Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131944 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fania Nur Kholifatunisa
"Petugas pemadam kebakaran memiliki risiko kelelahan tinggi akibat tuntutan kesiapsiagaan 24 jam, pajanan situasi darurat, serta beban fisik dan psikologis. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kelelahan dan faktor risiko pada petugas pemadam kebakaran Kota X tahun 2025. Penelitian menggunakan desain studi cross-sectional dan simple random sampling. Sebanyak 138 petugas mengisi kuesioner OFER-15, NASA TLX, PSS-10, PSQI, dan IPAQ-7. Faktor risiko terkait pekerjaan meliputi beban kerja, durasi kerja, masa kerja, waktu perjalanan, dan stres kerja. Faktor risiko kelelahan tidak terkait pekerjaan meliputi usia, status gizi, kuantitas dan kualitas tidur, aktivitas fisik, dan konsumsi kafein. Hasil menunjukkan 15,9% kelelahan kronis, 18,8% kelelahan akut, dan 15,2% kekurangan waktu pemulihan. 3 dari 5 faktor risiko terkait pekerjaan berhubungan signifikan dengan kelelahan kronis dan akut. Durasi kerja (p-value: 0,028, OR: 3,519), masa kerja (p-value: 0,045, OR: 0,396), dan stres kerja (p-value: 0,015, OR: 4,969) berhubungan dengan kelelahan kronis. Sementara itu, durasi kerja (p-value: 0,004, OR: 4,675), masa kerja (p-value: 0,012, OR: 0,284), dan stres kerja (p-value: 0,037, OR: 3,267) berhubungan dengan kelelahan akut. Aktivitas fisik merupakan satu-satunya faktor risiko tidak terkait pekerjaan yang berhubungan dengan kelelahan kronis (p-value: 0,041, OR: 2,917). Dengan demikian, dinas perlu mengembangkan program pencegahan kelelahan berdasarkan jenis pekerjaan dan kondisi individu petugas.

Firefighters are at high risk of experiencing fatigue due to the demands of 24-hour readiness, exposure to emergency situations, and substantial physical and psychological demands at work. This study aimed to analyze the level of fatigue and the contributing risk factors among firefighters in City X, 2025. This study employed a cross-sectional study with a simple random sampling method. 138 participants who completed the OFER-15, NASA-TLX, PSS-10, PSQI, and IPAQ-7 questionnaires. The work-related fatigue risk factors examined included workload, work duration, length of service, commuting time, and occupational stress. Non-work-related factors included age, nutritional status, sleep quantity and quality, physical activity, and caffeine consumption. The results indicated that 15.9% of respondents experienced chronic fatigue, 18.8% acute fatigue, and 15.2% inadequate recovery time. 3 out of 5 work-related factors, specifically work duration, length of service, and occupational stress were significantly associated with both chronic and acute fatigue. Chronic fatigue was associated with work duration (p value: 0.028, OR: 3.519), length of service (p-value: 0.045, OR: 0.396), and occupational stress (p value: 0.015, OR: 4.969), while acute fatigue was linked to work duration (p value: 0.004, OR: 4.675), length of service (p value: 0.012, OR: 0.284), and occupational stress (p value: 0.037, OR: 3.267). Physical activity was the only non-work related factor significantly associated with chronic fatigue (p value: 0.041, OR: 2.917). These findings highlight the need for fatigue prevention programs tailored to job types and individual conditions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thias Aulia Ramadhanty
"Pemadam kebakaran menerapkan jadwal kerja 1 x 24 jam hal ini memiliki risiko kelelahan pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko yang berhubungan terjadinya kelelahan pada petugas pemadam kebakaran. Variabel dependen dari penelitian ini adalah tingkat kelelahan pada pekerja pemadam kebakaran. Variabel independen adalah faktor tidak terkait pekerjaan (usia, waktu perjalanan, kuantitas tidur, kualitas tidur, kondisi kesehatan dan status gizi (IMT)) dan faktor terkait pekerjaan (masa kerja, pekerjaan sampingan dan variasi kerja). Sampel dalam penelitian ini adalah 56 petugas pemadam. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengukuran tingkat kelelahan menggunakan Subjective Self Rating Test dari IFRC, kualitas tidur diukur dengan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index. Desain penelitian adalah Cross Sectional, dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan 85,7% pekerja mengalami kelelahan ringan dan 14,3% kelelahan sedang. Hasil tersebut sejalan dengan jumlah kasus kebakaran selama sebulan terakhir hanya ada 16 kasus sehingga beban kerja pemadam tidak berat. Kelelahan responden berhubungan dengan masa kerja (OR 7.2), kondisi kesehatan (OR = 5.0), kuantitas tidur (OR = 5.8), kualitas tidur (OR = 0.02) dan waktu perjalanan (OR = 0.08). Oleh karena itu, perlu pengendalian faktor risiko yang teridentifikasi berhubungan dengan kelelahan.

