Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161896 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shafira Amalia Sutejo
"Pasien diabetes mellitus memiliki risiko fraktur meningkat terlepas dari BMD, yaitu dipengaruhi faktor mikroarsitektur tulang. Karakteristik mikroarsitektur tulang trabekula dapat dilakukan dengan metode analisis fraktal pada radiograf panormaik dan periapikal digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rerata mikroarsitektur tulang trabekula pasien diabetes mellitus dan non-diabetes usia 50-69 tahun yang dianalisis menggunakan software ImageJ. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional menggunakan 103 sampel radiograf, yaitu 27 panoramik dan 76 periapikal digital pasien diabetes dan non diabetes usia 50-69 tahun. Terdapat 4 ROI yang digunakan, yaitu regio anterior antara gigi I1 dan I2 dan posterior dari gigi P1 hingga M1 rahang atas serta regio anterior di antara gigi I1 kanan dan kiri dan posterior dari gigi P1 hingga M1 pada radiograf panoramik dan periapikal. Analisis deskriptif menunjukkan hasil rerata kelompok diabetes pada radiograf panoramik (0,655 ± 0,132) dan periapikal (1,073 ± 0,026) lebih rendah dibandingkan kelompok non diabetes pada radiograf panoramik (0,691 ± 0,103) dan periapikal (1,100 ± 0,065). Terdapat perbedaan rerata mikroarsitektur tulang trabekula pasien diabetes dan non diabetes yang menunjukkan diabetes mempengaruhi perubahan mikroarsitektur tulang berdasarkan analisis pada radiograf panoramik dan periapikal digital.

Diabetes mellitus patients have an increased fracture risk independent of BMD, which is influenced by bone microarchitecture. Characterization of trabecular bone microarchitecture can be determined by fractal analysis method on digital panoramic and periapical radiographs. This study aims to determine the mean value of trabecular bone microarchitecture of patients with diabetes mellitus and non-diabetes aged 50-69 years analyzed using ImageJ software. This study is a cross-sectional study using 103 radiograph samples, including 27 panoramic and 76 digital periapical of diabetic and non-diabetic patients aged 50-69 years. There are 4 ROIs used, the anterior region between I1 and I2 and posterior from P1 to M1 of the maxilla and the anterior region between the right and left I1 and posterior from P1 to M1 on panoramic and periapical radiographs. Descriptive analysis showed that the mean results of the diabetic group on panoramic (0.655 ± 0.132) and periapical (1.073 ± 0.026) radiographs are lower than the non-diabetic group on panoramic (0.691 ± 0.103) and periapical (1.100 ± 0.065) radiographs. There is a difference in the mean trabecular bone microarchitecture of diabetic and non-diabetic patients, indicating that diabetes affects changes in bone microarchitecture based on analysis on digital panoramic and periapical radiographs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Amalia Sutejo
"Pasien diabetes mellitus memiliki risiko fraktur meningkat terlepas dari BMD, yaitu dipengaruhi faktor mikroarsitektur tulang. Karakteristik mikroarsitektur tulang trabekula dapat dilakukan dengan metode analisis fraktal pada radiograf panormaik dan periapikal digital. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rerata mikroarsitektur tulang trabekula pasien diabetes mellitus dan non-diabetes usia 50-69 tahun yang dianalisis menggunakan software ImageJ. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional menggunakan 103 sampel radiograf, yaitu 27 panoramik dan 76 periapikal digital pasien diabetes dan non diabetes usia 50-69 tahun. Terdapat 4 ROI yang digunakan, yaitu regio anterior antara gigi I1 dan I2 dan posterior dari gigi P1 hingga M1 rahang atas serta regio anterior di antara gigi I1 kanan dan kiri dan posterior dari gigi P1 hingga M1 pada radiograf panoramik dan periapikal. Analisis deskriptif menunjukkan hasil rerata kelompok diabetes pada radiograf panoramik (0,655 ± 0,132) dan periapikal (1,073 ± 0,026) lebih rendah dibandingkan kelompok non diabetes pada radiograf panoramik (0,691 ± 0,103) dan periapikal (1,100 ± 0,065). Terdapat perbedaan rerata mikroarsitektur tulang trabekula pasien diabetes dan non diabetes yang menunjukkan diabetes mempengaruhi perubahan mikroarsitektur tulang berdasarkan analisis pada radiograf panoramik dan periapikal digital.

