Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199232 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christine Eka Asi
"Beton bertulang merupakan salah satu jenis integrasi material konstruksi yang banyak digunakan pada struktur bangunan bertingkat, terutama di Indonesia. Dalam hal konstruksi di lapangan, mutu beton merupakan salah satu aspek penting yang sulit dikontrol akibat kegiatan konstruksi yang dinamis dan sulit diprediksi. Penurunan kualitas beton dibatasi oleh SNI 2847:2019 hingga maksimal 25% untuk salah satu hasil pengujian. Penurunan kualitas beton ini dapat berpengaruh pada kebutuhan tulangan serta kinerja seismik bangunan, sehingga penting untuk melakukan penelitian mengenai seberapa besar pengaruh tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bangunan dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) 8 lantai, denah lengkung, serta kantilever menggunakan software ETABS. Pada penelitian ini, akan dilakuan perbandingan kebutuhan tulangan serta evaluasi kinerja seismik bangunan dengan analisis dinamik linear Tier 3 berdasarkan ASCE 41-17. Dari penelitian ini, diperoleh bahwa penurunan mutu beton berpengaruh pada perubahan kebutuhan tulangan. Selain itu, penurunan mutu beton menyebabkan penurunan kekakuan struktur yang berdampak pada respon seismik bangunan dan hasil evaluasi terhadap target kinerja struktur. Adanya kantilever juga menyebabkan peningkatan periode, peningkatan kebutuhan tulangan longitudinal kolom, dan perubahan nilai DCR pada evaluasi kolom.

Reinforced concrete is a widely used construction material in multi-story buildings, especially in Indonesia. In terms of on-site construction, concrete quality is an important aspect that is difficult to control due to the dynamic and unpredictable construction activities. The decrease in concrete quality is limited by SNI 2847:2019 to a maximum of 25% for one of the test results. This decrease in concrete quality can affect the need for reinforcement and the seismic performance of the building, so it is important to conduct research on how much influence it has. This research was performed on an 8-story special moment-resising frame building with curved-plan and cantilevered using ETABS software. This study will compare the reinforcement requirements and evaluate the seismic performance of the building using a Tier 3 linear dynamic analysis based on ASCE 41-17. This study found that a decrease in concrete quality affects the change in reinforcement requirements. In addition, the decrease in concrete quality causes a decrease in structural stiffness which has an impact on the seismic response of the building and the evaluation results against the structural performance target. The presence of cantilever also causes an increase in period, increase in column longitudinal reinforcement requirement, and change in DCR value in column evaluation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Prasetyo
"SNI 2847:2019 dalam Pasal 26.12.4.1 menyatakan bahwa batas penerimaan kualitas beton adalah 85% kekuatan rencana dari rata-rata 3 beton inti. Namun, saat ini belum banyak ditemukan penelitian terkait dampak penurunan kualitas beton tersebut terhadap kinerja struktur dan seismik dari bangunan. Selain itu, bagaimana syarat tersebut dapat diterima pada bangunan dengan adanya kolom miring dan kantilever juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, mengingat perkembangan desain arsitektur yang semakin beragam saat ini. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi dampak penurunan mutu beton terhadap kinerja seismik gedung delapan lantai berbentang tunggal yang dirancang menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dengan variasi kolom miring dan kantilever. Berdasarkan pedoman ASCE 41-17, evaluasi dilakukan menggunakan metode respon spektrum berbasis linear dinamis tier 3. Penelitian meninjau dampak penurunan kualitas beton sebesar 7,5%, 15%, dan 25% terhadap kebutuhan tulangan dan kinerja seismik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada kebutuhan tulangan serta kinerja seismik struktur seiring dengan terjadinya penurunan kualitas beton. Selain itu, keberadaan kolom miring dan kantilever akan memberikan dampak terhadap perilaku struktur dalam kinerja seismiknya.

