Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131222 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lala Amanda
"Resistensi terhadap antibiotik dan obat antituberkulosis menjadi tantangan serius dalam penanganan infeksi bakteri seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Mycobacterium tuberculosis. Penelitian ini bertujuan mengembangkan senyawa berbasis 1,2,3-triazol dari trigliserida minyak ikan komersial sebagai kandidat antibakteri dan antituberkulosis. Sintesis dilakukan melalui tiga tahap: hidrolisis menjadi asam lemak bebas [1] (yield 86,15%), sintesis ester propargil [2] (58,74%), dan reaksi sikloadisi azida-alkuna menghasilkan ester 1,2,3-triazol [4] (85,29%). Asam lemak bebas [1] mengandung asam linoleat dominan, dikarakterisasi dengan FTIR dan diuji bilangan asam, iodin, serta peroksida. Semua senyawa dikarakterisasi menggunakan FTIR, 1H-NMR, 13C-NMR, dan LC-MS/MS. Uji antibakteri menunjukkan tidak adanya aktivitas pada konsentrasi 0,5 dan 5 mg/mL. Namun, pada uji inhibisi terhadap enzim shikimat kinase dari Mycobacterium tuberculosis menunjukkan aktivitas tertinggi oleh asam lemak bebas [1] (98,68%), diikuti ester 1,2,3-triazol [4] (47,86%). Temuan ini menunjukkan bahwa asam lemak bebas [1], khususnya asam linoleat, dan struktur triazol memiliki potensi sebagai antituberkulosis dan dapat dikembangkan lebih lanjut

Antibiotic and antituberculosis resistance poses a serious challenge in treating bacterial infections such as Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Mycobacterium tuberculosis. This study aims to develop novel 1,2,3-triazole-based compounds derived from commercial fish oil triglycerides as potential antibacterial and antituberculosis agents. The synthesis involved three main steps: hydrolysis into free fatty acids [1] (yield 86.15%), synthesis of propargyl ester [2] (58.74%), and azide-alkyne cycloaddition to produce 1,2,3-triazole ester [4] (85.29%). The dominant fatty acid identified was linoleic acid. Free fatty acids were characterized using FTIR and tested for acid, iodine, and peroxide values, while all synthesized compounds were confirmed by FTIR, 1H-NMR, 13C-NMR, and LC-MS/MS. Biological activity assays revealed no antibacterial effect at 0.5 and 5 mg/mL. However, the inhibition against Mycobacterium tuberculosis shikimate kinase showed high activity by free fatty acids [1] (98.68%), followed by the 1,2,3-triazole ester [4] (47.86%). These findings suggest that linoleic acid and the triazole structure hold potential as antituberculosis agents."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilatul Ikromah Karunianingsih
"Resistensi antibiotik terus mengalami peningkatan dan menjadi permasalahan kesehatan. Hal ini memicu perkembangan dan penemuan antibakteri baru, salah satunya berasal dari tanaman. Secara tradisional, kulit kayu masoyi digunakan untuk mengobati penyakit seperti diare, tuberkulosis, pneumonia, dan bronkitis. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi golongan senyawa antibakteri dari ekstrak n-heksana dan minyak atsiri kulit kayu masoyi terhadap bakteri patogen S. aureus, S. epidermidis, K. pneumoniae, S. marcescens, dan P. aeruginosa serta melakukan karakterisasi minyak atsiri berdasarkan indeks bias dan berat jenis. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya bahwa ekstrak n-heksana kulit kayu masoyi menunjukkan potensi lemah hingga kuat (1,05-10,33 mm) berdasarkan uji difusi cakram kertas terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa. Sedangkan minyak atsiri kulit kayu masoyi menunjukkan potensi lemah terhadap K. pneumoniae serta kuat terhadap S. marcescens dan S. epidermidis. Perolehan nilai indeks bias dan bobot jenis minyak atsiri kulit kayu masoyi masing-masing sebesar 1,467 dan 0,975 g/mL. Pada penelitian ini, dilakukan konfirmasi aktivitas antibakteri terlebih dahulu dengan metode difusi cakram kertas dan terkonfirmasi ekstrak serta minyak atsiri memiliki aktivitas antibakteri. Identifikasi golongan senyawa antibakteri dilakukan menggunakan uji KLT bioautografi kontak. Pada uji KLT bioautografi diperoleh spot-spot yang menghasilkan zona bening dan diduga dari golongan senyawa terpenoid. Hal ini membuktikan bahwa golongan terpenoid memiliki aktivitas penghambatan terhadap bakteri S. aureus, S. epidermidis, K. pneumoniae, S. marcescens, dan P. aeruginosa.

