Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 80119 Document(s) match with the query
cover
Winangsari Pradani
"Indonesia memiliki kekayaan warisan budaya benda dan tak benda melimpah yang berasal dari 1.340 suku bangsa dari 300 kelompok etnis, tersebar dari Sabang hingga Merauke. Menjaga kelestarian warisan budaya menjadi tantangan karena fakta bahwa beberapa kepunahan sudah dan terus terjadi. Diantara akar permasalahannya adalah karena belum ada data keseluruhan warisan budaya Indonesia yang terintegrasi sehingga dapat diketahui jumlah, deskripsi, dan status kelangkaannya. Di lain pihak, Kemendikbud mencatat ada tidak kurang dari 4.000 institusi dan komunitas kebudayaan yang memiliki data warisan budaya namun dalam berbagai bentuk. Bentuk warisan budaya yang disimpan dapat berupa fisik maupun dijital. Bentuk dijital juga terdiri dari data terstruktur maupun tak terstruktur. Data terstruktur yang dimiliki institusi dan komunitas ini juga memiliki format beragam. Format yang beragam menyebabkan sulitnya data diintegrasikan sehingga sosialisasi data warisan budaya Indonesia terbatas dan tidak dapat diketahui informasinya secara keseluruhan. Selain dari sisi sintaks (format) yang beragam, sisi semantik data warisan budaya juga kaya dalam artian bahwa setiap jenis memiliki atribut spesifik yang berbeda. Warisan budaya juga memiliki kaitan erat antara satu jenis dengan jenis lainnya.
Ontologi adalah sebuah model konseptual yang dapat menggambarkan konsep dan relasi antar konsep secara formal. Beberapa peneliti terdahulu telah membuat ontologi untuk satu jenis warisan budaya spesifik seperti benda arkeologi dan tari. Penelitian ini mengajukan sebuah ontologi IndoCH yang dapat digunakan untuk merepresentasikan obyek-obyek warisan budaya Indonesia untuk jenis benda dan tak benda sesuai taksonomi UNESCO. Dasar skema yang dipakai adalah CIDOC CRM (Centre for Intercultural Documentation – Conceptual Reference Model), standar ISO untuk pencatatan data warisan budaya. Dengan ontologi ini, taksonomi UNESCO yang bersifat hirarkis diperkaya dengan informasi relasi antar jenis warisan budaya. Ontologi IndoCH memiliki arsitektur berlapis dan modular (layered and modularized) yang mendukung ontologi kolaboratif, yaitu ontologi yang dipakai dan dikembangkan bersama. Hal ini penting karena ontologi ini nantinya akan dipakai oleh banyak ahli dalam domain warisan budaya yang luas. Ontologi IndoCH dibangun menggunakan metodologi LMODIOO (Layered And Modularized Ontologi Development Integrated with Other Ontologi) yang merupakan gabungan framework dan metodologi pembangunan ontologi.
Warisan budaya tidak hanya sisi konten yang perlu disimpan namun juga data yang bersifat pengelolaan koleksi. Institusi GLAM (Galleries, Libraries, Archives, Museums) mengelola koleksi dengan cara membangun katalog yang merupakan kumpulan metadata setiap koleksi. Satu set metadata MetaIndoCH telah dibangun pada penelitian ini yang dapat digunakan untuk mengelola data koleksi warisan budaya Indonesia. Pembangunan metadata ini dimulai dari desain model konseptual metadata yang membagi obyek warisan budaya menjadi obyek abstrak dan nyata, adopsi dari model konseptual grup satu FRBR (Functional Requirements for Bibliographic Records). Skema metadata MetaIndoCH kemudian dibangun dan terdiri atas tiga bagian: Metadata untuk Warisan Budaya Indonesia (konten, abstrak), Metadata untuk Manifestasi Warisan Budaya, dan Metadata untuk Penampil Warisan Budaya.
Secara keseluruhan, penelitian ini menghasilkan tiga luaran, yaitu: (1) Daftar definisi dan deskripsi 40 jenis warisan budaya Indonesia; (2) IndoCH, yaitu ontologi warisan budaya Indonesia; dan (3) MetaIndoCH, yaitu metadata warisan budaya Indonesia. Ketiga luaran diharapkan menjadi sumbangsih penelitian ini pada kegiatan pengumpulan, penyimpanan, dan integrasi data untuk pemanfaatan warisan budaya Indonesia lebih luas.

