Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183174 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aurora Putri Wibowo
"Konsep yin dan yang merupakan cara berpikir masyarakat tionghoa mengenai dua unsur yang berlawanan, namun menghasilkan keseimbangan. Konsep yin dan yang dapat diimplementasikan dalam segala hal di kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu dalam arsitektur kelenteng. Kelenteng Sin Tek Bio merupakan salah satu kelenteng tertua di Jakarta yang dibangun pada akhir abad ke-17 M dan telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya. Penelitian ini membahas mengenai implementasi konsep yin dan yang pada tata ruang bangunan Kelenteng Sin Tek Bio. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Metode penelitian arkeologi menurut Sharer dan Ashmore digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Metode tersebut diawali dengan tahap formulasi, kemudian implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, interpretasi data, dan terakhir yaitu publikasi penelitian. Analisis dilakukan pada tata ruang bangunan kelenteng. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan konsep yin dan yang terlihat pada pemetakan ruang publik dan privat bangunan kelenteng, namun tidak terlihat pada tata ruang, hubungan antar ruang, dan organisasi ruang di kelenteng, sehingga tata ruang pada bangunan kelenteng tidak menimbulkan yang positif.

The concept of yin and yang is a way of thinking of Chinese people regarding two opposing elements, but producing balance. The concept of yin and yang can be implemented in everything in everyday life, one of which is in the architecture of the temple. The Sin Tek Bio Temple is one of the oldest temples in Jakarta which was built in the late 17th century AD and has been designated as a Cultural Heritage Building. This study discusses the implementation of the yin and yang concept in the spatial layout of the Sin Tek Bio Temple building. This study uses a descriptive analysis method. The archaeological research method according to Sharer and Ashmore is used to answer the research problem. The method begins with the formulation stage, then implementation, data collection, data processing, data analysis, data interpretation, and finally research publication. The analysis was carried out on the spatial layout of the temple building. The results of the analysis show that the application of the yin and yang concept is seen in the mapping of the public and private spaces of the temple building, but is not seen in the spatial layout, relationships between spaces, and spatial organization in the temple, so that the spatial layout of the temple building does not create positive."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Albertus Bramantya Wijaya
"Preservasi cagar budaya merupakan salah satu poin penting dalam proyek rancangan ulang Kawasan Pasar Baru. Proyek perancangan ulang Kawasan Ulang Pasar Baru harus dilakukan tanpa mengurangi nilai – nilai historis dari setiap cagar budaya nya, dan diharapkan untuk meningkatkan nilai – nilai yang ada melalui proyek – proyek pribadi.
Bangunan Sin Tek Bio Temple Complex merupakan revitalisasi dan juga ekstensi terhadap bangunan vihara eksisting, yang terletak pada lokasi yang terpencil di belakang Pasar Baru. Bangunan ini ditujukan sebagai ruang publik dan juga masyarakat agama Buddha, Konghucu, ataupun Taoisme. Bagian yang menghadap langsung Pasar baru ditujukan sebagai ruang publik dalam bentuk retail. Fungsi keagamaan bangunan terletak di seberang Bangunan Eksisting Sin Tek Bio, dengan ruang diantara retail dan fungsi keagamaan berupa ruang pamer sebagai buffer antara public dan privat.

Preservation of cultural heritage is one of the important points in the redesign project of Pasar Baru Area. The of Pasar Baru area must be carried out without reducing the historical values of each cultural heritage and is expected to increase the existing values through individual projects.
The Sin Tek Bio Temple Complex building is a revitalization and an extension of the existing temple building, which is in a remote location behind Pasar Baru. This building is intended as a public space as well as a Buddhist, Confucian, or Taoist community. The part that faces directly towards Pasar Baru is intended as a public space in the form of retail. The religious function of the building is located opposite the Sin Tek Bio Existing Building, with space between retail and religious complex functions in the form of an exhibition space as a buffer between public and private.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Myrtha Soeroto
Jakarta: Yayasan Keluarga Batam, 2009
726.1 MYR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Hansel Suryatenggara
"Skripsi ini memfokuskan pembahasan mengenai Kelenteng Boen Tek Bio dari segi arsitektural termasuk komponen pendukung yang ada menurut aturan Feng Shui dan komponen hias, Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendeskripsian dari mulai halaman depan, bangunan utama, bangunan pendukung di sebelah samping dan belakang, berikut peranan kelenteng ini dalam festival dan kegiatan masyarakat Cina di Tangerang.
