Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 228026 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutarobin
"[

 

 

ABSTRAK

Latar belakang: Lansia hipertensi mengalami perubahan pada aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Penyakit hipertensi dan penatalaksanaannya dipengaruhi oleh kebiasaan atau budaya yang dimiliki. Intervensi keperawatan holistic berbasis budaya dapat mengurangi dampak negative dan mencegah komplikasi hipertensi. Tujuan: penelitian bertujuan mengidentifikasi pengalaman lansia hipertensi dan faktor budaya yang mempengaruhi, serta mengidentifikasi efektifitas model PASTI BERDAYA terhadap kepatuhan, tingkat, stres, koping, dan tekanan darah lansia hipertensi. Metodologi: Penelitian menggunakan penelitian operasional melalui tiga tahapan. Tahap pertama melalui studi fenomenologi deskriptif melibatkan 15 partisipan, tahap kedua penyusunan model dan modul PASTI BERDAYA melibatkan 3 orang pakar, dan tahap ketiga melalui studi quasi ekperimen with control group melibatkan 100 responden dengan pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Hasil : teridentifikasi 10 tema yang menjadi dasar pengembangan model. Tersusunnya model PASTI BERDAYA dan tiga modul sebagai perangkat model PASTI BERDAYA. Hasil menunukan adanya perbedaan bermakna dari pretest, post test I setelah 3 bulan perlakukan, dan Post test II setelah 6 bulan perlakuan antara kelompok intervensi dan kelompok control pada variabel kepatuhan pengobatan (nilai p <0,001), kepatuhan pengendalian risiko hipertensi (nilai p <0,001), tingkat stres (nilai p <0,001), koping (nilai p <0,001), tekanan darah sistole (nilai p <0,001), dan tekanan darah diastole (nilai p <0,001). Simpulan: Model PASTI BERDAYA mampu meningkatkan kepatuhan pengobatan, kepatuhan pengendalian risiko hipertensi, dan koping serta mampu menurunkan tingkat stres dan tekanan darah lansia hipertensi setelah evaluasi 3 bulan dan 6 bulan perlakuan. Model PASTI BERDAYA tepat untuk diaplikasikan pada lansia dengan hipertensi atau penyakit kronik degenerative lainnya dengan masalah ketidakpatuhan, stres dan koping yang kurang.

 

Kata Kunci : Model PASTI BERDAYA, Kepatuhan pengobatan, Kepatuhan pengendalian risiko, Tingkat stres, Koping, Tekanan darah, Lansia hipertensi

 

 


 

ABSTRACT

Background: Elderly hypertensive patients experience changes in physical, psychological, social, and spiritual aspects Hypertension and its management are influenced by habits or culture. Holistic nursing interventions based on culture can reduce negative impacts and prevent complications of hypertension. Objective: The study aims to identify the experiences of elderly hypertensive patients and the cultural factors that influence them, as well as to identify the effectiveness of the PASTI BERDAYA model on compliance, levels stress, coping, and blood pressure of elderly hypertensive patients. Methodology: The study used operational research through three stages. The first stage was through a descriptive phenomenological study involving 15 participants, the second stage was the preparation of the PASTI BERDAYA model and module involving 3 experts, and the third stage was through a quasi-experimental study with a control group involving 100 respondents with sampling conducted by purposive sampling. Results: 10 themes were identified as the basis for developing the model. The PASTI BERDAYA model and three modules were compiled as PASTI BERDAYA model devices. The results showed a significant difference from the pretest, post-test I after 3 months of treatment, and post-test II after 6 months of treatment between the intervention group and the control group on the variables of medication adherence (p value <0.001), hypertension risk control adherence (p value <0.001), stress level (p value <0.001), coping (p value <0.001), systolic blood pressure (p value <0.001), and diastolic blood pressure (p value <0.001). Conclusion: The PASTI BERDAYA model is able to improve medication adherence, hypertension risk control adherence, and coping and is able to reduce stress levels and blood pressure in elderly hypertensives after 3-month and 6-month evaluations of treatment. The PASTI BERDAYA model can be adopted to improve the health of elderly hypertensives and other chronic degenerative diseases with problems of non-compliance, stress and poor coping.

