Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146298 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sesario Opriantama
"Mikroalga merupakan mikroorganisme eukariotik yang hidup di laut atau air tawar. Beberapa mikroalga dapat menempel pada kemasan plastik, yang umumnya ditemukan di perairan yang tercemar, dan dikenal sebagai mikroalga epiplastik. Penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi keragaman serta perhitungan kelimpahan mikroalga epiplastik di kemasan makanan jenis Polypropylene dengan metode purposive sampling di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Pengambilan sampel dilakukan dari tiga titik stasiun, yaitu Utara, Barat, dan Timur Pulau Pramuka kemudian sampel diamati di bawah mikroskop. Tujuh genus mikroalga epiplastik ditemukan dari tiga kelas, yaitu Bacillariophyceae (5 genus), Dinophyceae (1 genus), dan Cyanophyceae (1 genus) yang berpotensi toksik. Genus yang ditemukan dari kelas Bacillariophyceae, yaitu Cymbella, Navicula, Nitzschia, Pleurosigma, Synedra. Cyanophyceae ditemukan dari genus Chroococcus dan Dinophyceae ditemukan dari genus Prorocentrum. 2 genus ditemukan yang memiliki potensi toksik pada perairan, yaitu Chroococcus dan Prorocentrum. Kelimpahan tertinggi ditemukan pada genus Nitzschia sebesar 3.468 sel/L, sedangkan kelimpahan terendah ditemukan pada genus Chroococcus sebesar 680 sel/L.

Microalgae are eukaryotic microorganisms that live in the sea or fresh water. Some microalgae can stick to plastic packaging, which is commonly found in polluted waters, and are known as epiplastic microalgae. The study was conducted to identify the diversity and calculate the abundance of epiplastic microalgae in Polypropylene food packaging using the purposive sampling method in the waters of Pramuka Island, Seribu Islands. Sampling was carried out from three station points, namely North, West, and East of Pramuka Island, then the samples were observed under a microscope. Seven genera of epiplastic microalgae were found from three classes, namely Bacillariophyceae (5 genera), Dinophyceae (1 genus), and Cyanophyceae (1 genus) which are potentially toxic. The genera found from the Bacillariophyceae class, namely Cymbella, Navicula, Nitzschia, Pleurosigma, Synedra. Cyanophyceae were found from the genus Chroococcus and Dinophyceae were found from the genus Prorocentrum. 2 genera were found to have toxic potential in waters, namely Chroococcus and Prorocentrum. The highest abundance was found in the genus Nitzschia at 3,468 cells/L, while the lowest abundance was found in the genus Chroococcus at 680 cells/L."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dionanda Dafito
"Penelitian terhadap komunitas mikroalga epiplastik pada substrat plastik polyethylene terephthalate (PET) dilakukan di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan seribu. Sampel plastik kemasan minuman diambil dari tiga stasiun di bagian Barat, Utara, dan Timur Pulau Pramuka. Sampel yang diisolasi kemudian diamati di bawah mikroskop cahaya dan kelimpahan, serta keanekaragaman mikroalga pada setiap stasiun dihitung. Mikroalga tersebut diidentifikasi, sehingga struktur komunitas dan adanya mikroalga berpotensi toksik diketahui. Mikroalga yang diidentifikasi berasal dari tiga divisi, yaitu Bacillariophyta, Dinophyta, dan Cyanobacteria. Bacillariophyta merupakan divisi yang paling melimpah dan ditemukan 11 genus yang berasal dari divisi tersebut, antara lain Coscinodiscus, Diploneis, Pleurosigma, Gyrosigma, Nitzschia, Cymbella, Thalassiosira, Synedra, Navicula, Fragilaria, dan Thalassionema. Dinophyta yang ditemukan berasal dari genus Prorocentrum dan Cyanobacteria yang ditemukan berasal dari genus Chroococcus. Nitzschia merupakan mikroalga yang paling melimpah dengan total kelimpahan 395,9 sel/ml, sedangkan kelimpahan terendah dimiliki oleh Chroococcus dengan nilai 1,18 sel/ml. Mikroalga berpotensi toksik ditemukan pada beberapa stasiun, yaitu Nitzschia dan Prorocentrum. Indeks keanekaragaman dan kemerataan tertinggi terdapat pada stasiun 1 (1,62 dan 0,78) karena tidak ada genus yang mendominasi, sedangkan indeks dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 3 (0,52).