Fatigue is a feeling of constant tiredness that can reduce the ability to perform a task in a safe and effective way. Firefighters work in 1x24 hours shift, this increase the risk of fatigue among workers. The aim of this study is to determine the risk factors related to fatigue in firefighters. The dependent variable in this study is the level of fatigue on firefighters. The independent variables in this study are divided into non-work-related factors (age, commuting time, sleep quantity, sleep quality, health condition and Body Mass Index (BMI)) and work-related factors (work period, other job and work variations). The sample of this study are a total of 56 firefighters. The data was collected subjectively using questionnaires. This study used Subjective Self Rating Test by IFRC to determine the level of fatigue and Pittsburgh Sleep Quality Index to determine the sleep quality. This study used Cross Sectional design to determine the relationship between the dependent and independent variable. Methods that used is quantitative (Chi-square) and odd ratio to determine the relationship level of the variables. Result showed 85,7% workers experienced low level of fatigue and 14,3% experienced moderate level of fatigue. Based on these results in line with the number of fire cases during the last month there were only 16 cases so that the workload of firefighters is not heavy. The results showed there is a relationship between workers fatigue and work period (OR= 7.2), health condition (OR = 5.0), sleep quantity (OR = 5.8), sleep quality (OR = 0.02) and commuting time (OR = 0.08). Therefore, control related to risk factors related to fatigue is needed."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Pratiwi
"Stres kerja merupakan respon tubuh yang disebabkan oleh tekanan pada pekerjaan yang dapat menimbulkan perubahan pada kesehatan fisik dan mental pekerja. Pemadam kebakaran dinilai sebagai pekerjaan yang mengalami tekanan tinggi karena harus bekerja secara cepat dan selalu siaga dalam situasi krisis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara faktor determinan yang meliputi usia, status pernikahan, pendidikan, masa kerja, tipe kepribadian, dan kepercayaan diri dengan stres kerja pada petugas pemadam kebakaran. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Sampel pada penelitian ini yaitu seluruh petugas pemadam kebakaran Jakarta Barat Sektor Palmerah dengan melibatkan 56 responden. Uji statistik untuk melihat hubungan antar-variabel menggunakan Uji Korelasi Gamma, Uji Chi Square, dan Uji t Independent.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami stres tinggi. Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara usia, status pernikahan, pendidikan, masa kerja dan tipe kepribadian dengan stres kerja. Namun terdapat hubungan yang kuat antara kepercayaan diri dengan stres kerja yang bepola negatif, artinya semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah stres kerja. Untuk mengurangi stres kerja pada pemadam kebakaran perlu adanya kesadaran untuk mengenali stres dan strategi yang tepat untuk mengendalikan stressor pekerjaan.

Work stress is the bodys response in consequence of stress related work which can cause changes in the worker 39s physical and mental health. Firefighters are rated as high pressure jobs because they have to work quickly and are always alert in crisis situations. The purpose of this study is to explain the relationship between determinant factors that include age, marital status, education, work period, personality type, and confidence with work stress on firefighters. This research use cross sectional design and data collecting tool in the form of questionnaire. The sample in this research is all firefighters of West Jakarta Palmerah Sector involving 56 respondents. Statistical test to see the relationship between variables using Gamma Correlation Test, Chi Square Test, and Independent T Test.
