Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78354 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bilqis Rihadatul Aisy
"Adsorben berbasis biopolimer telah dikembangkan sebagai alternatif ramah lingkungan untuk mengatasi kontaminasi di ekosistem perairan, karena sifatnya yang biodegradable dan minim dampak terhadap lingkungan. Pada penelitian ini, telah berhasil disintesis adsorben SA-CMC/GO-Fe3O4 yang didukung dengan karakterisasi FTIR, XRD, SEM-EDS, dan BET. Adsorben SA-CMC/GO-Fe₃O₄ menunjukkan efisiensi adsorpsi optimal sebesar 90,19% terhadap ion Cu(II) setelah 30 percobaan, dengan kondisi optimum: GO-Fe₃O₄ 0,025 g, CMC 0,075 g, dosis adsorben 0,030 g, dan waktu kontak 120 menit. Hasil optimasi oleh RSM-CCD tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan hasil eksperimen, sehingga metode ini dapat menjadi sarana panduan praktis untuk mengatur variabel sedemikian rupa dan dapat diperoleh efisiensi adsorpsi tertinggi dalam suatu eksperimen. Studi kinetika adsorpsi ion Cu(II) menggunakan adsorben SA-CMC/GO-Fe₃O₄ yang dioptimasi dengan metode RSM-CCD memiliki kesesuaian dengan model kinetika orde dua semu (R² = 0,9974) dengan konstanta laju reaksi (k₂) = 0,00122 g/mg·menit. Sementara itu, studi isoterm adsorpsi mengikuti model Freundlich (R² = 0,9679), yang mengindikasikan mekanisme adsorpsi berlangsung secara multilapis. Hal ini berarti molekul-molekul adsorbat dapat membentuk beberapa lapisan pada permukaan adsorben.

Biopolymer-based adsorbents have been developed as an environmentally friendly alternative to overcome contamination in aquatic ecosystems, due to their biodegradable nature and minimal impact on the environment. In this study, SA-CMC/GO-Fe3O4 adsorbents have been successfully synthesized, supported by FTIR, XRD, SEM-EDS, and BET characterization. SA-CMC/GO-Fe₃O₄ adsorbents showed an optimal adsorption efficiency of 90.19% against Cu(II) ions after 30 experiments, with optimum conditions: GO-Fe₃O₄ 0.025 g, CMC 0.075 g, adsorbent dose 0.030 g, and contact time 120 minutes. The optimization results by RSM-CCD did not show significant differences with the experimental results, so this method can be a practical guide to adjust variables in such a way that the highest adsorption efficiency can be obtained in an experiment. The kinetic study of Cu(II) ion adsorption using SA-CMC/GO-Fe₃O₄ adsorbent optimized by RSM-CCD method showed good agreement with the pseudo-second-order kinetic model (R² = 0.9974) with a reaction rate constant (k₂) of 0.00122 g/mg·min. Meanwhile, the adsorption isotherm study followed the Freundlich model (R² = 0.9679), which indicated that the adsorption mechanism took place in a multilayer manner. This means that the adsorbate molecules can form several layers on the surface of the adsorbent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisha Irwinna
"Limpasan air hujan di perkotaan memiliki kandungan polutan dan logam berat yang tinggi sehingga perlu dilakukan pemurnian agar sesuai baku mutu sebagai alternatif penyediaan air bersih. Bioretensi merupakan solusi yang dapat dilakukan dengan menggunakan media filter dan tanaman air yang efektif untuk meyisihkan polutan dan logam berat dengan salah satu contohnya yaitu tanaman Canna Indica. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk menganalisis penyerapan nitrogen dan logam berat pada setiap bagian tanaman dan penyisihan nitrogen dan logam beratnya. Penelitian ini menggunakan objek studi Kota Bekasi dengan menggunakan kondisi tanaman yang berbeda yaitu dengan menanam bagian akar, bagian akar dan batang, dan tanaman utuh yang terdiri dari akar, batang, dan tanaman untuk menguji parameter logam besi, kadmium, dan nitrogen. Hasil yang didapat dari penelitian ini yaitu untuk efisiensi penyisihan besi dapat mencapai hingga 98,59%, kadmium mencapai 89,59%, dan nitrogen mencapai 65,53%. Penyerapan besi paling tinggi pada tanaman yaitu pada bagian akar, untuk kadmium pada bagian batang, dan nitrogen pada bagian daun. Kombinasi antara media filter dan Canna Indica mampu menyisihkan dan menyerap logam besi, kadmium, dan nitrogen.