SNI 2847:2019 Article 26.12.4.1 stipulates that the acceptable limit for concrete quality is 85% of the design strength based on the average of three core concrete samples. However, current studies on the impact of such reductions in concrete quality on the structural and seismic performance of buildings remain limited. Moreover, how this requirement applies to buildings featuring inclined columns and cantilevers also requires further investigation, particularly considering the increasing complexity of modern architectural designs. This study aims to evaluate the impact of reduced concrete quality on the seismic performance of an eight-story, single-span building designed using a Special Moment Resisting Frame (SMRF) system with variations in inclined columns and cantilevers. In accordance with ASCE 41-17 guidelines, the evaluation is conducted using the Tier 3 linear dynamic response spectrum method. The study examines the effects of concrete strength reductions of 7,5%, 15%, and 25% on reinforcement demand and seismic performance. The results show a significant increase in reinforcement requirements as well as changes in the structural seismic performance corresponding to the reduction in concrete quality. Furthermore, the presence of inclined columns and cantilevers significantly affects the structural behavior under seismic conditions. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Noah Imanuel Joachim
"Indonesia, yang berada dalam Kawasan rawan gempa bumi, memiliki tantangan dalam mendesain dan membangun bangunan dengan ketahanan yang kuat terhadap pengaruh seismik. Meski standar dan regulasi telah ditetapkan, pada kenyataannya berdasarkan penelitian masih terdapat kegagalan struktur di lapangan yang salah satunya adalah penurunan kualitas beton. SNI 2847:2019 mengatur persyaratan penerimaan penurunan kualitas beton yaitu mutu kuat tekan beton pada sebuah bangunan. Penelitian ini menganalisis evaluasi kinerja struktur bangunan gedung 8 lantai berbentang tunggal dengan prosedur dinamik linier Tier 3 berdasarkan ASCE 41-17 yang baru dibangun dan diasumsikan mengalami penurunan mutu beton pada balok dan pelat. Hasil analisis diperoleh bahwa terjadi peningkatan kebutuhan tulangan dengan adanya penurunan kualitas beton, dan diperoleh seluruh komponen primer balok, kolom, dan joint memenuhi syarat penerimaan kinerja seismik struktur berdasarkan ASCE 41-17 kecuali untuk komponen kolom dengan aksi terkontrol gaya akibat aksial lentur PMM.

Indonesia, located in a seismically active region, faces challenges in designing and constructing buildings with strong resistance to seismic impacts. Despite established standards and regulations, research indicates that structural failures still occur, one of which is the degradation of concrete quality. SNI 2847:2019 sets the requirements for concrete quality degradation acceptance, specifically the compressive strength of concrete in a building. This study analyzes the performance evaluation of an 8-story single-span building structure using the Tier 3 linear dynamic procedure based on ASCE 41-17. The building is newly constructed and is assumed to experience concrete quality degradation in beams and slabs. The analysis results show an increase in reinforcement requirements due to the concrete quality degradation, and all primary components of beams, columns, and joints meet the seismic performance acceptance criteria based on ASCE 41-17, except for the force-controlled action caused by PMM ratio in columns."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Cindi Aulia Putri
"Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik utama, menjadikannya wilayah dengan aktivitas seismik tinggi. Kondisi ini menuntut bangunan memiliki ketahanan gempa untuk menjamin keselamatan penghuni dan keberlanjutan fungsi bangunan. Struktur beton bertulang. Namun, mutu beton rentan menurun karena proses pengerjaan di lapangan, seperti pencampuran, pengecoran, pemadatan, dan curing, berbeda dengan baja yang diproduksi di pabrik dengan mutu lebih terjaga. Penurunan mutu beton dapat memengaruhi kinerja struktur, khususnya saat gempa. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja seismik gedung 8 lantai berdenah lengkung akibat penurunan mutu beton berdasarkan standar ASCE 41-17. Diamati perubahan gaya gempa, simpangan antar lantai, serta rasio strong column–weak beam. Hipotesis awal menyatakan bahwa penurunan mutu beton meningkatkan kebutuhan penulangan dan menurunkan kinerja seismik struktur secara keseluruhan.