Indonesia has a wealth of cultural heritage, both tangible and intangible, originating from 1,340 ethnicity of 300 ethnic groups, spread from Sabang to Merauke. Preserving cultural heritage is a challenge due to the fact that some extinction has already occurred and is continuing to occur. Among the root of problems is because there is no comprehensive integrated data on Indonesian cultural heritage that can be used to determine the number, description, and rarity status. On the other hand, the Ministry of Education and Culture notes that there are no less than 4,000 institutions and cultural communities that have cultural heritage data, but in various forms. The forms of cultural heritage stored can be physical or digital. Digital forms also consist of structured and unstructured data. The structured data owned by these institutions and communities also have various formats. The various formats make it difficult to integrate data, so the socialization of Indonesian cultural heritage data is limited and the information cannot be known as a whole. In addition to the various syntax (format) sides, the semantik side of cultural heritage data is also rich in the sense that each type has specific attributes that are different. Cultural heritage also has a close relationship between one type and another.
Ontologi is a conceptual model that can describe concepts and relationships between concepts formally. Some previous researchers have created ontologies for specific types of cultural heritage, such as archaeological objects and dance. This research proposes an ontologi called IndoCH that can be used to represent Indonesian cultural heritage objects for both tangible and intangible objects, according to UNESCO's taxonomy. The schema used is CIDOC CRM (Centre for Intercultural Documentation – Conceptual Reference Model), an ISO standard for cultural heritage data recording. With this ontologi, UNESCO's hierarchical taxonomy is enriched with information on the relationships between types of cultural heritage. IndoCH ontologi has a layered and modular architecture that supports collaborative ontologi, which is an ontologi that is used and developed together. This is important because this ontologi will be used by many experts in the wide domain of cultural heritage. IndoCH ontologi was built using the LMODIOO (Layered And Modularized Ontologi Development Integrated with Other Ontologi) methodology, which is a combination of framework and ontologi development methodologies. Cultural heritage not only needs to save content but also data that is collection management. GLAM (Galleries, Libraries, Archives, Museums) institutions manage collections by building catalogs that are collections of metadata for each collection. A set of metadata called MetaIndoCH has been built in this research that can be used to manage data on Indonesian cultural heritage collections. The development of this metadata starts from the design of a conceptual metadata model that divides cultural heritage objects into abstract and real objects, an adoption from the FRBR (Functional Requirements for Bibliographic Records) group one conceptual model. The MetaIndoCH metadata schema is then built and consists of three parts: Metadata for Indonesian Cultural Heritage (content, abstract), Metadata for Cultural Heritage Manifestations, and Metadata for Cultural Heritage Items.
Overall, this research produced three outputs: (1) a list of definitions and descriptions of 40 types of Indonesian cultural heritage; (2) IndoCH, an ontologi of Indonesian cultural heritage; and (3) MetaIndoCH, metadata of Indonesian cultural heritage. These three outputs are expected to contribute to this research in data collection, data storage, and data dissemination activities related to Indonesian cultural heritage.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrianto Susilo
"Pusintek sebagai penyedia jasa layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Kementerian Keuangan telah menyediakan 20 (dua puluh) jenis layanan TIK. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pusintek guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan TIK kepada pengguna adalah dengan menerapkan kerangka kerja Information Technology Infrastructure Library (ITIL) sebagai salah satu praktik terbaik manajemen layanan teknologi informasi (Cartlidge, 2007). Dalam mendukung pelaksanaan manajemen layanan TIK, Pusintek telah memiliki aplikasi Sistem Pengelolaan Layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Sipelantik). Aplikasi Sipelantik merupakan otomatisasi dari proses bisnis manajemen layanan TIK khususnya pada area Service Support.