Rainwater runoff in urban areas has a high content of pollutants and heavy metals, so it is necessary to carry out purification to conform to quality standards as an alternative to providing clean water. Bioretention is a solution that can be done using filter media and water plants that are effective for removing pollutants and heavy metals with one example being the Canna Indica plant. This study aims to analyze the uptake of nitrogen and heavy metals in each part of the plant and the removal of nitrogen and heavy metals. The sampling is in Bekasi City by using different plant conditions by planting only the roots, roots and stems, and whole plants consisting of roots, stems, and plants to test iron, kadmium, and nitrogen. The results indicated that the bioretention efficiently removed 98.59% of iron (Fe), 89.59% kadmium (Cd), and 65.53% nitrogen (N). The highest absorption of Fe in plants is in the roots, for Cd in the stems, and N in the leaves. The combination of filter media and Canna Indica is able to remove and absorb Fe, Cd, N."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efitriana Wulandari
"ABSTRAK
Acid Mine Drainage (AMD) mengandung konsentrasi berbagai logam berat dan memiliki tingkat pH rendah. Dalam penelitian ini, perbandingan antara penggunaan zeolit ​​alam dan zeolit ​​disintesis untuk menghilangkan Cu2+ di AMD dilakukan. Adsorben zeolit ​​alam dibuat melalui metode pengaktifan kimia dengan menambahkan NaOH. Sementara, zeolit ​​yang disintesis dibuat dari abu terbang batubara menggunakan metode dua langkah, fusi, dan proses hidrotermal. AMD yang digunakan dalam penelitian ini dirancang secara artifisial dengan konsentrasi Cu2+ 100 ppm dan pH ± 3. Eksperimen adsorpsi dilakukan dengan menggunakan metode batch untuk mengamati parameter yang berpengaruh seperti dosis adsorben, waktu kontak, isoterm adsorben, dan kinetika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penghilangan Cu2+ untuk zeolit ​​alam dan zeolit ​​yang disintesis adalah 98,24% dan 98,16% dengan dosis adsorben optimal masing-masing 15g/ l dan 21 g/l. Waktu kontak optimal untuk kedua adsorben adalah 120 menit. Model isoterm Langmuir melengkapi adsorpsi untuk zeolit alami ​​dan zeolit sintesis, dengan kapasitas penyerapan maksimum 67,49 mg / g dan 35,12 mg / g, dan model kinetika pseudo-first-order dan pseudo-second-order. Hasil penelitian ini bahwa efektivitas adsorpsi yang baik mensintesis zeolit. Selain itu, zeolit ​​alam dan zeolit ​​sintetis memiliki potensi besar sebagai bahan yang berkelanjutan dan ekonomis untuk ion penghilangan logam berat Cu2+ dalam air limbah.

ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) contains a high concentration of various heavy metals and have low pH levels. In this study, the comparison between the use of natural zeolite and synthesized zeolite for Cu2+ removal in AMD was conducted. The adsorbent of natural zeolite was prepared through a chemical activating method by adding NaOH. While, synthesized zeolite was made from coal fly ash using a two-step method, fusion, and hydrothermal process. The AMD used in this study was artificially designed with the concentration of Cu2+ 100 ppm and pH ± 3. The adsorption experiment was carried out using a batch method to observe the influential parameters such as adsorbent dosage, contact time, adsorbent isotherms, and kinetics. The result show that the removal efficiency of Cu2+ for natural zeolite and synthesized zeolite was 98,24% and 98,16 % with optimum adsorbent dose 15 g/l and 21 g/l, respectively. The optimum contact time for both adsorbents was 120 minutes. The Langmuir isotherm model fitted the adsorption for synthesized zeolite and natural zeolite, with the maximum sorption capacity of 35,12 mg/g and 67,49 mg/g, and the kinetics model of pseudo-second-order and pseudo-first-order. The result of this study that the good adsorption effectivity synthesized zeolite. Furthermore, both natural zeolite and synthesized zeolite have great potential as a sustainable and economical material for heavy metal removal ion Cu2+ in wastewater."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Endang Sudaryani
"Preparasi zeolit berpori hierarki dari klinoptilolit Kalianda Lampung berhasil dilakukan dengan metode tandem acid-base treatments. Material zeolit alam berpori mikro dimodifikasi dengan menyatukan dua metode yang biasa dilakukan untuk mengubah ukuran mikropori zeolit menjadi mesopori, yaitu perlakuan asam (dealuminasi) dan perlakuan basa (desilikasi). Perlakuan asam diharapkan dapat meningkatkan rasio Si/Al sebagai hasil dari penurunan kadar Al, kemudian dilakukan perlakuan basa yang bertujuan untuk melarutkan sebagian atau menyeimbangkan kadar Si dan mengarahkan pembentukan mesopori dalam kerangka zeolit. Karakterisasi terhadap klinoptilolit raw dan hasil perlakuan asam-basa digunakan instrumen AAS, XRD, FTIR, dan BET surface area.
Berdasarkan penelitian, Z-A4B1 memiliki sisi aktif yang cukup besar yang dapat berperan menjadi adsorben ion logam berat Cu(II) yang lebih baik karena kapasitas adsorpsi Z-A4B1 ini 4 kali lipat lebih tinggi daripada kapasitas adsorpsi dari klinoptilolit raw pada waktu optimum dan konsentrasi awal Cu(II) 300 ppm. Nilai KTK Z-A4B1 adalah sebesar 33,27 mg/g yang setara dengan 104,78 meq/100 g zeolit, sedangkan nilai KTK klinoptilolit raw adalah sebesar 72,19 meq/100 g zeolit. Adapun isoterm adsorpsi yang paling sesuai untuk menjelaskan mekanisme adsorpsi Cu(II) pada klinoptilolit berpori hierarki Z-A4B1 adalah model isoterm adsorpsi Freundlich.

Hierarchical zeolites are prepared from Kalianda Lampung clinoptilolite by tandem acid-base treatments. Natural zeolites that are micropore intrinsicly was modified with two familiar methods that mostly used to change micropore size zeolite into hierarchical zeolite; acid treatment (dealumination) and base teratment (desilication). Acid treatments can increase Si/Al ratio of clinoptilolite because of Al content decreasing, then base treatment can balance Si content and aim the mesopore formation in zeolite frameworks. Intensive characterizations of both raw and modified clinoptilolites are conducted using XRD, AAS, FTIR, and BET surface area measurement.
In this research, Z-A4B1 has more active sites to adsorb Cu(II) ions because the adsorption capacity of Z-A4B1 is up to 4-fold higher than the adsorption capacity of raw clinoptilolite at its optimum contact time and initial Cu(II) concentration 300 ppm. The CEC of Z-A4B1 is 33.27 mg/g that equals to 104.78 meq/100 g zeolite, besides CEC of raw clinoptilolite is 72.19 meq/100 g zeolite. Therefore, adsorption isoterm that fit to explain the adsorption Cu(II) mechanism at hierarichal zeolite Z-A4B1 is Freundlich isoterm adsorption model.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hidayat
"Benzoin essential oil adalah oleoresin bernilai tinggi yang berasal dari getah kering pohon Styrax benzoin. Di Indonesia, getah kering pohon ini diperdagangkan dengan tiga varian berbeda, yaitu: kemenyan putih, kemenyan tahir madu dan kemenyan hitam super. Sampai saat ini belum ada publikasi tentang karakteristik yang meliputi sifat fisika-kimia ketiga jenis varian essential oil dari ketiga varian kemenyan. Kondisi optimum proses ektraksi essential oil dari ketiga varian kemenyan ini belum diketahui. Pada penelitian ini, benzoin essential oil telah diproduksi menggunakan metode ekstraksi refluks etanol.