The result showed most of respondents experienced high stress. The results of statistical tests did not show any relationship between age, marital status, education, work period and personality type with work stress. However there is a strong relationship between confidence with work stress which is negative pattern, means the higher the confidence the lower the work stress. To reduce work stress on firefighting needs to be aware to recognize stress and the right strategy to control job stressor.Key words work stress, firefighters, determinant factors "
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Ade Primawan
"ABSTRAK
Perlindungan Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan perlindungan yang diberikan kepada tenaga kerja dengan menciptakan lingkungan kerja yang aman dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja sehingga dapat melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada saat bekerja. Skripsi ini membahas mengenai Upaya Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi Petugas Pemadam Kebakaran di Kabupaten Tegal. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pemadam Kebakaran Kabupaten Tegal sudah mengupayakan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi petugas pemadam kebakaran di Kabupaten Tegal melalui berbagai upaya yaitu peningkatan sumber daya manusia, penerapan Standard Operating Procedure SOP, peningkatan sarana dan prasarana, pemberdayaan masyarakat, dan pelaksanaan pemeliharaan.

ABSTRACT
Work safety and health protection is the protection given to the workforce by creating a safe working environment and prevent accidents so as to protect the safety and health of the workforce at the time of work. This thesis deals with the efforts of protection of the safety and health of work for Firefighters in Tegal Regency. This research was qualitative research with descriptive design. Research results show that the Tegal Regency Fire Department was already seeking the protection of the safety and health of work for firefighters in Tegal Regency, through various efforts, namely an increase in human resources, the application of Standard Operating Procedure SOP, improved infrastructure and facilities, community empowerment, and the execution of maintenance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Prawidiyanto
"Kinerja Health, Safety, and Environment (HSE) merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan program-program HSE dalam sebuah organisasi. Kinerja HSE Tim Penanggulangan dan Pemadam Kebakaran PT CVX belum mencapai target yang ditetapkan. Dari total 51 laporan bulanan (antara 1 Januari 2010 hingga 31 Maret 2014), terdapat 23 buah temuan unsur kinerja yang tidak memenuhi target (sebesar 1,76%). Besarnya nilai bobot kinerja yang tidak tercapai selama periode tersebut adalah 3,01%.. Unsur-unsur yang menjadi indikator kinerja HSE tersebut merupakan hal-hal yang harus dipenuhi oleh Tim dalam rangka meminimalkan risiko. Dengan pencapaian dibawah target, muncul risiko-risiko bagi PT CVX, para kontraktor, serta masyarakat di sekitar lokasi operasinya. Unsur-unsur kinerja HSE yang tidak tercapai tersebut merupakan hazard yang dapat menyebabkan munculnya kecelakaan atau kerugian.
Berdasarkan teori tentang faktor manusia, mengadopsi dari Swiss Cheese Model (Reason, 1997), dalam penelitian ini ditemukan unsur-unsur yang menyebabkan kegagalan programprogram HSE pada Tim, adalah lebih banyak disebabkan oleh kinerja manajemen organisasi, dimana jumlah kegagalan program yang dinilai berdasarkan inisiatif yang tidak dilakukan adalah sebesar 2,45%. Sedangkan kegagalan yang disebabkan oleh kinerja individu, berdasarkan kejadian yang ditemukan adalah berjumlah 1,34%. Dan secara umum tingkat keberhasilan Tim dalam menerapkan program HSE (berdasarkan KPI Kinerja HSE) secara keseluruhan adalah 98,33%.

Performance of Health, Safety, and Environment (HSE) is one indicator of the successful implementation of HSE programs within an organization. HSE Performance of Team Fire Fighting Team PT CVX has not reached the set target. From total of 51 monthly reports (between January 1, 2010 until March 31, 2014), there are 23 pieces of findings as elements of un-meet performance target (1.76%). The amount of the unreach performance weight during the period was 3.01%. In order to minimize the risk the elements must be met. Achievement below targets increase emerging risks for PT CVX, contractors, and the communities around its operations. The un-reach elements of HSE performance is hazards that can cause accidents or losses.
