Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damanico Agung Nugraha
"Pada 19 Februari 2024, OECD/G20 Inclusive Framework merilis laporan mengenai Pillar One Amount B, yang menawarkan pendekatan sederhana dalam menganalisis kewajaran transaksi afiliasi, khususnya untuk aktivitas distribusi rutin dan pemasaran. Kebijakan ini memberikan kerangka terstandarisasi dalam penentuan harga wajar guna mengurangi sengketa transfer pricing dan beban administratif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peluang dan tantangan yang mungkin muncul jika Indonesia mengadopsi kebijakan tersebut. Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Cost and Benefit Analysis (CBA). Penelitian ini menggunakan pendekatan dan metode penelitian kualitatif, serta data diperoleh melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan adanya tiga peluang utama: penyederhanaan administrasi, potensi pengurangan sengketa transfer pricing, dan harmonisasi kebijakan domestik dengan konsensus global. Di sisi lain, terdapat enam tantangan utama, seperti potensi penurunan penerimaan pajak, kebutuhan penyesuaian regulasi, risiko eksploitasi celah hukum, serta permasalahan dalam pricing matrix dan scoping area. Berdasarkan temuan tersebut, penelitian ini merekomendasikan agar pemerintah mempertimbangkan adopsi Amount B dengan strategi mitigasi yang tepat untuk mengoptimalkan manfaat serta meminimalisasi risiko yang mungkin timbul.

Generation Z employees who start dominating our workplace are often perceived to have low organizational commitment. One of the factors that can influence it is leadership types, particularly inclusive leadership types that are relevant to Generation Z. Inclusive leadership has been found to enhance job crafting and thus improve Generation Z’s employee organizational commitment. This study aims to explain the underlying mechanism using the Job Demands-Resources (JD-R) model proposed by Demerouti et al. (2001). This study uses a cross-sectional design with correlational strategy and involves 374 Generation Z employees with 1 minimum work period under direct supervision in a private or public sector organization. Multiple regression analysis indicates that inclusive leadership and job crafting are significant predictors of organizational commitment among Generation Z employees. Simple mediation analysis also shows that job crafting partially mediates the relationship between inclusive leadership and organizational commitment among Generation Z employees. The findings highlight the need to incorporate inclusive leadership and job crafting into strategies to strengthen Generation Z employees' workplace commitment. "
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adlina Hardhati Prameswari
"Salah satu kecenderungan generasi Z yang mulai memasuki dunia kerja adalah job-hopping, yaitu berpindah perusahaan dalam waktu singkat, yang dapat dijelaskan oleh rendahnya komitmen organisasi. Beberapa penelitian sebelumnya menemukan adanya hubungan positif antara komitmen organisasi dengan modal psikologis dan kreasi kerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara ketiga variabel tersebut serta mengeksplorasi peran kreasi kerja sebagai mediator dalam hubungan antara modal psikologis dan komitmen organisasi pada karyawan generasi Z di Indonesia. Studi kuantitatif ini melibatkan 159 karyawan generasi Z di Indonesia dengan pengalaman minimal satu tahun. Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan alat ukur Organizational Commitment Questionnaire (OCQ), Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12), dan Job Crafting Scale (JCS). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif antara ketiga variabel dan kreasi kerja memediasi sebagian hubungan antara modal psikologis dan komitmen organisasi. Penelitian ini dapat menjadi dasar organisasi untuk meningkatkan komitmen organisasi karyawan dengan mengadakan pelatihan serta intervensi.

