaran jang resmi ditentukan oleh Departemen PDK Republik Indonesia; dan mempergunakan orang-orang Indonesia baik asli, maupun keturunan Tionghoa sebagai tenaga pengadjarnja.aelihat keadaan tersebut - jaitu bahwa murid-murid terse-but sedjak tahun 1957 telah mengalami perubahan dalam bidang pen_didikan dan pengadjaran, dari asing kenasional - maka timbulah pada penulis suatu persoalan, jaitu: Apakah perubahan Ming telah terdjadi pada._bidang pendidikan dan pengadjaran formil murid-mu_rid SMA JPP, d.juga mempengaruhi bidang kehidupan mereka ,jang la-inn a? D ika demikian, berupa djauhkahpengaruh itu terasa pada bidr,ng-bidanq kehidun_an mereka sang lainn ja?Sebelum mengachiri bagian PFRUMUSAN PiSOALAN ini, ada ba_iknja bila penulis terangkan terlebih dahulu, apa fang ia maksud_kan dengan kata-kata aeperti pendidikan dan pengadjaran formil dan bidang-bidang kehidupan mereka jang lainnja. Jang dimaksud_ken dengan pendidikan dan pengadjaran formil disini, adalah pen_didikan dan pengadjaran jang diperoleh murid-murid tersebut dise_kolah mereka, dan berupa pengadjaran jang diberikan oleh guru-gu_ru mereka. Selandjutnja jang dimaksudkan dengan bidang-bidang kehidupan mereka jang lainnja, adalah bidangi kegiatan jang di-"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1963
S12919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Riawanti
"Pengetahuan kebudayaan para awak bis di Perum PPD menge_nai lingkungan kerja, seperti terurai secara terperinci dalam Bab-Bab di atas, merupakan pedoman bagi mereka untuk menafsirkan berbagai situasi kerja yang dijumpai, untuk ke_mudian mewujudkan tingkah laku tertentu sebagai tanggapan yang diannap sesuai dengan tuntutan lingkungannya serta sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Adapun pengeta_huan kebudayaan para awak bis Perum PPD mengenai lingkung_an kerjanya itu, terdiri atas pengetahuan-pengetahuan ten-tang (1) situasi-situasi kerja, (2) cara-cara untuk mengha_dapi situasi-situasi kerja, (3) aturan kerja yang formal serta sanksi-sanksi bagi setiap pelanggarnya dan (4) sia_sat untuk menghindari sanksi-sanksi perusahaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S12933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Tri Hidayati
"Keberadaan pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa menuai pro dan kontra pada tingkat domestik ataupun internasional. Relokasi Marine Corps Air Station atau MCAS Futenma dari kota Ginowan ke kota Nago di Henoko. Relokasi MCAS Futenma yang telah disepakati sejak tahun 1996 oleh Jepang dan Amerika Serikat hingga kini masih belum sepenuhnya disetujui oleh masyarakat Okinawa. Masyarakat Okinawa tidak ingin pangkalan militer tersebut direlokasi ke kota Nago, karena mereka ingin agar pangkalan militer Amerika Serikat dapat dipindahkan sepenuhnya dari Okinawa. Penelitian ini akan menganalisis mengenai kebijakan Perdana Menteri Shinzo Abe dalam menangani isu relokasi pangkalan militer AS di Okinawa MCAS Futenma . Dalam menjawab pertanyaan penelitian, penulis akan menggunakan teori proses pengambilan keputusan decision making process yang dikemukakan oleh William D. Coplin. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perdana Menteri Shinzo Abe tetap melanjutkan usaha-usaha untuk merelokasi pangkalan militer AS di Okinawa, yaitu MCAS Futenma ke Henoko dengan melihat berbagai faktor-faktor penentu kebijakan. Faktor-faktor yang melahirkan strategi kebijakan yang dikeluarkan oleh Shinzo Abe ialah faktor domestik Jepang, kapabilitas ekonomi dan militer, dan konteks internasional.Kata kunci: MCAS Futenma; Okinawa; Relokasi; Shinzo Abe.

The existence of US military bases in Okinawa reaped pros and cons at the domestic and international level to relocate Marine Corps Air Station or MCAS Futenma from Ginowan city to Nago city in Henoko. The relocation of MCAS Futenma that has been agreed since 1996 by Japan and the United States was still not fully approved by Okinawa people. The Okinawa people do not want the military base to be relocated to Nago city, because they wanted the US military base to be completely removed from Okinawa. This research will analyze the policy of Prime Minister Shinzo Abe in addressing the issue of relocation of US military base in Okinawa MCAS Futenma . This research used theory of decision making process proposed by William D. Coplin. The results of this study indicated that Prime Minister Shinzo Abe continue efforts to relocate the US military base in Okinawa, namely MCAS Futenma to Henoko by looking at various policy determinants. The factors that boost Shinzo Abe 39 s policy were Japanese domestic factors, economic and military capabilities,including the international context. "
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan tulisan ini adalah merupakan salah satu penulisn terhadap suatu bangsa di Indonesia yang sudah bereda jauh dari daerah asalnya. Akan tetapi dalam beberapa aktivitas-aktivitas kehidupan yang tertentu dalam kenataan masih mewujudkan kelakuan-kelakuan yang berdasarkan adat istiadat daerah asalnya. Kami melihat pada masyarakat Gorontalo yang berada di daerah Rawa Badak, dalam hak upacara-upacara sunatan, perjkawinan, masa haid, hingga sampai saat ini mereka masih mewujudkan cara-cara sebagaimana di daerah asalnya"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1970
S12784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>