Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sidhi Laksono
"Blok atrio-ventrikel total (BAVT) merupakan indikasi pemasangan alat pacu jantung permanen (APJP). APJP diketahui dapat menyebabkan disfungsi ventrikel kiri (Vki) yang secara tradisional dinilai dengan fraksi ejeksi. Namun, pemeriksaan Ekokardiografi dengan two dimentional speckle tracking echocardiography dapat memeriksa global longitudinal strain (GLS) yang dapat mendeteksi disfungsi Vki lebih dini sebelum penurunan fraksi ejeksi. Mekanisme selular disfungsi Vki pasca APJP belum banyak diketahui, sehingga penting bagi peneliti untuk mencari perubahan biomarker pada pasien disfungsi Vki pasca APJP. Desain penelitian merupakan quasi-eksperimental. Semua pasien dewasa dengan BAVT yang direncanakan pemasangan APJP direkrut untuk penelitian. Parameter ekokardiografi dan sampel darah diambil sebelum implantasi APJP (P0), bulan ke-1 (P1) dan bulan ke-3 (P3). Kelompok dibagi menjadi 2 (GLS menurun dan tidak menurun) berdasarkan perubahan P0 GLS dibandingkan P3 GLS dan data biomarker dianalisis lebih lanjut. Kadar biomarker (miR-155, sTNFR-2, MMP-9, N-Cad, dan ZO-1) pada P0 akan dibandingkan P1 dan P3, dan biomarker pada GLS menurun dibandingkan dengan GLS tidak menurun. Informed consent tertulis didapatkan dari semua pasien. Penelitian mendapatkan 42 total sampel pasien. Hasil penelitian menemukan perbedaan bermakna P1 sTNFR-2 antara kelompok GLS tidak menurun dibandingkan dengan kelompok GLS menurun (1947,75 (SD 103,80) vs 1778,01 (SD 237,16); p: 0,003). Pada analisis tren dengan General Linier Model ditemukan tren yang meningkat sTNFR-2 pada disfungsi Vki dibandingkan fungsi Vki normal, walaupun perbedaan tersebut tidak bermakna (p: 0,340). Tidak ditemukan perbedaan bermakna kadar biomarker lain. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sTNFR-2 memiliki peran dalam patogenesis selular disfungsi Vki pasca APJP.

