Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24454 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adea Selvileona Elhakim
"Dalam desain interior, manipulasi mengacu pada penggunaan strategis elemen desain untuk memengaruhi persepsi dan pengalaman penghuni. Hal ini didorong oleh keterbatasan lahan hijau, yang memotivasi perancang untuk mencari cara alternatif dalam menghadirkan elemen alam ke dalam ruang. Skripsi ini bertujuan untuk membahas bagaimana artificial nature dapat digunakan untuk memanipulasi pengalaman interior. Artificial nature mencakup bentuk-bentuk seperti visual yang meniru alam, geometri, sistem dan proses, serta karakteristik alam dalam bentuk elemen desain. Penulisan ini akan diawali dengan membahas mengapa manipulasi itu terjadi, kaitannya dengan pengalaman manusia, serta pengertian artificial nature dalam sebuah desain. Dalam proses mendesain interior dengan memanipulasinya, persepsi manusia sangat penting dalam membentuk pengalaman yang diinginkan dalam arsitektur maupun ruang interior. Dengan memahami persepsi ini, perancang dapat merancang ruang interior untuk membangkitkan pengalaman spesifik yang telah ditentukan sebelumnya. Ini menyiratkan kemampuan untuk memanipulasi kondisi interior menggunakan elemen yang tepat agar manusia memiliki persepsi yang sama dengan yang diinginkan oleh sang perancang.

In interior design, manipulation refers to the strategic use of design elements to influence the perception and experience of occupants. This approach is often driven by the scarcity of green spaces, motivating designers to seek alternative ways to introduce natural elements into interior environments. This thesis aims to discuss how artificial nature can be utilized to manipulate interior experiences. Artificial nature encompasses forms such as visuals that mimic nature, geometry, systems and processes, as well as natural characteristics expressed through design elements. The discussion begins by exploring the reasons behind such manipulation, its relationship to human experience, and the definition of artificial nature within design. In the process of designing interiors with the intent to manipulate, human perception plays a crucial role in shaping the desired experience within architecture and interior spaces. By understanding this perception, designers can craft interiors that evoke specific, predetermined experiences. This implies the ability to manipulate interior conditions using the right elements so that occupants perceive the space as intended by the designer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisha Syakira Prawiraatmadja
"Manusia memiliki ketertarikan alami terhadap makhluk hidup lain dan alam, dan manusia membutuhkan kehadiran alam dalam hidupnya untuk mencapai kondisi well-being terbaiknya. Fenomena ini disebut dengan biophilia dan desain biophilic sebagai salah satu upaya untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut dalam perancangan. Penggunaan elemen alam dalam desain biophilic dapat dihadirkan antara lain melalui tanaman. Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan manusia dalam ruang, kehadiran tanaman sebagai elemen ruang dalam menjadi penting yang berdampak pada well-being manusia. Tanaman yang terdapat pada ruang dalam tentunya membutuhkan perawatan untuk hidup. Kehadiran tanaman sebagai elemen alam terbukti memberikan dampak positif bagi keadaan fisik maupun psikis manusia dan juga dapat menjadi elemen ruang dalam yang berpengaruh penting pada elemen desain lain dan kualitas ruangnya. Sebagai hasil simpulan, untuk mendapatkan hasil yang optimal, kondisi ruang dalam harus dipahami untuk menentukan bentuk penerapan dan jenis tanaman yang tepat, serta karakteristik dari tanaman itu sendiri kemudian dikombinasikan menjadi sebuah komposisi.