Keywords: PASTI BERDAYA Model, Medication adherence, Risk control compliance, Stress level, Coping, Blood pressure, Hypertensive elderly

, Gangguan tidur di ICU disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya lingkungan, kebisingan, pencahayaan, kegiatan perawat, penyakit yang diderita, tindakan keperawatan, terapi obat, dan ventilasi mekanik. Efek yang ditimbulkan akan memengaruhi fungsi kekebalan tubuh, sistem metabolisme, regulasi sistem saraf pusat, dan kondisi psikologis. Tujuan penelitian ini menerapkan dan membuktikan efektifitas penggunaan Earplug dan Eye Mask dalam meningkatkan kualitas tidur pada pasien di ICU. Desain yang digunakan randomized controlled trial (RCT) crossover design. Peneliti membagi Group A dan Group B dengan simple random sampling. Jumlah sampel 24 responden. Instrumen kualitas tidur menggunakan Richard Campbell Sleep Questionnaire (RCSQ). Data dianalisis dengan uji Independent Sample T-Test. Hasil penelitian didapatkan p-value < 0,05, berarti pada alpha 5% terdapat perbedaan yang signifikan kualitas tidur antara malam pertama dan kedua pada masing-masing group sehingga disarankan dijadikan evidence based di rumah sakit sebagai salah satu terapi komplementer yang dapat dijadikan intervensi mandiri keperawatan untuk membantu mengatasi gangguan tidur.

Sleep disorders in ICU are caused by many factors, including environment, noise, lighting, nursing activities, illness, nursing, medication therapy, and mechanical ventilation. The effects will affect the immune function, metabolic system, central nervous system regulation, and psychological conditions. The purpose of this study to apply and prove the effectiveness of the use of Earplug and Eye Mask in improving sleep quality in patients in ICU. The design used randomized controlled trial (RCT) crossover design. The researchers divide Group A and Group B by simple random sampling. The Total sample of 24 respondents. Sleep quality instrument using Richard Campbell Sleep Questionnaire (RCSQ). Data were analyzed by the Independent Sample T-Test. The result of this research is p-value <0,05, mean at alpha 5% there is a significant difference of sleep quality between first and second night in each group so it is suggested to be an evidence-based in a hospital as one of complementary therapy which can be made independent intervention nursing to help overcome sleep disorders.]"
Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , [, 2019 ]
610 UI-JKI 22:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Pratiwi
"Latar Belakang: Anestesiologis adalah profesi yang rentan mengalami kelelahan. Gangguan tidur adalah keluhan yang sering dialami oleh anestesiologis. Penelitian ini menggunakan kuesioner PSQI Pittsburgh Sleep Quality Index untuk menilai kualitas tidur dan kuesioner ESS Epworth Sleepines Scale untuk menilai skala kantuk berlebih.
Metode: Penelitian observasional ini menggunakan rancangan potong lintang. Setelah disetujui komite etik didapatkan 114 peserta PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI RSUPN Cipto Mangunkusumo menggunakan total sampling selama April - Mei 2016. Formulir penelitian meliputi penilaian kualitas tidur menggunakan PSQI dan skala kantuk menggunakan ESS. Analisis deskriptif meliputi data gangguan kualitas tidur, skala kantuk, distribusi karakteristik dan jam kerja. Analisis bivariat menilai kriteria terkait nilai PSQI ? 5 kualitas tidur kurang dan ESS ?10 skala kantuk berlebih . Analisis multivariat dengan regresi logistik biner untuk melihat hubungan variabel paling dominan dengan variabel dependen. Setelah itu, dilakukan perbandingan antara data kualitas tidur dengan skala kantuk berlebih.
Hasil: Faktor durasi tidur, keluhan tidur dan skala kantuk berlebih adalah faktor penyebab kualitas tidur kurang