Indonesia is located at the convergence of three major tectonic plates, making it a region with high seismic activity. This condition requires buildings to be earthquake-resistant to ensure occupant safety and maintain structural functionality. Reinforced concrete structures are commonly used. However, concrete quality is vulnerable to degradation due to on-site construction processes such as mixing, casting, compaction, and curing—unlike steel, which is factory-produced with more consistent quality control. A decrease in concrete quality may significantly affect structural performance, especially during earthquakes.This study aims to evaluate the seismic performance of an 8-story curved-plan building due to reduced concrete quality, based on the ASCE 41-17 standard. Additionally, changes in seismic forces, inter-story drifts, and the strong column–weak beam ratio are observed. The initial hypothesis states that reduced concrete quality increases reinforcement demand and decreases the overall seismic performance of the structure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Marcellino Manggora Maduma
"Menurut Pasal 26.12.4.1 dalam SNI 2847:2019, mutu beton dinyatakan memenuhi syarat apabila rata-rata dari tiga sampel beton inti mencapai setidaknya 85% dari kekuatan rencana. Meskipun demikian, kajian yang secara spesifik membahas dampak penurunan mutu beton terhadap kinerja struktur dan respons seismik bangunan masih tergolong minim. Selain itu, dengan semakin beragamnya bentuk dan konsep arsitektur masa kini, diperlukan penelitian lanjutan terkait penerapan ketentuan tersebut pada bangunan yang memiliki elemen kantilever.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana penurunan mutu beton memengaruhi kinerja seismik pada gedung delapan lantai berbentang tunggal yang dirancang dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), dan dilengkapi variasi struktur kantilever. Evaluasi dilakukan berdasarkan metode analisis respons spektrum linier dinamis yang mengacu pada pedoman ASCE 41-17. Fokus utama kajian ini adalah menganalisis pengaruh penurunan mutu beton sebesar 7,5%, 15%, dan 25% terhadap kebutuhan tulangan serta kinerja seismik bangunan. Hipotesis awal menyatakan bahwa penurunan mutu beton akan berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan tulangan dan menurunnya kinerja struktur dalam menghadapi beban gempa.


According to Article 26.12.4.1 of SNI 2847:2019, concrete quality is considered acceptable if the average strength of three core samples reaches at least 85% of the specified design strength. However, there is still a lack of research that specifically explores the impact of reduced concrete strength on the structural and seismic performance of buildings. In addition, with the growing complexity of modern architectural designs, further studies are needed to evaluate the applicability of this provision to structures incorporating cantilever elements.

This study aims to assess how reductions in concrete strength affect the seismic performance of an eight-story single-span building designed using a Special Moment Resisting Frame (SMRF) system, with variations that include cantilever components. The evaluation is carried out using a linear dynamic response spectrum analysis method based on ASCE 41-17 guidelines. The research specifically investigates the effects of 7.5%, 15%, and 25% reductions in concrete strength on reinforcement demand and overall seismic performance. The initial hypothesis suggests that lower concrete quality will lead to increased reinforcement requirements and reduced structural performance under seismic loading."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devon Yang
"Mutu beton merupakan parameter yang sulit dikontrol dan dicapai kekuatan rencananya pada konstruksi di lapangan. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan beton, baik saat proses konstruksi maupun perawatan, sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas. SNI 2847:2019 memberikan batas izin terhadap penurunan kualitas beton pada struktur bangunan, namun penurunan ini dapat memengaruhi performa kinerja struktur bangunan. Selain itu, pembangunan infrastruktur di Indonesia semakin banyak menerapkan bentuk geometrik bangunan yang beragam, seperti denah bangunan lengkung, penggunaan kolom miring, atau kantilever. Karakteristik geometrik ini tentunya juga berdampak pada performa kinerja struktur bangunan. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penurunan kualitas beton terhadap kebutuhan tulangan dan kinerja struktur pada bangunan lengkung dengan adanya kolom miring, menggunakan perangkat lunak ETABS. Dampak penurunan kualitas beton akan diperiksa terhadap rasio demand terhadap kapasitas dan kebutuhan tulangan, dengan mengacu pada prosedur berbasis ASCE 41-17. Hasil penelitian menemukan bahwa penurunan kualitas beton menyebabkan peningkatan kebutuhan tulangan dan penurunan pada kinerja strukturalnya.

