Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Daffa Bryant Putraprasetyo
"The safe transportation of carbon dioxide (CO2) through pipelines is vital for carbon capture and storage (CCS) to reduce greenhouse gas emissions. This study models CO2 dispersion and conducts a safety analysis for onshore pipeline leaks in Indonesia, focusing on gaseous and supercritical CO2, which a release depends on factors such as the size of the leak, release pressure, and environmental conditions. Key findings reveal that supercritical CO2 leaks exhibit greater dispersion due to higher momentum and expansion, with full-bore ruptures affecting areas over 2,000 meters. Leak proximity to the pipeline inlet increases mass release, while stability classes and wind speeds significantly influence dispersion. Integral models provide realistic hazard predictions, contrasting Gaussian models' conservatism. Even minor leaks can exceed hazardous CO2 levels (5000 ppm) over hundreds of meters, emphasizing the urgency of robust mitigation strategies to address thermal, mechanical, and toxic risks.

Pengangkutan karbon dioksida (CO2) yang aman melalui jaringan pipa sangat penting untuk penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) guna mengurangi emisi gas rumah kaca. Studi ini memodelkan dispersi CO2 dan melakukan analisis keamanan untuk kebocoran pipa darat di Indonesia, dengan fokus pada CO2 gas dan superkritis, yang pelepasannya bergantung pada faktor-faktor seperti ukuran kebocoran, tekanan pelepasan, dan kondisi lingkungan. Temuan utama mengungkapkan bahwa kebocoran CO2 superkritis menunjukkan dispersi yang lebih besar karena momentum dan ekspansi yang lebih tinggi, dengan pecahnya lubang penuh yang mempengaruhi area lebih dari 2.000 meter. Kedekatan kebocoran dengan saluran masuk pipa meningkatkan pelepasan massa, sementara kelas stabilitas dan kecepatan angin secara signifikan memengaruhi dispersi. Model integral memberikan prediksi bahaya yang realistis, kontras dengan konservatisme model Gaussian. Bahkan kebocoran kecil dapat melebihi tingkat CO2 yang berbahaya (5000 ppm) selama ratusan meter, yang menekankan urgensi strategi mitigasi yang kuat untuk mengatasi risiko termal, mekanis, dan toksik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daffa Bryant Putraprasetyo
"The safe transportation of carbon dioxide (CO2) through pipelines is vital for carbon capture and storage (CCS) to reduce greenhouse gas emissions. This study models CO2 dispersion and conducts a safety analysis for onshore pipeline leaks in Indonesia, focusing on gaseous and supercritical CO2, which a release depends on factors such as the size of the leak, release pressure, and environmental conditions. Key findings reveal that supercritical CO2 leaks exhibit greater dispersion due to higher momentum and expansion, with full-bore ruptures affecting areas over 2,000 meters. Leak proximity to the pipeline inlet increases mass release, while stability classes and wind speeds significantly influence dispersion. Integral models provide realistic hazard predictions, contrasting Gaussian models' conservatism. Even minor leaks can exceed hazardous CO2 levels (5000 ppm) over hundreds of meters, emphasizing the urgency of robust mitigation strategies to address thermal, mechanical, and toxic risks.

Pengangkutan karbon dioksida (CO2) yang aman melalui jaringan pipa sangat penting untuk penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) guna mengurangi emisi gas rumah kaca. Studi ini memodelkan dispersi CO2 dan melakukan analisis keamanan untuk kebocoran pipa darat di Indonesia, dengan fokus pada CO2 gas dan superkritis, yang pelepasannya bergantung pada faktor-faktor seperti ukuran kebocoran, tekanan pelepasan, dan kondisi lingkungan. Temuan utama mengungkapkan bahwa kebocoran CO2 superkritis menunjukkan dispersi yang lebih besar karena momentum dan ekspansi yang lebih tinggi, dengan pecahnya lubang penuh yang mempengaruhi area lebih dari 2.000 meter. Kedekatan kebocoran dengan saluran masuk pipa meningkatkan pelepasan massa, sementara kelas stabilitas dan kecepatan angin secara signifikan memengaruhi dispersi. Model integral memberikan prediksi bahaya yang realistis, kontras dengan konservatisme model Gaussian. Bahkan kebocoran kecil dapat melebihi tingkat CO2 yang berbahaya (5000 ppm) selama ratusan meter, yang menekankan urgensi strategi mitigasi yang kuat untuk mengatasi risiko termal, mekanis, dan toksik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Melati Naopat