Background: Anesthesiologists is a profession prone to fatigue. Sleep disorder is a common complaint suffered by the anesthesiologist. This study used a questionnaire PSQI Pittsburgh Sleep Quality Index to assess the quality of sleep and ESS Epworth Sleepines Scale to assess the scale of excessive sleepiness.
Methods: This observational study used cross sectional design. After approval from ethics committee we obtained 114 resident of Anesthesiology and Intensive Therapy at Cipto Mangunkusumo Hospital using total sampling during April May 2016. The research form contained PSQI questionnaire to asses sleep quality and ESS to asses sleepiness scale. Data of sleep quality disorder, sleepiness scale, characteristics distribution and working hours presented by descriptive analysis. The bivariate analysis measured the relevant criteria PSQI score 5 sleep disorder and ESS 10 excessive sleepiness scale. Multivariate analysis by binary logistic regression used to see the most significant variable from the dependent variable. After that, comparison between data quality of sleep with excessive sleepiness scale was done.
Results: Factor of sleep duration, sleep complaints and excessive sleepiness scale were causative factor of sleep quality disorder p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risak Tiimron Iswara
"COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan menjadi masalah kesehatan dunia. Virus COVID-19 berdampak pada kesehatan fisik, mental hingga mempengaruhi kualitas tidur perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan terhadap kualitas tidur pada perawat yang merawat pasien COVID-19. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif retrospektif dengan simple random sampling. Sebanyak 123 responden diikutsertakan dari salah satu rs x daerah Depok. Data diambil pada bulan februari hingga maret 2023. Kuesioner penelitian menggunakan Zung self-rating anxiety scale (ZSAS) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitan menunjukkan 78.9% perawat yang merawat pasien COVID-19 memiliki kualitas tidur buruk dan 87% mengalami tingkat kecemasa ringan. Selain itu diperoleh hasil p value 0.017 sehingga terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur perawat yang merawat pasien COVID-19 (p=0,017). Perawat bagian managerial diharapkan lebih memperhatikan kualitas tidur perawat melalui staffing yang baik, Perawat diharapkan dapat menjaga kualitas tidur sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan optimal

COVID-19 is an infectious disease caused by the SARS-CoV-2 virus and has become a global health problem. The COVID-19 virus can have an impact on physical and mental health and also can affect the quality of sleep for nurses. This study aims to find the relationship between anxiety level and sleep quality in nurses who caring for COVID-19 patients. Design used retrospective descriptive with simple random sampling. Total respondent was 123 respondents at one of the hospital in Depok. The questionnaire used the Zung self-rating anxiety scale (ZSAS) and the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). The results of the study showed that 78.9% of nurses caring for COVID-19 patients had poor sleep quality and 87% experienced mild levels of anxiety. In addition, there was a significant relationship between anxiety levels and sleep quality for nurses caring for COVID-19 patients (p = 0.017). Managerial nurses are expected to pay more attention to the quality of nurse sleep through good staffing. Nurses are expected to be able to maintain sleep quality so that they can provide optimal nursing care"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"L’ouvrage décrit l’abord clinique et thérapeutique de l’insomnie ce qui intéresse les laboratoires d‘hypnotiques, de tranquillisants, d’antidépresseurs, de phytothérapie, d’homéopathie. Il décrit aussi les hypersomnies ce qui intéresse les mêmes laboratoires ainsi que ceux qui produise les stimulants cérébraux. Il aborde les troubles de la vigilance avec les apnées du sommeil."
Paris: Springer, 2012
e20426699
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Irwiena Tahar Sejati
""Leave no one behind" adalah prinsip inti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mencapai kesehatan yang merata dan menyeluruh. Upaya ini ditujukan untuk mengatasi kesenjangan kesehatan dan menyediakan layanan berkualitas dan terjangkau bagi semua orang, terutama mereka yang paling rentan dan terpinggirkan, termasuk dalam layanan kesehatan gigi untuk orang dengan gangguan jiwa. Komunikasi adalah kunci keberhasilan perawatan. Diagnosa dan rencana perawatan yang sesuai membutuhkan komunikasi yang baik. Orang dengan gangguan jiwa seperti depresi berat dan skizofrenia menghadapi kendala komunikasi: depresi menyebabkan respons tertunda dan penyempitan pikiran, sementara skizofrenia menyebabkan disorganisasi pikiran dan bicara. Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor, sebagai rumah sakit rujukan terbesar di Indonesia, merawat banyak pasien dengan gangguan jiwa, termasuk depresi berat dan skizofrenia. Diperlukan keterampilan komunikasi khusus selama perawatan untuk mencapai hasil yang sukses. Penelitian ini bertujuan menemukan pendekatan terbaik dalam berkomunikasi dengan pasien depresi berat dan skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan terdiri dari dokter gigi, pasien dengan gangguan jiwa, dan keluarga pasien. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen, kemudian dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif adalah dengan melibatkan kesabaran, empati, dan keterampilan mendengarkan aktif, sangat penting dalam keberhasilan perawatan gigi pada pasien dengan gangguan jiwa. Pengetahuan tentang kondisi psikologis pasien dan pelatihan komunikasi interpersonal bagi tenaga kesehatan juga penting untuk meningkatkan kualitas perawatan. Penelitian ini merekomendasikan pengembangan kebijakan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi bagi tenaga kesehatan di rumah sakit jiwa guna meningkatkan efektivitas komunikasi dan hasil perawatan gigi pada pasien dengan gangguan jiwa.

