Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3737 dokumen yang sesuai dengan query
cover
S. Mariana Suyaka
"Sistem pencatatan pelaporan puskesmas dengan komputerisasi yang akan dikembangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pada saat ini sedang dalam taraf uji coba pada 8 daerah panduan yang tersebar pada 8 propinsi di seluruh Indonesia. Di Kantor Departemen Kesehatan Jakarta Pusat yang sejak 1 Januari 1986 merupakan salah satu dari 8 daerah panduan tersebut, selama periode tahun 1987 masih banyak terdapat kesalahan dalam pengisian kode formulir dan pengisian formulir yang tidak lengkap. Selain itu menurut data absensi pada periode tahun tersebut tercatat tiap triwulan masih terdapat 14,7-21,4 % dari jumlah formulir yang tidak dikirim, sedangkan formulir laporan yang terlambat dikirim sampai mencapai 42,9 % setiap bulan .
Dengan asumsi bahwa dana, sarana dan metode sama di tiap Puskesmas, di wi1ayah Jakarta Pusat dilakukan penelitian untuk mengungkap apakah ada hubungan antara Kepemimpinan (koordinasi , komunikasi, motivasi, dan supervisi) Kepala Puskesmas serta pengetahuan dan sikap petugas dengan cakupan dan mutu data.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji coba sebelumnya. Dengan bantuan analisis statistik yaitu uji Chi-kuadrat dan uji korelasi dapat ditarik kesimpulan bahwa dari keempat variabel yang di pakai untuk kepemimpinan Kepala Puskesmas, hanya variabel supervisi dan pemberian sangsi (reward negatif) yang berhubungan bermakna dengan cakupan dan mutu data.
Untuk petugas pencatat pelaporan (PP) dan petugas pelayanan kesehatan (YK), hanya di dapat variabel sikap dari petugas. PP yang berhubungan bermakna, sedangkan variabel sikap dari petugas YK dan variabel pengetahuan dari kedua kelompok petugas tidak bisa dibuktikan berhubungan bermakna dengan cakupan dan mutu data, Hasil lain yang di dapat dari penelitian ini yaitu kenyataan bahwa cakupan dan mutu data pencatatan pelaporan di wilayah Jakarta Pusat masih belum sempurna.
Dari hasil penelitian ini dapat di sarankan agar diadakan penataran Kepemimpinan Puskesmas, pembuatan jadwal dan pelaksanaan supervisi yang teratur karena cara ini terbukti dapat meningkatkan cakupan dan mutu data. Selain itu diadakan umpan balik secara teratur dan terarah agar para petugas PP maupun YK mempunyai sikap yang mendukung lancarnya pencatatan dan pelaporan, hingga pada akhirnya tidak diperlukan lagi motivasia yang berbentuk reward negatif. Di lakukan penelitian lanjutan yang mencakup sampel yang lebih besar untuk menghindari bias pada hipotesa yang tidak terbukti."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Syufangat M
"ABSTRAKSI
Bersamaan dengan program pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang kehidupan dan seluruh wilayah Nusantara, khusus di Jakarta dan di kota-kota besar lainnya banyak terjadi berbagai jenis kejahatan. Padahal, "beban yang besar dan korban yang fatal akibat kejahatan jelas merupakan ancaman dan hambatan bagi usaha pembangunan yang ingin mendekatkan kesejahteraan umat manusia" (Soedjono, 1983: 5).
Berdasarkan pengamatan, laju kriminalitas cenderung meningkat baik secara kuantitas maupun secara kualitas dan masih rendahnya perkara tindak pidana yang dapat diselesaikan (Mabes Polri, 1983, Soejarwo, 1985, Sanusi, 1987, Suara Pembaruan, 1988). Reserse sebagai pengemban fungsi melaksanakan tugas pokok Polri di bidang "represif justisiil"; pemberantasan kriminalitas. Reserse berperan membuat terang suatu tindak pidana yang terjadi sehingga pelaku dapat dituntut dan mendapat putusan Pengadilan (Soesilo, 1976), masih terdapat kelemahan (Soedjarwo, 1983, Soesetio, 1983. Suara Karya, 15 Juni 1989). Oleh karena itu Polri dalam program kerja memprioritaskan peningkatan fungsi reserse, di samping fungsi lain (Sanusi, 1986).
