Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148499 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dilfa Safnia Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan resep pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Indonesia periode November 2023 hingga Januari 2024. Tujuan penelitian meliputi: 1) mengidentifikasi faktor yang memengaruhi lamanya waktu tunggu pelayanan resep, 2) menghitung rata-rata waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan obat racikan, serta 3) mengevaluasi kesesuaian waktu tunggu pelayanan dengan standar Kementerian Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014. Penelitian dilakukan melalui observasi langsung terhadap proses pelayanan resep dari tahap verifikasi hingga penyerahan obat. Data dianalisis secara deskriptif dan dibandingkan dengan standar pelayanan minimal. Hasil menunjukkan bahwa jumlah resep non-racikan lebih banyak dibandingkan dengan resep racikan selama periode penelitian. Rata-rata waktu tunggu resep non-racikan berturut-turut adalah 72 menit, 59 menit, dan 57 menit, sedangkan untuk resep racikan adalah 141 menit, 73 menit, dan 69 menit. Kedua kategori waktu tunggu ini belum memenuhi standar yang ditetapkan. Penelitian ini memberikan rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi pelayanan resep di RS Universitas Indonesia.

This study aims to analyze the waiting time for outpatient prescription services at the Pharmacy Department of Universitas Indonesia Hospital during the period of November 2023 to January 2024. The objectives include: 1) identifying factors influencing the length of prescription service waiting times, 2) calculating the average waiting time for non-compounded and compounded prescriptions, and 3) evaluating the compliance of waiting times with the Indonesian Ministry of Health Standard Number 58 of 2014. The study was conducted through direct observation of the prescription service process from verification to medication handover. Data were descriptively analyzed and compared against the minimum service standards. Results showed that non-compounded prescriptions were more frequent than compounded prescriptions during the study period. The average waiting time for non-compounded prescriptions was 72 minutes, 59 minutes, and 57 minutes, while for compounded prescriptions it was 141 minutes, 73 minutes, and 69 minutes. Both categories did not meet the required standards. This study provides recommendations to improve the efficiency of prescription services at Universitas Indonesia Hospital. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadra Khalisya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan resep pasien di Apotek Kimia Farma 115 Pamulang pada periode Desember 2023. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian waktu tunggu pelayanan resep dengan standar yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observatif, di mana data diperoleh melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pasien dimulai saat resep diserahkan hingga obat diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tunggu rata-rata pelayanan resep obat non racik adalah 15,7 menit, sedangkan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan rata-rata adalah 25,1 menit. Waktu tunggu pelayanan obat non racik sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008, tetapi belum memenuhi standar pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016. Waktu tunggu pelayanan obat racikan telah sesuai dengan kedua peraturan tersebut. Berdasarkan hasil observasi, waktu tunggu yang lebih lama pada obat non racik dapat disebabkan oleh faktor penumpukan obat yang telah diberi etiket yang tidak langsung diserahkan kepada pasien. Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan untuk melakukan evaluasi lebih lanjut terkait tingkat kepuasan pasien serta mengidentifikasi lebih dalam faktor-faktor yang menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan, khususnya pada jam-jam sibuk dan waktu pergantian shift karyawan.

This study aims to analyze the prescription service waiting time for patients at Kimia Farma Pharmacy 115 Pamulang during the period of December 2023. The evaluation was conducted to determine the compliance of prescription service waiting time with the standards set by the Indonesian Ministry of Health. This study utilized a descriptive observational method, where data were obtained through direct recording of patient waiting times, from the moment the prescription was handed over until the medication was dispensed. The results showed that the average waiting time for non-compounded prescriptions was 15.7 minutes, while the average waiting time for compounded prescriptions was 25.1 minutes. The waiting time for non-compounded prescriptions met the requirements of Ministry of Health Regulation No. 129/Menkes/SK/II/2008, but did not comply with the standards set in Ministry of Health Regulation No. 73 of 2016. The waiting time for compounded prescriptions, however, was in accordance with both regulations. Based on observations, the longer waiting time for non-compounded prescriptions was due to the accumulation of medications that had been labeled but were not immediately handed over to the patients. This study recommends conducting further evaluations on patient satisfaction and identifying the factors that cause longer waiting times, especially during peak hours and shift changes. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Firdiena Titian Ratu
"Pengkajian dan pelayanan resep serta dispensing merupakan bagian dari standar pelayanan farmasi klinik di apotek. Pelayanan resep yang teliti dengan waktu tunggu yang singkat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan kepuasan serta kenyamanan pasien. Evaluasi mengenai waktu tunggu pelayanan penting dilakukan sebagai salah satu indikator evaluasi mutu pelayanan kefarmasian di apotek untuk mengetahui kecepatan pelayanan farmasi dalam meningkatkan kepuasan juga kenyamanan pasien. Evaluasi dilakukan melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pelayanan tiap resep obat jadi dan obat racikan di Apotek Roxy Poltangan. Hasil evaluasi menunjukkan rata-rata waktu pelayanan baik obat jadi maupun racikan sudah sesuai dan dapat dikatakan baik karena masih berada dalam rentang 15-30 menit. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu pelayanan resep di Apotek Roxy Poltangan yaitu jenis resep, jumlah staf yang bertugas, jumlah obat yang diambil, dan sistem komputer yang digunakan.