Dalam studi optimasi, diselidiki pengaruh parameter proses ekstraksi yang meliputi rasio bahan mentah terhadap etanol dan waktu ekstraksi. Dengan bantuan analisis regresi menggunakan Response Surface Methodology (RSM), hasilnya menyarankan bahwa kondisi ekstraksi yang optimal, yaitu: perbandingan bahan mentah terhadap etanol 1:4,80 dan waktu ekstraksi 4,134 jam untuk kemenyan putih, 1:5,13 dan 3,80 jam untuk kemenyan tahir madu serta 1:4,93 dan 4,09 jam untuk kemenyan hitam super. Essential oil yang dihasilkan dari ketiga varian kemenyan pada kondisi tersebut secara berturut-turut adalah 45,30 g; 47,76 g; dan 45,42 g.
Penelitian lebih lanjut tentang kualitas ekstrak menggunakan GCMS menghasilkan empat senyawa kimia utama sebagai komponen terbesar yang menyusun Styrax benzoin, yaitu (Z)-Cinnamic acid, n-Hexadecanoic acid, cis- Vaccenic acid dan Cinnamyl cinnamate. Uji antioksidan menunjukkan bahwa kemenyan hitam super memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 90,0348; diikuti kemenyan putih dan kemenyan tahir madu dengan nilai 114,0560 dan 123,8628. Informasi yang dihasilkan dari penelitian ini berguna untuk pengembangan industri essential oil, terutama yang berasal dari resin kemenyan dan turunannya.

Benzoin essential oil is a high-value oleoresin derived from the dried sap of the Styrax benzoin tree. In Indonesia, the dried sap of this tree is traded with three different variants, namely: white incense, honey clean incense and super black incense. Until now there have been no publications on the characteristics that include the physico-chemical properties of the three types of essential oil variants from the three variants of incense. The optimum condition for extracting essential oils from the three variants of incense is unknown. In this study, benzoin essential oil was produced using ethanol reflux extraction method.
In the optimization study, investigated the effect of the parameters of the extraction process which included the ratio of raw materials to ethanol and extraction time. With the help of regression analysis using Response Surface Methodology (RSM), the results suggest that the optimal extraction conditions, namely: the ratio of raw materials to ethanol 1: 4,80 and extraction time 4,134 hours for white incense, 1: 5,13 and 3,80 hours for honey clean incense and 1: 4.93 and 4.09 hours for super black incense. Essential oil produced from the three variants of incense in these conditions is 45.30 g; 47.76 g; and 45.42 g.
Further research on the quality of extracts using GCMS produced four main chemical compounds as the largest component that composes Styrax benzoin, namely (Z) -Cinnamic acid, n- Hexadecanoic acid, cis-Vaccenic acid and Cinnamyl cinnamate. Antioxidant tests showed that super black incense had the highest antioxidant activity with an IC50 value of 90.0348; followed by white incense and honey clean incense with values of 114.0560 and 123.8628. Information generated from this research is useful for the development of the essential oil industry, especially those derived from incense resin and its derivatives.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T54004
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Elia
"Adsorben untuk ion logam berat dengan gugus pengkelat amina telah dibuat dengan memodifikasi serat rayon terikat silang N,N’-Metilenbisakrilamida (NBA) tercangkok Glisidil Metakrilat (GMA), R-NBA-g-GMA, dengan Dietilentriamin (DETA). Kondisi optimum reaksi modifikasi ini yaitu pada suhu 70 °C, waktu reaksi 8 jam, dengan konsentrasi DETA 25% dalam pelarut 1,4-dioksan. Adsorben terfungsionalisasi DETA (R-NBA-g-GMA-DETA) kemudian dilakukan pengujian untuk adsorpsi ion Cu(II), Pb(II) dan Cd(II) pada berbagai pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki koefisien distribusi dan selektivitas tertinggi untuk ion Cu(II) pada pH 5. Proses adsorpsi cenderung mengikuti model kinetika orde dua semu dan model isoterm Langmuir dengan kapasitas maksimum teoritis sebesar 1,45 mmol/gram adsorben. Studi desorpsi dan regenerasi menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki laju desorpsi yang tinggi dan dapat diregenerasi untuk digunakan kembali.