Antibiotic resistance continues to increase and become a health problem. This triggers the development and discovery of new antibacterial, one of which is derived from plants. Traditionally, masoyi bark is used to treat ailments such as tuberculosis, diarrhea, pneumoniae, and bronchitis. This research aims to identify a class of antibacterial compounds from n-hexane extract and essential oil from masoyi bark against pathogenic bacteria such as S. aureus, S. epidermidis, K. pneumoniae, S. marcescens, and P. aeruginosa while also characterizing essential oil through refractive index and density. Base on the previous research, n-hexane extract showed weak to strong potency (1,05- 10,33 mm) based on paper disc dissfusion method against S. aureus, S. epidermidis, dan P. aeruginosa. Meanwhile, the essential oil of masoyi bark showed weak potency against K. pneumoniae and strong potency against S. marcescens and S. epidermidis. The measured refractive index of essential oil was 1,467 and the density was 0,975 g/mL. In this research, confirmation of antibacterial activity was carried out using paper disc diffusion method, and it was confirmed that extract and essential oil of masoyi bark had antibacterial activity. Identification of a class of antibacterial compounds was carried out using contact TLC bioautography assay. Spots were obtained that produced clear zones and were suspected to be the terpenoid compound group. Spots identified as terpenoid compounds showed the presence of an inhibitory zone against S. aureus, S. epidermidis, K. pneumoniae, S. marcescens, and P. aeruginosa bacteria."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Al Rasyid
"Pada penelitian ini sinamaldehida akan dimodifikasi menjadi senyawa basa Schiff untuk dapat meningkatkan aktivitas antibakteri dan juga efek pharmacological sinamaldehida untuk keperluan bidang medis. Sintesis pyrazolon dari sinamaldehida akan dilakukan dengan menggunakan metode kondensasi basa Schiff dengan variasi waktu 1 jam, 2 jam, 4 jam, dan 6 jam. Sedangkan untuk sintesis benzimidazol akan dilakukan dengan menggunakan medium air dan katalis asam borat dengan variasi penambahan jumlah katalis (0,05 g; 0,1 g; 0,2 g; 0,3 g). Selanjutnya dikarakterisasi dengan Spekrtofotometri UV-Visible, FTIR, dan GC/MS. Uji aktivitas antibakteri dengan menggunakan bakteri gram negatif Escherichia coli dan gram positif Staphylococcus aureus dengan medium agar yang diinjeksikan dengan sampel pyrazolon, benzimidazol, dan sinamaldehida sebagai faktor pembanding dengan kontrol etil asetat. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa hanya pyrazolon yang memiliki aktivitas antibakteri yang lebih baik dibandingkan dengan sinamaldehida

In this study, cinnamaldehyde will be modified into Schiff's base compound that can enhance the antibacterial activity and pharmacological effects of cinnamaldehyde for the purposes of the medical field. Synthesis of pyrazolon from cinnamaldehyde will be done using the condensation of Schiff bases method with a variety of time of 1 hour, 2 hours, 4 hours, and 6 hours. As for the synthesis of benzimidazole will be done using the medium of water and boric acid as catalyst with the addition of the variation amount of catalyst (0.05 g; 0.1 g, 0.2 g, 0.3 g). Further characterized by Spektrofotometry of UV-Visible, FTIR and GC / MS. Test of antibacterial activity using gram-negative bacterium Escherichia coli and the gram-positive bacterium Staphylococcus aureus in agar medium then samples of pyrazolon, benzimidazole, and cinnamaldehyde as a factor in comparison are injected into agar medium. The results showed that only pyrazolon having better antibacterial activity compared with cinnamaldehyde.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60183
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Irma Safira
