Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96258 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masters, Edgar Lee
"Spoon River Anthology is a 1915 collection of short free verse poems by Edgar Lee Masters. The poems collectively narrate the epitaphs of the residents of Spoon River, a fictional small town named after the Spoon River, which ran near Masters's home town of Lewistown, Illinois. "
Turin: Einaudi, 1971
811.52 MAS a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Torga, Miguel
Lisboa: Pubucacaoes Dom Quixote, 1981
POR 869.410 TOR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Irmler, Maria Emilia, compiler
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008
809 IRM k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Mujiyanto
"Penelitian ini berlatar belakang asumsi bahwa novel mengandungi berbagai tindak tutur disektif (TTD) yang strategi pengujarannya dapat mengusik muka mitra tutur dan bahwa penerjemahan TTD dapat disertai dengan berbagai bentuk penggeseran kebahasaan yang pada gilirannya mungkin menimbulkan perbedaan derajat kesantunan TTD itu-Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini mengedepankan masalah penggeseran kebahasaan di dalam pengindonesiaan TTD, pengubahan derajat kesantunan TTD sebagai akibat penerjemahan, dan kaitan penggeseran itu dengan derajat kesantunannya. Tujuannya adalah memperoleh gambaran mengenai (1) hal-hal yang berkaitan dengan penggeseran tadi, (2) dampak penggeseran itu terhadap derajat kesantunannya, dan (3) kaitan penggeseran itu dengan kesantunan tersebut.
Novel yang beriudul A Farewell to Arms karya E. Hemingway (1929) beserta teriemahannya Pertempuran Penghabisan oleh T.S. Bachtiar (1976) dijadikan sumber data. Hasil kajian terhadap sumber data ini digunakan sebagai dasar penyusunan angket yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan derajat kesantunan TTD tadi antara BSu dan BSa. Responden ditarik secara acak dari populasi yang terdiri atas penutur BSu dan penutur BSa. Data yang diperoleh diolah menggunakan beberapa uji statistik yang semuanya terdapat di dalam SPSS for Windows Release 6. Variabel utama penelitian ini adalah (1) TTD di dalam BSu dan BSa, yang dikelompokkan menurut faktor bahasa dan jenis penutur, dan (2) perbedaan derajat kesantunan TTD antara kedua bahasa tersebut. Variabel lainnya adalah jantina, kelompok usia, dan tingkat pendidikan responder.
Uji ANOVA sate-jalur yang digunakan untuk mengolab data di atas mengungkapkan adanya perbedaan derajat kesantunan antara TTD di dalam kedua bahasa. Walaupun secara statistik perbedaan ini signifikan, perbedaan harga-harga yang diperoleh dari uji tersebut sangat kecil sehingga uji komparasi ganda (uji Duncan) mengungkapkan bahwa di antara tiga puluh enam pasang kelompok data yang disusun menurut jenis penutur hanya sepuluh pasang yang menunjukkan perbedaan itu. lni menyiratkan bahwa penerjemah memilih strategi melakukan berbagai penggeseran dengan akibat pengubahan derajat kesantunan TTD yang diterjemahkannya.
Penelitian ini menyisakan pextanyaan yang menyangkut kaitan antara fitur suprasegmental dan kesantunan, kewajaran TTD di dalam novel, dan hubungan kesantunan dengan jarak sosial serta perbedaan status antara penutur dan petutur sebagaimana tertuang di dalam novel. Selain itu, kajian replikatif dapat pula dilakukan untuk mengulangtegaskan hasil penelitian ini.

This research is based on the assumptions that novels contain various types of directive speech acts (DSA's for short) which may threaten the hearer's face and that the translation of such DSA's may result in various types of shifts that, in turn, can lead to differences in their degrees of politeness. Based on the assumptions, this study puts forward questions on the shifts in translating English DSA's into Indonesian, the changes of their degrees of politeness as a result of the translation, and the relationship between such shifts and the degrees of politeness. This study aims at (1) revealing aspects related to the variety of shifts; (2) the impacts of such shifts on their degrees of politeness; and (3) the relationship between the shifts and the politeness.
A novel entitled A Farewell to Arms by E. Hemingway (1929) along with its translation, i.e. Pertempuran Penghabisan by T.S. Bachtiar (1976), is the source of data on the DSA's. The results of the study on it are used as the basis of compiling the questionnaire which has been designed to obtain pictures on differences in the degrees of politeness between the DSA's in the source language (Sr..) and their counterparts in the target language (TL). The respondents were randomly drawn from the population consisting of speakers of the SL as well as ones of the TL.
The data obtained from the sample are analyzed using a number of statistical tests contained in the SPSS for Windows Release 6. The major variables of this research are (I) the DSA's in the SL and their counterparts in the TL, which are categorized in accordance with the language and types of respondents, and (2) the differences in the degrees of politeness of the two languages. The other variables are the sexes, the age groups, and the levels of education of the respondents.