"Leave no one behind" is a core principle of the World Health Organization (WHO) aimed at achieving comprehensive and equitable health. This effort seeks to address health disparities and provide quality and affordable services for everyone, particularly the most vulnerable and marginalized, including dental care services for individuals with mental disorders. Communication is key to successful treatment. Proper diagnosis and treatment planning require effective communication. Individuals with mental disorders such as severe depression and schizophrenia face communication challenges: depression leads to delayed responses and narrowed thinking, while schizophrenia causes disorganized thoughts and speech. Dr. H. Marzoeki Mahdi Mental Hospital in Bogor, the largest referral hospital in Indonesia, treats many patients with mental disorders, including severe depression and schizophrenia. Special communication skills are required during treatment to achieve successful outcomes. This study aims to identify the best approach to communicating with patients with severe depression and schizophrenia at Dr. H. Marzoeki Mahdi Mental Hospital in Bogor. The research employs a qualitative method with a phenomenological approach. Informants include dentists, patients with mental disorders, and their families. Data were collected through in-depth interviews, observation, and document analysis, then analyzed using data reduction, data presentation, and conclusion drawing techniques. The results show that effective communication, involving patience, empathy, and active listening skills, is crucial in the success of dental care for patients with mental disorders. Knowledge of the patients' psychological conditions and interpersonal communication training for healthcare providers are also important in improving the quality of care. This study recommends the development of policies and training to enhance communication skills for healthcare providers in mental hospitals to improve communication effectiveness and dental care outcomes for patients with mental disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Nur Amalina
"Latar belakang: Gangguan sendi temporomandibula dapat memengaruhi kualitas tidur. Penelitian mengenai hubungan gangguan sendi temporomandibula dan kualitas tidur pada perawat umum di rumah sakit dengan menggunakan kuesioner ID-TMD dan PSQI belum pernah dilakukan di Indonesia.
Tujuan: Menganalisis hubungan gangguan sendi temporomandibula dengan kualitas tidur, stres kerja, dan faktor sosiodemografis jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan status pernikahan pada perawat umum di rumah sakit swasta tipe C. Menganalisis hubungan kualitas tidur dengan stres kerja dan faktor sosiodemografis jenis kelamin, usia, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan status pernikahan pada perawat umum di rumah sakit swasta tipe C.
Metode: Penelitian menggunakan desain cross sectional pada 92 subjek perawat di rumah sakit Hasanah Graha Afiah. Subjek mengisi tiga buah kuesioner yaitu; ID-TMD untuk mengukur gangguan sendi temporomandibula, PSQI versi bahasa Indonesia untuk mengukur kualitas tidur, dan ENSS versi bahasa Indonesia untuk mengukur stres kerja.
Hasil Penelitian: Uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna p=0.02 antara gangguan sendi temporomandibula dengan kualitas tidur pada perawat umum di rumah sakit swasta tipe C. Uji Mann-Whitney dan Independen T-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna yang signifikan p>0.05 antara gangguan sendi temporomandibula dengan stres kerja pada perawat umum di rumah sakit swasta tipe C. Uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna p>0.05 antara gangguan sendi temporomandibula dengan faktor sosiodemografi jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, status pernikahan pada perawat umum di rumah sakit swasta tipe C. Uji Indepeden T-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna p=0.035 antara kualitas tidur dengan komponen ENSS masalah dengan pasien dan keluarganya pada perawat umum di rumah sakit swasta tipe C. Uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna p>0.05 antara kualitas tidur dengan faktor sosiodemografi jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, status pernikahan pada perawat umum di rumah sakit swasta tipe C.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara gangguan sendi temporomandibula dengan kualitas tidur pada perawat umum di rumah sakit swasta tipe C.