Bila dikaji mengenai tugas reserse dan kegunaan kreativitas yang dikatakan Rahardjo (1968) dan Sanusi (1987c) bahwa reserse adalah sebagai juru tafsir dan transformator hukum, Sebagai penegak hukum "jalanan" yang bersifat telanjang memiliki risiko yang cukup tinggi, pekerjaannya berkualitas ganda bahkan majemuk dan kedudukannya dalam sistem penyelenggaraan hukum pidana pada pos terdepan sebagai pemburu kejahatan yang tidak mengenal menyerah meskipun masalah yang dihadapi lebih banyak di luar batas-batas yang sudah dikenal. Sedang kegunaan kreativitas dalam hal ini dikatakan Sanusi (1987c) dan Lantang Harahap (1987) kreativitas berguna untuk mengantisipasi kemajuan dan tuntutan masyarakat yang semakin kompleks dan untuk menemukan cara-cara baru yang lebih tepat dan cepat dalam mengatasi masalah-masalah peningkatan kualitas tindak pidana. Disamping dapat mendorong semangat kerja keras, memberikan kesukaan dan kepuasan, mendorong semangat juang dan ketahanan untuk tidak berhenti berjuang, mencambuk untuk mencapai tujuan serta merupakan sarana mengembangkan kepribadian dan memotivasi perbaikan-perbaikan kualitas dan kuantitas hidup. Muncullah dugaan ada hubungan yang positif antara kemampuan berpikir kreatif, sikap kreatif dan keberhasilan tugas bintara reserse.
Sebagai konsekuensi logis dari dugaan tersebut maka dalam peningkatan fungsi reserse seyogyanya mencakup aspek kemampuan berpikir kreatif dan sikap kreatif para petugas, baik melalui program pendidikan, penempatan maupun pengalaman (lama tugas). Karena ketiga faktor tersebut cukup besar pengaruhnya terhadap proses pengembangan kreativitas sebagaimana dikatakan Utami Munandar (1984) bila ditinjau dari segi pendidikan bakat kreatif dapat dipupuk dan dikembangkan, tetapi bakat itu dapat pula terhambat dan tidak terwujud. Demikian pula Selo Soemardjan mengatakan bahwa timbul dan tumbuhnya kreativitas dan selanjutnya berkembang suatu kreasi yang diciptakan oleh individu tidak dapat luput dari pengaruh kebudayaan serta pengaruh masyarakat di mans individu itu hidup dan bekerja (1983). Campbell pun mengatakan bahwa orang-orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang yang dapat menjadi contoh (1986).
Ungkapan ini menunjukkan bahwa upaya pengembangan kreativitas melalui pendidikan, penempatan maupun lama tugas terhadap pengembangan kreativitas bukan dengan sendirinya akan terwujud tetapi diperlukan suatu kondisi yang secara sadar mengarah kepada peningkatan kreativitas.
Di lingkungan Polri selama ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai kreativitas hubungannya dengan keberhasilan tugas, tingkat pendidikan, penempatan dan lama tugas bintara reserse. Maka dapat dikatakan penelitian ini sebagai pendahuluan dalam rangka penjajagan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dan sikap kreatif tidak ada hubungan dengan keberhasilan tugas, tingkat pendidikan dan lama tugas. Namun pada kemampuan berpikir kreatif maupun sikap kreatif terdapat perbedaan antara bintara reserse dan sabhara. Di mana kemampuan berpikir kreatif bintara reserse lebih tinggi daripada bintara sabhara, tetapi pada sikap kreatif (sementara) bintara reserse lebih rendah daripada bintara sabhara.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjamsibar Baras
"Perluasan Pelayanan Keluarga Berencana menyebabkan bertambahnya peserta KB baru. Penambahan peserta KB baru diikuti pula oleh banyaknya peserta KB drop out, sehingga menghambat tercapainya tujuan Program KB yaitu norma keluarga kecil bahagia sejahtera. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi antara lain faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan KB meliputi sumber pelayanan, jenis petugas dan keterampilan petugas, kepuasan peserta KB terhadap pelayanan. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan kegiatan pembinaan petugas kesehatan/KB terhadap peserta KB.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembinaan petugas kesehatan/KB terhadap peserta KB dalam meningkatkan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian analitik dan pengumpulan data dengan teknik Cross Sectional. Pengambilan sample pada peserta KB dengan cara Stratified random sampling, sedangkan pada petugas tidak dilakukan sampling. Analisis yang digunakan yaitu Analisis presentase, Chi Kuadrat, Cramer's V atau Phi, uji korelasi dan Analisis regresi sederhana.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa kebanyakan petugas kesehatan/KB adalah petugas pemerintah dari jenis tenaga terbanyak Dokter. Ternyata kegiatan konseling dilaksanakan oleh sebagian besar petugas kesehatan kemudian kunjungan ke Posyandu merupakan kegiatan kedua terbanyak, sedangkan kegiatan pembinaan lainnya hanya di laksanakan oleh kurang dari separuh petugas kesehatan. Didapatkan pula bahwa bidan paling banyak melayani peserta KB dalam pembinaan.