"Kandungan gas CO2 dalam bahan bakar gas dapat menurunkan kualitas pembakaran. Sebagai contoh yaitu biogas yang umumnya mengandung 25-45% gas CO2, sehingga diperlukan proses pemurnian agar dicapai spesifikasi konsentrasi CO2 dibawah 5%. Pada penelitian ini, proses pemisahan CO2 dilakukan melalui metode absorpsi kimia dengan variasi jenis absorben (NaOH, Ca(OH)2, MEA, dan K2CO3) dan konsentrasi absorben dan menggunakan teknik jet bubble pada tekanan atmosferik. Proses absorpsi penelitian ini dapat menurunkan konsentrasi CO2 30–31,7%mol menjadi 3,6–8,5%mol, dengan efisiensi absorpsi CO2 tertinggi (88,67%) dicapai oleh absorben MEA. Semakin besar konsentrasi absorben maka semakin rendah konsentrasi CO2 yang dicapai dalam waktu absorpsi yang sama (70 menit), walaupun perbedaannya tidak signifikan karena konsentrasi absorben yang besar dibandingkan konsentrasi CO2. Perhitungan konstanta laju reaksi, ordo reaksi, dan faktor frekuensi tumbukan juga dilakukan. Absorben dengan konstanta laju reaksi (k) dari tertinggi hingga terendah bertutut-turut yaitu MEA (1,115-1,856), Ca(OH)2 (0,126- 0.510), NaOH (0.014-0.037), dan K2CO3 (0.0017- 0.0034). Faktor frekuensi tumbukan (k0) yang diperoleh 3,63×105–1.48×107.

The content of CO2 in gas fuel can reduce the quality of combustion. For example, biogas which generally contains 25-45% CO2, so a purification process is needed to achieve a specification of CO2 concentration below 5%. In this study, the CO2 separation process was carried out using a chemical absorption method with various types of absorbents (NaOH, Ca(OH)2, MEA, and K2CO3) and absorbent concentrations and using the jet bubble technique at atmospheric pressure. The absorption process in this study can reduce the CO2 concentration from 30–31.7% mol to 3.6–8.5% mol, with the highest CO2 absorption efficiency (88.67%) achieved by the MEA absorbent. The greater the absorbent concentration, the lower the CO2 concentration achieved in the same absorption time (70 minutes), although the difference is not significant because the absorbent concentration is large compared to the CO2 concentration. Calculations of reaction rate constants, reaction orders, and collision frequency factors were also carried out. The absorbents with reaction rate constants (k) from highest to lowest, consecutively are MEA (1.115-1.856), Ca(OH)2 (0.126- 0.510), NaOH (0.014-0.037), and K2CO3 (0.0017- 0.0034). The collision frequency factor (k0) obtained is 3.63×105–1.48×107."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Setiawan
"Sebuah perusahaan minyak dan gas di Subang, PT. X merupakan salah satu asset penting negara di Jawa Barat, dimana hasil produk dari perusahaan ini memberikan konstribusi terhadap perekonomian di pulau Jawa, khususnya di Jawa Barat. Input feed gas yang diperoleh PT. X ini memiliki konsentrasi CO2 cukup tinggi sebesar 23%, pemisahan CO2 removal dimaksudkan untuk mengurangi kandungan CO2 hingga kurang dari 5%. Hal ini karena CO2 dengan kadar > 5% sangat korosif tergantung pada tekanan (pressure) dan temperature. Proses pemurnian gas dilakukan oleh 2 unit identic CO2 removal, dimana sistem perpipaan menjadi penting untuk menyalurkan gas dari satu tempat ke tempat lain. Hasil analisa menunjukkan mekanisme kerusakan aktual pada pipa adala korosi CO2. Nilai laju korosi tertinggi sebesar 0,24 mm/year pada tahun 2020 karena adanya reaksi antara Fe dengan H2CO3 sebagai akibat dari perubahan temperature dan partial pressure CO2 model laju korosinya adalah Y = 0,0001x2 – 0,0297x + 1,5599 untuk pengaruh temperature dan Y = 9E-05x2 – 0,0228x + 1,5436 untuk pengaruh partial pressure CO2. Dari matriks kekritisan didapatkan 1-line number pada peringkat resiko medium high sehingga action yang perlu dilakukan adalah bersifat corrective maintenance dengan interval setiap 4 tahun sekali dan metode inspeksi nya adalah ultrasonic test. Hasil analisa kelayakan menunjukkan bahwa pipa yang diteliti masih layak beroperasi karena nilai MAWP masih di atas working pressure pipa tersebut. Model polynomial Y = 42,097x2 – 607,42x + 2724,8 sebagai model prediksi MAWP pada tahun 2025 mendatang dimana nilainya juga masih berada di atas working pressure sehingga masih layak digunakan sampai 2025.