Assessment and prescription and dispensing services are part of the clinical pharmacy service standards in pharmacies. Careful prescription service with short waiting times is one of the efforts to increase patient satisfaction and comfort. Evaluation of waiting time for important services is carried out as an indicator for evaluating the quality of pharmaceutical services in pharmacies to determine the speed of pharmaceutical services in increasing patient satisfaction and comfort. Evaluation was carried out through direct observation and recording of waiting times for each finished drug prescription and concoction drug at the Roxy Poltangan Pharmacy. The evaluation results show that the average service time for both finished and concoction drugs is appropriate and can be said to be good because it is still in the range of 15-30 minutes. Factors that affect prescription service time at the Roxy Poltangan Pharmacy are the type of prescription, the number of staff on duty, the number of drugs taken, and the computer system used."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentio Daniel Caesar Perdana Putra
"Laporan ini menganalisis beberapa resep, antara lain resep yang mengandung Alprazolam, Valdimex, Tramadol, Riklona, Rhinofed Sirup, Desloratadine, Salbutamol, dan Triamcinolone. Setiap resep dianalisis dengan menggunakan literatur dan aplikasi farmasi untuk memastikan bahwa dosis dan penggunaan obat sudah sesuai serta aman bagi pasien. Terdapat pula pembahasan mengenai potensi duplikasi terapi dan interaksi obat. Pada kesimpulannya, laporan ini menyoroti pentingnya melakukan pengkajian resep secara menyeluruh untuk mencegah medication error dan memastikan bahwa resep yang diterima memenuhi persyaratan administrasi, farmasetik, dan klinis.

This report analyzes several prescriptions, including those containing Alprazolam, Valdimex, Tramadol, Riklona, Rhinofed Syrup, Desloratadine, Salbutamol, and Triamcinolone. Each prescription is reviewed using pharmaceutical literature and applications to ensure that the dosages and drug use are appropriate and safe for the patient. There is also a discussion on the potential for therapeutic duplication and drug interactions. In conclusion, the report highlights the importance of thoroughly reviewing prescriptions to prevent medication errors and to ensure that the prescriptions meet administrative, pharmaceutical, and clinical requirements. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Lidya Pusparia
"Instalasi Farmasi merupakan salah satu terminal pelayanan kesehatan, jalur perbekalan farmasi yang berhadapan langsung dengan masyarakat, dan merupakan bagian dari revenue centre. Latar belakang penelitian ini adalah proporsi kunjungan instalasi farmasi dengan resep obat yang rendah, yaitu kurang dari 50%, serta keluhan pasien akan pelayanan instalasi farmasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui lebih rinci tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan instalasi farmasi dikaitkan dengan minat pasien menebus kembali resep obat di instalasi farmasi RSUD Budhi Asih.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif, desain penelitian ini adalah survey cross sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner kepada 100 orang responden. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat yaitu membandingkan skor harapan dan kenyataan, kemudian diaplikasikan kedalam diagram kartesius, analisis bivariat dengan chi kuadrat, dan analisis multivariat dengan regresi logistic.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat kepuasan dengan minat kembali menebus resep obat di instalasi farmasi RSUD Budhi Asih. Responden yang menyatakan puas sebanyak 15% responden, sedangkan responden yang menyatakan tidak puas akan pelayanan instalasi farmasi ada sebanyak 85% responden. Frekuensi responden yang berminat menebus kembali resep obat sebanyak 37% responden, sedangkan responden yang tidak berminat sebanyak 63% responden. Variabel yang dominan mempengaruhi minat menebus kembali resep obat yaitu usia, dan dimensi reliability.