Diabetes mellitus patients have an increased fracture risk independent of BMD, which is influenced by bone microarchitecture. Characterization of trabecular bone microarchitecture can be determined by fractal analysis method on digital panoramic and periapical radiographs. This study aims to determine the mean value of trabecular bone microarchitecture of patients with diabetes mellitus and non-diabetes aged 50-69 years analyzed using ImageJ software. This study is a cross-sectional study using 103 radiograph samples, including 27 panoramic and 76 digital periapical of diabetic and non-diabetic patients aged 50-69 years. There are 4 ROIs used, the anterior region between I1 and I2 and posterior from P1 to M1 of the maxilla and the anterior region between the right and left I1 and posterior from P1 to M1 on panoramic and periapical radiographs. Descriptive analysis showed that the mean results of the diabetic group on panoramic (0.655 ± 0.132) and periapical (1.073 ± 0.026) radiographs are lower than the non-diabetic group on panoramic (0.691 ± 0.103) and periapical (1.100 ± 0.065) radiographs. There is a difference in the mean trabecular bone microarchitecture of diabetic and non-diabetic patients, indicating that diabetes affects changes in bone microarchitecture based on analysis on digital panoramic and periapical radiographs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Gefira
"Teknologi microarray adalah teknologi di bidang bioinformatika yang digunakan untuk mengukur ekspresi gen dalam berbagai kondisi eksperimental dan menghasilkan data ekspresi gen. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis data ekspresi gen adalah triclustering, Triclustering adalah metode pengelompokan data tiga dimensi berdasarkan karakteristik yang serupa. Berbagai algoritma seperti TriGen, δ-Trimax dan EMOA-δ-Trimax dikembangkan untuk melakukan triclustering. Namun, seluruh algoritma tersebut menghadapi masalah yang sama, yaitu waktu komputasi yang lama. Penelitian ini menggunakan Coarse-grain Parallel Genetic Algorithm (CgPGA) untuk mengatasi tantangan waktu komputasi pada triclustering. Algoritma ini membagi data menjadi beberapa subpopulasi dan menjalankan proses evolusi genetik secara paralel menggunakan enam core. Penelitian ini mengusulkan penggunaan CgPGA untuk mempercepat proses triclustering pada data ekspresi gen darah microarray tiga dimensi yang dipengaruhi empat jenis minuman dan diukur pada lima titik waktu. Kualitas tricluster dievaluasi menggunakan fitness function yang diadaptasi dari Mean Square Residue (MSR), weights, dan distinction. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CgPGA secara signifikan mengurangi waktu komputasi dengan bekerja 18,24 kali lebih cepat dibandingkan dengan Genetic Algorithm secara serial yang diukur dengan speedup. CgPGA berhasil diterapkan untuk melakukan triclustering pada data ekspresi gen tiga dimensi microarray berdasarkan kemiripan pola ekspresi gen. 10 tricluster yang dihasilkan memiliki kombinasi gen, kondisi, dan waktu yang beragam, serta memiliki fitness score tinggi yang berkisar antara 2514,542745 hingga 2568,106026. Tricluster 5 memiliki fitness score tertinggi yaitu sebesar 2568,106026. Selanjutnya, hasil triclustering dianalisis menggunakan Gene Ontology (GO) dan KEGG Pathway untuk mengidentifikasi informasi gen dan interaksi antar gen di dalam tricluster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GO berhasil mengidentifikasi gen-gen di dalam tricluster dalam aspek proses biologis, fungsi molekuler, dan komponen seluler. Analisis KEGG Pathway menunjukkan bahwa gen-gen di dalam tricluster berpartisipasi dalam berbagai jalur biokimia, salah satunya adalah jalur diabetic cardiomyopathy. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam analisis data genomik dengan mengimplementasikan teknik triclustering menggunakan CgPGA yang efektif dan efisien, serta memperluas pengetahuan tricluster melalui identifikasi informasi genetik yang relevan dan meningkatkan pemahaman tentang interaksi biologis yang terjadi pada suatu kelompok gen berpola ekspresi serupa menggunakan GO dan KEGG Pathway.