Adsorben untuk ion logam berat dengan gugus pengkelat amina telah dibuat dengan memodifikasi serat rayon terikat silang N,N’-Metilenbisakrilamida (NBA) tercangkok Glisidil Metakrilat (GMA), R-NBA-g-GMA, dengan Dietilentriamin (DETA). Kondisi optimum reaksi modifikasi ini yaitu pada suhu 70 °C, waktu reaksi 8 jam, dengan konsentrasi DETA 25% dalam pelarut 1,4-dioksan. Adsorben terfungsionalisasi DETA (R-NBA-g-GMA-DETA) kemudian dilakukan pengujian untuk adsorpsi ion Cu(II), Pb(II) dan Cd(II) pada berbagai pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki koefisien distribusi dan selektivitas tertinggi untuk ion Cu(II) pada pH 5. Proses adsorpsi cenderung mengikuti model kinetika orde dua semu dan model isoterm Langmuir dengan kapasitas maksimum teoritis sebesar 1,45 mmol/gram adsorben. Studi desorpsi dan regenerasi menunjukkan bahwa adsorben ini memiliki laju desorpsi yang tinggi dan dapat diregenerasi untuk digunakan kembali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Mardini
"Lindi merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang timbul seiring dengan banyaknya timbulan sampah. Warna gelap lindi yang disebabkan oleh senyawa biologis menjadi salah satu parameter pencemar pertama yang dapat diidentifikasi. Oleh karena itu, diperlukan adanya alternatif teknologi untuk mengolah lindi. Adsorpsi merupakan proses yang efektif dalam penyisihan polutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh parameter operasional proses adsorpsi dan menganalisis kondisi optimum proses adsorpsi untuk penyisihan warna lindi. Proses optimasi pada penelitian ini dilakukan menggunakan Response Surface Methodology dengan desain Box Bhenken. Sampel lindi diambil dari TPA Cipayung Depok. Powdered Activated Carbon (PAC) dengan luas permukaan BET sebesar 528,2 m2/g, total volume pori sebesar 0,4469 cm3/g, dan rata-rata ukuran atau radius pori sebesar 1,655 nm digunakan sebagai adsorben. Response Surface Methodology desain Box Bhenken digunakan dengan tiga level dan tiga faktor berupa konsentrasi polutan (250 – 4600 Pt-Co), konsentrasi adsorben (1 – 10 g/L), dan pH (4 – 8) sebagai variabel bebas serta penyisihan warna sebagai variabel tetap (respon) pada proses adsorpsi lindi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyisihan warna pada proses adsorpsi meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi adsorben (r = 0,841) serta penurunan konsentrasi polutan (r = -0,292) dan pH (r = -0,168). Hasil dari model regresi kuadratik orde dua diperoleh koefisien determinasi R2 sebesar 0,9816 untuk mengoptimasi proses adsorpsi. Nilai optimum penyisihan warna mencapai 98% pada kondisi konsentrasi polutan 250 Pt-Co, konsentrasi adsorben 10 g/L, dan pH 6. Berdasarkan uji konfirmasi yang dilakukan selama 3 kali, didapatkan hasil aktual eksperimen yang sesuai dengan nilai prediksi dari model (desirability = 1). Analisis statistik serta kedekatan hasil prediksi dan aktual menunjukkan model yang diperoleh dapat digunakan dalam pengoptimalan kinerja proses adsorpsi melalui parameter opersionalnya. Hasil penelitian ini dapat menjadi solusi bagi pengolahan lanjutan lindi.

