Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122066 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Hidayah
"Laporan ini membahas mengenai Pembuatan video guna edukasi tentang demam berdarah. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu masalah besar di seluruh dunia. Indonesia sebagai salah satu wilayah endemik menunjukkan adanya peningkatan angka kejadian demam berdarah yang signifikan pada tahun 2024. Mencegah adalah salah satu cara yang termurah dan terbaik dalam mengatasi berbagai masalah, utamanya dalam hal ini adalah penanggulangan penyakit DBD. Salah satu bentuk upaya dalam pemberantasan DBD adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui penyuluhan dalam bentuk video dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai DBD. Selain itu, masyarakat bisa mengetahui tanda-tanda seseorang terserang DBD dan penanganan awalnya serta mengetahui pada kondisi seperti apa yang diperlukan pertolongan tenaga medis lainnya. Video edukasi mengenai Demam Berdarah Dengue (DBD) dibuat dengan menggunakan Power Point dan dilakukan edukasi di Apotek Kimia Farma 0143 dengan menggunakan video yang ditunjukkan kepada pasien yang datang atau pasien yang sedang menunggu resepnya disiapkan. Edukasi dilakukan agar masyarakat dan pasien yang berkunjung ke apotek mengetahui gejala dan cara penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD).

This report discusses the Making of a video for education about dengue fever. Dengue fever is still one of the major problems worldwide. Indonesia as one of the endemic areas shows a significant increase in the incidence of dengue fever in 2024. Prevention is one of the cheapest and best ways to overcome various problems, especially in this case is the control of dengue fever. One form of effort in eradicating dengue fever is to provide education to the community through counseling in the form of videos with the aim of increasing understanding and awareness of dengue fever. In addition, the public can find out the signs of someone being attacked by dengue fever and its initial treatment and know in what conditions the help of other medical personnel is needed. An educational video about dengue fever was made using Power Point and education was carried out at the Kimia Farma 0143 Pharmacy using a video shown to patients who came or patients who were waiting for their prescriptions to be prepared. Education is carried out so that the public and patients who visit the pharmacy know the symptoms and how to treat dengue fever. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Jakarta Utara merupakan daerah dengan insidens demam berdarah dengue (DBD) tinggi di Provinsi DKI Jakarta. Untuk mengurangi mortalitas dan morbiditas akibat DBD masyarakat khususnya guru sekolah perlu diberikan pengetahuan mengenai pertolongan pertama pada DBD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan mengenai pertolongan pertama DBD pada guru swasta di Jakarta Utara. Desain penelitian ini adalah pre-post study dan data diambil pada tanggal 22 September 2011. Semua guru yang hadir saat penyuluhan dijadikan subyek penelitian. Data diambil dengan kuesioner yang berisi lima pertanyaan mengenai pertolongan pertama sebelum dan sesudah penyuluhan. Data diproses dengan SPSS versi 11,5 dan diuji dengan marginal homogeneity. Hasilnya menunjukkan dari 82 responden, guru perempuan 34 orang (41,5%) dan laki- laki 48 orang (58,5%). Hasil pre-test, guru yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah 3 orang (3,7%), cukup 13 orang (15,9%), dan kurang 66 orang (80,5%). Pada post-testjumlah guru dengan pengetahuan baik menjadi 5 orang (6,1% ), cukup 26 orang (31,7%), dan kurang 51 orang (62,2%). Uji marginal homogeneity menunjukkan perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,01). Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan guru mengenai pertolongan pertama DBD.