Microarray technology is a bioinformatics tool utilized to measure gene expression across various experimental conditions, generating comprehensive gene expression data. Triclustering, a method for clustering three-dimensional data based on similar characteristics, is one approach to analyzing this data. Despite the development of several algorithms for triclustering, such as TriGen, δ-Trimax, and EMOA-δ-Trimax, they all encounter the challenge of lengthy computation times. This study addresses this issue by employing the Coarse-grain Parallel Genetic Algorithm (CgPGA). The algorithm mitigates computational time by dividing the data into several subpopulations and executing the genetic evolution process in parallel across six cores. The study demonstrates the application of CgPGA to expedite the triclustering process on three dimensional microarray blood gene expression data, influenced by four types of beverages and measured at five different time points. The triclusters' quality is assessed using a fitness function adapted from Mean Square Residue (MSR), weights, and distinction. Results indicate that CgPGA significantly reduces computation time, operating 18,24 times faster than the serial Genetic Algorithm as measured by speedup. CgPGA effectively performs triclustering on three-dimensional microarray gene expression data. The 10 resulting triclusters exhibit diverse combinations of genes, conditions, and time points, and have high fitness scores ranging from 2514.542745 to 2568.106026. Tricluster 5 has the highest fitness score of 2568.106026. Further analysis of the triclustering results using Gene Ontology (GO) and KEGG Pathway reveals gene information and interactions within the triclusters. GO analysis successfully identifies genes within the triclusters in terms of biological processes, molecular functions, and cellular components, while KEGG Pathway analysis shows that the genes participate in various biochemical pathways, including the diabetic cardiomyopathy pathway. Overall, this study significantly contributes to genomic data analysis by implementing an efficient and effective triclustering technique using CgPGA, expanding the understanding of triclusters by identifying relevant genetic information, and enhancing the comprehension of biological interactions within gene groups exhibiting similar expression patterns using GO and KEGG Pathway."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frisca
"Spectral clustering adalah salah satu algoritma clustering modern yang paling terkenal. Sebagai teknik clustering yang efektif, metode spectral clustering muncul dari konsep teori graf spektral. Metode spectral clustering membutuhkan algoritma partisi. Ada beberapa metode partisi termasuk PAM, SOM, Fuzzy c-means, dan k-means. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Capital dan Choudhury pada 2013, ketika menggunakan Euclidian distance, k-means memberikan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan algoritma PAM. sehingga, makalah ini menggunakan algoritma k-means. Keuntungan utama dari spectral clustering adalah mengurangi dimensi data, terutama dalam hal ini untuk mengurangi dimensi yang besar dari data microarray.
Microarray data adalah chip berukuran kecil yang terbuat dari slide kaca yang berisi ribuan bahkan puluhan ribu jenis gen dalam fragmen DNA yang berasal dari cDNA. Aplikasi data microarray secara luas digunakan untuk mendeteksi kanker, misalnya adalah karsinoma, di mana sel-sel kanker mengekspresikan kelainan pada gen-nya. Proses spectral clustering dimulai dengan pengumpulan data microarray gen karsinoma, preprocessing, menghitung similaritas, menghitung , menghitung nilai eigen dari , membentuk matriks , dan clustering dengan menggunakan k-means. Dari hasil pengelompokan gen karsinoma pada penelitian ini diperoleh dua kelompok dengan nilai rata-rata Silhouette maksimal adalah 0.6336247. Proses clustering pada penelitian ini menggunakan program open source R.

Spectral clustering is one of the most famous modern clustering algorithms. As an effective clustering technique, spectral clustering method emerged from the concepts of spectral graph theory. Spectral clustering method needs partitioning algorithm. There are some partitioning methods including PAM, SOM, Fuzzy c means, and k means. Based on the research that has been done by Capital and Choudhury in 2013, when using Euclidian distance k means algorithm provide better accuracy than PAM algorithm. So in this paper we use k means as our partition algorithm. The major advantage of spectral clustering is in reducing data dimension, especially in this case to reduce the dimension of large microarray dataset.