Backgroud: Temporomandibular disorder can affect quality of sleep. The study analyzing the association between temporomandibular disorder and quality of sleep on nurses in type C private hospital using ID TMD and PSQI Indonesian version questionnaire has never been conducted in Indonesia.
Objectives: Analyzing the relationship between temporomandibular disorder with quality of sleep, work stress, and sociodemographic factors gender, age, sosial economic status, education level, and marital status on nurses in type C private hospital. Analyzing the relationship between quality of sleep with work stress and sociodemographic factors gender, age, sosial economic status, education level, and marital status on nurses in type C private hospital.
Methods: This cross sectional study assessed the data of 92 nurses in Hasanah Graha Afiah Hospital. Three questionnaires were given to each hospital nurse. The ID TMD questionnaire was used to evaluate temporomandibular disorder, the PSQI Indonesian version was used to evaluate quality of sleep, and the ENSS Indonesian version was used to evaluate work stress.
Results: Chi square test showed significant differences p 0.02 between temporomandibular disorder and quality of sleep on nurses in type C private hospital. Mann Whitney and Independent T test showed that there are no significant differences p 0.05 between temporomandibular disorder and work stress on nurses in type C private hospital. Chi square test showed that there are no significant differences p 0.05 between temporomandibular disorder and sociodemographic factors gender, age, sosial economic status, education level, and marital status on nurses in type C private hospital. Independent T test showed significant differences p 0.035 between quality of sleep and one of the ENSS component patients and their families on nurses in type C private hospital. Chi square test showed that there are no significant differences p 0.05 between quality of sleep and sociodemographic factors gender, age, sosial economic status, education level, and marital status on nurses in type C private hospital.
Conclusion: Temporomandibular disorder was associated with quality of sleep on nurses in type C private hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Wicaksono Sulistomo
"Pendahuluan : Saat pandemi COVID-19 berlangsung secara global, petugas kesehatan menunjukkan tingkat prevalensi gangguan cemas yang lebih tinggi dibandingkan petugas non-kesehatan. Gangguan cemas yang menetap dapat menjadi gangguan cemas menyeluruh, dan yang mengalami gangguan cemas menyeluruh memiliki potensi sebesar 25% untuk menjadi gangguan depresi berat.
Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi gangguan cemas serta faktor risiko yang berhubungan pada pekerja di Rumah Sakit X Balikpapan selama pandemi COVID-19 berlangsung.
Metode : Desain penelitian merupakan studi analisis deskriptif analitik dengan menggunakan desain potong lintang yang melibatkan 279 responden pekerja Rumah Sakit X di Indonesia. Penelitian menggunakan SPSS versi 20.0, dengan uji tes chi2 dan Fisher’s Exect test, untuk uji bivariat, dan uji regresi logistik dengan metode enter untuk analisis multivariat.
Hasil : Didapatkan hasil skoring dari GAD-7 bahwa 87.5% tidak memiliki gangguan cemas, 10.8% gangguna cemas ringan, 1.4% gangguan cemas sedang dan 0.4% gangguan cemas berat pada pekerja di RSX. Ditemukan pengaruh yang signifikan terhadap prevalensi gangguan cemas pada pekerja kesehatan p=0.001 dan aOR 4.8 (1.9-12.3), yang berada di area risiko tinggi transmisi COVID-19 p=0.04 dan aOR 5.1 (1.0-24.2), dan pekerja yang dikarantina p=0.001 dan aOR 10.5 (2.6-42.3) setelah memperhitungkan variabel usia dan jenis kelamin.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna terhadap risiko terjadinya gangguan cemas pada pekerja Rumah Sakit X Balikpapan dengan faktor risiko jenis pekerjaan merupakan tenaga kesehatan, berada di area kerja dengan risiko transmisi COVID-19 tinggi, dan pekerja yang dikarantina karena merawat pasien COVID-19.