Aplikasi Sipelantik mencakup beberapa proses bisnis penting seperti pencatatan laporan gangguan, permintaan layanan, dan pengelolaan Configuration Management Database. Dalam prakteknya, pengetahuan yang dapat dihasilkan pada proses bisnis ini memiliki cakupan yang cukup luas seperti komponen konfigurasi yang terdampak oleh adanya gangguan, solusi terkait penyelesaian penanganan gangguan, komponen konfigurasi apa saja yang saling berhubungan, dan sebagainya. Pengetahuan-pengetahuan tersebut tidak mudah untuk dicari atau dipelajari dari aplikasi Sipelantik, sehingga dibutuhkan sebuah model yang dapat menggambarkan dan menghubungkan pengetahuan-pengetahuan tersebut.
Penelitian ini mengusulkan model representasi pengetahuan layanan TIK berbasis ontologi berdasarkan pengetahuan pada aplikasi Sipelantik. Model ontologi yang dibangun menggunakan perangkat lunak Protege dalam bentuk Web Ontology Language (OWL). OWL merupakan bahasa ontologi yang direkomendasikan oleh World Wide Web Consortium (W3C). Simple Protocol And RDF Query Language (SPARQL) dan Description Logic (DL) Query digunakan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dari model OWL serta untuk memastikan hubungan antar konsep didefinisikan dengan benar. Reasoner plugin yaitu Pellet digunakan untuk memastikan konsistensi model ontologi yang dibangun.
Hasil penelitian ini menghasilkan enam kelas pengetahuan (basis pengetahuan, pengelola layanan, permintaan layanan, penanganan gangguan, komponen konfigurasi, dan katalog layanan) beserta subkelasnya dan model ontologi yang dapat digunakan untuk berbagi dan penggunaan kembali pengetahuan terkait layanan TIK.

Pusintek as a provider of ICT services of the Ministry of Finance has provided 20 (twenty) types of ICT services. One of the efforts made by Pusintek in order to improve the effectiveness and efficiency of ICT services to users is to implement framework of Information Technology Infrastructure Library (ITIL) as one of the best pratices for information technology service management (Cartlidge, 2007). In supporting the implementation of ICT service management, Pusintek already have the application Sistem Pengelolaan Layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Sipelantik).
Application of Sipelantik is the automation of business process of ICT service management, especially in the area of Service Support. Application of Sipelantik covers several critical business processes such as recording the incident report, services request, and management of the Configuration Management Database. In practice, the knowledge that can be generated on this business process has broad enough coverage such as a component configurations affected by the incident, incident handling solutions related to the solution, whatever the configuration of the components used, and so on. They are not easy to find or learn the knowledges of the Sipelantik application, so it need a model that can describe and connect the knowledges.
This study proposes a model of knowledge representation ontology-based ICT services based on existing knowledge on the Sipelantik application. The Ontology models are developed by software Protege in the form of Web Ontology Language (OWL). OWL is ontology language that is recommended by the World Wide Web Consortium (W3C). Simple Protocol And RDF Query Language (SPARQL) and Description Logic (DL) Query is used to obtain information and knowledge from OWL models and to ensure that the relationships between concepts properly defined. Reasoner Pellet plugin is used to ensure consistency of ontology models are built.
The results of this research resulted in the six classes of knowledge (knowledge base, role, service request, incident handling, component configuration and service catalog) with their subclasses and a model of ontology that can be used to share dan reuse knowledge of ICT services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
TA-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Foni Agus Setiawan
"Sebuah sistem berbasis ontologi saat ini dapat melakukan penalaran logis melalui Web Ontology Language - Description Logic (OWL-DL). Namun untuk melakukan penalaran probabilistik, sistem tersebut harus menggunakan basis pengetahuan terpisah, pemrosesan terpisah, atau aplikasi pihak ketiga. Studi-studi terdahulu seperti BayesOWL, MEBN/PR-OWL, dan OntoBayes utamanya berfokus kepada bagaimana merepresentasikan informasi probabilistik dalam ontologi dan melakukan penalaran terhadapnya. Pendekatan-pendekatan tersebut tidak cocok bagi sistem-sistem yang telah memiliki basis pengetahuan ontologi dan Bayesian network (BN) yang telah berjalan/operasional karena pengguna harus menulis ulang informasi probabilistik yang terkandung dalam BN ke dalam ontologi.