Microarray data is a small sized chip made of a glass plate containing thousands and even tens of thousands kinds of genes in the DNA fragments derived from doubling cDNA. Application of microarray data is widely used to detect cancer, for the example is carcinoma, in which cancer cells express the abnormalities in his genes. The spectral clustering process is started with collecting microarray data of carcinoma genes, preprocessing, compute similarity matrix, compute , compute eigen value of , compute , clustering using k means algorithm. In this research, Carcinoma microarray data using 7457 genes. The result of partitioning using k means algorithm is two clusters clusters with maximum Silhouette value 0.6336247.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Bastian Bonifacius
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui studi elektrokimia dari logam tembaga pada Printed Circuit Board PCB pada larutan asam sulfat H2SO4 dengan konsentrasi 0,1 M, 0,2 M dan 0,5 M dengan menggunakan metode pengujian pelindian yang disertai dengan pengujian polarisasi linear korosi dan pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS . Pengujian polarisasi linear korosi dilakukan untuk mengetahui laju korosi dari sampel yang digunakan. Hasil dari pengujian linear korosi menunjukkan bahwa larutan asam sulfat dengan konsentrasi 0,5 M memiliki nilai icorr paling tinggi yang berarti laju korosinya juga paling cepat sebesar 3,76 mm/tahun. Selanjutnya dilakukan pengujian Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS yang bertujuan untuk mengetahui ketahanan transfer muatan Rct atau ketahanan sampel terhadap korosi. Hasil yang didapatkan pengujian dengan menggunakan larutan asam sulfat 0,5 M memiliki ketahanan paling buruk yang memiliki nilai Rct sebesar 179 ? dan berarti laju pelindian paling tinggi. Pengujian ini menggunakan variabel waktu celup untuk mengetahui perilaku sampel terhadap variabel waktu. Lembaran tembaga dilakukan pengujian yang sama untuk variabel pembanding pada pengujian ini.

ABSTRACT
The purpose of this research is to know electrochemical studies of copper metal on Printed Circuit Board PCB in sulfuric acid solution H2SO4 with concentrations of 0.1 M, 0.2 M and 0.5 M using leaching testing method accompanied by linear corrosion polarization testing and Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS testing. Linear linear polarization testing was performed to determine the corrosion rate of the samples used. The result of corrosion linear test showed that the solution of sulfuric acid with a concentration of 0.5 M has the highest icorr value which means the fastest corrosion rate is 3.7669 mm year. Furthermore, the testing of Electrochemical Impedance Spectroscopy EIS which aims to determine the resistance of charge transfer Rct or sample resistance to corrosion. The results obtained by testing using 0.5 sulfuric acid solution have the worst resistance that has a Rct value of 179 and means the highest leaching rate. This test uses immerse time variable to know the behavior of the sample against time variable. The copper sheets were carried out the same tests for the comparison variables in this test.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Fahril Ode Putra
"ABSTRAK
Latar belakang: Thalassemia merupakan suatu penyakit gen tunggal yang disebabkan oleh kerusakan pada gen dalam mengontrol produksi protein sehingga sel darah merah akan mudah pecah dan pengikatan oksigen terganggu. Hal ini akan memicu terjadinya anemia dan membutuhkan transfusi darah secara rutin dan seumur hidup. Transfusi darah rutin menyebabkan terjadinya akumulasi besi yang memicu beberapa komplikasi, salah satunya adalah gangguan pada fungsi pankreas. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara profil besi dengan gangguan fungsi pankreas berupa diabetes mellitus dan gangguan toleransi glukosa pada subjek thalassemia mayor. Metode: Desain potong-lintang pada 79 subjek thalassemia mayor di Pusat Thalassemia RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Hasil: Dua 2,53 subjek mengalami gangguan toleransi glukosa dan 77 97,47 subjek dengan nilai toleransi glukosa normal. Nilai median feritin serum pada kelompok gangguan toleransi glukosa yakni 5595,5 2062,0-9199,0 ng/mL sedangkan yang tidak mengalami gangguan toleransi glukosa yakni 3309,0 487,0-11247,0 ng/mL p= 0,574 . Nilai median saturasi transferin pada subjek gangguan toleransi glukosa yakni 76 52-100 sedangkan yang tidak mengalami gangguan toleransi glukosa yakni 89 11-100 p= 0,827 . Kesimpulan: Tidak didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara kadar feritin serum dan saturasi transferin terhadap gangguan fungsi pankreas.