Concrete strength is a parameter that is difficult to control and achieve its design strength in practice. There are many factors that can affect concrete strength, either during the construction or curing process, which may result in a deficiency of concrete strength. SNI 2847:2019 provides an allowable limit for deficiencies in concrete strength in building structures. However, such deficiencies can influence a building structural performance. Additionally, infrastructure development in Indonesia has increasingly incorporate caried building geometries, such as curved floor plans, inclined columns, or cantilevers. These geometric characteristics can also affect the building structural performance. Therefore, this research aims to evaluate the impact of concrete strength deficiency on the reinforcement requirements and structural performance of a curved buildings with inclined columns using ETABS. The effects are assessed in terms of demand-capacity ratios and reinforcement needs, using the procedures in ASCE 41-17. The results indicate that as concrete strength decreases, reinforcement requirements increase and overall structure performance declines.< "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Nathanael Isaiah
"Indonesia merupakan negara yang berada di kawasan rawan gempa, sehingga keperluan bangunan tahan gempa sangat penting di Indonesia. Beton bertulang merupakan material yang umum digunakan dalam konstruksi di Indonesia karena ekonomis dan perawatan yang mudah. Dalam praktik lapangan, mutu beton yang digunakan dalam struktur seringkali tidak mencapai nilai yang ditentukan dalam perencanaan dikarenakan kondisi lapangan maupun kondisi perawatan basah (curing). SNI 2847:2019 memberikan batasan izin untuk penurunan kualitas beton pada bangunan, tetapi pengaruh dari Penurunan kualitas itu sendiri terhadap kinerja sebuah bangunan masih belum banyak diteliti. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai pengaruh Penurunan kualitas beton terhadap kebutuhan tulangan dan kinerja struktur menggunakan software ETABS untuk mengetahui pengaruh Penurunan kualitas terhadap rasio kapasitas dibanding demand dan kebutuhan tulangan. Hasil penelitian menemukan bahwa Penurunan izin pada batas izin SNI 2847:2019 memiliki pengaruh signifikan terhadap kebutuhan penulangan pada komponen struktur. Selain itu, kinerja struktural mengalami penurunan seraya penurunan kualitas bertambah.

Indonesia is a country that is subject to frequent earthquakes, which necessitates earthquake-resistant building construction. Reinforced concrete is a commonly used material in Indonesian construction due to its cost-effectiveness and ease of maintenance. In practice, the quality of concrete used in structures often does not meet the planned specifications due to on-site conditions or curing conditions. SNI 2847:2019 provides permissible limits for the degradation of concrete quality in buildings, but the impact of this quality degradation on building performance has not been extensively studied. Therefore, research was conducted on the effect of concrete quality degradation on reinforcement requirements and structural performance using ETABS to determine its impact on the demand-capacity ratio and reinforcement needs. The study found that the permissible degradation according to SNI 2847:2019 significantly affects the reinforcement requirements of structural components. Additionally, structural performance decreases as the quality degradation increases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiyatama Taufiq Iskandar
"Penurunan kualitas beton pada struktur bangunan merupakan permasalahan umum yang disebabkan oleh kondisi lapangan dan proses perawatan yang tidak optimal. SNI 2847:2019 menetapkan batas maksimum penurunan kualitas beton hingga 25% dari mutu desain, namun pengaruhnya terhadap kinerja seismik dan kebutuhan tulangan belum banyak diteliti. Penelitian ini mengevaluasi dampak variasi penurunan kualitas beton sebesar 7,5%, 15%, dan 25% pada gedung 8 lantai dengan bentang tunggal yang dirancang menggunakan sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK) dengan bantuan software ETABS. Evaluasi dilakukan dengan analisis linear dinamik berbasis ASCE 41-17 menggunakan skenario gempa desain dan gempa maksimum. Analisis dilakukan dengan hipotesis bahwa penurunan kualitas beton berkontribusi pada peningkatan kebutuhan tulangan struktur yang kemudian juga berimplikasi pada perubahan kinerja struktural.