Based on the theory of human factors, adopting from Swiss Cheese Model (Reason, 1997), this research found the elements that led to the failure of programs HSE on Tim, is more caused by the performance management of the organization, where the number of program failure are assessed based on initiatives that not done is amounted to 2.45%. Whereas failure caused by individual performance, based on the events found are totaled 1.34%. And the general level of success in implementing HSE team (based KPI Performance HSE) as a whole is 98.33%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari Shofiya
"Kelelahan Kerja adalah kondisi fisik atau mental yang terjadi pada pekerja dan berpengaruh negatif terhadap performa kerjanya. Skripsi ini membahas mengenai faktor- faktor yang berkontribusi menyebabkan terjadinya Kelelahan Kerja Subjektif pada petugas pemadam kebakaran Kota Bogor tahun 2019. Jumlah responden yang diteliti adalah keseluruhan populasi, yaitu 54 pekerja. Pengukuran kelelahan menggunakan daftar pertanyaan berupa gejala kelelahan yang bersumber dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) dan hasilnya menunjukkan bahwa 36 pekerja (66,6%) mengalami kelelahan ringan dan 18 pekerja (33,3%) mengalami kelelahan sedang. Desain Penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan menggunakan metode kuantitatif (Chi-square) dan odd ratio untuk mengetahui derajat hubungan dua variabel. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya variabel yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap terjadinya kelelahan.

Work Fatigue is a physical or mental condition that occurs to workers and negatively affects their work performance. This study discusses the contributing factors for the occurrence of Subjective Work Fatigue in Bogor City firefighters in 2019. The number of respondents studied was the entire population, which is 54 workers. Measurement of fatigue using a questionnaire in the form of fatigue symptoms originating from the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) and the results showed that 36 workers (66.6%) experienced mild fatigue and 18 workers (33.3%) experienced moderate fatigue. The research design used was cross sectional using the quantitative method (Chi-square) and odd ratio to determine the degree of relationship between two variabels. The results of this study indicate the absence of variabels that have a significant relationship to the occurrence of fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Kurniawan
"ABSTRACT
Di Indonesia banyak terjadi kasus kebakaran terutama di daerah urban. Kerugian yang ditimbulkan oleh kasus-kasus kebakaran tersebut terbilang cukup besar. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan pemadam kebakaran untuk mengakses lokasi kebakaran pada jalan-jalan yang sempit. Dalam penelitian ini dibuat sistem pengiriman data dan navigasi purwarupa kendaraan pemadam kebakaran pintar yang berbasis Internet of Things. Sistem pengiriman data menggunakan modul WiFi ESP-01 2.4 GHz yang dihubungkan oleh mobile AP Access Point . Sistem navigasi menggunakan modul GPS u-blox NEO-6M untuk mendapatkan data latitude dan longitude. Untuk mendeteksi halangan obstacle digunakan modul ultrasonic ranging HC-SR04 yang diatur dengan batas 1 meter dari benda di depannya. Untuk mengatur kondisi gas dan rem digunakan mini servo motor 180o masing-masing satu buah dan bekerja saling berkebalikan. Untuk mengatur arah belok digunakan stepper motor 5.625o/64 step. Seluruh data hasil pengjuian dikirimkan di server dan disimpan dalam database. Dari hasil pengujian diketahui bahwa sistem bekerja sesuai dengan algoritma yang diberikan. Dari hasil pengujian diketahui bahwa terdapat packet loss sebesar 11.33 dari 300 paket data yang dikirimkan ke server. Sensor jarak mendeteksi obstacle rata-rata pada jarak 822.39 milimeter dari jarak batas seharusnya 1000 milimeter. Waktu pengereman yang dibutuhkan dari mulai terdeteksinya obstacle adalah sekitar 1-2 ms. Algoritma pelacakan yang telah dibuat sesuai dengan yang diharapkan yaitu dapat terpantau melalui website secara real-time.