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH basa (9-11) dalam mensintesis nanopartikel (NPs) berbasis seng (Zn), terbium (Tb), dan europium (Eu) dengan precursor sulfur (S) untuk menghasilkan ZnS, Tb2S3, dan Eu2S3 dengan zat penutup kitosan (CS) menggunakan metode bottom-up wet-chemical dan aplikasinya sebagai zat antibakteri. Nanopartikel ZnS, Tb2S3, dan Eu2S3 dengan zat penutup kitosan (CS-ZnS, CS-Tb2S3, dan CS-Eu2S3) dilapiskan pada lensa kontak komersial dan diteliti. NPs yang dihasilkan diuji melalui FESEM-EDX (Field Emission Scanning Electron Microscope Morphology-Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy), FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), dan XRD (X-ray Diffraction). Hasil karakterisasi FESEM dan FTIR mengindikasi terbentuknya NPs CS- ZnS, CS-Tb2S3, dan CS-Eu2S3. Variasi pH dari pH 9, pH 10, dan pH 11 mempengaruhi ukuran dan komposisi NPs berbasis Zn, Tb, dan Eu. Sintesis CS-ZnS, CS-Tb2S3, dan CS-Eu2S3 pada pH 10 memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter zona inhibisi 7,70; 7,15; dan 7,40 mm. Konsentrasi NP CS-ZnS dalam larutan buffer fosfat pada 0,30 mg/mL dan 0,50 mg/mL memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan diameter zona inhibisi 10 mm dan 15 mm. Lensa kontak komersial dengan konsentrasi NPs CS-ZnS, CS-Tb2S3, dan CS-Eu2S3 pada pH 10 masing-masing dalam larutan buffer fosfat sebesar 0,20 mg/mL, 0,30 mg/mL, dan 0,50 mg/mL tidak mampu menginhibisi pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Efisiensi penempelan nanopartikel pada lensa kontak menunjukkan hasil efisiensi muatan terbaik pada NPs CS-ZnS yaitu sebesar 64% pada konsentrasi 0,50 mg/mL, NPs CS-Tb2S3 yaitu sebesar 48% pada konsentrasi 0,5 mg/mL, dan NPs CS-Eu2S3 yaitu sebesar 50% pada konsentrasi 0,5 mg/mL. NPs CS-ZnS, CS-Tb2S3, dan CS-Eu2S3 berpotensi sebagai zat antibakteri pada masa yang akan datang.

This study aims to determine the effect of base pH (9-11) in synthesizing nanoparticles (NPs) based on zinc (Zn), terbium (Tb), and europium (Eu) with sulfur (S) precursor to produce ZnS, Tb2S3, and Eu2S3 with chitosan (CS) as a capping agent using the bottom-up wet-chemical method and its application as an antibacterial agent. ZnS, Tb2S3, and Eu2S3 nanoparticles with chitosan capping agent (CS-ZnS, CS-Tb2S3, and CS-Eu2S3) were coated on commercial contact lenses and studied. The resulting NPs were tested using FESEM-EDX (Field Emission Scanning Electron Microscope Morphology-Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy), FTIR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy), and XRD (X-ray Diffraction). The results of FESEM and FTIR characterization indicated the formation of CS-ZnS, CS-Tb2S3, and CS-Eu2S3 NPs. Variations in pH from pH 9, pH 10, and pH 11 affected the size and composition of NPs based on Zn, Tb, and Eu. Synthesis of CS-ZnS, CS-Tb2S3, and CS-Eu2S3 at pH 10 had antibacterial activity against Staphylococcus aureus with a zone of inhibition diameter of 7,70; 7,15; 7,40 mm. The concentration of CS-ZnS NP in phosphate buffer solution at 0,30 mg/mL and 0,50 mg/mL had antibacterial activity against Staphylococcus aureus bacteria with inhibition zone diameters of 10 mm and 15 mm. Commercial contact lenses with concentrations of NPs CS-ZnS, CS-Tb2S3, and CS-Eu2S3 at pH 10 in phosphate buffer solution of 0,20 mg/mL, 0,30 mg/mL, and 0,50 mg/mL were not able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. The efficiency of the loading nanoparticles on contact lenses showed the best loading efficiency results in CS-ZnS NPs was 64% at a concentration of 0,50 mg/mL, NPs CS-Tb2S3 which was 48% at a concentration of 0,5 mg/mL, and NPs CS-Eu2S3 which is 50% at a concentration of 0,5 mg/mL. NPs CS-ZnS, CS-Tb2S3, and CS-Eu2S3 have potential as antibacterial agents in the future.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jovel Edrei
"Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular dengan tingkat kematian terbanyak di dunia setelah COVID-19, dengan 10 juta kasus infeksi TBC pada 2020-2021. Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri yang disebut Mycobacterium tuberculosis. Salah satu komponen utama dari Mycobacterium tuberculosis adalah protein RpoB. Protein RpoB memiliki gen RpoB yang berfungsi untuk mengkodekan subunit β dari RNA polymserae untuk mensintesis protein bagi sel bakteri. Inhibisi protein RpoB dapat menjadi pengobatan alternatif TBC. Dalam penelitian ini modifikasi senyawa sefalosporin menggunakan fragmen dengan pendekatan QSAR digunakan untuk menemukan senyawa inhibitor RpoB secara in silico. Proses simulasi penambatan molekul ini didukung oleh perangkat lunak MOE 2014.09, sedangkan penapisan sifat obat dan pembuatan fragmen menggunakan OsirisDataWarrior. Studi ADMET untuk ligan terpilih dilakukan menggunakan aplikasi OsirisDataWarrior, pkCSM, and SwissADME. Penelitian ini menghasilkan kandidat inhibitor protein RpoB dalam bentuk ligan modifikasi molecular sequence (mseq) 2,5,10, dan 20, yang memiliki lebih banyak interaksi dengan protein dibandingkan rifampicin dan isoniazid. Ligan modifikasi terbaik dengan mseq 2,5,10, dan 20 dengan energi ikatan -11.6487 kkal/mol, -11.3706 kkal/mol, -10.7246 kkal/mol, -10.4663 kkal/mol, secara berurutan. Hal ini menunjukkan perkembangan signifikan dalam energi ikat, dan interaksi dengan protein dibandingkan rifampicin dan isoniazid dengan energi ikat -11.2261 kkal/mol, dan -5.8633 kkal/mol.

Tuberculosis (TBC) is one of the deadliest infectious diseases globally, ranked only second after COVID-19, with 10 million cases of TBC infection globally in 2020-2021. TBC disease is caused by a bacteria called Mycobacterium tuberculosis. One of the main components of Mycobacterium tuberculosis is the rpoB protein, which contains the rpoB gene that encodes the β subunit of RNA polymerase to synthesize protein for bacterial cells. Inhibition of rpoB protein could be an alternative treatment to TBC. In this research, modification of cephalosporin compound with fragment using QSAR approach was used in finding rpoB inhibitor compound in silico. The docking simulation process was carried out using MOE 2014.09, while fragment creation and screening for drug properties of the ligands were carried out using DataWarrior OSIRIS Software. The ADMET study for selected ligands was performed using DataWarrior OSIRIS, pkCSM, and SwissADME. This research has created a rpoB protein inhibitor through cephalosporin ligand modification in the form of molecular sequence (mseq) 2, 5, 10, and 20 compounds with a higher number of interactions with rpoB protein compared to Rifampicin and Isoniazid. The best-modified ligand with mseq 2, 5, 10, and 20 were obtained with binding energy -11.6487 kcal/mol, -11.3706 kcal/mol, -10.7246 kcal/mol, -10.4663 kcal/mol, respectively. This indicates a significant improvement in energy binding and a higher number of interactions compared to rifampicin and isoniazid with energy binding of -11.2261 kcal/mol, and -5.8633 kcal/mol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Meilawati
"Dalam beberapa tahun terakhir ini terjadi infeksi mikroba yang menyebabkan tingginya morbiditas dan mortalitas. Infeksi yang disebabkan oleh spesies mikroba umum terjadi pada pasien dengan gangguan sistem kekebalan, luka yang tidak ditangani dengan benar, tidak tersedianya antibiotik dan penggunaan dosis antibiotik yang tidak tepat. Meningkatnya tingkat resistensi bakteri terhadap agen antimikroba klinis dan dampaknya terhadap pengobatan penyakit menular mulai menghadirkan banyak masalah di seluruh dunia. Resiko yang besar akan terjadi karena adanya bakteri patogen infeksius yang resistan terhadap obat, resistan terhadap beberapa obat (Multidrugs Resistance) dan resisten terhadap obat secara luas (Extensively Drug Resistance). Komplikasi yang semakin meningkat, menunjukkan fakta banyak agen antibakteri yang dapat menyebabkan mutasi dan resistensi, seringkali dengan mekanisme yang berbeda. Resistensi yang muncul dari beberapa spesies mikroba terhadap beberapa agen antimikroba sintetis, sehingga perlu untuk melanjutkan pencarian agen antimikroba baru. Asam sinamat merupakan kelompok senyawa asam karboksilat tak jenuh yang terdapat pada Alpinia sp, diketahui memiliki banyak aktivitas farmakologis yaitu sebagai anti bakteri, antitumor, antikanker, antioksidan, antimikroba, antiinflamasi. Salah satu aktivitas asam sinamat yaitu untuk meningkatkan aktivitas anti bakteri pada antibiotik dengan menghambat pertumbuhan MRSA, P. aeruginosa, dan E. coli. Dari hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa asam sinamat merupakan senyawa yang diperoleh dari hidrolisis senyawa metil sinamat yang merupakan penanda (biomarker) dan komponen utama metabolit sekunder didalam tanaman Alpinia sp. Dalam kegiatan penelitian ini akan dipelajari aktivitas antibakteri dari derivatisasi asam sinamat. Penelitian ini berhubungan dengan bakteri Gram-positif dan Gram-negatif yang diisolasi secara klinis terhadap senyawa yang disintesis dan sebagian besar senyawa yang diuji bertindak sebagai agen antibakteri yang kuat. Aktivitas antibakteri akan dilakukan secara in vitro dari senyawa yang disintesis dengan melihat hambatannya dan nilai KHM.