Research on epiplastic microalgal communities on polyethylene terephthalate (PET) plastic substrates was conducted in the waters of Pramuka Island, Kepulauan Seribu. Beverage packaging plastic samples were taken from three stations in the western, northern, and eastern parts of Pramuka Island. The isolated samples were then observed under a light microscope and the abundance and diversity of microalgae at each station were calculated. The microalgae were identified so that community structure and the presence of potentially toxic microalgae were known. The microalgae identified came from three classes, namely Bacillariophyta, Dinophyta, and Cyanobacteria. Bacillariophyta is the most abundant class and 11 genera were found from the class, including Coscinodiscus, Diploneis, Pleurosigma, Gyrosigma, Nitzschia, Cymbella, Thalassiosira, Synedra, Navicula, Fragilaria, and Thalassionema. Dinophyta found came from the genus Prorocentrum and Cyanobacteria found came from the genus Chroococcus. Nitzschia is the most abundant microalgae with a total abundance of 395.9 cells/ml, while the lowest abundance is owned by Chroococcus with a value of 1.18 cells/ml. Potentially toxic microalgae were found at several stations, namely Nitzschia and Prorocentrum. The highest diversity and evenness indices were found at station 1 (1.62 and 0.78) because there was no genus dominating the station, while the highest dominance index was found at station 3 (0.52)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Balqis Fisabila Helmi
"Penelitian mengenai identifikasi keanekaragaman serta perhitungan kelimpahan mikroalga epiplastik di substrat sampah plastik makanan kemasan jenis polypropylene yang berpotensi menyebabkan Harmful Algal Blooms di lakukan di Pantai Lagoon Ancol dengan metode purposive random sampling pada 3 titik stasiun dengan metode subsample di bawah mikroskop. Tujuh belas genus mikroalga epiplastik ditemukan yang berasal dari tiga kelas, yaitu Bacillariophyceae (14 genus), Dinophyceae (1 genus), dan Cyanophyceae (2 genus) dengan 3 genus yang berpotensi toksik. Tujuh belas genus tersebut adalah Achnanthes, Cocconeis, Coscinusdiscus, Cymbela, Gyrosigma, Lyngbya, Mastogloia, Merismopedia, Navicula, Nitzschia, Paralia, Pleurosigma, Prorocentrum, Skeletonema, Stephanopyxis, Thalassionema, dan Thalassiosira. Hasil penelitian menunjukan kelimpahan total mikroalga epiplastik berkisar 249 – 24.051 sel/gram dengan kelimpahan terbesar dari genus Navicula sebesar 121.342 sel/gram dan terkecil dari genus Merismopedia sebesar 249 sel/gram. Berdasarkan perhitungan korelasi Pearson, hampir semua parameter lingkungan yang diukur berpengaruh sangat tinggi dengan rentang koefisien ± 0.80 – ± 1.00, dengan koefisien korelasi terendah oleh intensitas cahaya yaitu 0.3 dimana termasuk kedalam rentang berpengaruh rendah.