One of the tendencies of Generation Z entering the workforce is job-hopping, or switching companies in a short period of time, that can be explained by low organisational commitment. Previous studies have found positive relationship between organisational commitment, psychological capital, and job crafting. This study aims to examine the relationship between these three variables and explore the role of job crafting as a mediator in the relationship between psychological capital and organisational commitment among Generation Z employees in Indonesia. This quantitative study involved 159 generation Z employees in Indonesia. This study used correlational method with the Organizational Commitment Questionnaire (OCQ), Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12), and Job Crafting Scale (JCS). Results showed a positive correlation between the three variables and job crafting partially mediated the relationship between psychological capital and organisational commitment. The research is expected to be a reference for employees to improve organisational commitment by conducting training and interventions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maitsa Taqiya Nabihati
"Laporan Global Innovation Index 2024 dari World Intellectual Property Organization menunjukkan bahwa tingkat inovasi Indonesia tergolong masih minim, yaitu berada di peringkat ke-54 dunia dan termasuk rendah dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Sementara itu, karyawan Generasi Z yang akan mendominasi angkatan kerja dikenal mahir teknologi dan memiliki potensi inovatif, tetapi masih memerlukan dukungan untuk mewujudkan perilaku kerja inovatif secara optimal. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji peran mediasi berbagi pengetahuan dalam hubungan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku kerja inovatif pada karyawan Generasi Z di Indonesia. Sampel diperoleh melalui teknik convenience sampling dengan menyasar karyawan kelahiran 1997–2012 yang telah bekerja minimal satu tahun dan berada di bawah supervisi atasan langsung selama minimal enam bulan. Alat ukur yang digunakan adalah Inclusive Leadership Scale, Knowledge Sharing Scale, dan Innovative Work Behavior Scale. Analisis mediasi yang dilakukan dengan PROCESS Macro dalam SPSS versi 30 terhadap data 219 partisipan menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku kerja inovatif dengan berbagi pengetahuan berperan sebagai mediator parsial. Dengan demikian, berbagi pengetahuan dapat memperkuat hubungan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku inovatif. Guna meningkatkan perilaku kerja inovatif pada karyawan Generasi Z, organisasi disarankan melaksanakan program seperti sharing session dan mentoring untuk membudayakan berbagi pengetahuan serta pelatihan kepemimpinan untuk mendorong kepemimpinan inklusif.

The Global Innovation Index 2024 report by the World Intellectual Property Organization indicates that Indonesia's innovation level remains relatively low, ranking 54th globally and lagging behind other Asian countries. Meanwhile, Generation Z employees, who are poised to dominate the future workforce, are known for their technological proficiency and innovative potential, yet they still require support to optimally demonstrate innovative work behavior. Therefore, this study aims to examine the mediating role of knowledge sharing in the relationship between inclusive leadership and innovative work behavior among Generation Z employees in Indonesia. A sample was obtained through a convenience sampling technique, targeting employees born between 1997 and 2012 who had been employed for at least one year and supervised directly by a superior for a minimum of six months. The instruments used were the Inclusive Leadership Scale, Knowledge Sharing Scale, and Innovative Work Behavior Scale. Mediation analysis conducted with PROCESS Macro in SPSS version 30 on data from 219 participants revealed a positive and significant relationship between inclusive leadership and innovative work behavior, with knowledge sharing serving as a partial mediator. Thus, knowledge sharing can strengthen the relationship between inclusive leadership and innovative behavior. To enhance innovative work behavior among Generation Z employees, organizations are advised to implement programs such as sharing sessions and mentoring to cultivate a culture of knowledge sharing, alongside leadership training to foster inclusive leadership."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adis Aura Maharani
"Karyawan Generasi Z seringkali dianggap tidak memiliki komitmen organisasi yang tinggi. Meskipun begitu, adanya perilaku job crafting diketahui dapat meningkatkan komitmen afektif karyawan terhadap organisasi. Dengan menggunakan kerangka job characteristic model, penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan peran dari job crafting sebagai mediator dalam hubungan antara kepemimpinan yang memberdayakan dan komitmen afektif pada karyawan Generasi Z. Partisipan penelitian merupakan karyawan di perusahaan swasta dan BUMN di Indonesia dengan minimal 1 tahun bekerja di bawah kepemimpinan atasan langsung (N = 133). Pengambilan data menggunakan teknik convenience dan snowball sampling melalui survei daring. Data dianalisis menggunakan teknik Hayes’ simple mediation model menggunakan PROCESS versi 4.2 pada SPSS v20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan tidak langsung yang signifikan antara kepemimpinan yang memberdayakan dengan komitmen afektif melalui job crafting. Namun, kepemimpinan yang memberdayakan masih dapat memprediksi komitmen afektif secara signifikan ketika job crafting dikontrol. Dengan demikian, job crafting secara parsial memediasi hubungan antara kepemimpinan yang memberdayakan dan komitmen afektif. Hasil ini dapat menjadi acuan bagi perusahaan untuk mengadopsi gaya kepemimpinan yang memberdayakan yang sesuai dengan karakteristik Generasi Z untuk dapat meningkatkan perilaku job crafting dan komitmen afektif mereka.

