Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69540 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Azzahra Putri Kisworo
"Perkembangan dunia perfilman dan serial televisi sering kali mencerminkan perubahan sosial dan kultural masyarakat. Salah satu fenomena yang menarik adalah peran perempuan dalam karya fiksi ilmiah, terutama dalam dunia distopia. Serial “Alice in Borderland” mengangkat tema distopia dengan karakter perempuan yang memainkan peran penting, mencerminkan pergeseran peran dan perilaku perempuan dibandingkan dengan representasi perempuan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis representasi peran perempuan dalam serial tersebut dengan menggunakan pendekatan analisis teks dan sinematografi. Fokus analisis ditujukan pada karakter Usagi, Ann, dan Kuina yang menunjukkan perubahan peran perempuan dalam dunia distopia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter-karakter ini menggambarkan berbagai dimensi feminisme, seperti feminisme kultural, liberal, dan radikal, yang berperan dalam menentang stereotip gender dan memperjuangkan kesetaraan maupun kebebasan individu. Penelitian ini juga membandingkan peran perempuan dalam serial “Alice in Borderland” dengan peran perempuan di dunia nyata, menunjukkan kesamaan dalam perjuangan melawan ketidaksetaraan gender. Usagi menampilkan kekuatan fisik dan emosional yang mencerminkan ketahanan perempuan dalam menghadapi tekanan sosial. Ann menggambarkan perempuan yang harus membuktikan kecerdasan dan keterampilan teknisnya di dunia yang didominasi laki-laki, mencerminkan tantangan serupa yang dihadapi perempuan di bidang sains dan teknologi. Kuina melambangkan perjuangan untuk mendefinisikan identitas di tengah ekspektasi sosial, serupa dengan tantangan yang dihadapi perempuan transgender atau individu non-biner di dunia nyata. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya diskusi tentang feminisme dan peran perempuan di masyarakat kontemporer.

The development of film and television often reflects societal and cultural changes. One interesting phenomenon to explore is the role of women in science fiction works, especially in dystopian worlds. The series “Alice in Borderland” presents a dystopian theme with female characters playing significant roles, reflecting a shift in the roles and behaviors of women compared to traditional representations. This study aims to analyze the representation of women’s roles in the series using text and cinematography analysis approaches. The focus is on the characters Usagi, Ann, and Kuina, who display changes in women’s roles in a dystopian world. The results show that these characters represent various dimensions of feminism, such as cultural, liberal, and radical feminism, playing roles in challenging gender stereotypes and advocating for equality and individual freedom. This study also compares the roles of women in “Alice in Borderland” with women in the real world, highlighting similarities in the struggle against gender inequality. Usagi demonstrates physical and emotional strength that reflects the resilience of women in facing social pressures. Ann portrays a woman who must prove her intelligence and technical skills in a male-dominated world, mirroring similar challenges faced by women in the fields of science and technology. Kuina symbolizes the struggle to define one's identity amidst social expectations, similar to the challenges faced by transgender women or non-binary individuals in the real world. This research is expected to enrich discussions on feminism and the role of women in contemporary society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elgard Mario Wiandika
"Anime shonen seringkali melanggengkan kultur patriarki dengan memperlakukan karakter perempuannya sesuai dengan peran jender. Karena itulah Jujutsu Kaisen menjadi unik karena anime shonen ini memberikan ruang bagi karakter perempuannya untuk bersinar. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana nilai-nilai feminisme liberal terkandung dalam representasi karakter perempuan yang ada di anime tersebut. Kajian ini akan mengkaji episode 17 dan 24, di mana karakter perempuan di Jujutsu Kaisen dapat menunjukkan kemampuan tarungnya, serta pola pikir dan nilai yang dianut yang berbeda dari peran jender yang ada di masyarakat. Terlebih lagi, ditemukan pula nilai-nilai yang menormalisasi perilaku monoandrogini, sebagai sarana untuk melawan peran jender yang hanya terkotakkotakan di dalam maskulinitas dan feminitas yang ada di masyarakat.
Shonen Anime usually perpetuates the patriarchal culture by treating their female characters in accordance to gender roles. This is why Jujutsu Kaisen becomes unique, because it is a shonen anime that creates space for its female characters to shine. This research will discuss how liberal feminism values are incorporated in the representation of female characters in the anime. This research will analyze episode 17 and 24, where Jujutsu Kaisen’s female characters are able to show their fighting prowess, train of thought, and values that differ from existing gender roles. Furthermore, values that normalize monoandroynous behavior are discovered as a way to fight gender roles that box masculinity and femininity in the society"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Molony, Barbara
"
ABSTRACT
Gender in Modern East Asia" explores the history of women and gender in China, Korea, and Japan from the seventeenth century to the present. This unique volume treats the three countries separately within each time period while also placing them in global and regional contexts. Its transnational and integrated approach connects the cultural, economic, and social developments in East Asia to what is happening across the wider world.