Penelitian ini mengusulkan konsep pemaduan Bayesian network ke dalam ontologi dan sebaliknya yang menyediakan solusi penalaran logis dan probabilistik secara simultan tanpa harus menulis ulang informasi probabilistik yang terkandung dalam BN ke dalam ontologi. Metode yang digunakan adalah dengan cara menentukan aturan transformasi lalu mengembangkan morpher/transformer berdasarkan aturan dan algoritma dalam sebuah kerangka kerja untuk melakukan penalaran logis dan probabilistik secara simultan. Kerangka kerja tersebut kemudian diuji dengan validasi logis, validasi empiris, dan penilaian pakar (expert judgement) untuk membuktikan validitasnya.
Hasil validasi logis menunjukkan bahwa algoritma-algoritma transformasi yang diusulkan terbukti valid dan memenuhi kriteria time complexity dan decidability. Hasil validasi empiris menunjukkan bahwa kerangka kerja yang dibangun terbukti mampu mentransformasikan informasi yang terkandung dalam basis pengetahuan Bayesian network ke dalam ontologi dan demikian pula sebaliknya. Adapun hasil penilaian pakar memperkuat hasil validasi empiris yang dilakukan terhadap kasus-kasus uji yang diambil. Hasil berbagai pengujian tersebut menunjukkan bahwa kerangka kerja yang diusulkan terbukti mampu menyelesaikan permasalahan yang membutuhkan kesatuan penalaran logis dan probabilistik dalam sebuah sistem pengetahuan berbasis ontologi.

An ontology-based system can currently logically reason through the Web Ontology Language Description Logic (OWL-DL). To perform probabilistic reasoning, the system must use a separate knowledge base, separate processing, or third-party applications. Previous studies such as BayesOWL, MEBN/PR-OWL, and OntoBayes mainly focus on how to represent probabilistic information in ontologies and perform reasoning through them. These approaches are not suitable for systems that already have running ontologies and Bayesian network (BN) knowledge bases because users must rewrite the probabilistic information contained in a BN into an ontology.
This study proposes the concept of integrating BN into ontology and vice versa which provides simultaneous logical and probabilistic reasoning solution without having to rewrite probabilistic information contained in BN into ontology. The method used is by determining the rules of transformation and then develop a morpher/transformer based on the rules and the algorithms in the form of a framework for simultaneous logical and probabilistic reasoning. The framework is then tested by using logical validation, empirical validation, and expert judgement to prove its validity. The logical validation results show that the transformation algorithms are proven valid and meet the criteria of time complexity and decidability.
The results of empirical validation indicate that the built framework has been proven capable of transforming information contained in the Bayesian networks knowledge base into ontology and vice versa. The results of expert judgement strengthen the results of empirical validation conducted on the test cases taken. The results of these tests indicate that the proposed framework is proven to solve problems that require the unity of logical and probabilistic reasoning in an ontology-based knowledge system.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Naraiswari Arwidarasti
"Seringkali kita mengelompokkan dokumen berdasarkan hasil identifikasi topik. Identifikasi topik terhadap sejumlah dokumen tidak terstruktur, contohnya abstrak, dapat dibantu dengan algoritma pemodelan topik. Namun, pelatihan model topik membutuhkan dokumen dengan jumlah yang memadai. Dengan pembelajaran zero shot, kita dapat melakukan prediksi topik terhadap dokumen dengan jumlah yang kurang memadai dengan mentransfer hasil pembelajaran dari dokumen dalam bahasa lain, contohnya Bahasa Inggris, walaupun tidak ada contoh dari bahasa yang diuji (Bahasa Indonesia). Pemanfaatan zero-shot learning sudah dilakukan oleh Bianchi et al. (2021) dengan Contextual Topic Model (CTM). Koherensi topik yang diprediksi CTM dapat ditingkatkan contohnya jika dokumen terkait dengan knowledge graph (KG). Dengan penambahan informasi dari KG, frekuensi kemunculan kata penting menjadi lebih tinggi. Adapun kualitas topik juga dapat ditingkatkan dengan memodifikasi bag-of-word (BoW) kata tunggal