In recent years there have been microbial numerous infections which caused high morbidity and mortality. Infections caused by microbial species are common in patients with compromised immune systems, high medical costs and significant mortality. The increasing levels of bacterial resistance to clinical antimicrobial agents and their impact on the treatment of infectious diseases are starting to present many problems worldwide. A great risk will occur because of the presence of infectious pathogenic bacteria that are resistant to drugs, resistant to several drugs (Multidrug Resistance) and resistant to drugs widely (Extensive Drug Resistance). Complications are increasing, indicating the fact that many antibacterial agents can cause mutations and resistance, often by different mechanisms. Resistance is emerging from some microbial species to some synthetic antimicrobial agents, so it is necessary to continue the search for new antimicrobial agents. Cinnamic acid is a group of unsaturated carboxylic acid compounds found in Alpinia sp. It is known to have many pharmacological activities, namely as anti-bacterial, antitumor, anticancer, antioxidant, antimicrobial, and anti-inflammatory. One of the activities of cinnamic acid is to increase the anti-bacterial activity of antibiotics by inhibiting the growth of MRSA, P. aeruginosa, and E. coli. From the results of previous studies, it is known that cinnamic acid is a compound obtained from the hydrolysis of methyl cinnamic compounds which is a biomarker and the main component of secondary metabolites in Alpinia sp. In this research activity, the antibacterial activity of cinnamic acid derivatization will be studied. This study related Gram-positive and Gram-negative bacteria isolated clinically to the synthesized compounds and most of the tested compounds acted as strong antibacterial agents. Antibacterial activity will be carried out in vitro from the compound synthesized by looking at the resistance and MIC value."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zera Helga Vuvida Irgani Aftrid
"Senyawa derivate carbazole termasuk kedalam kelompok senyawa heterosiklik yang dapat memberikan sifat aktivitas biologi seperti antibakteri, antiinflamasi, antihistamin, antijamur dan antitumor. Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi terhadap carbazole dengan variasi beberapa reagen menggunakan metode refluks. Refluks merupakan metode yang memungkinkan terjadi kontak langsung dengan pelarut secara terus-menerus sehingga pelarut yang digunakan lebih sedikit, oleh karena itu metode ini sangat efektif dan efisien. Modifikasi carbazole dengan beberapa reagen menghasilkan aktivitas biologi seperti antioksidan dan antibakteri. Karakterisasi terhadap produk hasil sintesis yang terbentuk dilakukan untuk membuktikan keberhasilan sintesis, dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), spektrofotometer fourier-transform infrared (FTIR), ultraviolet-visible (UV-Vis), dan Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy (LC-MS). Selain itu, dilakukan uji bioaktivitas terhadap produk hasil sintesis yaitu uji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH, serta aktivitas antimikroba dengan metode difusi cakram, melihat pengaruh senyawa terhadap bakteri Staphylococcus aureus (S. aureus) dan Escherichia Coli (E. Coli). Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan senyawa derivat carbazole 2 dan 3 terbentuk sesuai dengan senyawa target, sedangkan senyawa derivat carbazole 1, 4 dan 5 membentuk senyawa yang kurang sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini diduga karena adanya perbedaan kereaktifan reagen yang digunakan. Senyawa derivat carbazole 4 memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi dengan nilai IC50 sebesar 14,26 sedangkan senyawa derivat carbazole 2 memiliki aktivitas antibakteri paling tinggi dengan zona hambat 10 dan 10,2 mm terhadap bakteri Escherichia Coli (E. Coli) dan Staphylococcus aureus (S. aureus).