ABSTRACT
Background Thalassemia is a single gene disease that is caused by defect on gene which controls the protein production that eventually leads to red blood cell lysis and defect on oxygen binding capacity. Therefore, the patient needs regular blood transfusion during his lifetime. Regular blood transfusion causes iron accumulation that leads to complications such as defect on pancreas function. Aim To know the association between iron profile and defect on pancreas function such as diabetes mellitus and glucose intolerance in major thallassemia subjects. Methods Cross sectional design on 79 major thalassemia subjects in Thalassemia Center of RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Results Two 2.53 subjects were glucose intolerant and 77 97,47 subject has a normal blood glucose. Median value of serum ferritin level in glucose intolerant subjects was 5595.5 2062,0 9199,0 ng mL meanwhile the median value of serum ferritin level in normal glucose level subjects was 3309.0 487,0 11247,0 ng mL p 0.574 . The median value of transferrin saturation in glucose intolerant patients is 76 52 100 meanwhile the median value of tranferrin saturation level in normal glucose level subjects is 89 11 100 p 0,827 . Conclusion There is no significant association between serum ferritin level and transferrin saturation and defect of pancreas function."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiek Soemiati
Universitas Indonesia, 2009
PGB 0085
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Kristanto Mulyantoro
"Kekurangan gizi pada awal kehidupan (1000 hari pertama) terutama masa prenatal akan memberikan multiple effect yang bersifat irreversible yaitu hambatan pertumbuhan linier yang direpresentasikan oleh pendek, pertumbuhan dan perkembangan organ termasuk pancreas yang direpresentasikan oleh diabetes mellitus dan tumbuh kembang otak yang direpresentasikan oleh kemampuan kognitif. Tingginya pendek pada populasi dewasa dan tingginya penyakit diabates mellitus di perkotaan berdasarkan survei Riskesdas 2007 mengindikasikan bahwa gangguan pertumbuhan linier dan perkembangan organ terjadi secara parallel.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai apakah pendek usia dewasa mewakili stunting awal kehidupan dalam menjelaskan risiko penyakit diabetes mellitus usia dewasa.
Penelitian ini memanfaatkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dengan disain cross sectional yang mewakili daerah perkotaan di 33 propinsi di Indonesia. Subyek penelitian adalah 12.639 laki-laki dan perempuan berumur 20 - 49 tahun. Penyakit diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan kadar gula darah puasa 2 jam post prandial sedangkan hambatan pertumbuhan linier awal kehidupan diukur dengan pencapaian tinggi badan (pendek) di usia dewasa.
Analisis dilakukan 2 level yaitu : (1) melakukan uji bivariat, stratifikasi, multivariat pada kondisi saat ini (subyek dewasa). (2) Melakukan analisis risiko kekurangan gizi awal kehidupan terhadap penyakit diabetes mellitus menggunakan teori dan bukti ilmiah hasil penelitian sebelumnya. Data yang digunakan dalam analisis penelitian ini cukup memadai yang ditunjukkan dengan konsistensi antar variabel dan konsisten dengan hasil penelitian lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi diabetes mellitus sebesar 3,8% dan proporsi pendek sebesar 37,7%. Pendek usia dewasa pada IMT<23 merupakan faktor risiko penyakit diabetes mellitus OR adjusted 1,52 (CI 95% : 1.08-2.12). Bertambahnya umur meningkatkan risiko terkena penyakit diabetes mellitus dengan OR 3,05 (CI 95% : 1,82-5,09) pada umur 30-39 tahun dan OR 7,58 (CI 95% : 4,69-12,27) pada umur 40-49 tahun. Keluarga kaya mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita diabetes mellitus dengan OR 1.90 (CI 95% : 1.36-2.66). Minum minuman berkafein ≥1 x/hr dapat mencegah penyakit diabetes mellitus dengan OR 0,48 (CI 95% : 0,33-0,71).