menjadi n-gram. Namun, CTM terbatas pada 1-gram. Penelitian ini bertujuan untuk memperkaya topik serta meningkatkan koherensi prediksi topik untuk dokumen unseen dengan memanfaatkan KG dan kualitas topik dengan memodifikasi BoW pada CTM menjadi n-gram. Hasil eksperimen menunjukkan koherensi topik (dalam ukuran NPMI) tertinggi terhadap dokumen Bahasa Inggris yaitu dengan abstrak singkat dan BoW n-gram sebesar 0,24 dengan margin 0.1019 terhadap Bianchi et al.. Namun, prediksi topik terhadap dokumen Bahasa Indonesia memiliki tingkat similaritas yang lebih baik dengan penambahan KG dilihat dari peningkatan nilai Match sebesar 6% untuk 1-gram dan 4.34% untuk n-gram, centroid similarity sebesar 0.02 untuk 1-gram, dan Kullback-Leibler Divergence 0.1 untuk 1-gram dan 0.04 untuk n-gram. Peningkatan kualitas topik juga terjadi dengan modifikasi BoW menjadi n-gram yang ditunjukkan oleh kemunculan topik yang tidak didapatkan sebelum modifikasi BoW. Adapun, model juga dapat memprediksi dokumen dari sumber lain, contohnya berita. Namun, jika topik dokumen tidak tampak pada pelatihan, topik yang diprediksi kurang koheren terhadap dokumen.

Often we group documents based on the results of topic identification. Topic identification against a number of unstructured documents, for example abstracts, can be assisted by topic modeling algorithms. However, topic model training requires a sufficient number of documents. With zero shot learning, we can predict the topic of an inadequate number of documents by transferring learning outcomes from documents in other languages, for example English, even though there are no examples from the tested language (Indonesian). The use of zero-shot learning has been carried out by Bianchi et al. (2021) with the Contextual Topic Model (CTM). The coherence of topics predicted by CTM can be improved, for example if the document is related to a knowledge graph (KG). With the addition of information from KG, the frequency of occurrence of important words becomes higher. The topic quality can also be improved by modifying the single word bag-of-word (BoW) into n-grams. However, CTM is limited to 1-gram. This study aims to enrich the topic and improve the coherence of topic prediction for unseen documents by utilizing KG and topic quality by modifying BoW on CTM to n-grams. The experimental results show the highest topic coherence (in terms of NPMI) to English documents with a short abstract and a BoW n-gram of 0.24 with a margin of 0.1019 to Bianchi et al.. However, topic predictions for Indonesian documents have a better level of similarity with the addition of KG seen from the increase in the Match value by 6% for 1-gram and 4.34% for n-gram, centroid similarity of 0.02 for 1-gram, and Kullback-Leibler Divergence 0.1 for 1-gram and 0.04 for n-gram. An increase in the quality of the topic also occurs with the modification of BoW to n-grams which is indicated by the appearance of topics that are not obtained before the BoW modification. Meanwhile, the model can also predict documents from other sources, for example news. However, if the topic of the document does not appear in the training, the predicted topic is less coherent with the document."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situngkir, Hokky
Jakarta: Mizan Publika, 2016
306.459 9 HOK k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pradhnya Anindya Dewanti
"ABSTRAK
Pelestarian sebuah cagar budaya adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh manusia. Namun dalam pelaksanaannya, melestarikan sebuah Bangunan Cagar Budaya memiliki tantangannya sendiri. Dengan statusnya sebagai cagar budaya, keaslian bangunan perlu dipertahankan untuk melestarikan nilai-nilai penting di dalamnya. Pemanfaatan Bangunan Cagar Budaya untuk digunakan pada masa kini menyebabkan kebutuhan penyesuaian terhadap bangunan. Fenomena ini menghasilkan pertanyaan mengenai apa yang harus di jaga dan apa yang dapat diubah dalam sebuah proses pelestarian Bangunan Cagar Budaya. Pada skripsi ini, analisis identifikasi elemen bangunan dilakukan untuk mengetahui cara kerja bangunan agar dapat memenuhi fungsinya. Analisis tersebut menghasilkan cara untuk melakukan penyesuaian terhadap Bangunan Cagar Budaya dengan mempertahankan nilai otentisitas desain yang di miliki bangunan tersebut.