The one-way ANOVA employed to analyze the data reveals the differences in the degrees of politeness between the DSA's in the two languages. Despite the significance of the differences, the distinctions of values obtained from the analyses are so small that the multiple comparative (Duncan) tests reveal that among the thirty six pairs of data grouped on the basis of the types of respondents there are only ten pairs showing such distinctions. This implies that the translator has chosen the strategy of making shifts in the translation, resulting in changes in the degrees of politeness of the DSA's that he translates.
This study leaves behind questions on the connection between the suprasegmental features and politeness, the naturalness of DSA's within novels, and the relations between politeness and social distance as well as differences in social status among interlocutors in novels. Besides, replicative study could also be carried out in order to reconfirm the findings of this research.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Wahyudi
"Pada abad ke-19 telah terbit karya-karya sastra dalam bahasa Melayu di Hindia Belanda dalam bentuk puisi, prosa, dan drama. Populasi semua genre sastra itu sekitar 70 karya yang terbit mulai pertengahan abad ke-19. Sebagian besar karya belum pernah dibahas, baik secara populer maupun ilmiah padahal banyak gambaran sosiologis dan kultural di dalamnya. Berdasar kenyataan ini maka disertasi ini dikerjakan dengan berfokus pada lima antologi puisi karya Bangsjawan (Boek Saier oetawa Terseboet Pantoen, 1857), H.G.L., (Pantoon Melajoe sama Tjerita Aneh-aneh, 1858), Maradjalan (Saër Nasehat Orang Berboeat Djahat dan Saër Negri Batawi, 1866), Pattinama (Sair Kadatangan Sri Maharaja Siam di Betawi, 1871/2000), dan Tan Teng Kie (Sya’ir Jalanan Kreta Api,1890/2000). Karya lima pengarang ini dipilih dari 44 antologi puisi berdasarkan kenyataan bahwa dalam karya mereka telah tergambar adanya modernitas. Mengingat pula bahwa karya-karya ini terbit dalam bahasa Melayu sebagai ekses dari ideologi kolonial yang tidak mengajarkan bahasa Belanda kepada penduduk terjajah, maka konsep ideologi kolonial ini dipakai sebagai pemicu analisis. Untuk memahami makna primer dan makna sekunder dari antologi-antologi puisi ini, dimanfaatkan teori signifikasi Barthes dan pendekatan sosiologi sastra. Melalui analisis kemudian dapat dinyatakan bahwa karya-karya syair mereka menunjukkan adanya modernitas kolonial, jelas sebagai sastra modern, serta bagian integral dari sastra Indonesia modern.

In the 19th century, literary works in Malay in the Dutch East Indies were published in the form of poetry, prose, and drama. The population of all literary genres is about 70 works published in the mid-19th century. Most of the works have never been discussed, either popularly or scientifically, even though there are many sociological and cultural images in them. Based on this fact, this dissertation has been carried out by focusing on five anthologies of poetry by Bangsjawan (Syair boek or called pantun, 1857), HGL, (Malay pantun and strange stories, 1858), Maradjalan (Advice poetry so that people do not do evil and Syair about Batawi, 1866), Pattinama (Syair about arrival of Sri Maharaja Siam in Betawi, 1871/2000), and Tan Teng Kie (Syair about railroad construction, 1890/2000). The works of these five authors were selected from 44 poetry anthologies based on the fact that their works have depicted the existence of modernity. Also considering that these works were published in Malay as an excess of colonial ideology which did not teach Dutch to the colonized people, the concept of colonial ideology was used as a trigger for analysis. To understand the primary and secondary meanings of these anthologies of poetry, Barthes' theory of signification and the sociological approach of literature are used. Through analysis, it can be stated that their poetry shows the existence of colonial modernity, is clearly seen as modern literature, and is an integral part of modern Indonesian literature."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maillard, Keith
Toronto: General Publishing, 1978
813.54 MAI t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Junita
"Puisi anak adalah puisi yang ditulis untuk anak dengan bahasa lugas dan mudah dipahami anak. Pemahaman anak akan puisi, masih terbatas pada hal-hal yang akrab dengan dunia mereka yaitu permainan dan pendidikan. Pemahaman anak akan puisi belum konkret di pikiran mereka, untuk itu orang dewasa perlu memperkenalkan puisi berikut unsur-unsurnya. Dengan pengetahuan yang cukup akan pentingnya puisi yang diperoleh dari sekolah maupun dari lingkungan sekitarnya, anak dapat mengungkapkan perasaannya ataupun pengetahuannya akan hal-haI yang ia temui dan amati. Selain itu, dengan menulis puisi kepekaan anak terasah tidak hanya melalui bahasa tetapi juga melalui hal-hal yang berada di luar lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur apa yang membangun puisi anak kelas VI SD. Melalui deskripsi tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai ciri puisi anak yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa unsur yang umumnya digunakan anak dalam menulis sajak adalah unsur citraan dan bunyi. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa puisi anak adalah puisi yang disampaikan anak secara lugas dengan pilihan kata denotative. Hal-hal yang disampaikan pun akrab dengan dunia mereka, yaitu dunia anak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shalsabila Viant Kimberly
"Penelitian ini berfokus pada metode penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan puisi- puisi dalam buku terjemahan Een Eerlijk Zeemansgraf (1936) karya Jan Jacob Slauerhoff yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Kubur Terhormat bagi Pelaut oleh Hartojo Andangdjaja pada tahun 1976. Fokus penelitian ini adalah metode penerjemahan yang digunakan pada puisi Winter op Zee, Priok, dan De Brik Erebos. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori penerjemahan oleh Peter Newmark. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan studi kepustakaan. Data-data penelitian diperoleh dari buku Een Eerlijk Zeemansgraf oleh JJ Slauerhoff. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerjemah menggunakan metode penerjemahan yang berbeda-beda, yaitu metode penerjemahan kata per kata, metode penerjemahan harfiah, metode penerjemahan semantis, metode penerjemahan komunikatif, metode penerjemahan idiomatis, dan metode penerjemahan bebas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penerjemahan komunikatif paling banyak digunakan, yakni sebanyak 32,14%.