Human has natural intention towards other living things and nature elements, and human needs the presence of nature in their life to achieve their best well-being. this phenomena is called biophilia and biophilic design as one of the attempt to accommodate that need in design. One of nature elements in biophilic design can be presented by plant. People spend most of their time in indoor space, so the presence of plant as indoor element becomes important and impact human's well being. Plant in indoor space needs maintenance to live. The presence of plant a as nature element in indoor space gives a positive impact for human's physical and mental health and plant can also be an interior element that compliment other design elements and the quality of the space. As a conclusion, to obtain optimal result, the condition of indoor space should be fully understood to determine the application and the type of plant that suits best, and the characteristics of the plant itself to be combined into a composition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Negrotti, Massimo
"In this book the author uses the term naturoid to designate any real artifact arising from our attempts to reproduce natural instances. He concentrates on activities that involve the reproduction of something existing in nature, and whose reproduction, through construction strategies which differ from natural ones, we consider to be useful, appealing or interesting."
Berlin: Springer-Verlag, 2012
e20409564
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Febbyani Putri Riswandy
"Pembangunan kota yang lazimnya didesain dengan pendekatan top-down menghasilkan tata kota yang sangat tertata dan teratur dalam mencapai kota yang dianggap ideal. Hal tersebut membuat kota menjadi terasa tidak personal, meskipun salah satu fokusan dari bagaimana ruang kota tersusun ialah menghadirkan adanya keharmonian. Pada kenyataannya, kota tidaklah selalu stagnan, melainkan dinamis karena dikarakterisasi oleh karakter yang bersifat fluid serta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. Untuk itu, menjadi menarik untuk menelusuri relasi antara tubuh, objek, dan ruang yang merupakan komponen penyusun sistem ruang dalam pengkondisian interior di ruang kota. Melalui observasi dalam penulisan skripsi ini, salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan taktik yang dilakukan oleh okupan ruang kota yang dekat dan mudah dijumpai di keseharian, yakni oleh pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima melakukan taktik terhadap tubuh, objek, dan ruang di ruang kota melalui mekanisme-mekanisme spasial dan penggunaan elemen, serta klaim teritori sebagai cara mengakali kondisi ruang kota yang ada. Taktik tersebut memanfaatkan dan menghasilkan mekanisme yang bersifat temporer dan fleksibel. Mekanisme-mekanisme tersebut diantaranya ialah pemanfaatan objek dan elemen existing penambahan objek dan elemen yang bersifat atau biasa ditemukan di interior ke dalam ruang kota, serta klaim teritori melalui repetisi, jejak, penataan objek, dan pembagian area. Pada akhirnya, pedagang kaki lima sebagai salah satu komponen ruang kota yang keberadaanya turut hadir dalam memperkaya keunikan di dalam ruang interior kota sebagai konteks.

Urban development, often designed using a top-down approach, creates cities that are highly organized and structured to achieve an ideal image. However, this approach can make cities feel impersonal, even though one of the goals of urban space design is to create harmony. In reality, cities are not always static but are dynamic, characterized by fluidity and constant changes. This makes it interesting to explore the relationship between bodies, objects, and spaces as key components in shaping the urban interior system. Through observations in this study, one way to analyze this is by examining the tactics used by street vendors—urban space occupants who are close to and part of everyday life. Street vendors utilize tactics involving bodies, objects, and spaces through spatial mechanisms, the use of elements, and territorial claims to adapt to urban conditions.  These tactics are temporary and flexible, reflecting the dynamic nature of the city. The mechanisms include utilizing existing objects and elements, adding objects and elements typically found in interior spaces into urban areas, and claiming territory through repetition, traces, object arrangement, and area division. In the end, street vendors, as one of the components of urban spaces, contribute to enriching the uniqueness of the urban interior space context. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Rana Talithashani
"Inversi merupakan suatu istilah yang sering didengar dan digunakan dalam banyak penerapan ilmu di berbagai bidang. Penulis kemudian mencoba untuk menerapkan metode inversi ke dalam proses pengembangan proyek desain arsitektur interior, yang berlokasi di Kemang, dengan sebelumnya melakukan pembedahan terhadap makna inversi itu sendiri untuk menemukan esensi baru dari konsep inversi yang kemudian menjadi dasar pemikiran penulis untuk merancang karya tugas akhir ini. Pemaknaan baru yang penulis temukan adalah bahwa inversi merupakan proses untuk menemukan elemen identitas, yang prinsipnya dapat diterapkan untuk memecahkan permasalahan desain tertentu secara efektif.

Inversion is a term that is commonly heard and adapted in many subjects of science. The writer then tried to infuse the methods of inversion into the process of interior architecture design development project, which was located in Kemang, by having had dissected the structure of inversion concept itself to find a new essence of inversion which then could be used as the writer's core thinking to design this final project. This new essence is that inversion is a process to find the identity element, which principals can be applied to solve certain design problems effectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53421
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ayu Suci Warakanyaka
"Skripsi ini membahas mengenai peran film dan ruang sinematis dalam perkembangan perancangan arsitektur interior. Film merupakan media yang sangat terikat dengan waktu dan perubahan. Ruang sinematis yang muncul akibat keadaan temporal ini membuat film selangkah lebih maju dari media penyampaian lain yang cenderung statis dan membuat film menjadi media yang paling berpengaruh saat ini.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana unsur film dan teknik pembentukan ruang sinematisnya dapat diaplikasikan pada perancangan ruang arsitektur interior. Skripsi ini juga membahas mengenai kualitas dan karakteristik film yang sekiranya dapat menjadi pembelajaran untuk memperkaya bidang arsitektur interior.