Abstract
North Jakarta has high incidence of dengue haemorrhagic fever (DHF). To reduce DHF mortality and morbidity, teachers need to be educated on DHF first aid. The purpose of this research is to determine the effectiveness of health education on DHF first aid on private teachers in North Jakarta. Research design was pre-post study and data was taken on September 22nd, 2011. Teachers who attended the session were taken as subjects. Data was taken by questionnaires consisting of 5 questions about DHF first aid, and was tested before and after the education. Data was processed using SPSS version 11.5 and tested with marginal homogeneity. Out of 82 respondents, 34 (41.5%) were female teachers and 48 (58.5%) were male teachers. Pretest results showed level of nowledge as follows: 3 (3.7%) were good, 13 (15.9%) were moderate, and 66 (80.5%) were poor. After the education, it was as follows: 5 (6,1%) were good, 26 (31.7%) were moderate, and 51 (62.2%) were poor. Marginal homogeneity showed significant difference on knowledge before and after the education (p<0.01). To conclude, health education is effective to increase knowledge on DHF first aid."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Syahputra
"Pada akhir tahun 2018 terjadi peningkatan kejadian penyakit DBD yang berada di Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku dari siswa kelas 5 Sekolah Dasar terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) serta Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) guna meningkatkan Angka Bebas Jentik (ABJ) di sekolah setelah dilaksanakannya kedua metode intervensi yang berbeda yakni metode presentasi dan video edukasi. Penelitian ini menggunakan metode desain quasi experimental dengan teknik rancangan pre test dan post test design.Hasilnya diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil skor pada pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah diberikan intervensi. Penelitian ini diharapkan dapat menurunkan kejadian penyakit DBD di wilayah Kecamatan Sukmajaya dan meningkatkan pengetahuan siswa sehingga memicu terbentuknya sikap positif dan perilaku yang baik dalam melakukan suatu upaya pencegahan penyakit DBD melalui kegiatan PSN.

In the end of year 2018, there was an increase DHF disease in Depok City This research aims to measure and determine the differences in knowledge, attitude and practice of 5th grade students of Elementary School towards Dengue Hemorragic Fever (DHF) and Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) for increasing larvae free rates (ABJ) in schools with two different intervention methods. This study uses a quasi experimental method design with pre test and post test design techniques. The results of the study revealed that there was an increase in the score on students’ knowledge, attitudes and practice after being given intervention in both the presentation and video education methods. This study is expected to reduce the incidence of DHF in Sukmajaya district area and increase student knowledge so as to trigger the formation of positive attitudes and good behavior in carrying out an effort to prevent DHF disease through PSN activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Aziz
"Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya di Kota Tasikmalaya yang telah menjadi daerah endemis DBD. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kejadian DBD di Kota Tasikmalaya tahun 2014. Penelitian ini merupakan analisis lanjutan dari data surveilans BBTKL-PP Jakarta tahun 2014 yang menggunakan desain studi cross
sectional. Sampel penelitian ini adalah penderita DBD dan masyarakat di sekitar rumah penderita dengan radius 200 meter. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi DBD di Kota Tasikmalaya adalah 0,13%. Prevalensi DBD tertinggi ditemukan pada penduduk berumur di bawah 41 tahun (76,19%), berjenis kelamin perempuan (71,4%), berpendidikan rendah (57%), tidak bekerja (57,94%), berpengetahuan rendah (85,71%), berperilaku berisiko (61,9%), memiliki rumah dengan suhu sekitar 28-32oC (66,7%) dan kelembaban udara di luar kelembaban berisiko (95,2%).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) remains a major public health problem in Indonesia, especially in Tasikmalaya City which has become endemic area. This study aims to determine the picture incidence of dengue in Tasikmalaya City in 2014. This study is a follow-up analysis of BBTKL-PP Jakarta’s surveillance data in 2014 that uses a cross sectional study design. Samples were DHF patients and communities around the homes of people with a radius about 200 meters. The results of this study showed that the prevalence of dengue in the Tasikmalaya City is 0.13%. The highest prevalence of dengue was found in the population with age under 41 years (76.19%), female (71.4%), with low education (57%), did not have work (57.94%), knowledgeable low (85.71 %), risk behavior (61.9%), have a house with a temperature of about 28-32oC (66.7%) and the humidity outside humidity at risk (95.2%)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalisa Zahra Khairunnisa
"Latar Belakang: Demam Berdarah Dengua (DBD) adalah infeksi virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Vektor utama yang menularkan virus Dengue adalah Aedes aegypti, dan Aedes albopictus. Kota dengan jumlah kejadian DBD tertinggi di Indonesia pada tahun 2021 adalah Kota Depok sebesar 3.155 kasus dengan angka Incidence Rate (IR) 151,2 kasus per 100.000 penduduk. Selama 10 tahun terakhir sejak tahun 2012-2020, trend kasus DBD di Kota Depok cenderung meningkat. Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor iklim dan kepadatan penduduk dengan kejadian DBD di Kota Depok tahun 2012-2021. Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor iklim (suhu, kelembaban, dan curah hujan) pada bulan yang sama (non-time lag), faktor iklim dengan jeda 1 bulan (time lag 1), dan kepadatan penduduk dengan Incidence Rate DBD. Hasil: Hasil analisis korelasi menujukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban non time lag dan kelembaban time lag 1 dengan Incidence Rate DBD (p=0,000 dan p=0,000) dengan kekuatan hubungan sedang berpola positif (r=0,332 dan r-0,451). Hasil uji regresi linear ganda menghasilkan bentuk model prediksi dengan persamaan IR DBD = -47.353 + 0.784 (Suhu) + 0.394 (Kelembapan) + 0.023 (Curah Hujan). Berdasarkan hasil persamaan regresi, jika disimulasikan dengan kombinasi suhu 26,1 oC, kelembaban 82,9%, dan curah hujan 14,9 mm, maka akan terjadi peningkatan IR DBD sebanyak 10 kasus per 100.000 penduduk.