ABSTRACT
There are many fire disasters happen in Indonesia especially in urban area. The damage occured because of that cases is quite massive. It happened because the firefighter can not access the fire location in small alley. In this study, the author designed a prototype of smart firefighter vehicle data logging and navigation system based on Internet of Things. The data logging system use ESP 01 WiFi module at 2.4 GHz which connected to mobile AP Access Point . The navigation system use u blox NEO 6M GPS module to get latitude and longitude coordinate data. To detect obstacles, the author use HC SR04 ultrasonic ranging module which has been set with 1 meter threshold to the obstacle at the front. To controlling acceleration and braking system, the author use 180o mini servo motor, one is for acceleration and the other one is for braking which is work in the opposite way. To controlling turning direction, the author use 5.625o 64 stepper motor. From the test results can be seen that the system has been able to work in accordance with an algorithm that is designed. Test results show that system has packet loss about 11.33 from 300 data package that sent from microcontroller to the server.Distance sensor can detect obstacle in average 822.39 millimeter distance from obstacle where it should be 1000 millimeter from obstacle. The time to brake, from time when obstacle detected by distance sensor to time when brake servo motor moved is about 1 2 millisecond. The tracking algorithm that was made meets expected result where we can monitor end device real time in website."
2017
S69486
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Relimba
"Rumah sakit merupakan tempat kerja yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kecelakaan kerja dibandingkan industri lainnya. Perawat IGD harus selalu siap sedia 24 jam untuk menangani kasus kegawatdaruratan yang dialami oleh berbagai pasien yang datang ke rumah sakit sehingga dengan tanggung jawab tersebut, sangat rentan bagi perawat IGD untuk mengalami kelelahan kerja. Penelitian ini membahas faktor terkait kelelahan kerja pada perawat IGD Rumah Sakit X Tahun 2024. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang telah dilakukan pada bulan Juli-Agustus pada seluruh perawat IGD Rumah Sakit X yaitu sebanyak 35 responden. Pengukuran kelelahan kerja perawat menggunakan pengukuran secara subjektif dengan kuesioner Subjective Self Rating Test yang dikembangkan oleh Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat IGD Rumah Sakit X lebih banyak mengalami kelelahan kerja ringan (71,4%) dan faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja yaitu kebisingan (P-Value=0,027). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian terhadap pajanan bising bagi perawat IGD di Rumah Sakit X dan juga perlu adanya prosedur fatigue management untuk mencegah dan mengendalikan tingkat kelelahan kerja pada perawat IGD Rumah Sakit X.

Hospitals are workplaces that have a higher risk of work accidents compared to other industries. ER nurses must always be ready 24 hours to handle emergency cases experienced by various patients who come to the hospital so that with this responsibility, ER nurses are very vulnerable to experiencing work fatigue. This research discusses factors related to work fatigue in ER nurses at Hospital. Measurement of nurses' work fatigue uses subjective measurements with the Subjective Self Rating Test questionnaire developed by the Japanese Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) which has been translated into Indonesian. The results of the study showed that ER nurses at Hospital X experienced more mild work fatigue (71,4%) and the factor related to work fatigue was noise (P-Value=0,027). Based on this, it is necessary to carry out various efforts to control noise exposure for emergency room nurses. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wenna Yolanda
"Kelelahan pada pengemudi adalah salah satu penyebab utama kecelakaan di jalan raya. Pengemudi truk skid-tank LPG adalah salah satu pekerjaan yang berisiko mengalami kelelahan karena memiliki durasi kerja yang panjang, durasi mengemudi yang panjang dan faktor lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor ndash; faktor risiko kelelahan seperti shift kerja, durasi mengemudi, durasi lembur, situasi jalan, kuntitas tidur, waktu terjaga, dan commuting time pada pengemudi truk skid-tank LPG PT. X tahun 2017. Desain studi cross-sectional digunakan dalam penelitian ini, menggunakan kuesioner The Checklist of Individual Strengts sebagai instrumen untuk mengukur kelelahan. Sebanyak 87 pengemudi truk skid-tank LPG PT. X diwawancarai pada Maret 2017.