Research on identifying diversity and calculating the abundance of epiplastic microalgae in polypropylene plastic food packaging waste substrates that have the potential to cause Harmful Algal Blooms was conducted at Ancol Lagoon Beach with purposive random sampling method at 3 station points and using the subsample method under a microscope. Seventeen genera of epiplastic microalgae were found from three classes, namely Bacillariophyceae (14 genera), Dinophyceae (1 genus), and Cyanophyceae (2 genera) with 3 potentially toxic genus. The seventeen genera are Achnanthes, Cocconeis, Coscinusdiscus, Cymbela, Gyrosigma, Lygbya, Mastogloia, Merismopedia, Navicula, Nitzschia, Paralia, Pleurosigma, Prorocentrum, Skeletonema, Stephanopyxis, Thalassionema, and Thalassiosira. The results showed that the total abundance of epiplastic microalgae ranged from 249 – 24.051 cells/gram with the greatest abundance from the genus Navicula of 121.342 cells/gram and the smallest from the genus Merismopedia of 249 cells/gram. Based on Pearson correlation calculations, almost all environmental parameters measured have a very high effect with a coefficient range of ± 0.80 – ± 1.00, with the lowest correlation coefficient by light intensity of 0.3 which is included in the low influential range."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Jutrzenka Ilyas
"Penelitian mengenai hubungan antara perbedaan kedalaman terhadap kelimpahan dinoflagellata bentik penyebab Ciguatera Fish Poisoning (CFP) menggunakan substrat buatan dilakukan di perairan Dermaga Odi, Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada tanggal 21–22 September 2023. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kelimpahan dinoflagellata toksik berpotensi penyebab CFP dan parameter lingkungan setiap kedalaman yang paling mempengaruhi kelimpahannya. Pengambilan sampel dilakukan dengan menempatkan substrat buatan di kedalaman 1 m, 3 m, dan 5 m, serta diambil data parameter lingkungan dari setiap kedalaman. Substrat buatan diambil kembali setelah 24 jam untuk penyaringan dan penyimpanan sampel. Identifikasi dan pengolahan kelimpahan sampel didahului dengan pencacahan yang dilakukan menggunakan Sedgewick Rafter Counting Cell melalui mikroskop. Analisis data dan sampel menggunakan analisis statistik multivariate Primary Component Analysis (PCA) dan Correspondence (CA). Ditemukan 3 genus dinoflagellata yang menempel pada substrat buatan tiap kedalaman yaitu Amphidinium, Ostreopsis, dan Prorocentrum. Kelimpahan dinoflagellata bentik berpotensi penyebab CFP yang menempati substrat buatan paling melimpah di kedalaman 1 m. Berdasarkan hasil PCA dan CA, kedalaman 1 m dicirikan dengan suhu, nitrat, dan Prorocentrum, sedangkan 3 m dicirikan dengan DO dan Amphidinium, dan 5 m dicirikan dengan pH. Sebaliknya, salinitas, fosfat, dan Ostreopsis tidak dicirikan dengan kedalaman berapapun.

Research on the relationship between differences in depth and the abundance of benthic dinoflagellates that cause Ciguatera Fish Poisoning (CFP) using artificial substrates was carried out in the waters of Odi Pier, Pramuka Island, Seribu Islands on 21–22 September 2023. The research was conducted to identify and analyze the abundance of benthic dinoflagellates potentially causing CFP and the environmental parameters of each depth that most influences the abundance. Sampling was carried out by placing artificial substrates at depths of 1 m, 3 m and 5 m, and environmental parameter data was taken from each depth. The substrates were recovered after 24 h for filtering and storage. Identification and processing of sample abundance was preceded by Sedgewick Rafter Counting Cell. Data and sample analysis used statistical analysis Primary Component Analysis (PCA) and Correspondence (CA). Three genera of dinoflagellates were found attached to artificial substrates, namely Amphidinium, Ostreopsis, and Prorocentrum. Depth of 1 m is the most abundant of benthic dinoflagellates and characterized by temperature, nitrate, and Prorocentrum, while 3 m was characterized by DO and Amphidinium, and 5 m was characterized by pH. In contrast, salinity, phosphate, and Ostreopsis were not characterized at any depth."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Praja Kusuma
"Kerusakan ekosistem terumbu karang dan perubahan kualitas perairan di Pulau Pramuka dapat memicu peningkatan kelimpahan dinoflagellata. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kelimpahan dinoflagellata bentik penyebab Ciguatera Fish Poisoning (CFP), serta menganalisis hubungan faktor lingkungan yang mencirikan setiap stasiun dengan kelimpahan dinoflagellata bentik yang ditemukan. Penelitian dilakukan pada 21-22 September 2023 di tiga stasiun, yaitu Dermaga Odi, Dermaga Mazu, dan Dermaga Villa Delima, yang ketiganya memiliki perbedaan dominansi substrat alami. Penelitian ini menerapkan penggunaan substrat buatan sebagai media pengambilan sampelnya. Substrat buatan diletakkan berdekatan dengan substrat alami selama 24 jam, kemudian diangkat dan disaring. Identifikasi dan pencacahan sampel dilakukan dengan mikroskop cahaya dan Sedgewick Rafter Counting Chamber lalu dihitung kelimpahan selnya. Data faktor lingkungan dianalisis dengan Analisis Komponen Utama (AKU) untuk menemukan faktor lingkungan yang mencirikan setiap stasiun. Hasil penelitian menunjukkan ditemukannya Coolia, Ostreopsis, dan Prorocentrum. Perbedaan substrat alami dan faktor lingkungan menentukan keberadaan dinoflagellata bentik tersebut. Dermaga Mazu memiliki kelimpahan dinoflagellata tertinggi (98 sel/cm²), sementara Prorocentrum menjadi genus dengan kelimpahan tertinggi (129 sel/cm²). Hasil AKU menunjukkan Dermaga Odi dicirikan oleh suhu, Dermaga Mazu oleh salinitas dan fosfat, serta Dermaga Villa Delima oleh DO. Kelimpahan Prorocentrum dan Ostreopsis meningkat seiring dengan kenaikan suhu, DO, salinitas, dan fosfat, sementara kelimpahan Coolia meningkat dengan kenaikan suhu, salinitas, dan fosfat namun kelimpahannya menurun seiring terjadinya peningkatan DO.