Peserta KB yang menerima kegiatan pembinaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang kebanyakan berumur 20-40 tahun. Jenis kontrasepsi yang digunakan terbanyak suntikan dan pil, hanya sebagian kecil menggunakan IUD. Peserta KB tersebut sebagian besar masih memanfaatkan pelayanan pemerintah. Alasan terbanyak drop out peserta KB karena adanya keluhan. Didapatkan 44, 1% peserta aktif selama 18 bulan, 42, 4% selama 12 bulan, 7,4% selama 6 bulan dan 6, 1% selama 20 bulan.
Dari Analisa Statistik ternyata tidak ada perbedaan tingkat kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi yang bermakna menurut frekuensi kunjungan rumah, frekuensi kunjungan ke Posyandu, frekuensi pembinaan Tokoh Masyarakat, pembinaan organisasi, frekuensi rapat staf dan frekuensi rapat koordinasi, ada/tidak adanya uraian tugas, baik/tidak rencana kerja, motivasi kerja, kerja lama dan penampilan kerja. Terbukti adanya korelasi yang bermakna antara frekuensi konseling dengan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi dan kekuatan korelasi sebesar 18%. Tiap kenaikan kategori frekuensi konseling akan meningkatkan keikutsertaan KB sebesar 0,167. Diharapkan adanya peningkatan pelayanan pembinaan melalui konseling dan pemerataan pelayanan KB terutama meningkatkan peranan Dokter/Bidan Swasta.
Akhirnya disarankan perlunya penelitian lebih lengkap mengenai kegiatan pembinaan peserta KB yang mencakup bukan hanya intensitas kegiatan tapi juga kualitas dan materi pelaksanaan kegiatan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thoria K. Yanuar
"Tenaga berkualitas tinggi ditandai oleh perilaku produktif. Dengan perilaku produktif dilingkungan kerja, seseorang dapat menciptakan atau mengubah sesuatu menjadi lebih produktif. Untuk mencapai perilaku produktif tersebut perlu pembinaan tenaga secara terus menerus dengan berbagai cara yaitu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, motivasi dan lain-lain.
Untuk mengukur produktivitas tenaga kerja salah satunya adalah mengukur waktu yang digunakan untuk menghasilkan jasa yaitu dengan pengukuran kerja, salah satu metode yang dipakai ialah work sampling. Dengan demikian dapat dihitung persentase waktu yang dipergunakan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan waktu kerja produktif di beberapa sarana kesehatan gigi dan mulut TNl AU yaitu LAKESGILUT, RUSPAU, LAKESPRA, dan MABES AU.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional yang mengamati faktor-faktor seperti jenis kelamin, jenis tenaga (dokter gigi spesialis, dokter gigi, pengatur rawat gigi, dan pengatur teknik gigi), status tenaga (militer dan sipil), umur, lama kerja, pendidikan tambahan yang didapat, dan motivasi, yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan waktu kerja produktif.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa rata-rata waktu kerja produktif untuk tenaga kesehatan gigi dan mulut adalah 51,76%, di mana 17,50% untuk kegiatan langsung terhadap penderita, 30,14% untuk kegiatan tak langsung [penunjang] misalnya administratif, dan 4,13% untuk kegiatan pribadi, dengan demikian waktu kerja non produktif adalah sebesar 48,24%.