An oil and gas company in Subang, PT. X is one of the important state assets in West Java, where the products of this company contribute to the economy on the Java, especially in West Java. Feed gas input obtained by PT. X has a high enough CO2 concentration up to 23%, the separation of CO2 removal us intended to reduce the CO2 content to less than 5%. This event is required due to CO2 concentration >5% is corrosive depending on pressure and temperature. The gas purification process is carried out by two identical CO2 removal unit, where the piping system is important to transfer gas from one place to another. The analysis result shows that the actual damage mechanism is CO2 corrosion. The highest corrosion rate value is 0,24mm/year in 2020, because of the reaction between Fe and H2CO3 as a result of changes in temperature and partial pressure CO2, the corrosion model is Y = 0,0001X2- 0,0297x + 1,5599 for the effect of themperature and Y = 9E-05X2 – 0,0228x + 1,5436 for the effect of CO2 partial pressure. From the critilically matrix, it is obtained one line number at the risk rating for medium high, so the action that need to be done is corrective maintenance at interval every 4 years and the inspection method is the ultrasonic test. The result of the feasibility analysis show that the pipe under study is still feasible to operate because the MAWP value still above the pipe’s working pressure. Polynomial model Y = 42,097x2 – 607,42x + 2724,8 as a prediction mode for MAWP in 2925 where the value also still above it it means the pipe still suitable for use until 2025."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rikiyar Magfur
"Lapangan Subang terletak di Desa Pelawad, Karawang, Jawa Barat termasuk wilayah kerja PT. Pertamina EP Asset 3. Berdasarkan data analisa kadar CO2 pada fase gas sangat tinggi yaitu, 50,66% mol. Pada kondisi saat ini associated gas tidak memilik nilai ekonomis karena langsung dialirkan ke flare untuk dibakar. Oleh karena itu diperlukan penangan khusus untuk memisahkan CO2 dari aliran associated gas agar kadar nilai CO2 maksimal sebesar 5% mol dan kadar air di bawah 7 lb/MMSCF sehingga dapat dikirim ke sales point. Pada penelitian ini, dilakukan simulasi proses pengolahan dengan teknologi solid adsorption yang menggunakan peranti lunak Simulator Adsorption V.10 dan dibandingkan dengan simulasi proses pengolahan dengan teknologi solvent absorption yang menggunakan piranti lunak Unisim. Keluaran dari simulasi ini akan menghasilkan beberapa aspek yaitu jumlah pelarut, konsentrasi penggunaan pelarut dan dimensi dari bed adsorbent pada laju alir gas umpan. Selain itu dilakukan perbandingan secara kualitatif dari kedua teknologi pengolahan gas yang mengandung CO2 tersebut. Berdasarkan hasil simulasi AGRU diperoleh laju alir gas produk yang mengandung kadar CO2 4,49% mol dengan menggunakan larutan amine yang memiliki konsentrasi 35%wt MDEA, 9%wt MEA dan 56%wt Air. Dan hasil simulasi PSA diperoleh laju alir gas produk yang mengandung kadar CO2 4,98% mol dengan menggunakan dimensi bed adsorbent (D:H) adalah 1m:3,5m. Dan dari hasil analisis keekonomian diperoleh 9,32% IRR, NPV USD -396.119 dan payback period 11 tahun untuk teknologi AGRU. Dan 31,82% IRR, NPV USD 5.927.106 dan payback period 3,35 tahun untuk teknologi PSA. Sehingga teknologi PSA lebih ekonomis untuk diterapkan di Lapangan Subang.

Subang Field is located in Pelawad Village, Karawang, West Java, including the working area of PT. Pertamina EP Asset 3. Based on the analysis data, the CO2 content in the gas phase is very high, 50.66% mol. In the current condition, the associated gas has no economic value because it is directly release to the flame to be burned. Therefore a special handler is needed to separate CO2 from the gas stream so that the maximum CO2 content is 5% mol and the water content is below 7 lb/MMSCF so that it can be sent to sales gas point. In this study, a simulation process devide on two (2) solid adsorption technology that will simulated by Simulator Adsorption V.10 software and compared with the separation process solvent absorption technology that will simulated by Unisim software. The output of this simulation will result several aspects such as quantity of solvent, concentration of solvent and bed adsorbent dimensinon at feed gas flow rates. In addition, a qualitative comparison was made of the two gas processing technologies containing CO2. Based on the AGRU simulation, the gas product have a content of 4.49% mol CO2 by using an amine solution that has a concentration of 35%wt MDEA, 9%wt MEA and 56%wt water. Meanwhile PSA simulation, gas product have a content of 4.98% mol CO2 by using bed dimensions of the adsorbent (D:H) is 1m:3.5m. And then, from economic analysis obtained 9.32% IRR, NPV USD -396,119 and a payback period of 11 years for AGRU technology. And 31.82% IRR, NPV USD 5,927,106 and payback period of 3.35 years for PSA technology. So that PSA technology is more economical to be applied in the Subang Field."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amritzar Aimar
"Proses pemisahan gas dengan membran merupakan teknologi alternatif dalam proses pemisahan gas CO2 dari gas alam. Keunggulan utama proses ini dibandingkan dengan proses lainnya adalah energi yang digunakan relatif rendah dan tidak menimbulkan Iimbah tambahan.