Total atrio-ventricular block (TAVB) is an indication for permanent pacemaker implantation (PPM). PPM is known to gradually cause left ventricular dysfunction (LVd) which is traditionally detected with ejection fraction (LVEF). Global longitudinal strain (GLS) using two dimentional speckle tracking echocardiography, LVd may be detected earlier before an observable decrease in LVEF. Cellular mechanism of LVd post PPM implantation is a relatively unexplored topic and so, marks the importance for the researcher to identify biomarker changes in LVd post PPM implantation. The experiment design is a quasi-experimental study. All adult patients undergoing PPM implantation is recruited to the study. Echocardiography parameters and blood samples obtained before PPM implantation (P0), at 1 month (P1) and at 3 months (P3). Patients divided into two groups (GLS decreased vs GLS not decreased) based on P1 to P3 GLS change. Biomarkers’ (miR-155, sTNFR-2, MMP-9, N-Cad, dan ZO-1) concentration at P0 are compared to P1 and P3, and biomarkers in GLS decreased group is compared to GLS not decreased. Written informed consent was obtained from all the patients. A total of 42 patients included in this study. The study found significant difference of P1 sTNFR-2 concentration between GLS decreased group and GLS not decreased group (1947,75 (SD 103,80) vs 1778,01 (SD 237,16); p: 0,003). Moreover, general linier model showed a higher concentration of sTNFR-2 in patients with GLS decreased compared to GLS not decreased, although the difference is insignificant (p: 0.340). There was no statistically significant difference of other biomarkers in the study. Thus, this concludes the role of sTNFR-2 in the cellular pathomechanism of LVd post PPM implantation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ali
"TUJUAN: (1) Mengetahui perubahan fungsi sistolik dan diastolik serta massa ventrikel kin pada remaja dan dewasa muda penderita Talasemia mayor dibandingkan dengan remaja dan dewasa muda normal. (2) Mengetahui hubungan antara kadar feritin serum dan fungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri yang diperoleh dengan pemeriksaan ekokardiografi pada remaja dan dewasa muda penderita Talasemia mayor.
TEMPAT PENELITIAN: Divisi Kardiologi dan Divisi Hematologi Anak FK UI/RSCM Jakarta
SUBYEK PENELITIAN: Remaja dan dewasa muda penderita Talasemia mayor yang menjalani pemeriksaan dan transfusi rutin di Pusat Talasemia RSCM sejak bulan Agustus - Desember 2005.
METODOLOGI: Dilakukan penelitian observasional dengan rancang bangun cross sectional. Data meliputi parameter hematologis pasien Talasemma mayor dan parameter fungsi sistolik ventrikel kiri (EF dan FS), fungsi diastolik ventrikel (E, A, rasio E/A, IVRT), serta massa ventrikel kiri (LVDDi, LVDSi, LVMi) dengan menggunakan mesin ultrasonografi Sonas 4500, transduser 8 MHz. Data diolah dengan SPSS versi 10. Dilakukan uji t, analisa regresi liner dan analisa multivariat dengan regresib multiple. Nilai a yang dipakai adalah 0,05. Jumlah subyek minimal yang diperlukan adalah 28.
HASIL : Dan 32 subyek Talasemia mayor yang diperiksa, 30 subyek diikutsertakan dalam penelitian. Fungsi sistolik dan diastolik Talasemia mayor lebih rendah dibanding kontrol dan perbedaan ini secara statistik bermakna. Rerata EF Talasemia mayor dan kontrol masing-masing adalah 66,1% (SB 4,9) dan 71,6% (SB 5,6) ; p < 0,0001. Rerata FS 36,0% (SB 3,7) dan 39,8% (SB 5,5) ; p = 0,003. Rerata rasio E!A Talasemia mayor dan kontrol masing-masing 2,14 (SB 0,4) dan 1,83 (SB 0,3); p = 0,002. Massa ventrikel kin Talasemia mayor secara bermakna lebih berat dibanding kontrol. Rerata LVMi (g/m2) Talasemia mayor dan kontrol masing-masing 111,1 (SB 30,8) dan 75,4 (SB 14,5); p < 0,0001. Dengan regresi linier sederhana dan regresi multipel dijumpai hubungan yang cukup kuat dan bermakna antara fungsi diastolik ventrikel kiri (rasio FA) dengan kadar feritin serum (r = 0,71;p < 0,0001).
KESIMPULAN: Fungsi sistolik dan fungsi diastolik remaja dan dewasa muda penderita Talasemia mayor telah mulai mengalami perubahan dan abnormalitas. Massa ventrikel kin remaja dan dewasa muda penderita Talasemia mayor lebih berat dari pada orang normal. Semakin tinggi kadar feritin serum semakin besar kemungkinan penderita Talasemia mayor untuk menderita gangguan fungsi diastolik.