This thesis discusses the role of film and it`s cinematic space in interior architecture design developments. Film is a medium of space, time and change. Cinematic space, which arising from temporal condition, dynamicization film and differs it from other medium which tend to be static. Cinematic space made film to be the most influential mass media today.
The aims of this writings is to determine how film and it`s cinematic techniques can be applied in interior architecture design process. Other aims is to examine the quality and characteristic of cinematic space in interior architecture field enrichment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42459
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariesta Okke Sukmi
"Arsitektur seringkali dilihat dari tampilan luar, yang tercermin melalui fasad bangunan. Tidak jarang orang menilai arsitektur hanya dari pengalaman visual ketika pertama kali melihatnya, yang erat kaitannya dengan estetika. Perancangan arsitektur juga harus mempertimbangkan aspek fungsional dan struktural.
Bangunan arsitektur memiliki dua jenis ruang, yakni ruang interior dan eksterior. Fasad membatasi kedua ruang tersebut dengan memberikan tampilan terhadap ruang eksterior. Secara visual, fasad dapat terlihat sebagai kulit bangunan yang berdiri sendiri dan terpisah dari isi bangunan maupun sebagai kulit bangunan yang mencerminkan fungsi dan filosofi ruang di baliknya.
Analisis studi kasus menunjukkan bahwa keterkaitan fasad dan ruang interior tidak hanya dilihat dari tampilan form secara visual, melainkan juga pemaknaan form melalui pengalaman ruang interior. Keterkaitan fasad dan ruang interior tidak dapat diukur secara pasti karena elemen arsitektur bersifat tidak terbatas dan sejalan dengan pemikiran manusia yang dinamis. Ruang interior dapat dikatakan sebagai ekstensi diri manusia sehingga fasad dapat mempertegas proyeksi eksistensi manusia tersebut. Sebagai transisi inside dan outside, fasad menjembatani kedua kondisi di dalam maupun luar bangunan melalui penekanan yang terkait dengan metode desain.

Architecture is often seen from the outside view, which is reflected through the building's facade. Most of people perceive architecture just from the first visual experience, which is closely related with aesthetic. Architectural design should also consider the functional and structural aspects.
The building's architecture has two spaces, the interior and exterior spaces. Facade separate the two spaces by giving the exterior look of the space. Visually, facade can be seen as a stand-alone building skin and separated from the inside. Facade also can reflect the function of the skin and a philosophy behind it.
Case study analysis shows that the linkage facade and interior space is not only seen visually as form, but also the meaning of form through the experience of interior space. Linkage facade and interior spaces can not be measured with certainty because of the architectural elements is not limited and in line with the dynamic human thought. The interior space can be regarded as extensions of human self so that the facade can reinforce the projection of human existence. As the transition inside and outside, facade bridge on the conditions in inside and outside the building through emphasis associated with the design method.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54240
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Kristofani
"Skripsi ini membahas mengenai distopia dalam film dan kualitas distopia dalam ruang interior. Distopia merupakan konsep yang menggambarkan cacat pada suatu sistem berkehidupan yang menyebabkan tidak tercapainya kesejahteraan pada seorang individu. Konsep ini sering diangkat ke dalam film, yang lambat laun membentuk persepsi masyarakat mengenai konsep distopia. Film, sebagai produk sinematis yang dekat dengan gambaran kehidupan nyata dianggap mampu memberikan pengalaman ruang bagi penonton secara spasial. Interioritas yang dirasakan saat menonton film distopia memberikan pengalaman ruang yang negatif pada posisi seseorang dalam ruang interior. Melalui studi konsep distopia dalam interior film, didapatkan metode-metode yang menentukan kualitas distopia dalam suatu ruang interior pada kehidupan nyata.