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a viral infection transmitted to humans through the bite of an infected mosquito. The main vectors that transmit the dengue virus are Aedes aegypti and Aedes albopictus. The city with the highest number of dengue cases in Indonesia in 2021 is Depok City with 3,155 cases with an Incidence Rate (IR) of 151.2 cases per 100,000 population. During the last 10 years from 2012- 2020, the trend of dengue cases in Depok City tends to increase. Objective: To determine the relationship between climatic factors and population density with the incidence of DHF in Depok City in 2012-2021. Methods: This study uses an ecological study with correlation analysis to see the relationship between climatic factors (temperature, humidity, and rainfall) in the same month (non-time lag), climatic factors with a 1-month lag (time lag 1), and density population with DHF Incidence Rate. Results: The correlation analysis results showed a significant relationship between non-time lag humidity and time lag 1 humidity with DHF Incidence Rate (p = 0.000 and p = 0.000) with the strength of the relationship being positive (r = 0.332 and r-0.451). The results of the multiple linear regression test produce a predictive model with the equation IR DBD = -47.353 + 0.784 (Temperature) + 0.394 (Relative Humidity) + 0.023 (Rainfall). Based on the results of the regression equation, if it is simulated with a combination of the temperature of 26,1oC, humidity of 82.9%, and rainfall of 14.9 mm, there will be an increase in IR of DHF by 10 cases per 100,000 population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Kamila
"Selama tahun 2010-2014 Kota Semarang selalu menduduki tiga besar rangking Incidence Rate DBD di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan menganalisis pembiayaan program pemberantasan DBD bersumber pemerintah pada tahun 2013-2015 serta kesenjangan sumberdaya. Pendekatan akun biaya kesehatan (health account) digunakan untuk menelusuri pembiayaan menurut sumber, fungsi, penyedia layanan. Hasil studi menunjukkan bahwa total belanja program DBD bersumber APBD tahun 2013 adalah Rp. 4.018.927.020, tahun 2014 sebesar Rp. 4.070.437.715.020, dan tahun 2015 sebesar Rp. 8.889.646.145. Program terutama dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan fungsi layanan kesehatan terutama adalah Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit Menular. Belanja untuk kegiatan administrasi lebih tinggi daripada belanja untuk program promosi kesehatan dan penangan KLB. Tidak terdapat kesenjangan antara ketersediaan sumber daya yang dipotret dari belanja kesehatan program pemberantasan DBD dengan kebutuhan program berdasarkan perhitungan kebutuhan metode SPM. Namun, terdapat kesenjangan antara ketersediaan sumber daya atau belanja kesehatan dengan perencanaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Disarankan agar perencanaan program lebih berfokus pada kegiatan promotif dan preventif.