OBJECTIVES: To detect the left ventricular systolic and diastolic functions and mass alteration among adolescents and young adults with Thalassemia major compared to those of normal adolescents and young adults, and to find out the relationship between serum ferritin level and left ventricular functions which are obtained from echocardiography examination.
SETTING: Division of Pediatric Cardiology and Hematology Department of Child Health, Medical Faculty, Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta
SUBJECTS: Adolescents and young adults with Thalassemia major whose got blood transfusion in Thalassemia Center Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta between August to December 2005.
METHODS: A cross-sectional study was conducted. The data includes the Thalassemia major patients' hematology data, left ventricular systolic function (EF and FS), and diastolic function (A, E, F/A ratio, IVRT), mass (LVDD1, LVDSi, LVMi) by using an ultrasonography Sonos 4500, transducer 8 MHz. That data were processed with SPSS version 10. The t test, liner regression and multiple regression analysis were performed. Statistical significant was assumed with a 0.05. The minimal number of subjects needed was 28.
RESULTS: Out of 32 Thalassemia major patients, 30 were enrolled to study. Left ventricular systolic and diastolic function of Thalassemia major patients were lower than the control and it was statistically significant.[ EF 66.1% (SD 4.9) and 71.6% (SD 5.6); p < 0.0001, FS 36.0% (SD 3.7) and 39.8% (SD 5.5); p = 0.003, E/A 2.14 (SD 0.4) and 1.83 (SD 0.3); p = 0.002], respectively. Left ventricular mass of Thalassemia major patients was greater than control, and it was statistically significant [LVMi (g/m2) 111.1 (SD 30.8) and 75.4 (SD 14.5); p < 0.0001], respectively. Linier and multiple regression analysis showed that there was significant and powerful relation between left ventricular diastolic function (E/A ratio) and serum ferritin ( r = 0.71; p < 0.0001).
CONCLUSION: The systolic and diastolic functions of adolescents and young adults with Thlassemia major have started to alter and abnormalities. The left ventricular mass of adolescents and young adults with Thalassemia major more than heavier that of a normal person. The higher the level of serum ferritin is, the more likely it is for Thalassemia major patient to suffer from diastolic abnormalities.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilena Sarmilasari
"This study aims to analyze factors in the acceptance and success of the
implementation of SPAN for those who have direct access to it (licensed
users) at the Treasury Office (KPPN) using an integrated model. The
samples are 160 licensed users in 15 KPPN in Central Java. The
technical analysis used in this research is Partial Least Square (PLS)
using software SmartPLS version 3.2.3. Based on the result, it was found
that social factors and facilitating conditions have positive and
significant effects on user attitudes. In addition, user attitudes also have
positive and significant effects on user satisfaction. Meanwhile, other
variables, such as performance expectations, effort expectations,
information quality and systems quality, have no effect on user attitude
in using SPAN.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan dan kesuksesan penerapan SPAN bagi
para pengguna yang memiliki hak akses (licenced user) SPAN di KPPN
dengan menggunakan model integrasi (integrated model).
Pengambilan sampel menggunakan metode area sampling dengan
sampel yang terdiri dari licenced user pada KPPN lingkup Jawa
Tengah (15 KPPN) sebanyak 160 responden. Teknis analisis yang
digunakan adalah Partial Least Square (PLS) dengan pengolahan data
menggunakan perangkat lunak SmartPLS Versi 3.2.3. Berdasarkan
hasil analisis, diperoleh kesimpulan bahwa pengaruh sosial dan
kondisi yang memfasilitasi, berpengaruh positif dan signifikan
terhadap sikap pada penggunaan. Sikap pada penggunaan juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pengguna.
Sedangkan variabel lain, meliputi ekspektasi kinerja, ekspektasi
usaha, kualitas informasi, dan kualitas sistem tidak berpengaruh
terhadap sikap pada penggunaan SPAN."
Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Tengah, 2016
336 ITR 1:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Bayu Alfarizi
"Latar belakang: Renjatan merupakan masalah utama di ruang emergensi dan rawat intensif anak. Resusitasi cairan pada renjatan hanya memberikan repons pada 50% pasien. Pemberian cairan yang berlebih akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Indeks dinamis memiliki keterbatasan dalam memprediksi fluid responsiveness. Left Ventricular End Diastolic Volume Index (LVEDVI) belum banyak diteliti dan dapat mengatasi keterbatasan indeks dinamis.
Tujuan: Mengidentifikasi peran LVEDVI sebagai prediktor fluid responsiveness terhadap pemberian cairan resusitasi pada anak dengan renjatan.
Metode: Ini adalah penelitian uji diagnostik-potong lintang pada anak dengan renjatan di ruang emergensi dan rawat intensif anak RSUPN Cipto Mangunkusumo Juni hingga November 2018. Pengukuran LVEDVI dilakukan menggunakan USCOM dan dibandingkan dengan peningkatan isi sekuncup ≥15% setelah fluid challenge sebagai kriteria fluid responsive. Sampel dimasukkan ke dalam kelompok fluid responsive dan fluid nonresponsive.
Hasil: Dari 40 subyek penelitian, didapatkan 60 sampel fluid challenge. Terdapat 31 sampel di kelompok fluid responsive dan 29 sampel di kelompok fluid nonresponsive. Tidak terdapat perbedaan bermakna rerata LVEDVI pada kedua kelompok (p=0,161). Nilai AUROC LVEDVI 40,9% pada titik potong 68,95 mL/m2, dengan sensitivitas 45,16% dan spesifisitas 44,83%.
Simpulan: Penelitian ini tidak dapat membuktikan LVEDVI dapat berperan sebagai prediktor fluid responsiveness.