The text focuses specifically on the dynamic histories of sexuality; gender ideology, discourse, and legal construction; marriage and the family; and the gendering of work, society, culture, and power. Important themes and topics woven through the text include Confucianism, writing and language, the role of the state in gender construction, nationalism, sexuality and prostitution, New Women and Modern Girls, feminisms, comfort women, and imperialism. Accessibly written and comprehensive, "Gender in Modern East Asia" is a much-needed contribution to the study of the region."
Boulder: CO Westview Press, 2016
305.409 5 MOL g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Crawford, Mary (Mary E.)
Boston: McGraw-Hill, 2000
305.42 CRA w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Widjajanti M. Santoso
Menteng, Jakarta: LIPI, 2016
305.42 WID p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Syakira Wardatul Aisyi
"Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan studi kasus peran gender perempuan yang terdapat dalam serial Caliphate. Serial ini menarik untuk dibahas sebab gambaran di dalam film tersebut, diangkat dari kisah nyata sehingga melahirkan pandangan baru terhadap isu perempuan ISIS. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan peran gender perempuan sebagai fokus utama. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari serial Netflix berbahasa Swedia dengan teks terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dalam menganalisis peran gender perempuan ISIS yang terdapat dalam serial Caliphate, penulis menggunakan teori pendekatan semiotik Roland Barthes dan teori analisis gender. Dalam teori tersebut menyimpulkan bahwa para perempuan ISIS dalam serial Caliphate mengisi berbagai peran, mulai dari sebagai istri, pendukung agenda ISIS hingga bagian dari militan. Dari peran-peran tersebut di temukan beberapa manifestasi ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh-tokoh perempuan di dalam serial.

This study aims to describe case studies of women's gender roles contained in the Caliphateseries. This series is interesting to discuss because the picture in the film is based on a true story that gives birth to a new perspective on the issue of ISIS women. This research was conducted using a qualitative method with the gender role of women as the main focus. The data source used in this study came from the Swedish Netflix series with English and Indonesian subtitles. In analyzing the gender roles of ISIS women in the Caliphate series, the author uses Roland Barthes' semiotic approach and gender analysis theory. This theory concludes that ISIS women in the Caliphate series fill various roles, ranging from being wives, supporters of the ISIS agenda to part of the militants. From these roles, several manifestations of gender inequality experienced by female characters in the series are found."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chichester: John Wiley &​ Sons, 2017
305.4 WOM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Savitri
"Stratifikasi gender merupakan prinsip penting dalam masyarakat Jepang. Dalam stratifikasi tersebut pria menempati posisi dominan dan dan perempuan menempati posisi subordinat. Seiring dengan perkembangan Taman, Jepang berusaha menyesuaikan diri dengan wacana kesetaraan gender yang berkembang di sebagian besar masyarakat di dunia, terutama di negara-negara industri dimana perempuan merupakan suatu angkatan kerja yang partisipasinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada awal era pertumbuhan ekonomi tinggi tahun 1960-an, Gross National Product ( GNP ) Jepang merupakan yang tertinggi keempat di dunia setelah negara-negara industri barat seperti Arnerika Serikat, Uni Soviet, dan Jarman Barat. Tidak berbeda dengan negara-negara industri lainnya, di Jepang juga terjadi peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia kerja. Meskipun begitu bukan berarti bahwa terjadi peningkatan status perempuan dalam masyarakat, mereka masih saja tersubordinasi.
Maka penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai subordinasi yang diaiami perempuan Jepang pada era pertumbuban ekonomi tinggi dan kondisi sosial yang menyebabkan hal tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelaahan kepustakaan dengan perspektif feminis. Bahan penelitian dikumpuikan dari data atau pengetahuan yang terkumpul dan pembelajaran dari penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya berupa buku, jurnal, dan artikel internet.
Penulis menggunakan paradigma feminis untuk menganalisa kondisi sosial tersebut dengan tujuan untuk mendapatkan suatu deskripsi dan analisa komprehensif yang lebih dekat dengan sudut pandang perempuan sebagai objek yang tersubordinasi. Secara khusus penulis menggunakan teori feminis sosialis Iris Young yang menggunakan pusat kategori melek gender yaitu "Pembagian kerja berdasarkan seksual" sehingga mampu menjelaskan kondisi perempuan secara keseluruhan. Inti dari teori feminis sosialis Iris Young adalah opresi terhadap perempuan disebabkan oleh kapitalis patriarki yang bias gender. Matra dalam penelitian ini, penulis juga mengkaji kondisi sosial yang menyebabkan subordinasi perempuan Jepang, dalam konteks ini adalah Jepang sebagai masyarakat yang kapitalis sekaligus patriarkis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Asiila Ramadhina
"ABSTRAK
Komunikasi keluarga memberikan dampak dalam meningkatkan pemahaman kesetaraan gender kepada anak-anak. Komunikasi keluarga memiliki corak yang berbeda dalam berbagai masyarakat sesuai dengan adat dan budaya masing-masing. Pada suku Minangkabau yang menganut sistem matriarki, corak tersebut bersifat istimewa. Apalagi jika dibandingkan dengan komunikasi keluarga pada beberapa suku lainnya seperti Batak, Korowai, dan Bugis. Posisi perempuan dan laki-laki dalam beberapa suku tersebut memberikan implikasi yang besar dalam adat kehidupan hingga turun temurun. Peran keluarga sebagai komunitas paling inti menjadi yang sangat berperan dalam pengarusutamaan gender. Peran keluarga tersebut perlu diperkuat agar dapat menjadi gerbang utama sebelum mencapai pengarusutamaan gender pada lapisan lainnya yaitu komunitas, organisasi, institusi, pemerintah, dsb.