During Year 2010 - 2014 Semarang municipality has been stated as the Big Three city with high incidence rate of dengue in Central Java province. This tracking expenditure of DHF Preventive Program has tried to analyze spending by the Local Government for Year 2013-2015, as well as the resources gap. The health account approach was used to analyze spending by source, function, and provider. Total spending for DHF supported by the local government in 2013 was Rp. 4.018.927.020, in 2014 was Rp. 4,070,437,715,020, and in 2015 was Rp. 8,889,646,145. The key player of the program was the Semarang Municipality Health Office. By function, the highest proportion of the spending was for Epidemiological Surveillance and Control of Communicable Diseases. The study also found that higher proportion of spending on administration as compared to direct activities such as community empowerment, and program to solve the outbreak. There was no resources gap if available resources was compared to the nedd according to SPM, however there was a resource gap if compared with the plan developed by the municipality health office. The study suggested to improved planning by focusing more on the direct activities such as promotive preventive."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Ridwan
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah merupakan masalah kesehatan di Indonesia sejak tahun 1968 sampai sekarang. Ada beberapa daerah yang sudah ada penurunan tetapi sebagian wilayah Indonesia malah dari tahun ke tahun terus meningkat angka kesakitan penyakit ini. Di Kabupaten Bandung selama 3 tahun terakhir dari tahun 2011 sampai 2013 angka kesakitan DBD terus meningkat yaitu sebesar 1078 tahun 2011, 1127 tahun 2012 dan tahun 2013 1240 penderita. Permasalahan peningkatan penderita disebabkan banyak kendala atau permasalahan salah satunya adalah lemahnya sistem kewaspadaan dini terhadap KLB DBD. Deteksi Dini KLB DBD adalah suatu sistem pemantauan wilayah setempat yang bisa mendeteksi peningkatan kasus disuatu wilayah berdasarkan katagori KLB yang tertuang di dalam Permenkes No. 1501 Tahun 2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Penelitian dilakukan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan menerapkan pendekatan model prototyping dalam membangun model sistem informas kesehatan. Penelitian ini menghasilkan rancangan basis data dan desain prototype dari sistem informasi kesehatan penyakit demam berdarah dengue dengan deteksi dini KLB DBD di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, sehingga deteksi awal kejadian luar biasa penyakit demam berdarah dengue bisa diketahui pada saat melakukan input data sebelum pengolahan data untuk pembuatan laporan Kabupaten Bandung.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a health problem in Indonesia since 1968 until now. There are several existing areas decreased but parts of Indonesia, even from year to year increase in morbidity of this disease. In Bandung District during the last 3 years from 2011 to 2013 number of DHF cases continue to rise in the amount of 1078 in 2011, 1127 in 2012 and 1240 of 2013 patients. Problems caused an increase in patients with many obstacles or problems one of which is the lack of an early warning system against dengue outbreak. Early detection of outbreaks of dengue fever is a local area monitoring system that can detect an increase in cases of outbreaks in a region based on the categories set out in the Minister Regulation No. 1501 Year 2010 Concerning Certain Communicable Disease Type Potential Outbreak and Response Efforts.
The study was conducted using qualitative research design with prototyping models approach in building models health information system. This research resulted in the design of the database and prototype design of health information systems dengue fever with early detection of dengue outbreak in Bandung District Health Office, so that early detection of outbreaks of dengue fever can be known at the time of the input data before data processing for the manufacture of report Bandung district.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S58696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Jakarta sehingga penting untuk merencanakan tindakan pencegahan sebelum terjadinya wabah. DBD dikaitkan dengan perubahan iklim karena puncak kejadian biasanya pada awal dan akhir musim hujan, namun karena perubahan iklim global, iklim di Jakarta tidak dapat diprediksi. Subjek dengan diagnosis DBD di Jakarta Pusat dari tahun 2008 sampai 2010 dicatat oleh Sudinkes Jakarta Pusat. Data sekunder dianalisis untuk menyelidiki tren DBD berdasarkan usia, jenis kelamin dan case fatality rate (CFR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian puncak diamati pada bulan Mei (tahun 2008) dan Maret (tahun 2009 dan 2010). Tidak ada perbedaan laki-laki dan perempuan (p <0,19), sedangkan orang dewasa lebih rentan terhadap DBD dibandingkan dengan anak-anak (p <0,001) yang berarti orang dewasa harus lebih waspada terhadap DBD dibandingkan dengan anak-anak. CFR pada ketiga tahun tersebut berada di bawah standar (<1%) yang berarti CFR di Jakarta harus dipertahankan <1%. Semua masyarakat harus waspada terhadap DBD terutama pada bulan Maret sampai Mei.