Pharmacy is one of terminal health care, pharmaceutical supply lines dealing directly with the community, and is part of a revenue center. The background of this study is the proportion of visits with prescription drug pharmacy low, at less than 50%, and complaints of patients will service pharmacy. This study aimed to find out more detailed level of patient satisfaction of outpatient pharmacy services related to the interests of patients redemption pharmacy prescription drugs at Budhi Asih Hospital.
This study is descriptive and analytical with a quantitative approach, this study design was cross sectional survey. Data collected through questionnaires to 100 respondents. Data analysis was performed by univariate analysis that compared the scores of hope and reality, then applied into Cartesian diagrams, bivariate analysis using chi square, and multivariate analysis with logistic regression.
Results showed that there was a correlation between satisfaction with the interest to re-purchase a prescription drug in the pharmacy department Budhi Asih Hospital. Respondents who said they were satisfied as much as 15% of respondents, while respondents who expressed dissatisfaction pharmacy service will be there as much as 85% respondents. Frequency of respondents who are interested to re-purchase prescription drugs as many as 37% of respondents, while respondents who are not interested as much as 63% respondents. Dominant variables that influence the intention to re-purchase prescription drugs are the age, and the dimension of reliability.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31687
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Salsabila Lutfi
"Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang bertujuan atau berorientasi kepada pelayanan pasien (patient oriented), penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu (quality) dan terjangkau (affordable) bagi semua lapisan masyarakat, termasuk pula di dalamnya pelayanan farmasi klinik (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu pelayanan di rumah sakit yang harus memenuhi standar pelayanan minimal. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008, salah satu indikator pelayanan farmasi yang diatur dalam standar pelayanan minimal (SPM) rumah sakit adalah waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan obat racikan (Kementerian Kesehatan RI, 2008). Tercapainya pelayanan kesehatan berkaitan erat dengan pemenuhan standar pelayanan minimal rumah sakit, termasuk di dalamnya pemenuhan standar pelayanan farmasi dengan indikator waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan racikan. Evaluasi terhadap waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan racikan di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia diharapkan dapat menggambarkan mutu pelayanan kefarmasian yang diberikan agar tercapai pelayanan yang bermutu dan berfokus pada pasien (patient oriented). Tujuan tugas khusus ini antara lain, mengetahui rata-rata waktu tunggu dan mengevaluasi kesesuaian waktu pelayanan resep pasien di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia dengan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Pharmaceutical Service Standards in Hospitals emphasizes that pharmaceutical services in hospitals are an integral part of the hospital healthcare system aimed at providing patient-oriented care, offering quality and affordable pharmaceuticals, medical devices, and disposable medical materials to all segments of society, including clinical pharmacy services (Ministry of Health RI, 2014). Pharmaceutical services in hospitals are among those required to meet minimum service standards. According to Minister of Health Regulation Number 129 of 2008, one of the indicators of pharmaceutical services stipulated in the Minimum Service Standards of hospitals is the waiting time for dispensing ready-made prescriptions and compounded medications (Ministry of Health RI, 2008). The achievement of healthcare services is closely related to fulfilling the minimum service standards of hospitals, which includes meeting pharmaceutical service standards with indicators like waiting times for dispensing prescriptions. The evaluation of the waiting time for dispensing ready-made prescriptions and compounded medications at the Outpatient Pharmacy of the University of Indonesia Hospital is expected to illustrate the quality of pharmaceutical services provided to achieve high-quality and patient-centered care. The objectives of this paper include determining the average waiting time and evaluating the waiting times at the outpatient unit of the University of Indonesia Hospital with the Minimum Service Standards of Hospitals."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Elisa Br.
"Laporan ini membahas pengkajian resep Program Rujuk Balik (PRB) pada pasien gagal jantung di Apotek Kimia Farma 0048 Matraman. Gagal jantung merupakan kondisi kronis yang memengaruhi jutaan orang di dunia dan memerlukan penanganan medis yang kompleks. Pengkajian resep dilakukan untuk mencegah medication error dan memastikan keamanan serta efektivitas terapi. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan mengkaji dua resep PRB pasien gagal jantung. Hasil pengkajian menunjukkan beberapa ketidaksesuaian dalam aspek administratif, seperti tidak tercantumnya nomor SIP dokter, jenis kelamin, dan berat badan pasien. Selain itu, terdapat interaksi obat yang perlu pemantauan rutin, seperti interaksi antara asam asetilsalisilat dengan valsartan serta ramipril dengan asetosal. Secara keseluruhan, obat-obatan yang diresepkan telah sesuai dengan indikasi pasien gagal jantung, namun diperlukan penyesuaian dosis dan pemantauan efek samping. Kesimpulannya, pengkajian resep penting untuk memastikan keamanan dan efektivitas terapi, serta menghindari kesalahan pengobatan. 