ABSTRACT
Conserving a cultural heritage is an obligation for humanity. But, in practice, conserving a heritage building has its own challenge. With its status as a cultural heritage, its authenticity has to be maintained in order to preserve the values embedded within it. Utilizing the heritage building in the present resulting in unavoidable changes towards the building. This phenomenon evokes a question on what should be kept, and what could be changed in a process of conserving a heritage building. This paper did an identification analysis of building elements to determine the how a building functions. The analysis discovers the ways of building adaptation while maintaining its design authenticity."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karyamantha Surbakti
"Benteng Nieuw Victoria di Kota Ambon merupakan benteng peninggalan bangsa Portugis di bumi Maluku. Benteng yang dibangun pada tahun 1575 M tersebut, mengalami proses budaya dan narasi kesejarahan yang panjang hingga saat sekarang ini kompleks di dalam Benteng Nieuw Victoria dijadikan lahan markas militer Kodam XVI Pattimura Ambon. Masih sedikit literatur yang membicarakan tentang bagaimana pengelolaan terhadap Benteng Nieuw Victoria Kota Ambon dan seperti apa peran stakeholder (pemangku kepentingan) dalam usaha pelestariannya. Tesis ini berusaha mengisi celah yang ada dalam menampilkan informasi, nilai-nilai penting apa saja yang dapat diuraikan pada Benteng Nieuw Victoria di Kota Ambon dan bagaimana usaha untuk menelaah persepsi dari berbagai stakeholder tersebut demi kelestarian dan pengelolaan yang baik. Tidak luput juga melihat dinamika pengelolaan di lapangan antara banyak pihak yang bersinggungan dengan benteng tersebut seperti Pemerintah Provinsi Maluku (Pemprov)/ Pemerintah Kota Ambon (Pemkot), Komando Daerah Militer (Kodam) XVI Pattimura, Akademisi, Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia ( IAAI) Komisi Daerah (Komda) Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampapua), dan masyarakat lainnya. Diperoleh sebuah pemahaman dan formulasi tertentu terhadap studi ini yaitu terdapat sebuah kenyataan di lapangan bahwa ada suatu tinggalan warisan budaya (heritage) masih digunakan secara luas oleh militer. Pertimbangan oleh beragam stakeholder lainnya terkait pengelolaan dan pemanfaatan semisal kemungkinan melakukan take over (pengambilalihan) oleh pemerintah baik Pemprov maupun Pemkot terhadap Benteng Nieuw Victoria guna memudahkan pengawasan dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan sebesar-besar untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Materi spesifik yang coba diujikan dalam tesis ini adalah bagaimana melihat sebuah korelasi (hubungan) antara usaha pencarian nilai-nilai penting (studi signifikansi) dengan upaya pelestarian yang hendak diskemakan oleh pemerintah terhadap Benteng Nieuw Victoria, apakah telah memenuhi setiap unsur-unsur dan tahap-tahap pelestarian yang diamanatkan oleh Undang-Undang Cagar Budaya (UU. CB). Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara pengumpulan data meliputi observasi (pengamatan) terhadap objek benteng dan masyarakat yang tinggal di sekitar benteng, melakukan studi pustaka, serta mengadakan wawancara untuk menggali harapan dan keinginan pelbagai pihak. Pengolahan datanya menggunakan teknik coding dan triangulasi.