Ecosystem damage to the coral reefs and water quality changes in Pramuka Island can potentially trigger an increase in dinoflagellate abundance. This research aimed to identify and analyze the abundance of benthic dinoflagellates causing Ciguatera Fish Poisoning (CFP) and analyze the relationship between environmental factors and dinoflagellate abundance. The research was conducted on September 21-22, 2023, at three stations: Odi Pier, Mazu Pier, and Villa Delima Pier, each with different dominant natural substrates. Artificial substrates were used for the sampling method, and the artificial substrate were placed near natural substrates for 24 hours, then retrieved and filtered. Samples were identified and counted using a light microscope and Sedgewick Rafter Counting Chamber, and the cell abundance was calculated. Environmental data were analyzed using Principal Component Analysis (PCA) to identify factors that characterizing each station. The genera that found in this research were Coolia, Ostreopsis, and Prorocentrum. Differences in natural substrates and environmental factors determined the presence of these benthic dinoflagellates. Mazu Pier had the highest dinoflagellate abundance (98 cells/cm²), with Prorocentrum being the most abundant genus (129 cells/cm²). PCA results showed that Odi Pier was characterized by temperature, Mazu Pier by salinity and phosphate, and Villa Delima Pier by dissolved oxygen (DO). Prorocentrum and Ostreopsis abundance increased with higher temperature, DO, salinity, and phosphate levels, while Coolia abundance increased with higher temperature, salinity, and phosphate but decreased with higher DO levels."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kresnanda Triputra
"Telah dilakukan penelitian mengenai komunitas dinoflagellata bentik penyebab Ciguatera Fish Poisoning (CFP) di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu pada Juli 2023 hingga Juni 2024. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelimpahan dan komposisi penyusun komunitas dinoflagellata bentik pada substrat buatan dan menganalisis hubungan antara parameter lingkungan terhadap perlakuan perbedaan waktu. Dinoflagellata bentik dikoleksi dari substrat buatan yang diletakkan di perairan selama 24, 48, dan 72 jam. Proses pencacahan dilakukan menggunakan Sedgewick-rafter Counting Cell dan diamati menggunakan mikroskop cahaya pada perbesaran 100x. Analisis data menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU) untuk menentukan faktor lingkungan yang mencirikan setiap perlakuan waktu. Diperoleh tiga genus dinoflagellata bentik, yaitu Prorocentrum, Ostreopsis, dan Sinophysis. Perlakuan 72 jam memiliki kelimpahan dinoflagellata bentik tertinggi sebesar 129,1 sel/cm2 dan genus Prorocentrum menjadi genus paling melimpah sebesar 141,6 sel/cm2. Berdasarkan hasil AKU, perlakuan 24 dan 48 jam dicirikan oleh suhu, salinitas, dan kecepatan arus, sedangkan 72 jam dicirikan oleh DO dan intensitas cahaya.