Generation Z employees are often seen as not having high organizational commitment. However, job crafting behavior has been shown to increase employee affective commitment to the organization. Using the framework of job characteristic model, this study aims to examine and prove the role of job crafting as a mediator in the relationship between empowering leadership and affective commitment to the organization. Research participants are employees in private and state-owned companies in Indonesia with a minimum of 1 year working under their direct leader (N = 133). Data collection was done using convenience techniques and snowball sampling through online surveys. Data were analyzed using Hayes' simple mediation model technique using PROCESS version 4.2 on SPSS v20. The results showed that there is a significant indirect relationship between empowering leadership and affective commitment through job crafting. However, empowering leadership still significantly predicts affective commitment when job crafting is controlled. Thus, job crafting partially mediates the relationship between empowering leadership and affective commitment. The results of this study can be a reference for companies to adopt an empowering leadership style that is compatible with the characteristics of Generation Z in order to improve their job crafting behavior and affective commitment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa Camila
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kepemimpinan inklusif dan kesejahteraan karyawan dengan keamanan psikologis sebagai mediator pada karyawan Gen Z. Pemahaman ini penting karena adanya perbedaan karakteristik Gen Z dengan generasi sebelumnya yang menimbulkan tantangan tersendiri bagi organisasi dalam mendukung kesejahteraan mereka. Data penelitian diperoleh dari 154 karyawan Gen Z yang aktif bekerja selama minimal satu tahun pada perusahaan yang memiliki struktur hierarki formal. Hasil analisis menunjukkan bahwa keamanan psikologis tidak memediasi secara signifikan hubungan antara kepemimpinan inklusif dan kesejahteraan karyawan (b = .01, SE = .02, p = .74, 95% CI [-.04, .05]). Meskipun kepemimpinan inklusif berperan signifikan terhadap keamanan psikologis, variabel tersebut tidak berdampak signifikan pada kesejahteraan karyawan. Dengan ini, kepemimpinan inklusif berkontribusi langsung terhadap peningkatan kesejahteraan karyawan pada karyawan Gen Z tanpa melalui keamanan psikologis (b = 0.47, SE = .09, p < .001, 95% CI [.30, .64]). Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya literatur terkait variabel kepemimpinan inklusif, keamanan psikologis, dan kesejahteraan karyawan.

This study aims to examine the relationship between inclusive leadership and employee well-being, with psychological safety as a mediating variable, among Generation Z employees. This is particularly important given the distinct characteristics of Gen Z compared to previous generations, which present unique challenges for organizations in supporting their well-being. Data were collected from 154 Gen Z employees who had been actively working for at least one year in companies with a formal hierarchical structure. The analysis showed that psychological safety does not significantly mediate the relationship between inclusive leadership and employee well-being (b = .01, SE = .02, p = .74, 95% CI [-.04, .05]). Although inclusive leadership plays a significant role in psychological safety, the latter does not have a significant effect on employee well-being. Thus, inclusive leadership directly contributes to improving the well-being of Gen Z employees without mediation through psychological safety (b = 0.47, SE = .09, p < .001, 95% CI [.30, .64]). These findings may contribute to the existing literature on inclusive leadership, psychological safety, and employee well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Oktarini Hizelia
"Di tengah intensnya tekanan dalam mempertahankan daya saing, kemampuan perusahaan untuk berinovasi sangat bergantung pada keterlibatan aktif seluruh tenaga kerjanya, termasuk Generasi Z. Namun, potensi inovatif generasi ini kerap terhambat oleh rasa cemas dan tidak aman di tempat kerja akibat paparan sosial digital yang intens sejak dini. Dalam kondisi tersebut, keamanan psikologis menjadi faktor yang memungkinkan mereka merasa aman untuk menyampaikan ide dan mengambil risiko dalam proses inovasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran mediasi keamanan psikologis dalam hubungan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku kerja inovatif, guna memahami mekanisme yang mendorong kontribusi inovatif karyawan muda. Menggunakan desain survei kuantitatif cross-sectional, data dikumpulkan melalui kuesioner terstandar yang diadministrasikan secara daring, mencakup alat ukur Inclusive Leadership Scale, Psychological Safety Scale, dan Innovative Work Behavior Scale. Sebanyak 220 karyawan Generasi Z dari berbagai sektor di Indonesia menjadi partisipan dengan menilai perilaku atasan langsung serta melaporkan persepsi keamanan psikologis dan perilaku kerja inovatif mereka. Hasil analisis mediasi menggunakan PROCESS Macro versi 4.2 menunjukkan bahwa keamanan psikologis memediasi secara parsial hubungan antara kepemimpinan inklusif dan perilaku kerja inovatif. Temuan ini menegaskan bahwa penciptaan keamanan psikologis dan pengembangan kepemimpinan inklusif merupakan strategi kunci dalam memobilisasi perilaku kerja inovatif karyawan muda di tengah dinamika transformasi organisasi.