Concrete quality degradation in building structures is a common issue caused by suboptimal site conditions and inadequate curing processes. SNI 2847:2019 allows a maximum reduction of concrete strength up to 25% from the design strength. However, its impact on seismic performance and reinforcement demand has not been widely studied. This research evaluates the effects of concrete quality reduction at levels of 7.5%, 15%, and 25% on an 8-story building with a single-span layout, designed using a Special Moment Resisting Frame (SMRF) system with the aid of ETABS software. The evaluation is carried out through linear dynamic analysis based on ASCE 41-17, considering both design-level and maximum-level earthquake scenarios. The analysis is conducted under the hypothesis that concrete quality degradation leads to increased reinforcement demand, which consequently affects the structural performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Rana Zhafirah
"Kasus ditemukannya penurunan kualitas beton pada struktur bangunan umum terjadi karena banyaknya faktor yang memengaruhi kualitas beton. Maraknya penggunaan material beton sebagai struktur bangunan membuat diperlukannya pengkajian ulang mengenai pengaruh penurunan kualitas beton pada kebutuhan tulangan serta kinerja seismik struktur bangunan. Penurunan kualitas beton diatur pada SNI 2847:2019 dengan batasan ditemukannya penurunan kualitas beton maksimum sebesar 25% dari mutu desain. Penelitian ini dilakukan terhadap gedung 8 tingkat berbentang tunggal dengan variasi penurunan kualitas beton pada kolom dengan variasi penurunan 7,5%, 15%, dan 25% dari mutu desain. Objek penelitian didesain menggunakan SNI 2847:2019 menggunakan sistem rangka pemikul momen khusus lalu dievaluasi menggunakan analisis berbasis ASCE 41-17 dengan menggunakan gempa desain dan gempa maksimum. Dari variasi tersebut ditemukan bahwa penurunan kualitas beton kolom sebesar 25% dari mutu desain mengakibatkan kenaikan kebutuhan tulangan kolom hingga 2 kali lipat dari tulangan desain dan sebagian kolom mengalami penurunan kinerja seismik.

Deficiency of concrete quality in building is common to find due to numerous factors affecting concrete quality. The widespread use of concrete materials as building structures necessitates a re-evaluation of the impact of deficiency of concrete quality on reinforcement requirements and structural seismic performance of buildings. The deficiency of concrete quality is regulated by SNI 2847:2019, which states that a maximum permissible deficiency found is at 25% of design strength. This research was conducted on an eight-story single-span building with variations in deficiency of concrete quality in columns at 7,5%, 15%, and 25% from design strength. The research object was designed using SNI 2847:2019 using special moment-resisting frame system then evaluated using analysis based on ASCE 41-17, incorporating design and maximum earthquake. From these variations, it was found that a 25% deficiency in column concrete quality from design strength resulted in an increase in column reinforcement requirements by up to twice the design reinforcement, and some columns experienced a reduction in seismic performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Tasmica Izzatudina
"ABSTRAK

Bentuk struktur bangunan tinggi yang terus berkembang menuntut keberadaan loncatan bidang muka untuk meningkatkan efisiensi dan estetika bangunan. Loncatan bidang muka dapat dicapai dengan menggunakan sistem balok kantilever lepas yang tidak saling terhubung satu sama lain, atau sistem balok transfer di mana setiap balok kantilever di setiap tingkat dihubungkan dengan kolom transfer. Penelitian ini membahas perbandingan respons seismik dari variasi sistem dan panjang bentang kantilever, jumlah tingkat dan kelengkungan yang dianalisis menggunakan ETABS v16.2. Selanjutnya akan disimpulkan signifikansi sistem kantilever dan kelengkungan berdasarkan periode getar, gaya geser tingkat, drift dan displacement, serta gaya dalam kolom dan balok.


ABSTRACT
The development of highrise building structural shape requires vertical setback in order to enhance building efficiency and aesthetics. In this case, vertical setback can be achieved by using a system in which the cantilever beams are either not connected or connected to each other with a transfer column. The discussions of this study compare every seismic response of cantilever length and system, the number of stories and curvature to be varied. After being analyzed using ETABS v16.2, the significance of different cantilever system and curvature is concluded based on the vibration period, story shear force, drift and displacement, also the internal force of columns and beams.

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>