Carbazole derivative compounds are included in the group of heterocyclic compounds that can provide biological activities such as antibacterial, anti-inflammatory, antihistamine, antifungal and antitumor compounds. In this study, modification of carbazole was carried out with a variety of reagents using the reflux method. Reflux is a method that allows direct contact with the solvent continuously so that less solvent is used, therefore this method is very effective and efficient. Modification of carbazole with several reagents produces biological activities such as antioxidant and antibacterial. Characterization of the synthesized product formed was carried out to prove the success of the synthesis, using thin layer chromatography (TLC), fourier-transform infrared (FTIR) spectrophotometer, ultraviolet-visible (UV-Vis), and Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy (LC-MS). In addition, the bioactivity test was carried out on the synthesized product, namely the antioxidant activity test using the DPPH method, as well as the antimicrobial activity using the disc diffusion method, to see the effect of the compound on Staphylococcus aureus (S. aureus) and Escherichia Coli (E. Coli) bacteria. The results of the research that has been carried out, it is found that carbazole derivatives 2 and 3 are formed in accordance with the target compound, while carbazole derivatives 1, 4 and 5 form compounds that are not as expected. This is presumably due to differences in the reactivity of the reagents used. The results showed that carbazole 4 derivatives had the highest antioxidant activity with an IC50 value of 14.26, while carbazole 2 derivatives had the highest antibacterial activity with inhibition zones of 10 and 10.2 mm against Escherichia Coli(E. Coli) and Staphylococcus bacteria. aureus (S. aureus)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pemgetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uswatun Hasanah
"Sintesis senyawa fenolipid berbasis asam risinoleat telah dilakukan pada penelitian ini. Sebelum sintesis fenolipid, dilakukan metilasi terhadap asam risinoleat terlebih dahulu. Keberhasilan reaksi metilasi diuji dengan penentuan persen konversi dan identifikasi menggunakan instrumentasi FTIR. Keberhasilan metilasi ditunjukkan dengan hilangnya gugus O-H karboksilat pada produk metilasi yang berada pada bilangan gelombang 3200-2400 cm-1 dengan persen konversi sebesar 94%. Sintesis senyawa fenolipid dilakukan dengan mereaksikan metil ester hasil sintesis dengan asam galat, menggunakan katalis ZnCl2 pada suhu 70 – 80 oC. Kedua reaksi dilakukan selama 6 jam dalam sistem refluks. Rendemen senyawa fenolipid hasil sintesis adalah 70,7%. Hasil sintesis diidentifikasi menggunakan instrumentasi FTIR dan juga dilihat keberhasilannya menggunakan KLT. Campuran kloroform/metanol (93:7) digunakan sebagai eluen pada KLT yang menghasilkan perbedaan nilai Rf pada ketiga sampel yang diuji. Nilai Rf yang dimiliki oleh senyawa fenolipid hasil sintesis 0,84, nilai ini merupakan nilai terbesar, sehingga menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki sifat paling nonpolar dibanding yang lain. Selanjutnya identifikasi FTIR menghasilkan pita serapan baru yang kuat pada bilangan gelombang 758,06 cm-1 yang mengindikasikan adanya gugus C-H aromatik (tekuk) pada produk hasil sintesis yang mengindikasikan keberhasilan dari proses sintesis yang dilakukan. Uji aktivitas antioksidan senyawa fenolipid dengan metode DPPH menunjukkan nilai persen inhibisi dengan kisaran 30-33%. Uji emulsifier senyawa fenolipid hasil sintesis menunjukkan kestabilan emulsi yang cukup baik pada pengamatan hingga 24 jam, dengan tipe emulsi yang terbentuk yaitu air dalam minyak (W/O). Selain itu, dilakukan analisis potensi antibakteri senyawa fenolipid terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.