Hasil deskripsi kemudian dilanjutkan dengan perbandingan dengan analisis singkat yang terdiri dari analisis umum menurut aturan arsitektural dan analisis khusus yang meliputi pengunaan metode feng shui. Hasil analisis menyatakan keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio sebagai kelenteng yang mengikuti gaya asli pencitraan di Cina Selatan dengan perbedaan yang signifikan dan mendasar.
The study focuses Boen Tek Bio Chinese Temple on its architectural orientation. The methods used description of the building, starts from the front courtyard, main hall, and the supportive structure on the rear and aft sides and its account in maintaning several festivities and social affairs on Chinese society in Tangerang.
The results of the descriptive phase proceeds to analythic phase consists of general and specific analysis which includes basic Chinese Architectural Designs and the usage of feng shui methods. The overall results of this study remarks Boen Tek Bio Chinese Temple to maintain its architectural styles to the original Southern Style with significant differences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S212
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Hansel Suryatenggara
"Skripsi ini memfokuskan pembahasan mengenai Kelenteng Boen Tek Bio dari segi arsitektural termasuk komponen pendukung yang ada menurut aturan Feng Shui dan komponen hias, Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendeskripsian dari mulai halaman depan, bangunan utama, bangunan pendukung di sebelah samping dan belakang, berikut peranan kelenteng ini dalam festival dan kegiatan masyarakat Cina di Tangerang.
Hasil deskripsi kemudian dilanjutkan dengan perbandingan dengan analisis singkat yang terdiri dari analisis umum menurut aturan arsitektural dan analisis khusus yang meliputi pengunaan metode feng shui. Hasil analisis menyatakan keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio sebagai kelenteng yang mengikuti gaya asli pencitraan di Cina Selatan dengan perbedaan yang signifikan dan mendasar.
The study focuses Boen Tek Bio Chinese Temple on its architectural orientation. The methods used description of the building, starts from the front courtyard, main hall, and the supportive structure on the rear and aft sides and its account in maintaning several festivities and social affairs on Chinese society in Tangerang.
The results of the descriptive phase proceeds to analythic phase consists of general and specific analysis which includes basic Chinese Architectural Designs and the usage of feng shui methods. The overall results of this study remarks Boen Tek Bio Chinese Temple to maintain its architectural styles to the original Southern Style with significant differences.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1544
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
St Prabawa Dwi Putranto
"Candi merupakan salah satu bangunan peninggalan purbakala masa klasik yang banyak terdapat di Indonesia, terutama di pulau Bali dan Jawa, berasal dari agama Hindu dan Buddha. Masa klasik muda berlangsung di Indonesia dari abad ke-11 sampai ke-15 Masehi, yang memiliki bentuk dan gaya yang beragam. Hal itulah yang melatarbelakangi penelitian mengenai Candi Ngetos. Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa Timur. Candi tersebut memiliki bentuk yang unik dan belum banyak peneliti yang menulis. Penelitian ini bertujuan untuk membuat gambar/denah rekonstruksi bentuk utuh Candi Ngetos, penentuan kronologi relatif dan gaya arsitektur, dan latar belakang keagamaan.