Dengan menggunakan uji t, uji F, analisis regresi, dapat dibuktikan bahwa faktor-faktor jenis tenaga, lama kerja, pendidikan tambahan yang didapat, dan motivasi berbeda bermakna dalam menggunakan waktu kerja produktif. Sedangkan status tenaga, umur, jenis kelamin tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Selanjutnya disarankan agar setiap petugas tenaga kesehatan gigi dan mulut dapat diberikan pembinaan seperti pendidikan tambahan, pelatihan, motivasi, penempatan yang sesuai (fungsi yang relevan) sehingga penggunaan waktu kerja lebih produktif."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Yuhana
"Perhatian terhadap peranan wanita dalam pembangunan meningkat sejak permulaan tahun 70-an, dan memuncak pada tahun 1975 dengan diproklamirkannya Tahun Wanita Sedunia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada pertengahan tahun tersebut diadakan pula Konferensi Wanita Sedunia di Mexico City. Indonesia sejak dasawarsa tersebut, memperlihatkan berbagai program kegiatan, seminar, lokakarya, penelitian oleh, dari dan untuk wanita. Maksudnya ialah untuk lebih mengenal keadaan wanita dalam masyarakat yang mengalami perubahan pesat, menganalisis apa yang terjadi, serta menemukan cara menanggulangi hal-hal yang perlu diperbaiki atau dihilangkan. Munculnya perhatian ini berarti pengakuan bahwa kaum wanita merupakan sumber manusiawi, seperti tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), sama dengan kaum pria (Mely G. Tan, 1984 : v).
Menyadari pentingnya meningkatkan potensi wanita, berbagai studi telah dilakukan untuk menyoroti masalah "wanita dan kerja". Data Studi Makro dan data Studi Mikro menunjukkan dengan "nyata" peranan wanita di pedesaan dalam pekerjaan nafkah di berbagai sektor, pertanian dan non pertanian. Dari data Sensus Penduduk 1980 (Biro Pusat Statistik) nampak bahwa dari 16.9 juta pekerja wanita (dibanding dengan 34.6 juta pekerja pria), sebanyak 9.1 juta (53.8 %) tenaga kerja wanita terlibat di bidang pertanian.
Sekitar 7.8 juta (46.2 %) tenaga kerja wanita terlibat di sektor non pertanian, mencakup bidang dagang, jasa, transportasi dan industri "manufacturing". Data hasil Studi Mikro menunjukkan tenaga kerja wanita sebagian besar berada di bidang industri rumahtangga (seperti industri makanan jadi) dan bidang dagang (makanan jadi, minuman dan rokok). Bidang-bidang usaha ini kini dikenal dengan sektor informal.
Faktor sosial budaya merupakan faktor penting yang mempengaruhi peranan wanita dalam pekerjaan nafkah. Sistem kekerabatan yang berbeda (patrilineal, matrilineal atau bilineal) yang mengenal pola adat menetap (setelah kawin) yang berbeda-beda mempunyai implikasi yang berbeda-beda pula terhadap peranan wanita dalam pekerjaan nafkah.
Sistem kekerabatan patrilineal pada masyarakat Batak menunjukkan kuatnya status sosial laki-laki dalam keluarga dan kerabatnya sejak proses sosialisasi anak sebagai penerus keturunan dan pembawa nama keluarga. Kuatnya peran serta wanita dalam pekerjaan nafkah, khususnya di bidang pertanian memberikan posisi yang kuat pada wanita Batak dalam mengatur perekonomian rumahtangga, hal mana memberikan motivasi yang kuat pada pendidikan anak (Asmi Hutajulu, 1987).
Sistem kekerabatan yang sama (patrilineal) pada masyarakat Bali, dan pengaruh yang besar dari agama Hindu yang mengenal sistem kasta mengembangkan adat istiadat yang khas pula bagi wanita Bali. Dalam mengatasi tuntutan untuk bekerja keras pada wanita Bali dan tak jarang pula disertai dengan imbalan kerja nafkah yang lebih kecil dan penilaian terhadap statusnya yang rendah, ternyata kebiasaan falsafah dan religi menyatakan semua pekerjaan itu adalah "dharma" dan baik, telah membenarkan peran serta wanita Bali dalam pekerjaan nafkah yang dianggap tidak pantas pada wanita Jawa. Hal ini telah membantu jangkauan yang lebih besar terhadap peluang bekerja yang meningkat karena berkembangnya pariwisata di Bali (I Gusti A.A. Ariani, 1986).