Leachate is one of the environmental problems that arise along with the amount of waste that generated. The dark color of leachate caused by biological compounds usually become one of the key parameters in pollutant that can be identified. Therefore, it is necessary to have an alternative technology to treat leachate. Adsorption is an effective process in pollutant removal. This study aims to analyze the effect of the operational parameters of the adsorption process and to analyze the optimum condition of the adsorption process for the removal of leachate color. The optimization process in this study was carried out using the Response Surface Methodology with the Box Bhenken design. The leachate samples were taken from the landfill site TPA Cipayung Depok. Powdered Activated Carbon (PAC) with a BET surface area of ​​528.2 m2/g, a total pore volume of 0.4469 cm3/g, and an average pore size or radius of 1.655 nm were used as adsorbent. Response Surface Methodology Box Bhenken design was applied with three levels and three factors of pollutant concentration (250 – 4600 Pt-Co), adsorbent concentration (1 – 10 g/L), and pH (4 – 8) as independent variables with color removal as a dependent variable (response) in the leachate adsorption process. The results showed that the color removal in the adsorption process increased along with the increasing in adsorbent concentration (r = 0.841) and a decrease in pollutant concentration (r = -0.292) and pH (r = -0.168). The result of second-order quadratic regression model obtained a coefficient of determination R2 of 0.9816 to optimize the adsorption process. The optimum value of color removal reached 98% under conditions of pollutant concentration of 250 Pt-Co, adsorbent concentration of 10 g/L, and pH 6. The confirmation test which was carried out for 3 times revealed the actual experimental results that obtained in accordance with the predicted value of the model (desirability = 1). Statistical analysis as well as the proximity of the predicted and actual results showed the obtained model could be used in optimizing the adsorption process performance through its operational parameters. The results of this study can be a solution for advance leachate treatment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Material Iignoselulosa didapatkan mempunyai syarat yang baik
sebagai adsorben. Diketahui banwa material Iignoselulosa yang berbeda
mempunyai kapasitas adsorbsi yang berbeda untuk tiap ion Iogam. Pada
penelitian ini serbuk kayu jering (Pithecellobiumjinnga) dimodifikasi dengan
Cara penambanan NaOH dengan konsentrasi mulai dari 1% sampai 10%.
Dari nasil modifikasi NaOH, didapat kondisi modifikasi optimum serbuk kayu
untuk adsorbsi ion Iogam Cu2+, Zn2+, dan Cr3+ adalah modifikasi dengan
penambahan NaOH 8%. Penentuan waktu kontak optimum dilakukan dengan
variasi waktu 0.5, 1, 2, 6, 15, dan 24jam. Didapat waktu kontak adsorbsi
optimum untuk ketiga ion Iogam ini adalah waktu kontak selama 1 jam.
Penentuan model adsorbsi ion Iogam dilakukan dengan variasi konsentrasi
ion Iogam 10, 20, 50, 70, dan 100 ppm. Didapat bahwa model adsorbsi
serbuk kayu untuk ketiga ion Iogam ini Iebin cenderung mengikuti isoterm adsorbsi Langmuir Uji selektifitas serbuk kayu terhadap ion Iogam dilakukan
metode SPE (Solid Phase Extraction) dengan memvariasikan perbandingan
konsentrasi campuran ion Iogam (mulai dari 1:1:1 sampai 2:2:1). Dari data
didapatkan bahwa serbuk kayu tidak selektif mengadsorbsi ion Iogam tertentu
dalam campuran Uji kapasitas tukar kation (KTK) dilakukan dengan
mengelusi ion Iogam di dalam kolom SPE yang sudah diisi serbuk kayu.