This report discusses the evaluation of Back Referral Program (PRB) prescriptions for heart failure patients at Kimia Farma 0048 Matraman Pharmacy. Heart failure is a chronic condition affecting millions worldwide, requiring complex medical management. Prescription evaluation is essential to prevent medication errors and ensure therapy safety and effectiveness. The method used was a literature study, analyzing two PRB prescriptions for heart failure patients. The evaluation revealed several administrative discrepancies, such as the absence of the doctor's SIP number, patient gender, and weight. Additionally, there were drug interactions requiring regular monitoring, such as between acetylsalicylic acid and valsartan, and ramipril with acetylsalicylic acid. Overall, the prescribed medications were appropriate for heart failure patients, but dose adjustments and side effect monitoring are necessary. In conclusion, prescription evaluation is crucial to ensure therapy safety and effectiveness, and to avoid medication errors. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Nadia Nurrahmah
"Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Kegiatan pengkajian resep dimulai dari persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis. Pengkajian klinis berupa ketepatan indikasi, dosis obat, waktu penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain, kontraindikasi dan interaksi obat). Pengkajian klinis pada resep obat betujuan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan outcome terapi yang optimal serta mendukung pelaksanaan keamanan pada pasien.

A prescription is a written request from a doctor or dentist to a pharmacist, either in paper or electronic form to provide and deliver medicine to patients in accordance with applicable regulations. Prescription review activities start from administrative requirements, pharmaceutical requirements, and clinical requirements. Clinical assessment in the form of accuracy of indications, drug dosage, time of drug use, duplication and / or polypharmacy, unwanted drug reactions (allergies, drug side effects, other clinical manifestations, contraindications and drug interactions). Clinical assessment of drug prescriptions aims to improve the quality of service to patients to obtain optimal therapeutic outcomes and support the implementation of safety in patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rezha Alausy Fauzan
"Pengkajian resep merupakan salah satu bagian dari pelayanan farmasi klinik yang dilakukan apoteker mulai dari pengkajian administratif, farmasetik serta klinis sebelum diracik. Apoteker sebagai mitra kerja dokter harus memahami dan mengkaji resep yang berpotensi menimbulkan kesalahan pengobatan melalui kajian terhadap kejadian medication error sesuai yang tercantum pada Standar Pelayanan Kefarmasian. Tujuan dari pengkajian resep ini yakni untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat ditinjau dari indikator pola peresepan berdasarkan kelengkapan administrasi dan indikator potensi medication error resep polifarmasi di Apotek Kimia Farma 11 Bandung. Kajian ini dilakukan selama Bulan Agustus 2020 yang bertempat di Apotek Kimia Farma 11 Bandung, Jl. WR. Supratman No. 72, Bandung. Kajian dilakukan selama Bulan Agustus 2020 terhadap 50 lembar resep yang berasal dari Klinik Kimia Farma Supratman dan di luar klinik, dengan melihat kejelasan penulisan terkait obat, kelengkapan resep serta gambaran mengenai interaksi obat pada 2 resep (polifarmasi). Dari hasil pengamatan, ditemukan banyak kelengkapan penulisan resep yang rendah berupa informasi nomor izin praktek dokter/SIP (48%), usia (46%), berat badan (4%) dan alamat pasien (22%). Dari 2 kajian resep secara klinis, terdapat interaksi obat antara Clopidogrel dengan Curcumin/Piracetam (resiko pendarahan) juga dengan obat antikolesterol Simvastatin/Artovastatin (penurunan kadar Clopidogrel).