Sistem kekerabatan bilineal pada masyarakat Minahasa ternyata menempatkan wanita pada status sosial yang senilai dengan pria, lebih-lebih jika disertai dengan sumberdaya pribadi berupa pendidikan formal yang tinggi pada wanita. Peran serta wanita dalam adat Mapalus di bidang pertanian yang mencerminkan tipe pekerjaan nafkah berburuh tani karena mendapat upah ternyata tidak menempatkan pekerjaan tersebut pada jenjang yang paling rendah seperti pada masyarakat pedesaan di Jawa (A. E. Wahongan Kosakoy, 1987).
Menurut Standing (1981), agak sukar untuk mengungkapkan adanya pola umum tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja wanita karena hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Disamping faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya, partisipasi wanita dalam angkatan kerja juga berhubungan erat dengan siklus kehidupan perkawinan, umur pada kehamilan pertama dan jumlah anak yang dilahirkan (G. Standing, 1985: 395)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusriyadi
"PENDAHULUAN
Sejak beberapa tahun terakhir ini, yaitu sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang selanjutnya disebut KUHAP, pelaksanaan bantuan hukum tetap merupakan salah satu masalah yang aktual untuk dibicarakan.
Keadaan yang demikian tersebut cukup dapat dimengerti, karena sejak berlakunya KUHAP yaitu pada tanggal 31 Desember 1981, dikenal adanya pemberian bantuan hukum dalam semua tingkat pemeriksaan, termasuk dalam proses penyidikan. Pemberian bantuan hukum dalam proses penyidikan ini, tentu saja merupakan hal yang baru dalam sistem penyelenggaraan hukum pidana kita, sebab pemberian bantuan hukum dalam proses penyidikan tidak dikenal dalam ketentuan hukum acara pidana lama yaitu yang didasarkan pada Het Herziene Inlansdsh Reglement (Staatsblad, Tahun 1941 Nomor 44, selanjutnya disebut HIR).
Sebagaimana diketahui, bahwa menurut HIR hak bantuan hukum baru diperoleh terdakwa jika perkaranya telah dilimpahkan ke pengadilan negeri, sehingga tersangka pada tingkat pemeriksaan pendahuluan termasuk dalam proses penyidikan tidak dapat memperoleh bantuan hukum. Karena hal yang demikian maka dalam praktek dimungkinkan sering terjadinya perlakuan sewenang-wenang terhadap tersangka.
Meskipun hak bantuan hukum sebelumnya telah dikenal dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 yaitu tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, tetapi lahirnya KUHAP tetap harus dipandang sebagai sesuatu hal yang baru. Hal ini karena lahirnya KUHAP berarti telah terjadi suatu perubahan desain baru yang cukup fundamental dalam sistem penyelenggaraan hukum pidana kita. Hal tersebut berakibat adanya keharusan cara-cara baru bagi aparatur (alat) penegak hukum dalam melakukan pekerjaan hukum yang berbeda dengan cara-cara lama. Cara-cara baru tersebut, tentu saja sangat berpengaruh terhadap efektivitas pelaksanaan hak bantuan hukum yang telah dialokasikannya.
Berbagai macam kegiatan telah banyak dilakukan oleh para ilmuwan dan praktisi hukum dengan fokus pembicaraan di sekitar masalah bantuan hukum kegiatan-kegiatan tersebut antara lain dilakukan dalam bentuk seminar-seminar, lokakarya-lokakarya maupun simposium-simposium.
Kegiatan-kegiatan-tersebut, pada hakikatnya dimaksudkan untuk memberikan masukan pemerintah dalam rangka mewujudkan usahanya ke arah era hukum dan sekaligus untuk memberikan masukan positif dan komprehensif terhadap perwujudan nyata jalan pemerataan perolehan keadilan bagi segenap anggota masyarakat sebagai salah satu dari delapan jalur pemerataan. Dengan demikian, sumbangan-sumbangan pikiran yang tertuang dalam kegiatan-kegiatan tersebut, akan memberikan angin segar bagi upaya perolehan jalan masuk menuju keadilan (access to justice).
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Gandasentana
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Frekuensi kanker payudara dipengaruhi oleh diit, yang mungkin mengandung karsinogen; kokarsinogen ataupun promotor pembentuk kanker. Frekuensi kanker payudara pada golongan masyarakat yang banyak memakan daging sapi dan babi lebih tinggi daripada golongan vegetarian.