Introduction: During the global COVID-19 pandemic, health workers were found to have a higher prevalence of anxiety disorder compared to non-health worker. Anxiety disorder that occur chronically have a 25% chance to become a major depression disorder.
Objective: The aim of this study is to understand the anxiety condition and risk factors that are related, among Balikpapan Hospital X workers during the COVID-19 pandemic.
Method: The design of this research used a cross sectional method that involved 279 respondents who are Balikpapan Hospital X workers. The study used SPSS version 20.0, using the chi square and Fisher’s Exact test for the bivariat analysis, and the logistic regression with enter method for the multivariate analysis.
Result: The study shows that, using the GAD-7 (General Anxiety Disorder) questionnaire from 279 hospital workers, there were 10.8% with mild-, 1.45% with moderate-, and 0.4% with severe anxiety disorder. A significant relation was found between anxiety disorder and risk factors such as: being a health worker with p=0.001 and a 4.8 ORadj (95% C.I: 1.9-12.3), working in high risk of transmitting COVID-19 area with p=0.04 and a 5.1 ORadj (95% C.I.: 1.0-24.2), and workers who are being quarantined with p=0.001 a 10.5 ORadj (2.6-42.3) after being adjusted by age and gender variables.
Conclusion: Significant relations were found between anxiety disorder among Hospital X workers with risk factors such as: health workers, working in high risk of transmitting COVID-19 area, and workers that are being quarantined. Researcher strongly advice health providers to do regular monitoring and seek moral support especially for workers who have higher risk of anxiety disorder
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Muaz Sabirin
"Manusia dapat menunjukkan perilaku yang cenderung konservatif ketika dalam keadaan cemas akan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecemasan tentang kematian dan konservatisme. Pengukuran kecemasan kematian dilakukan dengan menggunakan skala interval dan konservatisme dengan skala Likert 6 poin. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei online terhadap 300 responden yang diperoleh dengan metode accidental sampling. Hasil analisis data dengan korelasi Pearson dari 300 peserta menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara kecemasan kematian dan konservatisme. Hasil penelitian ini mendukung konsep sentral TMT tentang pertahanan pandangan dunia budaya dan harga diri.