Background: Shock is a major problem in the Pediatric Emergency and Intensive Care Unit. Fluid resuscitation for shock only provides response in 50% of patients. Excessive fluid administration will increase morbidity and mortality. Dynamic indexes have limitations in predicting fluid responsiveness. Left Ventricular End Diastolic Volume Index (LVEDVI) has not been widely studied and can overcome the limitations of dynamic indexes.
Objective: To identify LVEDVI as a predictor of fluid responsiveness in children with shock.
Method: This was a cross-sectional diagnostic study in children with shock in the emergency room and pediatric intensive care unit of Cipto Mangunkusumo Hospital RSUPN from June to November 2018. The LVEDVI measurements were performed using USCOM and compared with an increase in stroke volume ≥15% after fluid challenge as fluid responsiveness criteria. Sample then categorized into fluid responsive and fluid nonresponsive group.
Results: Of 40 subjects, 60 fluid challenge samples were obtained. There were 31 samples in the fluid responsive group and 29 in the fluid nonresponsive group. There was no significant mean difference of LVEDVI in the two groups (p=0.161). The AUROC of LVEDVI is 40,9% with cut off value of 68,95mL/m2. The sensitivity and specificity are 45,16% and 44,83% respectively.
Conclusion: This study cannot prove LVEDVI can act as a predictor of fluid responsiveness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Anasrul
"Latar belakang dan tujuan: Menentukan korelasi nilai Ejection Fraction (EF) ventrikel kiri pada echo 2D dan DSCT jantung pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) stabil di RSUPN Cipto Mangunkusumo, sehingga nilai EF ventrikel kiri DSCT jantung dapat dijadikan acuan untuk evaluasi, penatalaksanaan dan prognosis pada PJK stabil yang mempunyai indikasi dilakukan CT jantung.
Metode: Analisa retrospektif dari 30 pasien PJK stabil yang menjalani pemeriksaan echo 2D dan DSCT jantung dengan jarak waktu ≤ 3 bulan, meliputi penilaian EF ventrikel kiri. Berdasarkan nomor rekam medis yang ada, dilakukan pengambilan data EF ventrikel kiri echo 2D serta data tambahan lainnya. Nilai EF ventrikel kiri secara DSCT di evaluasi kembali pada cardiac workstation (Siemens, Leonardo), kemudian ditentukan bagaimana korelasinya dengan nilai EF ventrikel kiri secara echo 2D. Analisis statistik penelitian ini menggunakan uji Spearman.
Hasil: Terdapat perbedaan nilai EF ventrikel kiri sebanyak 4% antara echo 2D dengan DSCT jantung. Perbedaan sebanyak 4% ini tidak bermakna signifikan secara klinis namun bermakna secara statistik. Nilai R Spearman yang didapat adalah 0,17 sementara nilai p 0,364 (p > 0,005), artinya tidak terdapat korelasi antara nilai EF ventrikel kiri secara echo 2D dengan DSCT jantung pada pasien PJK stabil yang menjalani pemeriksaan echo 2D dan DSCT jantung dengan jarak ≤ 3 bulan di RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Kesimpulan: Walaupun pada penelitian ini secara statistik tidak berkorelasi, namun pada keadaan hasil echo yang borderlineatau pada pasien PJK stabil yang mempunyai indikasi dilakukan CT jantung, nilai EF ventrikel kiri pada CT dapat menjadi acuan untuk penatalaksanaan selanjutnya.

Background and Objectives: to determine the correlation left ventricle Ejection Fraction (EF) between echo 2D and cardiac DSCT in Coronary Heart Disease (CHD) patients at Cipto Mangunkusumo Hospital, so that the value of the left ventricular EF cardiac DSCT can be used as a reference for the evaluation, treatment and prognosis in stable CHD who have an indication of cardiac CT.
Methods: A retrospective analysis of 30 patients with stable CHD who underwent 2D echo and cardiac DSCT with interval ≤ 3 months, include assessment of left ventricular EF. Based on the existing medical record number, performed data collection left ventricular EF 2D echo and other additional data. Value of left ventricular EF in DSCT in return on cardiac evaluation workstation (Siemens, Leonardo), then determined how its correlation with left ventricular EF values in 2D echo. Statistical analysis of this study using the Spearman test.
Result: There are differences in left ventricular EF value by 4% between 2D echo with cardiac DSCT. The difference of 4% is not clinically significant, but statistically significant. Spearman R value obtained was 0.17 while the p-value 0.364 (p> 0.005), meaning that there is no correlation between the value of the left ventricular EF in 2D echo and cardiac DSCT in patients with stable CHD who underwent 2D echo and cardiac DSCT with distance ≤ 3 month in Cipto Mangunkusumo hospital.
Conclusion: Although this study was not statistically correlated, but the results echo borderline or in stable CHD patients who had cardiac CT indications, left ventricular EF values on CT can be a reference for further management.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Sari
"