Study on the community of benthic dinoflagellates causing Ciguatera Fish Poisoning (CFP) in the waters of Pramuka Island, Kepulauan Seribu, was conducted from July 2023 until June 2024. The aim of this research was to analyze the abundance and composition of the benthic dinoflagellate community on artificial substrates and to analyze the relationship between environmental parameters and different time treatments. Benthic dinoflagellates were collected from artificial substrates placed in the water for 24, 48, and 72 hours. Counting was performed using a Sedgewick-Rafter Counting Cell and observed using a light microscope at 100x magnification. Data analysis was conducted using Principal Component Analysis (PCA) to determine the environmental factors characterizing each time treatment. Three genera of benthic dinoflagellates were identified: Prorocentrum, Ostreopsis, and Sinophysis. The 72-hour treatment had the highest abundance of benthic dinoflagellates at 129,1 cells/cm², with Prorocentrum being the highest abundant genus at 141,6 cells/cm². According to PCA results, the 24 and 48-hour treatments were characterized by temperature, salinity, and current velocity, whereas the 72-hour treatment was characterized by DO and light intensity. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athiyya Nasywa
"Penelitian eksperimental yang bertujuan untuk menguji aktivitas antifeedant dan mengamati respons ikan karang pada uji antifeedant ekstrak kasar spons Axinyssa sp. telah dilakukan pada tanggal 3--11 Mei 2017 di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel spons Axinyssa sp. diekstrak dengan menggunakan metanol, kemudian dicampurkan dengan jeli dan pelet komersil pada konsentrasi yang sama dengan konsentrasi alaminya yaitu 29 mg/mL. Uji antifeedant dilakukan terhadap pelet pakan kontrol dan perlakuan di rataan terumbu karang di dekat Dermaga Pulau Pramuka pada kedalaman 3--4 m.
Hasil analisis data menggunakan uji statistik chi-square pada taraf signifikansi 0,01 menunjukkan bahwa ekstrak kasar spons Axinyssa sp. memiliki aktivitas antifeedant dan menunjukkan respons yang spesifik pada ikan-ikan karang meliputi respons ikan karang yang mengalami kontak dengan pelet pakan perlakuan, dan respons ikan karang yang tidak mengalami kontak dengan pelet pakan perlakuan.

An experimental study aimed at testing antifeedant activity and observing the response of reef fishes on antifeedant assay of crude extract from Axinyssa sp. sponge was conducted on May 3rd 11th 2017 in Pramuka Island Waters, Seribu Islands, DKI Jakarta. The Axinyssa sp. sponge sample was extracted by using methanol, then mixed with jelly and commercial pellets at the same concentration with its natural concentration of 29 mg mL. The antifeedant assay was performed on control feed pellets and treatments on the coral reef near the Pramuka Island Pier at a depth of 3 4 m.
The result of data analysis using chi square statistic test at significance level of 0,01 indicates that Axinyssa sp. sponge crude extract has antifeedant activity and shows specific responses to reef fishes including response of reef fishes contact with feed treatment pellets, and response of reef fishes that are not in contact with feed treatment pellets.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrizal Ari Iwari
"Peningkatan gas CO2 di atmosfer dapat mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata di bumi yang dapat menyebabkan perubahan iklim. Padang lamun, salah satu komunitas penyusun ekosistem pesisir pantai memiliki fungsi yang dapat dipertimbangkan sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis laju penyerapan karbon dan potensi tiap jenis lamun sebagai penyimpan karbon serta mengestimasi total kandungan karbon komunitas lamun. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Juni 2013 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Data diperoleh dengan menggunakan metode transek kuadrat untuk menentukan struktur komunitas dan biomassa. Pengukuran pertumbuhan dan produksi daun lamun dilakukan dengan metode penandaan daun, sementara untuk produktivitas serasah menggunakan metode kurungan. Analisis kandungan karbon dalam bagian tanaman lamun dan serasah lamun dilakukan dengan metode Walkley & Black.
Hasil menunjukan bahwa rata-rata laju penyerapan karbon di Pulau Pramuka sebesar 0,53 gC/m2/hari. Dua jenis lamun yang mempunyai laju penyerapan karbon yang tinggi yaitu Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/hari) dan Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/hari), sedangkan jenis lamun yang memiliki cadangan karbon yang tertinggi yakni Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) diikuti oleh Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) dan yang terendah ditemukan pada Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Rata-rata cadangan karbon pada komunitas lamun Pulau Pramuka sebesar 200,90 gC/m2. Berdasarkan estimasi, total luas padang lamun di Pulau Pramuka sebesar 59,25 ha, sehingga total kandungan karbon yang diperoleh yakni 119,03 ton atau setara dengan 2,01 ton/ha dan jumlah CO2 yang diserap oleh padang lamun Pulau Pramuka yakni sekitar 436,84 ton CO2.