Abstract
Dengue hemorrhagic fever (DHF) constitutes a significant public health problem in Jakarta, thus it is crucial to plan preventive measure before an outbreak occurs.The aim of the study was to find the trend of DHF cases in Central Jakarta. Subjects were diagnosed for DHF in Central Jakarta from 2008 to 2010, and were documented by Sudinkes (District Health Office) of Central Jakarta. Investigation was conducted on the trend of DHF cases using secondary data, while adjusting for several criteria such as age, gender and case fatality rate (CFR).The results showed that peak incidence of DHF infections was detected in May 2008, and in March 2009 and 2010. There was no difference observed between male and female (p<0.19), whereas adult personnels were more susceptible to suffer from DHF compared to children (p<0.001). CFR appeared to be under the standard (<1%).CFR of DHF in Jakarta has to be maintained as of <1%. This can be done by conducting several efforts on decreasing of DHF cases. To conclude, all societies living in the area of Central Jakarta should be aware of DHF and the awareness has to be raised particularly from March until May."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia], 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Agriani Dumbela
"Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamukbetina Ae. Aegypti. Sampai saat ini, belum ditemukan pengobatan yang spesifikuntuk menyembuhkan penderita DBD, meskipun strategi vaksinasi telah dilakukandi berbagai negara tropis. WHO menyatakan bahwa strategi pencegahan palingefektif untuk mengendalikan demam berdarah yaitu dengan mengendalikan vektornyamuk, seperti melakukan intervensi mechanical control, fumigasi dan larvasida.Sebuah model matematika pencegahan Demam Berdarah Dengue DBD denganpopulasi tidak tertutup akan dibahas dalam artikel ini. Intervensi kontrol mekanik,fumigasi dan larvasida diimplementasikan ke dalam model untuk memahami carapaling efektif untuk mencegah Demam Berdarah Dengue DBD. Analisis titikkeseimbangan dan kestabilan lokal serta Basic Reproduction Number R0 ditampilkan secara analitik. Beberapa hasil numerik untuk beberapa skenarioberbeda dilakukan untuk menunjukkan situasi yang mungkin ditemukan dilapangan.

Dengue is a mosquito borne viral disease which spread by female Ae. Aegyptimosquito. Until today, there are no specific treatment to cure people, althoughvaccination strategy are undergo in many tropical countries. WHO stated that themost efective prevention strategy to control dengue spread is by controllingmosquito strategy, such as with mechanical control, fumigation and larvacideintervention. A mathematical model of dengue spread among not closedpopulation will be discussed in this article. Intervention of mechanical control,fumigation and larvacide implemented into the model to understand the mostefective way to prevent dengue spread. Analysis of equilibrium points about theirexistence and local stability criteria along with basic reproductive ratio R0 willbe shown analytically. Some numerical results for some different scenario will beperformed to show a possible situation in the field."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aspas Aslim
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Di Jawa Barat pada tahun 1995 terjadi 3140 kasus DBD dengan Cale Fatality Rate (CFR) 3,9%. Di Kabupaten Indramayu setama 5 tahun terakhir (1992 - 1996), jumlah kasus DBD makin tinggi dan wilayah endemis DBD makin luas.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kerawanan DBD di Kabupaten Indramayu, serta mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhinya. Berdasarkan hasil analisis tersebut kemudian dibuat rencana pengendalian DBD di Kabupaten Indramayu.
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kerawanan DBD dilakukan dengan memetakan wilayah endemis DBD tahun 1992-1996 dan menguji hubungan antara kerawanan DBD dengan kepadatan penduduk.