Latar Belakang : Dari berbagai penelitian, dijumpai hasil yang beragam mengenai efek jangka panjang pemacuan ventrikel kanan non apeks terhadap fungsi sistolik ventrikel kiri pada pasien dengan alat pacu jantung permanen (APJP) serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 

Tujuan:Menilai hubungan beban pemacuan ventrikel kanan non apeks, durasi QRS pacu (pQRSd) dan durasi pemasangan dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri pada pasien dengan APJP 

Metode: Studi potong lintang terhadap pasien yang menjalani pemeriksaan APJP di Poliklinik Kardiologi Pelayanan Jantung Terpadu RSCM-FKUI. Dilakukan pemeriksaan program APJP, EKG, NT-proBNP dan ekokardiografi terhadap keseluruhan subyek. Disfungsi sistolik ventrikel kiri didefinisikan sebagai penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri dibawah 50% dan atau NT-proBNP diatas 300 pg/ml.  

Hasil:Dari 46 pasien yang ikut serta dalam penelitian ini, dijumpai 21 (45,65%) pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri. Terdapat 17 pasien dengan pQRSd ³150 ms yang mengalami disfungsi sistolik ventrikel kiri sementara hanya dijumpai 4 pasien dengan pQRSd < 150 ms yang mengalami disfungsi sistolik ventrikel kiri. pQRSd signifikan berhubungan dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri (p = 0,016). Rerata pQRSd yang lebih lebar dijumpai pada kelompok dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri (171,14 ms ±40,62 vs 147,04 ms ±29,99, p = 0,026). Beban pemacuan ventrikel kanan dan durasi pemasangan APJP tidak berhubungan dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri ( p = 0,710 dan p = 0,079). 

Simpulan: Durasi QRS pacu berhubungan dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri pada pasien dengan APJP.  

 


Background : The recent studies have suggested that impact of right ventricular non apical pacing on left ventricular systolic function and factors predispose to its development are still conflicting

Objective : To clarify the clinical significance of non apical right ventricle burden, paced QRS duration (pQRSd) and length of permanent pacemaker usage on left ventricle systolic dysfunction

Methods : This is a cross sectional study of 46 patients who underwent routine pacemaker programming evaluation at Poliklinik Kardiologi Pelayanan Jantung Terpadu, RSCM – FK UI. All subjects went through pacemaker programming, ECG, NT-proBNP, and echocardiography examination. Left ventricle systolic dysfunction was defined as ejection fraction < 50 % and or NT-proBNP > 300 pg/ml.  

Results :Out of fourty six patients who enrolled in this study, twenty one (45,65%) patients have left ventricle systolic dysfunction. Seventeen (60,7%) patients with wider pQRSd (³150 ms)have left ventricle systolic dysfunction. pQRSd has association with left ventricle systolic dysfunction (p = 0,016). Wider mean of pQRSd found in left ventricle systolic dysfunction group (171,14 ms ±40,62 vs 147,04 ms ±29,99, p = 0,026). While burden of right ventricle pacing and duration of pacemaker usage have no association with left ventricle systolic dysfunction (p = 0,710 and p = 0,079).

Conclusion: Paced QRS duration has association with left ventricle systolic dysfunction in patients with permanent pacemaker. 

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arni Budi Meisa Ndari
"Perawatan alat pacu jantung sementara (APJS) yang melalui insersi tranfemoralis mengharuskan pasien untuk tirah baring sampai APJS di lepas. Hal ini menyebabkan penekanan pada punggung yang berakibat nyeri pada punggung bagian bawah sehingga dibutuhkan intervensi untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi efek memberikan bantal penyangga di punggung bagian bawah selama 6 jam tiap 24 jam dan diberikan selama 2 hari perlakuan. Desain penelitian menggunakan quasi-experiment with control group pada 50 pasien dengan cara consecutive sampling. Pengukuran skor nyeri dengan menggunakan VAS dan skor kenyamanan dengan ICQ. Hasil penelitian ini adalah selisih skor nyeri berbeda secara signifikan pada pengukuran hari kedua antara kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol (p-value<0,05). Pemberian bantal penyangga berpengaruh signifikan pada skor nyeri dan kenyamanan pada kelompok intervensi (p-value<0,05). Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh signifikan pemberian bantal penyangga terhadap skor nyeri. Pemberian intervensi menurunkan skor nyeri dan kenyamanan pada pengukuran berulang. Bantal penyangga dapat direkomendasikan untuk mengatasi permasalahan nyeri dan kenyamanan pasien dengan APJS.