The increase of CO2 in the atmosphere may caused the increasing average temperature of the earth, which could cause climate change. Seagrass beds, one of the constituent communities and coastal ecosystems has a function that can be considered as a carbon sink and carbon stock. This study aims to analyze the rate of carbon sequestration and the potential of each species of seagrass as a carbon sink as well as estimating total carbon stock in seagrass communities. The study was conducted in January - June 2013 in the Pramuka Island, Seribu Islands, Jakarta. Data obtained using quadratic transect method for determining community structure and biomass of seagrass. Measurement of seagrass growth and leaf production is done by the leaf marking method, while for leaf litter productivity using cages method. Analysis percentage of carbon in the plant parts of seagrass and seagrass leaf litter carried by Walkley & Black method.
The results show that the average rate of carbon sequestration at Pramuka Island is 0,53 gC/m2/day. There are two species of seagrass that have a high rate of carbon sequestration is Thalassia hemprichii (1,69 gC/m2/day) and Cymodocea rotundata (0,65 gC/m2/day). While seagrass species that has the highest carbon stocks that Enhalus acoroides (139,95 gC/m2) followed by Thalassia hemprichii (56,87 gC/m2) and the lowest was found in Halophila ovalis (1,91 gC/m2). Average carbon stock in seagrass communities Pramuka Island at 200,90 gC/m2. Based on estimates​​, the total area of ​​seagrass beds at Pramuka Island of 59,25 ha. The total carbon stock can be determined that 119,03 tons, or equivalent to 2,01 tons/ha and the amount of CO2 absorbed by seagrass Pramuka Island which is about 436,84 tons of CO2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Yasser Fauzan
"Pengelolaan sampah di pulau-pulau kecil berpenduduk perlu menerapkan strategi yang efektif untuk mengurangi sampah plastik. Keterbatasan yang ada mempengaruhi metode teknis pengelolaan yang diterapkan. Untuk menyusun strategi yang tepat diperlukan data timbulan sampah di darat dan di perairan serta tingkat pengetahuan dan sikap masyarakatnya. Pendekatan kuantitatif dengan metode System Dynamics digunakan untuk mengetahui strategi yang efektif untuk mengurangi sampah plastik. Timbulan sampah rumah tangga di pulau pramuka adalah 134,87 m3/bulan dan non rumah tangga 261,73 m3/bulan. Pertumbuhan sampah laut dasar 58,59 m3/bulan dan sampah laut permukaan 70,31 m3/bulan. Tingkat pengetahuan masyarakat kategori baik adalah 43% dan sikap positif 57%.
Berdasarkan hasil simulasi model System Dynamics, pada kondisi Bussiness as Usual (BAU), kemampuan pengurangan sampah saat ini 42,81% dan terus menurun menjadi 0,21% pada bulan ke-60. Untuk mempertahankan kemampuan pengurangan sampah lebih besar dari 20% (target nasional), maka direkomendasikan strategi intervensi dengan membatasi jumlah wisatawan sesuai dengan daya tampung penginapan yang ada di pulau, menambah tingkat keaktifan anggota Bank Sampah menjadi 75%, menghentikan pembakaran sampah secara terbuka dan mengganti dengan pembakaran pada Incinerator serta menambahkan alat pengkomposan komunal.
Hasil skenario kombinasi didapatkan penurunan volume timbulan sampah plastik dari 175.155,13 m3 pada kondisi BAU menjadi 3.329,01 m3 dengan kemampuan yang efektif mengurangi sampah pada bulan ke60 yaitu 35,94%.