Hasil analisis menunjukkan bahwa wilayah kerawanan DBD menyebar menyusuri jaringan jalan propinsi, yang kemudian diikuti dengan penyebaran di sepanjang jalan kabupaten. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan antara kerawanan DBD dengan mobilitas penduduk. Dengan uji X2 terbukti bahwa kepadatan penduduk berhubungan secara bermakna. dengan tingkat kerawanan DBD. Ditinjau dari segi pelayanan kesehatan, terlihat bahwa pelayanan promotif dan preventif (fogging, abatisasi, pemberantasan sarang nyamuk) untuk mengendalikan DBD masih belum memadai.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan justru setelah terjadi suatu kasus DBD, sehingga tidak berfungsi sebagai tindakan promotif dan preventif.
Disimpulkan bahwa 1). tingkat kerawanan DBD di Kabupaten Indramayu tahun 1992-1996 semakin meningkat, meskipun masih ada 68 desa yang selama 5 tahun tersebut tetap berstatus sebagai desa potensial DBD; 2). tingkat kerawanan DBD berhubungan dengan mobilitas dan kepadatan penduduk; dan 3). upaya promotif dan preventif belum dilaksanakan secara memadai, sehingga tidak menghasilkan efek promotif dan preventif.
Disarankan untuk mengupayakan pengendalian DBD dengan 3 strategi utama yaitu 1). meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat akan masalah DBD 2). meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan vektor DBD, terutama melalui kegiatan pemberantasan sarang nyamuk; dan 3). memanfaatkan berbagai institusi kemasyarakatan yang ada untuk menggerakkan masyarakat dalam pengendalian DBD di Kabupaten Indramayu.
Sebagai langkah tindak lanjut akan dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyampaikan hasil analisis yang telah dilakukan kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Indramayu.
2. Membuat rencana kerja operasional yang rinci, serta mengusulkannya kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Indramayu.
3. Meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan masyarakat terhadap DBD dengan memanfaatkan berbagai jalur komuikasi, yaitu radio daerah, dan pertemuan-pertemuan lintas sektoral atau R.apat Koordinasi Kabupaten yang dilaksanakan pada setiap tanggal 17.
4. Mengintensifkan dan memperluas cakupan fogging masal sebelum masa penularan (SMP) di semua desa endemis.
5. Melakukan abatisasi nasal setiap tiga bulan sekali di semua desa.
6. Mengintensifkan pelaksanaan fogging fokus segera setelah dilaporkan adanya kasus DBD.

Assessment of Dengue Hemorrhagic Fever's Endemicity at the Village Level in Indramayu District 1992-1996 and Development of Strategy and Plan of Action for Controlling Dengue Hemorrhagic Fever in Indramayu DistrictDengue Hemorrhagic Fever (DHF) is one of the public health problems in Indonesia. In 1995, there was 3140 DHF cases in West Java with the case fatality rate of 3.9%. During the last 5 years (1992-1996) there was an increased case in Indramayu District, as well as a wider endemic areas.
This study aimed to assess the endemic of DHF in Indramayu District, and identify its potential related factors. Based on the results, a strategy and plan of action for controlling DHF in Indramayu District will be developed.
It was found that the endemic areas spread out along the province road, and followed by its spread along the district road. This result indicated that the people's mobility had some association with the DHF's endemic. The X2 tests showed a significant association between the DHF's endemic and the population density. Through a qualitative assessment, it was also found that promotive and preventive measures (fogging, abatisation, vector control) were not applied adequately, so that their function as promotive and preventive measures were not met.
It was concluded that 1). during 1992-1996 the DHF's endemic in Indramayu District was worse; 2). the DHF's endemic associated with the people's mobility and population density; and 3). promotive and preventive measures for controlling DHF's vector were not applied adequately.
It was suggested to control DHF in Indramayu District through 3 main strategies, i.e. 1). to improve the community's knowledge and awareness on DHF; 2). to improve community participation in controlling DHF's vector, and 3). to use any community's institution in controlling DHF.
Several follow up activities were planned to be done:
1. To report the result of this assessment to the governmental head of Indramayu District (Bupati).
2. To make a detail and comprehensive plan of action for controlling DHF in Indramayu District.
3. To improve the community's knowledge and awareness on DHF by using any means of communication such as district's radio and regular monthly intersectoral coordination meeting.
4. To intensify and extensity mass fogging in all endemic areas.
5. To do a mass abatisation in all villages.
6. To intensify focal fogging soon after a DHF case is reported.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>