Fort Nieuw Victoria in Ambon City is a fortress of the Portuguese in the Maluku (Moluccas Province). The fortress, built in 1575 AD, undergoes a long historical cultural process and historical narrative to the present day complex within the Fort Nieuw Victoria used as the military headquarters of Kodam XVI Pattimura Ambon. There is still little literature on how to manage Fort Nieuw Victoria and what the role of stakeholders in conservation efforts. This thesis seeks to fill in the gap in information display, what significance values can be described in Fort Nieuw Victoria in Ambon and how to examine the perceptions of various stakeholders for the sake of good preservation and management. Also particularly, see the dynamics of management in the field between many parties who intersect with the fort like; Provincial Government of Maluku/ Municipal Government of Ambon, Military Regional Command (Kodam) XVI Pattimura, Academics, Association of Indonesian Archaeologists (IAAI) Regional Commission Sulawesi Maluku and Papua (Sulampapua), and other communities. There is a certain understanding and formulation of this study that is a reality a heritage remains still widely used by the military. Consideration by various other stakeholders related to the management and utilization such as the possibility of taking over by the government of both the Provincial Government and the Municipal Government towards Fort Nieuw Victoria in order to facilitate supervision in the effort of conservation and utilization for the benefit of science and culture. The specific material that is tried to be tested in this thesis is how to look at a correlation between the quest for significance values and the conservation efforts that the government is trying to protect against Fort Nieuw Victoria, whether it has fulfilled every element and stage a conservation stage mandated by the Undang-Undang Cagar Budaya. This research method uses qualitative approach by collecting data include observation to the object (fort) and the people who lived around the fort, do literature study, and conduct interviews to explore the arguments and hopes of various parties. Data processing using coding and triangulation techniques."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T52043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Faraz Haryawisa
"Bangunan cagar budaya adalah bangunan yang telah ditinggalkan pendahulu kita untuk menjadi warisan mengingat nilai - nilai yang dimilikinya. Oleh karena itu penting untuk melestarikannya untuk generasi sekarang dan yang akan datang, termasuk melalui pelestarian, restorasi, rekonstruksi dan adaptasi. Adaptasi, atau adaptive reuse, adalah cara untuk mengadaptasi bangunan cagar budaya dengan fungsi baru sesuai kebutuhan saat ini dan biasanya melibatkan intervensi baru. Begitu pula yang dihadapi Stasiun Manggarai saat ini, yaitu proyek konstruksi besar yang membangun gedung baru di sekitar bangunan cagar budaya Stasiun Manggarai untuk mengakomodasi fungsi - fungsi barunya. Intervensi baru ini menarik perhatian karena menggunakan material, gaya arsitektur, dan spesifikasi teknis modern. Dengan demikian, muncul bagaimana adaptive reuse seharusnya dilakukan dalam bangunan cagar budaya dan bagaimana Stasiun Manggarai menyesuaikannya. Oleh karena itu, dengan mempelajari dan menganalisis teori-teori adaptive reuse, sejarah dan perkembangan Stasiun Manggarai, serta mewawancarai orang-orang yang terlibat dalam pembangunannya dapat menjawab apa yang terjadi dan apa yang akan dilakukan dengannya.

Architectural heritages are buildings that have been passed from our predecessor to be a legacy considering the multi values it has. Thus it is important to conserve it for the present and future generations, and it includes preservation, restoration, reconstruction and adaptation. Adaptation, or adaptive reuse, is a way to adapt an architectural heritage with new functions as the current needs require and usually involves new interventions. It is the case with what Manggarai Station is currently facing, which is a big project of construction where it builds new buildings all around the Manggarai Station's heritage building to accommodate its new functions. This new intervention attracts attention because it uses modern material, style, and technical specifications. Accordingly, it raises how adaptive reuse should have been done in architectural heritage and how Manggarai Station adjusted to it. Therefore, by studying and analyzing theories of adaptive reuse and Manggarai Station's history and developments, also interviewing people involved in its construction can answer what happened and what will be done with it."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.D. Agung Sulistyo
"Dengan menerapkan prinsip pelestarian in situ dan eksploitasi non-komersial UNESCO menyusun standar umum pelindungan warisan budaya bawah air yang tertuang dalam The UNESCO Convention on the Protection of Underwater Cultural Heritage/Konvensi UNESCO (2001). Indonesia belum meratifikasinya. Bahkan, kebijakan nasional terbaru membuka kembali peluang pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT). Selain opsi pengangkatan BMKT, diterapkan pula model pengelolaan dalam konsep Kawasan Konservasi Maritim dan wisata bahari/selam. Tesis ini bermaksud menjawab permasalahan utama tentang kebijakan pengelolaan yang dapat diterapkan oleh Indonesia terhadap kapal karam beserta muatannya di wilayah perairan Indonesia yang memenuhi kriteria sebagai warisan budaya bawah air yang dilindungi oleh hukum internasional. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis-normatif dan interdisipliner untuk melihat koeksistensi nilai-nilai dan kepentingan masyarakat dalam arena yang multi-sited, lokal maupun global. Terkait warisan budaya bawah air, meskipun telah banyak diatur dalam hukum internasional, namun menyisakan beberapa isu yang tidak diatur secara eksplisit sehingga menimbulkan persepsi dan perspektif yang saling bertentangan dan menjadi persoalan yang diperdebatkan. Terdapat koeksistensi antara hukum nasional dan internasional serta kepentingan- kepentingan yang berimplikasi pada kebijakan pengelolaan warisan budaya. Maka, konsep pelestarian berwawasan Cultural Resources Management (CRM) dapat diterapkan sebagai jalan tengah bagi para kelompok kepentingan, melalui kebijakan pengelolaan warisan budaya bawah air yang mengakomodasi beragam nilai dan kepentingan dalam pemanfaatan kapal karam beserta muatannya.