Humans can show behavior that tends to be conservative when in a state of anxiety about death. This study aims to examine the relationship between anxiety about death and conservatism. Measurement of death anxiety was carried out using an interval scale and conservatism with a 6-point Likert scale. Data was collected using an online survey method for 300 respondents obtained by the accidental sampling method. The results of data analysis with Pearson correlation of 300 participants showed a significant positive relationship between death anxiety and conservatism. The results of this study support TMT's central concepts of defense of cultural worldviews and self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adila Naura Iftinan Sugiharto
"Perilaku makan menyimpang (PMM) merupakan penyakit medis yang ditandai dengan gangguan parah pada perilaku makan seseorang dan dapat menyebabkan perubahan konsumsi atau penyerapan makanan, serta secara signifikan mengganggu kesehatan fisik atau fungsi psikososial. Di DKI Jakarta, diketahui sebesar 34,8% remaja memiliki kecenderungan PMM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan perbedaan proporsi kecenderungan PMM berdasarkan faktor risikonya seperti literasi gizi, self-esteem, citra tubuh, pengaruh social networking sites (SNS), tingkat stres, uang saku, dan jenis kelamin pada siswa-siswi SMAN 5 Malang tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dengan 134 responden. Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Desember 2020 dan didapatkan dari pengisian kuesioner secara daring. Hasil analisis univariat penelitian menunjukkan bahwa 81,3% memiliki kecenderungan PMM. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi antara kecenderungan PMM dan citra tubuh (p-value 0,033).

Eating disorders are serious medical illnesses characterized by a severe disruption to a person’s eating behaviors that can cause changes in food consumption or absorption, as well as significantly affect a person’s physical and mental health. In DKI Jakarta, 34.8% of adolescents have the tendency towards eating disorders. This study aims to determine the proportion differences of eating disorders’ tendency based on its risk factors such as nutrition literature, self-esteem, body image, the influence of social networking (SNS), stress, pocket money, and gender among adolescents at SMAN 5 Malang in 2020. This cross-sectional study was conducted in December 2020 through filling out online questionnaires by 134 students as respondents. Univariate analysis showed that 81.3% students have the tendency towards eating disorders. Chi-square statistic test showed that there is a significant proportion differences in the tendency towards eating disorders based on body image."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lida Nurlainah
"Psychotic disorders are the most severe form of mental illness. The family is the primary supporter of patients with psychosis; as such, the family is likely to experience stress when caring for psychotic patients and assisting in their recovery. Data analysis regarding stress within families could inform the types of support that family members receive. This study aimed to determine stress within families of psychotic patients in Garut, Indonesia. A descriptive study was carried out using a quantitative approach. The samples collected were of the families who visited an outpatient clinic in Garut. A purposive sample of 70 respondents using the Slovin formula (10%) was recruited. Data were collected using the 42 Depression Anxiety Stress Scale (DASS) questionnaire, and univariate analysis was conducted. Results showed that 5.7% of the respondents experienced medium stress, 54.4% experienced mild stress, 41.4% did not experience stress, and only one person (1.4%) experienced severe stress. The findings suggest that families with psychotic patients experience stress. Further research is recommended to examine the factors and levels of stress within families of long-term acute psychotic patients.

Gangguan psikotik adalah bentuk penyakit mental yang paling parah. Keluarga adalah pendukung utama pasien yang menderita psikosis,keluarga cenderung mengalami stres ketika merawat pasien psikotik dan membantu dalam pemulihan mereka. Analisis data mengenai stres keluarga dapat menginformasikan jenis dukungan yang diterima anggota keluarga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui stres keluarga dengan pasien psikotik di Garut, Indonesia. Studi deskriptif dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel yang dikumpulkan adalah dari keluarga yang mengunjungi klinik rawat jalan di daerah Garut. Sampel purposive dari 70 responden menggunakan rumus Slovin (10%) yang direkrut. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner 42 Depression Anxietystress Scale (DASS) dengan melakukan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5,7% responden mengalami stres sedang, 54,4% mengalami stres ringan, 41,4% tidak mengalami stres, dan hanya satu orang (1,4%) mengalami stres berat. Dapat disimpulkan dari temuan bahwa keluarga dengan pasien psikotik mengalami beberapa bentuk stres. Penelitian lebih lanjut direkomendasikan untuk memeriksa faktor-faktor dan tingkat stres keluarga dengan pasien psikotik akut lama."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
610 UI-JKI 23:3 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>