Synthesis of phenolipid compounds based on ricinoleic acid has been carried out in this study. Before phenolipid synthesis, methylation of ricinoleic acid is carried out first. The success of the methylation reaction was tested by determining percent conversion and identification using FTIR instrumentation. The success of methylation is shown by the loss of the carboxylic O-H group in the methylation product which is at wave number 3200-2400 cm-1 with a conversion percentage of 94%. Synthesis of phenolipid compounds was carried out by reacting the synthesized methyl esters with gallic acid, using a ZnCl2 catalyst at 70-80 oC. Both reactions are carried out for 6 hours in the reflux system. The yield of synthesized phenolipid compounds is 70.7%. The synthesis results were identified using FTIR instrumentation and seen its success using TLC. A mixture of chloroform/methanol (93: 7) was used as an eluent in TLC which resulted in different Rf values in the three samples tested. The Rf value owned by the synthesized phenolipid compound is 0.84, this value is the largest value, thus indicating that the compound has the most nonpolar properties compared to the others. Furthermore, identification of FTIR produced a strong new absorption band at wave number 758.06 cm-1 indicating the presence of aromatic C-H groups (bending) on the synthesized product which indicated the success of the synthesis process carried out. The antioxidant activity test of phenolipid compounds with DPPH method showed a value of percent inhibition in the range of 30-33%. The emulsifier test of the phenolipid compound synthesized showed the stability of the emulsion was quite good at observations of up to 24 hours, with the type of emulsion formed, namely water in oil (W / O). In addition, an analysis of the antibacterial potential of phenolipid compounds against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis was carried out.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindia Latwo Septipa
"ABSTRAK
Asam galat merupakan senyawa yang dikenal memiliki potensi terapetik yang luas, sebagai antibakteri, antifungal, antiviral, antinflamasi, antialergi, hepatoprotektif, antitrombotik, dan antikarsinogenik. Potensi asam galat sebagai antibakteri merupakan peluang untuk menemukan alternatif antibakteri baru. Reaksi esterifikasi dengan senyawa alkohol dilakukan pada asam galat untuk menghasilkan derivat alkil ester galat. Senyawa asam galat dan derivatnya diujikan pada Pseudomonas aeruginosa. Kontrol positif penelitian ini adalah antibiotik Seftazidim. Pengujian dilakukan dengan metode makrodilusi berdasarkan observasi kekeruhan tabung dan uji konfirmasi dengan plat agar darah. Senyawa dibagi dalam lima kelompok konsentrasi berbeda dan dilakukan pengukuran dua kali pengulangan duplo . Hasil penelitian dinyatakan dalam Konsentrasi Hambat Minimum KHM berdasarkan hasil metode makrodilusi. Dari sepuluh derivat alkil ester galat yang diujikan, dua derivat yang memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan terhadap bakteri P.aeruginosa, yakni senyawa derivat benzil galat pada konsentrasi 1967 ?g/mL dan amil galat pada konsentrasi 1822 ?g/mL. Peningkatan aktivitas antimikroba terhadap P.aeruginosa dipengaruhi oleh jumlah gugus atom karbon C , jumlah cabang dan cincin aromatis benzene.