Prescription assessment is one part of clinical pharmacy services performed by
pharmacists, starting from administrative, pharmaceutical, and clinical assessments
before formulation. Pharmacists as a doctor’s work partner must understand
prescriptions that have the potential to cause medication errors through a review of
its incidence as stated in the Pharmaceutical Service Standards. The purpose of this
prescription review is to determine the rationality of drug use in terms of prescribing
pattern indicators based on administrative completeness and potential indicators of
polypharmacy prescription medication errors at Kimia Farma 11 Pharmacy in
Bandung. This study was conducted during August 2020 at Kimia Farma 11
Bandung Pharmacy, Jalan WR. Supratman No. 72, Bandung. The study was carried
out during August 2020 on 50 prescription sheets originating from the Kimia Farma
Supratman Clinic and outside the clinic, by looking at the clarity of writing related
to drugs, completeness of prescriptions, and an overview of drug interactions on
two polypharmacy prescriptions. From the observations, it was found that there
were many low completeness in writing prescriptions in the form of information on
the doctor’s practice license number (48%), age (46%), body weight (4%) and the
patient’s address (22%). From two clinical prescription studies, there were drug
interactions between Clopidogrel and Curcumin/Piracetam (risk of bleeding) as
well as the anti-cholesterol drug Simvastatin/Artovastatin (decreased levels of
Clopidogrel).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Husnah
"Perencanaan merupakan bagian penting dalam proses pengadaan di sebuah Apotek. Perencanaan dapat dilakukan berdasarkan metode konsumsi ataupun epidemiologi. Kelompok kelas terapi obat yang paling banyak keluar dari Apotek dalam periode tertentu dapat dijadikan prioritas dalam pengadaan untuk periode berikutnya. Pembelian obat di Apotek dapat dilakukan tanpa resep ataupun dengan resep. Oleh karena itu kelas terapi obat yang paling sering diresepkan oleh dokter merupakan salah satu pertimbangan dalam melakukan perencanaan. Data kelas terapi didapat dengan memeriksa kelas terapi setiap obat yang tertulis pada seluruh resep yang masuk ke Apotek Roxy Mangga Besar selama periode 16-22 Agustus, selanjutnya ditentukan presentase untuk tiaptiap kelas terapi. Dari analisa yang dilakukan didapatkan tiga kelas terapi utama yang paling banyak diresepkan yaitu obat obat dalam kelas terapi Antiinfeksi terutama antibiotik (32,88%), Obat untuk saluran cerna (30,96%), dan Analgesik-Antipiretik (29,62%) dari total 520 resep. Dari data yang didapatkan dapat dijadikan acuan dalam melakukan perencanaan, dimana ketiga kelas terapi tersebut dapat dijadikan prioritas atau sebagai kelompok obat yang diberikan porsi terbesar dari anggaran dalam perencanaan obat untuk pengadaan periode berikutnya.

Planning is an important part of the procurement process at a pharmacy. Planning can be done based on consumption or epidemiological methods. The drug therapy class group that leaves the pharmacy the most in a certain period can be prioritized in the procurement for the next period. Purchasing drugs at the pharmacy can be done without a prescription or by prescription. Therefore, the drug therapy class most often prescribed by doctors is one of the considerations in planning. The therapy class data obtained by examining the therapy class of each drug written on all prescriptions that have been submitted to the Apotek Roxy Mangga Besar during the period 16-22 August, then it is determined percentages for each therapy class. From the analysis carried out, it was found that the three main classes of therapy were most widely prescribed, namely drugs in the class of anti-infective therapy, especially antibiotics (32.88%), drugs for the digestive tract (30.96%), and analgesics-antipyretics (29.62%) of a total of 520 prescriptions. From the data obtained, it can be used as a reference in planning, where the three classes of therapy can be prioritized or as a group of drugs that are given the largest portion of the budget in drug planning for the procurement of the next period."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
Unggah4  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>