Metode penelitian yang digunakan meliputi kegiatan pengumpulan data utama, yaitu pengamatan langsung pada Candi Ngetos dengan cara pendiskripsian tertulis, gambar, dan foto. Pengumpulan data tambahan diperoleh dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Selanjutnya data diolah, dianalisis, diperbandingkan (metode analogi) dengan candi-candi lain yang merniliki ciri arsitektural serupa dan berasal dari masa yang sama yaitu masa pemerintahan Hayam Wuruk. Candi-candi tersebut antara lain Candi Kalicilik, Candi Bangkal, Candi Angka Tahun Panataran, dan Gapura Bajang Ratu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk utuh Candi Ngetos terdiri dari kaki, tubuh, dengan atap yang menyerupai bentuk strip Candi Angka Tahun Panataran, terbuat dari bahan yang sama dengan kaki dan tubuhnya yaitu bata. Candi Ngetos diperkirakan berasal dari periode antara pembangunan Candi Kalicilik (1349 M) sampai dengan masa pembangunan Candi Angka Tahun Panataran (1369 M). Selain itu juga disimpulkan bahwa Candi Ngetos berlatar belakang keagamaan Hindu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Rais Ramdhany
"Penelitian ini merupakan upaya dalam melihat memori kolektif yang terdapat pada Kelenteng Tek Hay Bio di Semarang. Pada Kelenteng Tek Hay Bio terdapat sebuah tokoh manusia yang dianggap berjasa dan mengingat tokoh tersebut memiliki peranan besar bagi masyarakat sekitar dan dijadikan sebagai dewa utama serta letaknya pada bagian bangunan utama Kelenteng. Memori kolektif ini diwujudkan dalam bentuk sebuah ritual atau peringatan kebesaran bagi tokoh tersebut serta dilengkapi sesajian pada ritualnya. Juga melalui sebuah representasi yang muncul. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data (observasi langsung dan studi literatur), pengolahan data dan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Kelenteng Tek Hay Bio terdapat memori kolektif oleh sebagian kelompok masyarakat etnis Tionghoa di Kota Semarang yang layak untuk diingat dan dikenang serta perwujudan memori kolektif tersebut melalui sebuah representasi sehingga terjadi keterkaitan satu sama lain.

This research is an attempt to see the collective memory found in the Tek Hay Bio Temple in Semarang. At Tek Hay Bio temple can be found a human figure that is considered meritorious and remembers that the figure has a large role for the surrounding community and for the community and is used as the main deity and is located in the main building part of the temple. This collective memory is manifested in the form of a ritual or commemoration of greatness for the figure and is equipped with offerings on the ritual. Also through a representation that appears. The research method used is data collection (direct observation and study of literature), data processing and interpretation. The results showed that in Tek Bio Bio Temple there is a collective memory by some ethnic Chinese communities in the city of Semarang that deserves to be remembered and remembered and the embodiment of the collective memory through a representation so that there is a connection to one another.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Abimanyu Wihastomo
"Relief Karmmawibhangga memberikan penjelasan teoritis yang diilustrasikan dengan banyak contoh tentang cara kerja Hukum Sebab Akibat atau karma. Dari total 160 panil pada relief Karmmawibhangga didapati sebanyak 85 panil yang menggambarkan bangunan beratap kanopi. Setiap panil tersebut bukan hanya menggambarkan satu bangunan kanopi saja, melainkan juga menggambarkan dua bahkan tiga bangunan kanopi pada satu panil yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lebih lanjut mengenai representasi sosial dari masyarakat yang digambarkan pada relief Karmmawibhangga berdasarkan perbedaan bentuk atap kanopi. Metode penelitian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi. Atap kanopi pada relief Karmmawibhangga digambarkan dengan enam jenis bentuk, yaitu bentuk lonceng, pelana, perisai, datar, lengkung, dan siku. Bangunan kanopi tersebut juga disertai dengan penggambaran tokoh serta adegan yang berada di dalam dan di sekitar bangunan. Keterkaitan antara bentuk-bentuk atap kanopi, penggambaran tokoh, dan penggambaran adegan menghasilkan tentang setiap bentuk atap kanopi yang dapat merepresentasikan kedudukan sosial dari masyarakat yang tergambarkan pada relief Karmmawibangga.

The Karmmawibhangga relief provides a theoretical explanation illustrated with many examples about how the Law of Cause and Effect, or karma, works. Out of the total 160 panels in the Karmmawibhangga relief, 85 panels depict buildings with canopies. Each of these panels not only shows one canopy building but also depicts two or even three canopy buildings on the same panel. This research aims to obtain a further understanding of the social representation of the society depicted in the Karmmawibhangga relief based on the different shapes of canopy roofs. The research method was carried out in three stages: data collection, data analysis, and interpretation. The canopy roofs in the Karmmawibhangga relief are depicted in six types of shapes: bell, saddle, shield, flat, curved, and angular. These canopy buildings are also accompanied by depictions of characters and scenes in and around the buildings. The correlation between the shapes of the canopy roofs, the depiction of figures, and the depiction of scenes suggests that each form of canopy roof can represent the social status of the community depicted in the Karmmawibhangga relief."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Routledge, 2020
930.1 HER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>