Amid intensifying pressure to stay competitive, organizations’ ability to innovate increasingly depends on the active engagement of their entire workforce, including Generation Z. However, the innovative potential of this generation is often hindered by anxiety and insecurity at work, stemming from early exposure to digital social environments. In this context, psychological safety becomes a key factor that enables them to express ideas and take risks in the innovation process. This study aims to examine the mediating role of psychological safety in the relationship between inclusive leadership and innovative work behavior, in order to understand the mechanisms that drive young employees' innovative contributions. Employing a cross-sectional quantitative survey design, data were collected through an online questionnaire using the Inclusive Leadership Scale, Psychological Safety Scale, and Innovative Work Behavior Scale. A total of 220 Generation Z employees from various sectors in Indonesia participated by assessing their supervisors' leadership behaviors, their own perceptions of psychological safety, and their innovative work behaviors. Mediation analysis using PROCESS Macro version 4.2 revealed that psychological safety partially mediates the relationship between inclusive leadership and innovative work behavior. These findings highlight the importance of fostering psychological safety through inclusive leadership to support innovation among young employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Azaria
"Masuknya generasi Z sebagai salah satu angkatan kerja di Indonesia membuat jumlah angkatan kerja bertambah banyak variasinya karena terdiri dari berbagai macam generasi. Adapun karakteristik dari generasi Z adalah mereka menyukai apabila diberikan kesempatan untuk mengungkapkan ide atau pendapat mereka serta diterimanya umpan balik atas pekerjaan yang telah dilakukan. Dengan begitu, diperlukan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan karakteristik karyawan generasi Z. Pemimpin yang menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan karakteristik generasi Z dapat memberikan karyawannya pengalaman kerja yang positif sehingga karyawan pun memiliki komitmen untuk bekerja di suatu organisasi dalam rentang waktu yang lama. Penelitian ini memiliki tipe korelasional dengan menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini melibatkan 187 partisipan karyawan generasi Z yang sedang bekerja minimal enam bulan dan memiliki atasan langsung. Instrumen yang digunakan adalah alat ukur kepemimpinan pemberdayaan (Empowering Leadership Scale) dan komitmen organisasi (Organizational Commitment Questionnaire). Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis korelasional karena data yang diperoleh tidak terdistribusi secara normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi dukungan otonomi (r = 0.654, p < 0.01) dan dukungan pengembangan (r = 0.455, p < 0.01) memiliki hubungan yang signifikan dengan komitmen organisasi pada karyawan generasi Z. 

The entry of Generation Z as one of the workforce in Indonesia has made the number of the workforce increase in variety because it consists of various generations. The characteristics of the Z generation are that they like to be given the opportunity to express their ideas or opinions and receive feedback on the work that has been done. That way, a leadership style is needed that is in accordance with the characteristics of generation Z employees. Leaders who adapt their leadership style to the characteristics of generation Z can provide their employees with positive work experiences so that employees also have a commitment to work in an organization for a long time. This research has a correlational type using quantitative methods. This research involved 187 Generation Z employee participants who were working for at least six months and had a direct supervisor. The instruments used are measuring leadership empowerment (Empowering Leadership Scale) and commitment to the organization (Organizational Commitment Questionnaire). The analysis technique used is correlational analysis because the data obtained is not normally distributed. The results showed that the dimensions of autonomy support (r = 0.654, p < 0.01) and development support (r = 0.455, p < 0.01) had a significant relationship with organizational commitment among Generation Z employees."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfya Anindya Ramadhina
"Penelitian mengenai peran psychological safety dalam memediasi hubungan antara perceived organizational support dan work engagement masih terbatas pada sektor tertentu dan belum mengeksplorasi secara spesifik karyawan Generasi Z, yang merupakan kelompok demografis terbesar di Indonesia dengan karakteristik dan ekspektasi kerja yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran psychological safety dalam memediasi hubungan antara perceived organizational support dan work engagement pada karyawan Generasi Z di Indonesia. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional survey. Partisipan dalam penelitian ini adalah karyawan Generasi Z yang berjumlah 171 orang dan dipilih menggunakan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan meliputi Survey of Perceived Organizational Support (SPOS), Psychological Safety Scale, dan Utrecht Work Engagement Scale-9 (UWES-9). Analisis data dilakukan menggunakan uji mediasi melalui aplikasi Jamovi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa psychological safety tidak berperan sebagai mediator dalam hubungan antara perceived organizational support dan work engagement. Studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur mengenai dinamika work engagement pada karyawan Generasi Z di Indonesia.