Proses pemisahan campuran gas pada membran terjadi karena adanya perbedaan permeabilitas setiap komponen gas dari campuran tersebut. Gas dengan permcabilitns yang akan menembus membran lebih cepat dari gas dengan pcrmeabilitas yang lebih rendah, sehingga gas-gas yang lebih permeabel akan menembus membran sedangkan gas-gas yang kurang permeabel akan tertolak.
Poli-imida adalah salah satu membran dari jenis polimer glassy yang sangat berpotensi untuk pemisahan gas CO, dari campuran gas CO2 dan CH4 karena memiliki selektifitas yang untuk kedua gas tersebut.
Pada penelitian kali ini dilakukan pengujian terhadap membran poli-imida yang berbentuk lembaran dari Nitto Denko Co Ltd. Pcngujian dibagi menjadi dua tahap yaitu pengujian membran untuk kondisi ideal dan pengujian membran untuk kondisi aktul.
Tahap pertama adalah pengujian membran untuk kondisi ideal, yaitu pengujian permeabilitas gas murni CO2 dan gas mumi CH4 dengan variasi tekanan umpan, sehingga dapat diketahui pengaruh tekanan umpan terhadap permeabilitas gas dan selektifitas ideal membran untuk gas CO2 terhadap CH4.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa perustabilitas gas CO2 mumi akan naik dengan dengan bertambahnya tekanan umpan, sedangkan permeabilitas gas CH4 mumi relatif konstan dengan bertambahnya tekanan umpan. Hal ini menyebabkan selektifitas ideal gas CO2 terhadap CH4 akan bertambah tekanan umpan, dimana selektifitas tertingi diperoleh pada tekanan umpan 1601.325 kPa dan 2101.325 kPa sebesar 29.9.
Dengan mengunakan selektifitas ideal tersebut, dilakukan pemodelan sistematis untuk memperkirakan komposisi di permean dan retentat, dan pengaruh fraksi yang permeat (stage cut) terhadap komposisi di permean dan retetat tersebut.
Tahap kedua adalah pengujian membran untuk kondisi aktual, yaitu pengujian membran untuk memisahkan campuran gas yang mengandung 38.85% CH, dan 61.15% CO2 dengan variasi stage cut. Sehinga dapat kita ketahui pengaruh stage cut terhadap komposisi gas di permeat dan retentan pada kondisi aktual.
Didapat baik dari hasil permodelan maupun dari hasil pengujian pada kondisi aktual bahwa stage cut berpengaruh terhadap komposisi gas di permeat dan retentan. Fraksi CHA di retentat bertambah dengan bertambahnya stage cut, sedangakan fraksi CO2 di permeat berkurang dengan bertambahnya stage cut.
Dari penelitian untuk kondisi aktual didapat kondisi operasi optimum yaitu pada tekanan umpan 2101.325 kPa dan stage cut 0.2563. Pada kondisi tersebut umpan gas yang mengandung 38.85% Ch4 dan 61.15% CO2 dapat ditingkatkan kandungan CH4-nya di aliran retentat menjadi 49.83% dengan CH4 recovery sebesar 95.39%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Wahyu Purwanto
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrasno Kartohardjono
"Pemanasan global yang disebabkan oleh efek rumah kaca merupakan masalah yang penting untuk dibicarakan pada saat ini dan gas CO2 merupakan salah satu penyebabnya. Industri merupakan salah satu penghasil gas CO2 dalam jumlah cukup besar setiap harinya.
Proses pemisahan dengan menggunakan membran merupakan teknologi alternatif dalam pemisahan gas C02. Teknologi pemisahan gas dengan menggunakan membran pada kasus-kasus tertentu memberikan keuntungan-keuntungan yang lebih baik daripada dengan teknologi pemisahan lainnya.