Waste management in small populated islands needs to implement effective strategies to reduce plastic waste. The limitations conditions affect the applied of technical methods management. To set up appropriate strategies, waste data in the land and in the water also the level of knowledge and attitudes of the community are required. Quantitative approach with System Dynamics method is used to find out an effective strategy to reduce plastic waste. Waste generation of households in Pramuka Island is 134,87 m3/month and non-household is 261,73 m3/month. Generation of benthic debris is 58,59 m3/month and floating debris generation 70,31 m3/ month. The level knowledge of good category community is 43% and positive attitude 57%.
Based on the simulation results of System Dynamics model, under Business as Usual (BAU) condition, waste reduction capacity is currently 42,81% and continues to decline to 0,21% in the 60th month. To maintain a waste reduction capability greater than 20% (national target), an intervention strategy is recommended by limiting the number of tourists according to the island's accommodating capacity, increasing the members liveliness of the Garbage Bank to 75%, stopping open burning of garbage and replacing with burning on the Incinerator as well as adding a communal composting tools.
The result of combination scenario is the decrease of plastic waste generation volume from 175.155,13 m3 in BAU condition to 3,329,01 m3 with effective ability to reduce waste in 60th month that is 35,94%.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2017
T49054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hilmi Rizadha
"Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dan memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi, membuat Indonesia memiliki banyak perbedaan pada kondisi lingkungan, tingkat keanekaragaman hayati, hingga pada tingkat komposisi kimia dan kuantitas suatu senyawa yang terdapat dalam suatu makhluk hidup, salah satunya adalah senyawa metabolit sekunder. Hal ini membuat perlu adanya analisis secara metabolomik terhadap suatu makhluk hidup dengan membandingkan lokasi yang berbeda. Phyllidiella nigra merupakan salah satu Nudibranchia yang banyak ditemui di Pulau Rambut dan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Phyllidiella nigra mendapatkan metabolit sekunder dari mangsanya dengan cara mengakumulasi kemudian memanfaatkan senyawa metabolit sekunder untuk peran ekologisnya seperti sebagai antimicrobial, antifeedant, dan antifouling. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui perbandingan metabolit sekunder pada Phyllidiella nigra di lokasi yang berbeda yaitu Pulau Rambut dan Pulau Pramuka. Sampel diambil dengan cara jelajah bebas sebanyak sepuluh sampel. Metabolit sekunder diekstraksi menggunakan metanol 96%, diuapkan, kemudian dideteksi menggunakan GC-MS. Data kemudian dianalisis dengan PCA dengan scatter plot dan HCA dengan dendrogram. Terdapat delapan senyawa yang dapat dianalisis, tiga senyawa diantaranya memiliki pengaruh yang tinggi dalam pembentukan kelompok yaitu 1-propene-1,2,3-tricarboxylic acid, tributyl ester; tributyl acetylcitrate; dan phenol, 2,4-bis (1,1- dimethylethyl)-. Senyawa metabolit sekunder di kedua pulau tidak ditemukan adanya perbedaan karena berdasarkan PCA dan HCA, sampel di kedua pulau saling campur dan tidak membentuk kelompok sesuai lokasinya yaitu Pulau Rambut dan Pulau Pramuka.

As one of the largest archipelagic countries in the world that is rich in biodiversity, Indonesia has various environmental conditions and biodiversity, either at the chemical composition and quantity contained in a living thing such as secondary metabolites. Hence, there is a need to perform a metabolomic analysis of a living thing that lived at different locations. Phyllidiella nigra is one of the Nudibranchia that is commonly found on Rambut Island and Pramuka Island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Phyllidiella nigra accumulates secondary metabolites from its prey and then used the compounds for several ecological roles such as antimicrobial, antifeedant, and antifouling. This study analyses and compares the secondary metabolites of Phyllidiella nigra from two different locations, namely Rambut Island and Pramuka Island. Samples were taken by free-roaming as many as ten. The secondary metabolites were extracted using 96% methanol, evaporated, and then detected using GC-MS. Data was then analyzed by PCA with scatter plot and HCA with dendrogram. Eight compounds could be analyzed, three of which were dominant on group formation, namely 1-propene-1,2,3-tricarboxylic acid, tributyl ester; tributyl acetylcitrate; and phenol, 2,4-bis (1,1-dimethylethyl)-. There were no differences in the secondary metabolites between islands. Based on PCA and HCA, the samples on the two islands mixed and did not form groups according to their location, namely Rambut Island and Pramuka Island."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>