Didapat nilai kapasitas tukar kation untuk masing-masing ion Iogam adalah:
CUZ* 135.60 mek/g, Zn” 76.90 mek/g, dan CP* 19.87 mek/g. uji recovery ion
Iogam dilakukan dengan dua Cara pencucian: pencucian menggunakan asam
HCI 0_1 IVI dan base NaOH 0.1 M. Didapat persen recovery dengan
pencucian menggunakan NaOH lebih baik (Cu2* 4_e2%, Zn” 21.6O%, dan
Cr3+ tidak terdeteksi) daripada dengan menggunakan HCI (Cu2+ O.4O%, Zn”
12.48%, dan Cr3+ tidak terdeteksi)
"
Universitas Indonesia, 2007
S30454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Yuwono Pahlawan
"Kadmium merupakan salah satu logam berat bersifat toksik bagi kehidupan manusia. Dalam konsentrasi yang sangat rendah, logam kadmium tidak dapat ditentukan menggunakan instrumen dengan mudah. Ion Imprinted Polymer (IIP) digunakan untuk mengenali dan memisahkan logam berat. Prinsip kerja dari IIP adalah dengan metode trapping dalam matriks polimer yang terikat silang dengan agen pengkelat. Dalam penelitian ini, IIP melalui metode polimerisasi bulk dengan ion logam kadmium sebagai template, 8-hydroxyquinoline sebagai ligan, MMA sebagai monomer fungsional, EGDMA sebagai crosslinker, dan AIBN sebagai inisiator berhasil disintesis. Pengaruh rasio campuran ligan dan monomer (1:1, 1:2, dan 1:3) terhadap IIP dipelajari pada penelitian ini. Produk IIP dikarakterisasi menggunakan AAS, FTIR, SEM, dan TGA. Kapasitas adsorpsi IIP mencapai kemampuan optimumnya pada pH 6 dengan waktu kontak 60 menit. IIP dengan rasio 1:2 memiliki mekanisme adsorpsi sesuai dengan persamaan Freundlich dengan R2 0.9214 dan kapasitas adsorpsi maksimum sebesar 335.58 mg/g untuk IIP dan 105.46 untuk NIP. Model kinetika adsorpsi dari IIP dan NIP mengikuti model kinetika orde pseudo pertama dengan R2 0.9722. Hasil tersebut menunjukkan mekansime adsorpsi IIP terjadi pada tahap awal reaksi. IIP menunjukkan selektifitas yang baik terhadap ion Cd(II) dengan adanya interferensi logam Pb dan Cr.

Cadmium become one of toxic heavy metals that can be dangerous for human lives. At very low concentration, cadmium cannot be determined by instrument easily. Ion Imprinted Polymer (IIP) is used to recognize and separating heavy metal ion that works with trapping method in polymer matrices that are crosslinked with chelating agent. In this research, IIP via bulk polymerization with cadmium ion as template, 8-Hydroxyquinoline as ligand, methyl methacrylate as functional monomer, EGDMA as Crosslinker, and AIBN as Initiator was successfully synthesized. The effect of ratio of ligand and monomer (1:1, 1:2, 1:3) to IIP was studied. The synthesized IIP was characterized by AAS, FTIR, SEM, and TGA. Adsorption capacity of IIP reach optimum capacity at pH 6 with 60 minutes contact time. IIP with ratio 1:2 has the adsorption mechanism of both IIP and NIP followed to the Freundlich equation with R2 0.9214 and maximum adsorption capacity of Cd(II) was 335.58 mg/g for IIP and 105.46 mg/g for NIP respectively. Furthermore the kinetics model followed the pseudo first order with R2 0.9722, this results show that the adsorption mechanism took place on initial time of adsorption. IIP exhibited good selectivity to Cd2+ ions in the presence of Pb2+ and Cr3+ interferences."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>