Penelitian ini untuk melihat pengaruh protein hewani dan nabati pada pertumbuhan tumor transplantabel kelenjar susu mencit. Digunakan 54 ekor mencit betina hibrid Fl (CRS x C3H;, umur 5 - 10 minggu, yang sebagian diberi diit protein hewani 30%, sebagian lagi diberi diit protein nabati 30%, dan sebagian lagi dengan diit protein campuran 15% (protein hewani 1% dan protein nabati 14%) sebagai kelola. Diinokulasi dengan bubur tumor 0,2 cc subkutan pada daerah aksila kanan, Pertumbuhan tumor diukur dengan" kaliper 3 kali setiap minggu sampai mencit mati atau dimatikan; setelah mencit mati massa tumor diukur volumenya dengan gelas ukur dan beratnya dengan timbangan gram.
Hasil dan-Kesimpulan: Semua tumor transplantabel pada ketiga kelompok mencit tumbuh. Pertumbuhan tumor pada ketiga kelompok diit sejak awal transplantasi sampai minggu ketiga masih sama, tetapi mulai minggu ketiga pada kelompok diit nabati pertumbuhannya menjadi lebih lambat dibandingkan dengan kelompok mencit lainnya. Ternyata tidak terdapat perbedaan bermakna di antara ketiga kelompok tersebut (uji anova: p =0,05). Hal ini mungkin disebabkan karena konsentrasi protein nabati sebesar 30% belum cukup menghambat pertumbuhan tumor. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut dengan melakukan inokulasi sel tumor hidup dalam jumlah yang sama dan meneliti peran metionin pada pertumbuhan tumor.

ABSTRACT
Scope and Method of Study: The frequency of mammary cancer is influenced by the diet, which may contain carcinogen, cocarcinogen or cancer promotor. The frequency of mammary cancer in a community, which consumes a lot of beef and pork, is higher than those in vegetarian group.
This study is conducted to look at the role of animal and plant protein in the growth of mammary transplantable tumor in mice. Fifty-four female mice of F1 hybrid (GRS x C3H), age 8 - 10 weeks, were used in this study. The mice were divided into 3 groups, the first and second group was given 30% animal and plant protein, respectively, while the third as control group was given mixed protein diet (animal protein 1% and plant protein 14%). The mice were inoculated with 0,2 cc mashed tumor subcutaneous at the right axilla. The growth of tumor was measured with acaliper, 3 times a week, till the mice died or terminated. The volume of the tumor mass was measured using a measuring glass and weighted on a- balance.
Findings and Conclusions: The tumor transplantation in the three groups of mice showed the same rate of growth from the first week of inoculation up to the third week. After the third week, however, the tumor in the group with plant protein diet grew slower compared to the other two groups. But there was no significant difference among the three groups (anova test, p? > 0.05). This may be due to the fact that the 30% concentration of plant protein was not sufficient to inhibit the tumor growth. A further study is suggested, using the same number of live tumor cells for inoculation and the role of methionine on tumor growth.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jemima Nurani Jacobs
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Peneliti di Indonesia sering mengalami kesulitan memperoleh bahan baku seperti petanda protein untuk menentukan 'berat molekul'. Salah satu petanda protein adalah inhibitor tripsin kacang kedelai (ITK). Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan memurnikan ITK dari biji kacang kedelai (Glycine max), Isolasi dilakukan dengan cara ekstraksi asam, diikuti 'salting out, dialisis dan pengendapan aseton. Pemurnian dilakukan dengan kromatografi kolom pertukaran ion. Aktivitas ITK fraksi 'kasar' dan 'murni' diperiksa dengan mengamati pengaruh hambatan terhadap aktivitas enzimatik tripsin, dengan substrat azokasein (proteolitik) dan BAPA/BAPNA (amidase). Azokasein yang dipakai sebagai substrat reaksi tripsin disintesis sendiri. Penilaian kemurnian ITK ?kasar? dan 'murni', juga tripsin dilakukan dengan elektroforesis gel 'slab' SDS-poliakrilamid. Sebagai pembanding pada penelitian ini digunakan inhibitor tripsin produk Sigma.