ABSTRACT
Family communication has an impact in increasing gender understanding to children. Family communication has a different pattern in various societies according to their respective customs and cultures. In the Minangkabau tribe that adheres to a matriarchal system, this pattern is special. Particularly, when compared to family communication in several other tribes such as the Batak, Korowai, and Bugis. The position of women and men in some of these tribes has a great impact on traditional life for generations. The role of the family as the most core community has a very important role in gender mainstreaming. The role of the family needs to be achieved to become the main gate before gender mainstreaming in other layers, such as communities, organizations, institutions, government, etc."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Wahid Wartabone
"Norma merupakan salah satu konsep kunci dalam Ilmu Hubungan Internasional yang secara umum didefinisikan sebagai standar perilaku yang memengaruhi aktor politik sesuai dengan identitas dan posisinya dalam sistem sosial dan internasional. Salah satu norma global adalah The Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) yang secara khusus menyoroti diskriminasi dan kekerasan berbasis gender utamanya terhadap perempuan serta menetapkan agenda-agenda nasional untuk mencapai kesetaraan gender. Sejak CEDAW diadopsi oleh PBB pada tahun 1979, kesetaraan gender kian mengemuka dan menjadi agenda politik yang krusial untuk dibahas, baik secara akademis maupun praksis. Oleh karena itu, tulisan ini berupaya memetakan dan meninjau pembahasan mengenai norma kesetaraan gender dalam konteks politik global. Dengan menggunakan metode taksonomi, tulisan ini meninjau 23 literatur akademik dan menghasilkan tiga temuan utama. Pertama, makna norma kesetaraan gender bersifat dinamis dan kontekstual. Kedua, norma kesetaraan gender disebarkan oleh berbagai aktor politik dengan mekanisme dan strategi yang beragam serta tidak terjadi dalam proses satu arah global-ke-lokal saja, melainkan dengan berbagai dinamika di level domestik—dinamika inilah yang masih jarang dikaji dalam literatur-literatur yang ada. Ketiga, sebagian besar literatur hanya menyoroti peran aktor transnasional sehingga peran aktor lokal dan kelompok akar rumput cenderung terpinggirkan. Adapun hasil refleksi penulis terhadap literatur-literatur yang dikaji adalah bahwa kajian mengenai norma kesetaraan gender masih didominasi oleh akademisi dari Barat. Selain itu, pembahasan norma kesetaraan gender turut memiliki irisan dengan perspektif dari bidang ilmu lainnya. Pada bagian akhir tinjauan literatur ini, penulis merekomendasikan penelitian selanjutnya untuk mengkaji dinamika dan proses yang terjadi di level domestik serta peran aktor lokal dalam difusi norma kesetaraan gender.

Norm is one of the key concepts in International Relations which is generally defined as a standard of behavior that influences political actors according to their identities and positions in the social and international system. One of the global norms is The Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW) which specifically highlights gender-based discrimination and violence primarily against women and establishes national agendas to achieve gender equality. Since its adoption by the United Nations in 1979, gender equality has increasingly come to the fore and has become a crucial political agenda to be discussed, both academically and practically. Therefore, this paper seeks to map out and review discussions on gender equality norms in the context of global politics. Using the taxonomic method, this paper reviews 23 academic literatures and produces three main findings. First, the meaning of gender equality norms is dynamic and contextual. Second, gender equality norms are diffused by a constellation of political actors with various mechanisms and strategies and do not occur in a one-way process, global-to-local, but with various dynamics at the domestic level—these dynamics are rarely studied in the existing literatures. Third, most of the literatures only focus on the role of transnational actors so that the role played by the local actors and grassroots groups tends to be marginalized. As for the author's reflection on the existing literatures, studies on gender equality norms are still dominated by scholars from the West. In addition, the discussion on gender equality norms also has intersections with perspectives from other fields of science. Finally, at the end of this literature review, the authors recommend further research to explore the dynamics and processes that occur at the domestic level and the role of local actors in the diffusion of gender equality norms."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>