By applying the principles of in situ conservation and non-commercial exploitation, UNESCO has developed general standards for the protection of underwater cultural heritage as set out in The UNESCO Convention on the Protection of Underwater Cultural Heritage/UNESCO Convention (2001). Indonesia has not ratified it. In fact, the latest national policy has reopened opportunities for the removal of valuable objects from sunken ships (BMKT). In addition to the option of appointing BMKT, a management model in the concept of Maritime Conservation Areas and marine/diving tourism is also applied. This thesis aims to answer the main problem regarding management policies that can be applied by Indonesia to shipwrecks and their cargo in Indonesian waters that meet the criteria as underwater cultural heritage protected by international law. This study uses a normative legal research method with interdisciplinary approach to see the coexistence of community values and interests in a multi-sited, local and global arena. Regarding underwater cultural heritage, although it has been widely regulated in international law, there are still some issues that are not explicitly regulated so that it creates conflicting perceptions and perspectives and becomes a matter of debate. There is a coexistence between national and international laws and interests that have implications for cultural heritage management policies. Thus, the concept of Cultural Resources Management (CRM)-based conservation can be applied as a middle ground for interest groups, through a policy of managing underwater cultural heritage that accommodates various values and interests in the use of shipwrecks and their cargo."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irpan Ripandi
"Pekojan merupakan bagian dari kawasan kota Tua Jakarta yang telah ditetapkan statusnya sebagai cagar budaya oleh Gubernur DKI Jakarta. Namun demikian penetapan itu tidak memuat nilai penting apa yang menjadi dasar penetapannya sebagaimana diatur dalam UU CB 2010. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi nilai penting yang terkandung di dalam setiap bangunan, menetapkan peringkatnya dan karakter budayanya. Teknik  penelitiannya menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara studi pustaka dan lapangan, wawancara dengan pihak terkait, dan perbandingan arsitektural sehingga dapat menentukan nilai penting dan peringkat pada tiap bangunan. Hasil kajian menunjukkan bahwa bangunan-bangunan yang ada memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai cagar budaya  karena memiliki salah satu atau kombinasi dari nilai-nilai sejarah, ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan. Kajian ini dapat memberi kontibusi bagi upaya menentukan kebijakan pelestarian bangunan-bangunannya secara tepat.

Pekojan is part of the Kota Tua Jakarta area which has been designated as a cultural heritage by the Governor of DKI Jakarta. However, the stipulation does not contain the significance value that becomes the basis for its determination as stipulated in the 2010 law of cultural heritage. This research is intended to identify the significance values contained in each building, determine its level of significance and cultural character. The research technique uses a qualitative approach through literature and field studies, interviews with related stakeholders, and architectural comparisons so that it can determine the significance and level of significance of each building. The results of the study show that the existing buildings meet the requirements to be designated as cultural heritage because they have one or a combination of historical, scientific, religious, and cultural values. This study can contribute to the effort to determine the appropriate policies for the preservation of buildings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>