Temporary pacemaker transfemoral requires the patient to be on bed rest during treatment to prevent complication, which can cause low back pain due to prolonged supine position. The study aims to alleviate pain and improve patient comfort by using a support pillow for 2 days, apllied fro 6 hours within a 24-hour period on the lower back. The research method used is quasi-experiment with control group with pre-test and post-test on 25 patients in intervention group and 25 patients ini control group in the cardiac intensive care unit. Pain scores were measured using the VAS Score ruler and comfort scores using the ICQ questionnaire. The result showed a significant effect on difference in pain score in the intervention group compared to control group (p value = 0,041), but no significant difference in comfort score (p value = 0,297). There was significant difference in repeated measurements of pain score in the intervention group, but no difference in control group (p value = 0,026; p value = 0,677). There was a significant difference in comfort scores before compared to after treatment in intervenstion group, but no difference in control group (p value = 0,013; p value = 0,294). A support pillow can be recommended to alleviete pain and improve comfort for patients with temporary pacemaker."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Munawar
"Sindrom "twiddler" telah lama diketahui sebagai komplikasi pemasangan pacu-jantung. Sindrom tersebut ditandai dengan berputarnya lead atau kabel pada sumbu panjang generator pacu-jantung sehingga menimbulkan lilitan lead. Lead akan rusak, sehingga kawat putus atau terjadi bocor insulasi lead. Keadaan ini dapat menyebabkan lead terlepas dari tempatnya, stimulasi diafragma, gerakan tertentu lengan atas yang disebabkan oleh stimulasi pleksus saraf brakialis dan hilangnya fungsi pacuan ke jantung. Mengetahui faktor risiko terjadinya sindroma ini dan melakukan tindakan pencegahan merupakan hal yang sangat penting. Kami melaporkan seorang laki-laki berumur 84 tahun yang memutar generator pacujantung kamar tunggal secara tidak sengaja sehingga timbul sindrom ?twiddler? dalam waktu 2 bulan yang menyebabkan bocor insulasi lead sehingga baterei habis. Sepanjang pengetahuan penulis, ini merupakan laporan kasus pertama di Indonesia.

Twiddler's syndrome is a well-known complication of pacemaker treatment. This syndrome is characterized by coiling of the pacemaker lead due to the rotation of pacemaker generator on its long axis. Lead damage could cause lead facture or insulation leakage. The syndrome is also responsible for lead dislodgment, diaphragmatic stimulation, twitching upper arm due to plexus brachial nerve stimulation and loss of capture. Understanding risk factors and preventive measurement is very important. In this case report we present an 84 year-old patient who managed to rotate his single chamber pacemaker generator unintentionally following implantation in which the syndrome occurred within 2 months causing insulation leakage and battery depletion. For the best of our knowledge, this is the first report of twiddler's syndrome in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Ginanjar
"ABSTRAK
Latar belakang
Penyakit jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang tertinggi di dunia dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Skor TIMI STEMI sudah banyak digunakan dan divalidasi sebagai prediktor kematian pasien STEMI namun belum mencakup komponen fraksi ejeksi ventrikel kiri (FEVK) dan laju filtrasi glomerulus (LFG), dan kurang optimal dalam penggunaanya.
Tujuan
Memodifikasi skor TIMI STEMI dengan memasukkan variabel FEVK dan LFG sebagai prediktor mortalitas pada pasien STEMI dalam 30 hari di RSCM. Metode Studi kohort retrospektif terhadap 487 pasien STEMI yang di rawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada periode 2004-2013. Data variabel prediktor diperoleh dari penelusuran rekam medis. Data yang didapatkan dianalisis secara bivariat dan multivariat, setelah itu dibuat formulasi baru prediktor mortalitas pasien STEMI dalam 30 hari dan akan diujikan pada seluruh data dan dinilai risiko mortalitasnya serta dibandingkan dengan skor TIMI dengan AUC (area under curve).
Hasil
Dari analisis secara bivariat dan multivariat didapat hanya dua variabel yang dapat digunakan dalam formula baru yaitu kelas killips II-IV dan LFG dengan kisaran total skor 0-4.6 Stratifikasi risiko mortalitas dalam 30 hari pada pasien STEMI adalah tinggi (total skor >3,5; 46,5%), sedang (total skor 2,5-3,5;23,2%), dan rendah (total skor <2,5;5,95%). Diskriminasi modifikasi skor TIMI STEMI dengan AUC 0.816; IK 95%; 0.756-0.875.
Kesimpulan
Modifikasi skor TIMI STEMI terdiri dari dua variabel yaitu kelas Killip dan LFG. Modifikasi ini memiliki kalibrasi dan diskriminasi yang baik sebagai prediktor mortalitas 30 hari pada pasien STEMI.