Hasil analisis univariat menunjukkan 24,1 pengemudi mengalami kelehan. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna ?=0,05 antara durasi mengemudi nilai p=0,046 dan waktu terjaga nilai p=0,017 terhadap kelelahan. Pengemudi yang mengalami kelelahan memiliki durasi mengemudi dan waktu-terjaga yang lebih panjang dibandingkan pengemudi yang tidak menalami kelelahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa durasi mengemudi dan waktu-terjaga yang panjang berhubungan dengan meningkatnya risiko kelelahan pada pengemudi truk skid-tank LPG. Tindakan perbaikan diperlukan untuk mengendalikan jam kerja yang panjang dan kualitas dan kuantitas tidur yang buruk untuk memperbaiki derajat keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

Driver fatigue is one of the main causes of road accident. Truck driver is one of many job that susceptible experiencing fatigue because of the long work hour, long driving hour, and other factors. This study is aimed to analyze fatigue risk factors such as work shift, driving hours, overtime duration, road condition, sleep quantity, time ndash awake, and commuting time among LPG skid tank truck driver at PT. X 2017. This study design is cross sectional and using The Checlist of Individual Strength as instrument for measuring fatigue. Total 87 LPG Skid Tank Drivers are interviewed during March 2017. Univariate analysis results shows that 24,1 of driver experienced fatigue.
Bivariate analysis results shows that driving duration p value 0,046 and time ndash awake p value 0,017 are signifantly associated with driver fatigue. The drivers that experiencing fatigue has longer driving duration and longer time ndash awake than the drivers that was not. This study suggests that long driving duration and time awake are associated with increased risk of fatigue. Corrective action is needed to manage excessive work hours and poor sleep to improve safety and health at the workplace.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hazura Rindu Tuffahatti
"Kelelahan kerja adalah kondisi yang ditandai dengan perasaan yang menurun dalam kecepatan bekerja, gangguan sistemik saraf pusat akibat aktivitas yang panjang. Kelelahan kerja jika dialami secara terus menerus, maka akan menurunkan kinerja maupun produktivitas kerja. Banyak faktor yang dapat mengakibatkan kelelahan, maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor risiko kelelahan (faktor risiko individu dan faktor pekerjaan) pada Perawat di Rumah Sakit X tahun 2023. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain tudi cross-sectional. Data dikumpulkan menggunakan data sekunder yang ada di Rumah Sakit X. Sampel dalam penelitian ini dibutuhkan sekitar 60 responden Perawat yang terbagi dalam beberapa unit di Rumah Sakit X. Hasil analisis menunjukkan sebanyak 4 responden (6,7%) mengalami kelelahan ringan, 48 responden (80,0%) mengalami kelelahan sedang, dan 8 responden mengalami kelelahan tinggi (13,3%). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kelelahan kerja di Rumah Sakit X adalah Beban Kerja dengan p-value = 0,018 dan Jabatan Perawat dengan p-value = 0,040.

Work fatigue is a condition characterized by feelings of decreased work speed, central nervous system disorders due to long periods of activity. If work fatigue is experienced continuouslym it woll reduce work performance and productivity. Many factors can cause fatigue, therefore this study was conducted to analyze the risk factors for fatigue individual risk factors and work, in Nurses at the Hospital X in 2023. Research was conducted using a quantitative approach with a cross-sectional study design. Data was collected using secondary data at the Hospital X. This research collected 60 respondents divided into several units at Hospital X. The results of the analysis showed that 4 respondents (6.7%) experienced mild fatigue, 48 respondents (80.0%) experienced moderate fatigue, and 8 respondents experienced high fatigue (13.3%). The risk factor that is closely related to the occurrence of work fatigue at the Hospital X is Workload with p-value = 0.018 and Nursing Position with p-value = 0.040."
Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>