Dalam penelitian ini akan digunakan Nylon Film (Oriented Nylon) sebagai membran untuk pemisahan gas CO2 dari campurannya dengan udara. Nylon Film yang digunakan berbentuk lembaran (flat) dari PT. EMBLEM ASIA.
Pengujian dilakukan dalam dua tahap yaitu pengujian pada kondisi ideal dan pengujian pada kondisi aktual. Pengujian pada kondisi ideal untuk mengetahui pengaruh tekanan, umpan terhadap permeabilitas gas-gas murni dan selektivitas gas C02/02 dan C02/N2. Sedangkan pengujian pada kondisi ideal adalah untuk memisahkan campuran gas yang mengandung 63,045% N2, 16,91% 02 dan 20,045 % CO2 dengan variasi stage cut.
Hasil pengujian pada kondisi ideal menunjukkan bahwa permeabilitas gas CO2 murni meningkat dengan naiknya tekanan umpan. Permeabilitas gas 02 dan N2 pada rentang 0,5 MPa sampai 0,8 MPa relatif konstan, sehingga selektivitas ideal C02/02 dan C02/N2 juga bertambah. Sedangkan pada rentang 0,8 MPa sampai 1,5 MPa, permeabilitas gas 02 dan N2 meningkat dengan naiknya tekanan umpan yang mengakibatkan turunnya selektivitas gas 002102 dan C02/N2. Selektivitas tertinggi yang diperoleh dari pengujian pada kondisi ideal yaitu pada tekanan umpan 0,8 MPa dengan selektivitas C02/02 sebesar 11,618 dan CO2/N2 sebesar 16,604.
Dengan menggunakan selektivitas ideal pada tekanan umpan 0,8 MPa dilakukan pemodelan maternatis untuk memperkirakan komposisi di sisi permeat dan di sisi tertolak pada kondisi aktual.
Hasil pengujian pada kondisi aktual dan pemodelan menunjukkan bahwa stage cut turut berpengaruh terhadap komposisi gas. Reaksi CO2 di sisi permeat hasil pemodelan dan pengujian pada kondisi aktual menurun dengan naiknya stage cut dan fraksi udara di sisi tertolak menurun dengan bertambahnya stage cut.
Dari hasil penelitian pada kondisi aktual didapat kondisi operasi optimum adalah pada stage cut sebesar 0,21. Umpan yang mengandung udara 79,95% dapat ditingkatkan kandungannya menjadi 83,1% di sisi tertolak."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP 2000 35
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrasno Kartohardjono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Supriyanto Adiputro
"ABSTRAK
Lokasi pengamatan adalah ruas jalan yang terpilih, pompa bensin, terminal bis, dan taman-taman kota, serta kebun pembibitan dan percobaan Dinas Pertamanan.
Pengambilan data lapangan dengan Systematic Purposive Sampling dengan rumus (P-1) (U-1) > 15 untuk menentukan jumlah sampel. Faktor-faktor yang diperhitungkan adalah bibit tanaman, konsentrasi gas karbon dioksida, pengaturan larutan unsur Kara, faktor suhu, dan kelembaban udara. Selanjutnya sampel tanaman diidentifikasi jenisnya di laboratorium LBN Bogor. Untuk analisis data selain dilakukan secara statistik parametrik dan nonparametrik, juga dilakukan pengamatan secara visual terhadap jenis-jenis tanaman untuk menentukan indeks nilai penting.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Kelompok tanaman yang banyak dipergunakan oleh pemerintah DKI Jakarta sebagai tanaman penghijauan meliputi tanaman berkayu, tanaman perdu, tanaman hias, dan rumput-rumputan; (2) Dari keempat kategori tanaman tersebut di atas, terdapat 10 jenis yang dominan berupa tanaman berkayu keras. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman angsana (Pterocarpus indices) dan akasia (Acacia auriculiformis) merupakan jenis yang mempunyai indeks nilai penting tertinggi; (3) C02 dalam konsentrasi tertentu dibutuhkan oleh tumbuhan dalam pembentukan karbohidrat melalui proses fotosintesis, yang selanjutnya dibutuhkan dalam pembentukan bagian-bagian tumbuhan lainnya antara lain dinding sel; (4) Emisi gas CO dan CO2 di beberapa wilayah DKI Jakarta masih berada di bawah ambang batas peruntukan; (5) Hasil penghitungan gas CO2 yang bervariasi antara 1005,87 ug/m3 sampai 8669,36 ug/m3, akibat pengaruh beberapa faktor, yaitu iklim, kelas stabilitas udara, dan arus kendaraan bermotor atas jumlah unit kendaraan bermotor."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>