ABSTRACT
Gallic acid is known as substance which has broad bioactivities as antibacterial, antifungal, antiviral, anti inflammatory, anti allergy, hepatoprotective, anti thrombotic, and anti cancer. Potent antibacterial activity of gallic acid has become an opportunity to develop a new antibacterial agent through structure modification of gallic acid. Antibactrial activity of gallic acid and its alkyl ester derivatives were evaluated against Pseudomonas aeruginosa with Seftazidim antibiotic as a positive control. Macrodilution method is used to observe the turbidity of each tested sample and followed by confirmation test by blood agar. The tested samples are divided into five different concentration. Antibacterial activity is expressed by Minimum Inhibitory Concentration MIC based on the result of macrodilution method. Among ten alkyl ester derivatives of gallic acid , two derivatives showed antibacterial activity against Pseudomonas aeruginosa, namely, benzyl gallate MIC 1967 g mL and amyl gallate MI C 1822 g mL . Improved antimicrobial activity against P.aeruginosa are influenced by the number of atoms of carbon C , amount of branch and aromatics benzene ring."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70334
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Maharani Irliana
"Ester asam lemak-gula banyak menarik perhatian karena aplikasinya yang luas di berbagai bidang. Ester asam lemak-gula diketahui memiliki aktivitas antimikroba, aktivitas antitumor, dan kemampuan sebagai pengemulsi. Penelitian ini mempelajari pengaruh penggunaan asam lemak yang berbeda terhadap aktivitas antibakteri dan kemampuan zat pengemulsi senyawa. Asam lemak yang digunakan adalah asam lemak jenuh asam stearat dan asam lemak tak jenuh asam linoleat, dengan gula berupa sukrosa. Perbandingan mol antara asam lemak dengan sukrosa adalah 1:6. Reaksi esterifikasi dilakukan secara enzimatik menggunakan enzim lipase Novozym Eversa Transform 2.0 sejumlah 20% dari total massa substrat selama +48 jam pada suhu 40oC dengan pelarut n-heksana. Sintesis produk ester asam lemak-gula berhasil dilakukan dibuktikan dengan adanya pergeseran puncak serapan gugus C=O ester dari kisaran panjang gelombang 1700—1715 cm-1 ke panjang gelombang 1730-1750 cm-1 pada karakterisasi dengan spektrometer FT-IR. Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap bakteri . Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Aktivitas antibakteri ester asam linoleat-sukrosa lebih baik dibandingkan dengan ester asam stearat-sukrosa dan kedua produk ester memiliki aktivitas yang lebih baik terhadap bakteri gram positif S. aureus. Hal ini menunjukkan perbedaan tingkat kejenuhan asam lemak mempengaruhi aktivitas antibakteri. Akan tetapi, perbedaan asam lemak yang digunakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tipe dan stabilitas emulsi ester asam lemak-sukrosa.

Fatty acid-sugar esters have attracted a lot of attention due to its wide application in various fields. Fatty acid-sugar esters are known to have antimicrobial activity, antitumor activity, and ability as emulsifiers. This research studied the effect of using different fatty acids on antibacterial activity and its ability as an emulsifier. The fatty acids used were stearic acid as saturated fatty acid and linoleic acid as unsaturated fatty acid, with sucrose as sugar. The mole ratio between fatty acid and sucrose is 1:6. The esterification reaction was carried out enzymatically using Novozym Eversa Transform 2.0 lipase around 20% of the total substrate mass for +48 hours at 40oC. N-hexane was utilized as solvent. The synthesis of fatty acid-sugar ester products was successfully carried out as evidenced by characterization with an FT-IR spectrometer that shows a shift in the absorption peak of the C=O ester group from the wave number 1700-1710 cm-1 to 1730-1750 cm-1. The antibacterial activity was tested toward Staphylococcus aureus and Escherichia coli. Results shows that linoleic acid-sucrose ester was shown to have better antibaterial activity than that of stearic acid-sucrose ester and both of the sugar fatty acid esters shows better activity toward the Gram positive bacteria S. aureus. This indicates that different levels of fatty acid saturation affect the antibacterial activity of fatty acid-sucrose esters. However, results shows that the difference fatty acid does not cause significant difference in emulsion type and stability"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>