This thesis discusses dystopia in film an the dystopian quality in interior space. Dystopia is a concept that portrays a defect in a society that affects the well being of an individual. This concept is often delivered in films, which slowly constructs the audiences rsquo perception about a dystopian society. Film, as a cinematic product that can deliver a depiction of reality is considered to be able to present an ambience and spatial experience to the viewer. The interiority that is felt during watching a dystopian movie provides a negative spatial experience to the viewer in an interior space. This study about dystopian concept found in interior space in films will obtain some methods that will later determine a dystopian quality in a real life interior space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Deasy Puspitasari
"Ruang pada alam merupakan suatu bentuk arsitektur kompleks yang terbentuk dengan sendirinya. Sejak lama alam semesta dapat menjadi inspirasi yang berperan dalam menentukan perancangan sebuah karya arsitektur. Sementara itu perkembangan jaman menimbulkan banyak perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia. Adanya perubahan yang terjadi dalam dunia arsitektur mengindikasikan ketidakpuasan dan belum tercapainya kondisi yang ideal, dan kehidupan urban yang notabene menjadi pusat kebudayaan dan perekonomian memiliki pengaruh yang tidak sedikit dalam perkembangan ini. Perubahan kebudayaan serta teknologi informasi yang pesat juga mempengaruhi pola pikir kebanyakan masyarakat urban dengan tingkat perekonomian yang makmur. Di sini manusia urban dengan segala intelektualitasnya membutuhkan suatu ruang untuk memenuhi ekspresi dirinya. Terjadi banyak eksperimen dan metode yang tak biasa dalam merancang dan para arsitek dewasa ini menggunakan alam sebagai alat perancangannya, namun disini alam tersebut dibentuk secara sengaja. Alam buatan (artificial nature) dalam ruang perkotaan diharapkan dapat menjadi alternatif bagi penghuni perkotaan dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai masyarakat urban. Salah satu arsitek yang menerapkan artificial nature pada karya-karyanya adalah MVRDV, dan dalam tulisan ini saya mencoba menganalisa peranan bangunan tersebut dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Tinjauan dilengkapi dengan contoh serta kajian teori yang diperoleh dari studi literatur, yang dilanjutkan dengan diskusi analisis pada studi kasus karya MVRDV. Dari sini akan diperoleh suatu pemahaman tentang alam buatan dalam arsitektur dan kaitannya dengan kehidupan masyarakat urban.

Space in nature is a complex architecture that is created on its own. For a long time the nature can be an inspiration that can influence an architectural piece. Meanwhile the development of an era has created many changes to many aspect of human life. The changes in the architectural world indicated the unsatisfaction to an ideal condition, and urban life which is the center of culture and economy has a big influence on this development. This changes in culture along with the development of information technology has influenced the mindset of the wealthy urban community. The urban individual with all of its intelectuality needs a space to fill up his/her expression. There has been an uncommon experiment and method in design where the architect uses nature as his/her design tool, but here the nature was formed on purpose. Artificial nature in the city space is hoped to be an alternative to the city inhabitants to actualize themselves as an urban community. One of the architect who implements artificial nature to its project is MVRDV, and in this thesis i will try to analyze the role of the building in the daily life of the community. Analyze is completed with example and theoritical analysis to literature study that is continued with the discussion on the case study of MVRDV. From the overall discussion, we will get the basic understanding about artificial nature in architecture its relation with the life of urban society."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, [2006;2006, 2006]
S48541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galavia Permata
"Seiring dengan perkembangan zaman, manusia memanfaatkan teknologi dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Begitu pula pada bidang konstruksi dan perancangan arsitektur. Kehadiran teknologi lambat laun menggantikan peranan alam dalam keseharian manusia. Rusaknya kondisi alam dan menipisnya sumber daya alam menarik perhatian publik serta melahirkan konsep konstruksi yang berkelanjutan berupa arsitektur hijau. Namun banyak produk arsitektur hijau hanya cenderung menekankan pada performa bangunan yang ramah akan kondisi alam dan lingkungan namun belum memenuhi kebutuhan dasar manusia wellbeing secara tepat.
Kehadiran alam dalam ruang yang terbangun built environment khususnya ruang dalam interior dapat membantu manusia dalam mencapai kondisi wellbeing yang optimum, salah satunya adalah dengan mengaplikasikan perancangan biofilik. Representasi alam dalam ruang dapat dihadirkan dengan banyak cara dalam perancangan biofilik Biophilic Design . Melalui studi kasus pada Google Asia Pacific diketahui bahwa untuk menghadirkan peningkatan yang signifikan pada wellbeing manusia, terdapat faktor internal fisik dan faktor eksternal non-fisik yang harus dipenuhi secara konsisten dan komperhensif.

As the time goes by, technology took big part in fulfilling human everyday needs. Likewise, in the design and construction field architecture, technology gradually replaces the role of nature in human rsquo s everyday life. The destruction of nature and the depletion of natural resources finally get the publics attention, ad then it develope a new concept of sustainable construction in the form of green architecture. However, the output of green architecture itself, tend to emphasize the technical performance of the buildings which environmentally friendly, but has not fulfilled the human needs and wellbeing.
The presence of nature in built environment, specifically interior space, has the potential to help human reaching the optimum condition of wellbeing. Nature representation within space could be applied in many form by applying Biophilic Design. Through a study on Google Asia Pacific, it is found that to achieve a significant improvement in human wellbeing, there are internal physical and external non physical factors that must be presented consistently and comperhensively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>