Research on the role of psychological safety in mediating the relationship between perceived organizational support and work engagement remains limited to certain sectors and has not specifically explored Generation Z employees, who represent the largest demographic group in Indonesia and possess unique work characteristics and expectations. This study aimed to examine the mediating role of psychological safety in the relationship between perceived organizational support and work engagement among Generation Z employees in Indonesia. A quantitative approach was employed using a cross-sectional survey design. This study was conducted with 171 Generation Z employees using a convenience sampling technique. The variables were measured by the Survey of Perceived Organizational Support (SPOS), the Psychological Safety Scale, and the Utrecht Work Engagement Scale-9 (UWES-9). Data were analyzed using mediation analysis through Jamovi. The findings showed that psychological safety did not mediate the relationship between perceived organizational support and work engagement. The results of this study can be useful to expand the literature related to work engagement dynamics among Generation Z employees in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfya Anindya Ramadhina
"Penelitian mengenai peran psychological safety dalam memediasi hubungan antara perceived organizational support dan work engagement masih terbatas pada sektor tertentu dan belum mengeksplorasi secara spesifik karyawan Generasi Z, yang merupakan kelompok demografis terbesar di Indonesia dengan karakteristik dan ekspektasi kerja yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran psychological safety dalam memediasi hubungan antara perceived organizational support dan work engagement pada karyawan Generasi Z di Indonesia. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional survey. Partisipan dalam penelitian ini adalah karyawan Generasi Z yang berjumlah 171 orang dan dipilih menggunakan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan meliputi Survey of Perceived Organizational Support (SPOS), Psychological Safety Scale, dan Utrecht Work Engagement Scale-9 (UWES-9). Analisis data dilakukan menggunakan uji mediasi melalui aplikasi Jamovi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa psychological safety tidak berperan sebagai mediator dalam hubungan antara perceived organizational support dan work engagement. Studi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur mengenai dinamika work engagement pada karyawan Generasi Z di Indonesia.

Research on the role of psychological safety in mediating the relationship between perceived organizational support and work engagement remains limited to certain sectors and has not specifically explored Generation Z employees, who represent the largest demographic group in Indonesia and possess unique work characteristics and expectations. This study aimed to examine the mediating role of psychological safety in the relationship between perceived organizational support and work engagement among Generation Z employees in Indonesia. A quantitative approach was employed using a cross-sectional survey design. This study was conducted with 171 Generation Z employees using a convenience sampling technique. The variables were measured by the Survey of Perceived Organizational Support (SPOS), the Psychological Safety Scale, and the Utrecht Work Engagement Scale-9 (UWES-9). Data were analyzed using mediation analysis through Jamovi. The findings showed that psychological safety did not mediate the relationship between perceived organizational support and work engagement. The results of this study can be useful to expand the literature related to work engagement dynamics among Generation Z employees in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelby Liriara Meisyara
"Tujuan utama dilakukannya penelitian ini yaitu untuk menguji bagaimana pengaruh kepemimpinan etis terhadap kepuasan kerja karyawan dengan komitmen organisasi (afektif, kontinyu, normatif) sebagai variabel mediasi pada hotel bintang 3 di Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan kepada 163 orang karyawan yang bekerja pada hotel bintang 3 di Jawa Barat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa kepemimpinan etis tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap kepuasan kerja karyawan dan hanya memiliki pengaruh bila menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel mediasi. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa komitmen organisasi memiliki peran mediasi secara penuh di antara kepemimpinan etis dengan kepuasan kerja.

The main purpose of this research is to examine the influence of ethical leadership on job satisfaction with organizational commitment (affective, continuance, normative) as mediating variable in 3 Star Hotels in West Java. This study was carried out with 163 participants working in three star hotels in West Java. Based on the research, it was found that ethical leadership has no direct effect on employee’s job satisfaction and only has an effect if it use organizational commitment as mediating variable. It was also found that organizational commitment has a full mediator function between ethical leadership and job satisfaction."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>