Kesimpulan penelitian ini adalah pendek usia dewasa pada kelompok IMT < 23 merupakan faktor risiko penyakit diabetes mellitus.

Malnutrition in early life (1000 first day), especially during pregnancy would cause multiple effect which were irreversible, such as obstruction in linear growth were represented by short stature, growth and development of organs, including the pancreas represented by diabetes mellitus, and brain growth is represented by deficiency in cognitive abilities. The high prevalence of short stature in adult and the high prevalence of diabetes mellitus disease in urban population based on Riskesdas 2007 survey data indicated that disruption of linear growth and organ development occured in parallel.
The purpose of this study was to assess whether short stature in adulthood represent stunting in their early life, in order to explain the risk of diabetes mellitus in adult. This study was utilized data from Indonesian Basic Health Research 2007 with a cross-sectional design representing urban areas in 33 provinces in Indonesia. Subjects were 12,639 men and women aged 20-49 years. Diabetes mellitus was diagnosed based on fasting blood glucose levels, 2 hours post prandial, while linear growth retardation in early life is measured by the attainment of height (short stature) in adulthood. Analysis was done in 2 levels:
(1) Worked on bivariate, stratified, multivariate testing on current conditions (adult subjects). (2) Performed a risk analysis of malnutrition in early life towards diabetes mellitus disease using theories and scientific evidence based on previous researches. The data used in this analysis were sufficient, indicated by consistency between variables and consistency with the results of other related studies.
Results of this study showed that the proportion of diabetes mellitus was 3.8% and the proportion of short stature was 37.7%. Short stature in adults with BMI <23 was a risk factor for diabetes mellitus with adjusted OR of 1.52 (CI 95%: 1:08-2:12). Increasing age increased the risk of diabetes mellitus with 3.05 OR (95% CI: 1.82 to 5.09) at the age 30-39 years and 7.58 OR (95% CI: 4.69 to 12.27) at the age of 40-49 years. Wealthier families have a higher risk of developing diabetes mellitus with OR 1.90 (95% CI: 1.36-.66). Drinking caffeinated beverages ≥1 x / day could prevent diabetes mellitus with OR 0.48 (95% CI: 0.33 to 0.71).
Conclusion of this study was short stature in adult with BMI <23 was a risk factor for diabetes mellitus."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
D1444
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, 1970
616.462 DIA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Handono Fatkhur Rahman
"Efikasi diri dan kepatuhan merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat efikasi diri dan kepatuhan dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di Rumah Sakit di Jakarta.
Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional, dengan jumlah sampel 125 pasien DM tipe 2. Alat ukur yang digunakan adalah Diabetes Management Self-Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), dan Diabetes Quality Of Life (DQOL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri (0,0005), dan kepatuhan (0,0005) berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup dengan variabel yang paling dominan adalah kepatuhan.
Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa variabel efikasi diri, kepatuhan, tingkat pendidikan, dan depresi menentukan kualitas hidup pasien DM. Perlunya dikembangkan pengkajian dan intervensi keperawatan yang berfokus pada efikasi diri dan kepatuhan pasien DM tipe 2.

Self-efficacy and adherence are important factor in improving the quality of life of patients with type 2 diabetes. This study aimed to determine the relationship between self-efficacy and adherence to the quality of life of patients with type 2 diabetes mellitus in an outpatient unit of a Hospital in Jakarta.
This study was a cross-sectional, with sample of 125 patients with type 2 diabetes mellitus. The Diabetes Management Self- Efficacy (DMSES), the Diabetes Activities Questionare (TDAQ), and the Diabetes Quality of Life (DQOL) were employed as instruments.
The results showed that selfefficacy (0.0005), and adherence (0.0005) were significantly associated with quality of life and the most dominant variable is adherence.
Multivariate test results indicate that the variable self-efficacy, adherence, education level, and depression determines quality of life of diabetic patients. This study suggestsis the need fornursing assessment and interventions that focus on the self-efficacy and adherence diabetes mellitus patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>