This study focuses on the translation methods used in translating the poems in Jan Jacob Slauerhoff's Een Eerlijk Zeemansgraf (1936), which Hartojo Andangdjaja translated into Indonesian into Kubur Terormat bagi Pelaut in 1976. This study focuses on the use of translation methods in the poems Winter op Zee, Priok, and De Brik Erebos based on the depiction of the silence felt by a sailor on a ship. The theory used in this study is Peter Newmark's theory of translation. This research uses descriptive qualitative research method and literature study. The data were obtained from the book Een Eerlijk Zeemansgraf by JJ Slauerhoff. The results of this study shows that the translators use different translation methods, namely word-for-word translation method, literal translation method, semantic translation method, communicative translation method, idiomatic translation method, and freetranslation method. The results of the study show that the communicative translation method is most widely used with 32,14%.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
London: Phaidon, 2002
745.209 SPO
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yoshe Maharani
"Pada akhir tahun 1970-an, dunia kesusastraan Cina mulai memasuki era baru. Muncul aliran puisi Menglong yang merupakan aliran puisi paling penting dan berpengaruh dalam dunia kesusastraan Cina di era modern. Menglongshi, atau dalam bahasa Indonesia berarti “Puisi Samar” merujuk pada aliran puisi baru yang muncul dan berkembang pada periode mulai dari akhir 1970-an hingga awal 1980-an di Cina. Aliran puisi ini dipopulerkan oleh majalah literatur kritis yang mengkritik pemerintahan berjudul Jintian yang beredar di masyarakat pada masa Gerakan Dinding Reformasi, sebuah gerakan di tahun 1978-1979 dimana pemimpin tertinggi di Cina pada tahun-tahun itu memperbolehkan adanya demokrasi kebebasan berpendapat dalam masyarakat. Gu Cheng (顾城) merupakan salah satu penyair ternama di Cina yang namanya dikenal lewat kelompok penyair aliran puisi Menglongshi. Karya-karyanyanya yang beraliran Menglongshi memiliki ciri khas penggambaran alam yang nyata dan penggunaan simbol-simbol pribadi untuk menulis tentang tentang manusia, sosial dan masyarakat khususnya mengenai peristiwa Revolusi Kebudayaan yang merupakan sebuah tragedi menyakitkan yang terjadi selama 10 tahun di Cina. Dalam tulisan ini, dipilih 8 puisi Menglongshi oleh Gu Cheng untuk dikaji aspek simbol dan imajinya sehingga dapat ditelaah makna dari puisi-puisi tersebut. Hasilnya, puisi Menglongshi yang ditulis oleh Gu Cheng memiliki makna yang secara umum merupakan ungkapan sikap Gu Cheng terhadap peristiwa Revolusi Kebudayaan masa lalu dan harapan positif terhadap masa depan walaupun telah terdampak oleh peristiwa Revolusi Kebudayaan.

As the 1970s nears its end, Chinese literature began a new era. A new poetry genre called Menglong emerged and became the most important genre in modern Chinese literature. Menglong developed itself in the late 70s to early 80s and was popularized by a critical literary magazine called Jintian. The magazine was published during the Wall Reform Movement (1978-1979) where the supreme leader of China allowed democracy and freedom of speech. In this genre of poetry, one of the most prominent poets in the Menglong genre was Gu Cheng. His Menglong poetry is characterized by the usage of vivid imagery of nature, and the usage of symbols to represent people, social issues, and the society that has been impacted by the nation-wide catastrophe; the Cultural Revolution that happened 10 years prior. In this writing, 8 Menglong poems by Gu Cheng are selected to analyze their meanings through its symbolic and imagery aspects in the poem. The result is generally Gu Cheng’s Menglong poems signify Gu Cheng’s expression towards his traumatic past caused by the Cultural Revolution and his positive outlook towards the future despite the things that has happened in the past."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>