ABSTRACT
Background
Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of death in the world and the rate increases every year. TIMI STEMI score has been used and validated as mortality predictor for STEMI patient but unfortunately, it does not involve left ventricle ejection fraction (LVEF) and Glomerulus filtration rate (GFR), thus it is less optimal in clinical setting.
Objective
To modify TIMI STEMI score include LVEF and GFR as variables for 30 day mortality predictor STEMI patients in RSUPN Cipto Mangunkusumo Hospital. Methods Retrospective cohort study was done toward 487 STEMI inpatients in RSUPN Cipto Mangunkusumo Hospital in 2004-2013. Predictor variable data was obtained from medical records. The data was analyzed with bivariate and multivariate method using Cox’s Proportional Hazard Regression Model. Subsequently, formulate new predictors for STEMI patient mortality rate in 30 days. In these newly formulated predictors shall be stratified to all data and mortality risk shall be assessed and compared with current TIMI STEMI Score using area under curve (AUC).
Results
From bivariate and multivariate analysis, only two variables were found to have significant values for new formulation; Killip class II-IV and GFR which contribute 0.4.6 of total score value. 30 day mortality risk stratification for STEMI patient is high if total score > 3.5;46.5%, moderate if total score 2.5-3.5;23.2% and low if total score < 2.5;5.95%. Modified TIMI STEMI Score has a good discrimination rate with AUC value of 0.816 (0.756-0.875) and confidence interval (CI) 95%.
Conclusion
Modified TIMI STEMI Score has two variables such as Killip Class and GFR. It has good calibration and discrimination for 30 day mortality predictor in STEMI patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Lousiana
"Latar belakang: Latihan fisik anaerobik adalah latihan fisik yang dilakukan dalam waktu singkat dengan intensitas tinggi dan dapat merangsang apoptosis pada kardiomiosit ventrikel kiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ekspresi apoptosis kardiomiosit pasca latihan serta pasca henti latih latihan fisik anaerobik.
Metode : Identifikasi Caspase-3 dilakukan dengan cara pulasan imunohistokimia dan analisis kuantitatif persentase Caspase-3 yang dilakukan pada kelompok kontrol 4,8,12 dan 16 minggu, kelompok perlakuan latihan fisik anaerobik 4 dan 12 minggu serta henti latih 4 minggu pasca latihan (minggu ke 8 dan 16).
Hasil: Analisis data menunjukkan peningkatan persentase caspase-3 pada kelompok latihan fisik anaerobik 4 dan 12 minggu dengan p=0,027. Penurunan persentase capase-3 pasca henti latih yang bermakna juga ditemukan antara kelompok latihan fisik anaerobik 4 minggu dengan kelompok henti latih 4 minggu (p=0,0001) dan antara kelompok latihan anaerobik 12 minggu dengan kelompok henti latih 16 minggu (p=0,0001).

Introduction : Anaerobic physical exercise is a high intensity physical exercise performed in a short time. This exercise can stimulate apoptosis in left ventricular cardiomyocytes. The aims of this study is to analyze the expression of cardiomyocyte apoptosis after anaerobic exercise and detraining.
Methods : Caspase-3 expression is identified by immunohistochemistry labeling and quantitative analysis of the percentage of Caspase-3 in the control group 4,8,12 and 16 weeks, groups with 4 and 12 weeks of anaerobic physical exercise, and groups after 4 weeks of detraining ( week 8 and 16).
Conclucion: Data analyses showed a significant increase in the percentage of caspase-3 in the 4 and 12 weeks anaerobic physical exercise groups with p = 0.027. The percentage of Capase-3 after detraining showed a significant decline between the groups of 4 weeks of anaerobic physical exercise and detraining with p = 0.0001 and between groups of 12 weeks of anaerobic exercise and detraining with p = 0, 0001.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>