Hasil dan Kesimpulan : Dari 100 g biji kacang kedelai kering panen, diperoleh 1,16 g isolat (ITK 'kasar') setara dengan 418,46 mg protein. Pemurnian lewat kolom pertukaran ion menghasilkan 2 fraksi dengan 'recovery' protein total minimal 63,7 %. Azokasein yang disintesis hasilnya berbeda bila jenis alkohol yang digunakan juga berbeda. Pada penelitian ini baik ITK 'kasar` maupun 'murni' memperlihatkan hambatan terhadap reaksi enzimatik tripsin. Hambatan 50 % terjadi pads rasio inhibitor/enzim yang bervariasi; ITK `murni' 1 memperlihatkan angka yang paling tinggi. Elektroforetogram menunjukkan bercak ITK 'murni' II identik dengan SBTI (Sigma).

Scope and Method of Study: The chemicals required for laboratory investigations are quite often difficult to obtain, e. g. the standard protein markers for molecular weight determination. Among the markers used for that purpose is the soybean trypsin inhibitor. This work was carried out to isolate and purify trypsin inhibitor from soybean (Glycine max) seeds (SBTI). The procedure included an acid extraction, followed by salting-out, dialysis and an acetone precipitation. Purification was carried out by ion-exchange column chromatography. The protein content of the isolate and of the purified substance was determined by spectrophotometer. The activities of the crude and of the purified soybean trypsin inhibitor were tested against trypsin activity. The trypsin used was obtained commercially. Trypsin's proteolytic activity was performed on azo-casein while its amidase activity was tested on BAPA/BAPNA. The azo-casein was synthesized in the laboratory. The purity of the crude and of the purified soybean trypsin inhibitors, and of the trypsin itself was examined on a slab SDS-polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE).
Findings and Conclusions: From 100 g of dried soy-bean seeds, 1.16 of product was isolated (= 418.46 mg protein). Further purification on an ion-exchange column yielded two fractions, with a minimum of 63.7% protein recovered. The azo-casein synthesis revealed two different products depending on the grade of alcohol used in the process. The crude and the purified soybean trypsin inhibitors showed inhibitory effects towards trypsin. The fifty percent inhibition occurred at varied inhibitor/enzyme ratios, the highest was shown by the purified SBTI I. The electrophoretogram showed that the purified SBTI II was identical to the SBTI (Sigma).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ednawati Masrif
"ABSTRAK
Dalam upaya peningkatan kesehatan pada umumnya serta kesehatan gigi khususnya banyak faktor yang turut terlibat dan faktor tersebut saling mempengaruhi, sehingga di dalam upaya penanggulangannya perlu pertimbangan secara bijaksana.
Untuk menanggulangi parahnya kerusakan gigi sulung pada anak usia Taman Kanak Kanak perlu dicarikan cara yang efisien dan efektif, sehingga anak terhindar dari penderitaannya. Sampai saat ini belum dapat dikemukakan secara pasti indikator karies gigi sulung seperti halnya karies gigi tetap yang sudah di tetapkan oleh WHO.
Dari beberapa teori yang dikemukakan diperoleh suatu pengertian bahwa upaya pemeliharaan kesehatan gigi pada anak usia Taman Kanak Kanak dapat ditentukan oleh pengetahuan, sikap dan perilaku dari ibunya. Penelitian dilakukan pada ibu-ibu anak TK di Kecamatan Senen Jakarta Pusat beserta anaknya.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan ibu dan sikap ibu anak TK tentang kesehatan gigi dengan praktek pemeliharaan kesehatan gigi terhadap kejadian karies gigi anaknya. Sedangkan tujuan khusus untuk menentukan prevalensi karies gigi sulung pada anak TK di Kecamatan Senen Jakarta Pusat, untuk memperoleh gambaran praktek pemeliharaan kesehatan gigi anak TK oleh ibunya, dan untuk menentukan hubungan pengetahuan ibu dan sikap ibu tentang kesehatan gigi terhadap praktek pemeliharanan kesehatan gigi anak, serta praktek pemeliharaan kesehatan gigi anak dengan kejadian karies gigi.
Jenis penelitian adalah "Survai Analitik"' dengan pendekatan "Cross-Sectional". Penarikan sampel dengan proporsional stratified sampling. Terpilih 8 Sekolah TK dengan jumlah 228 anak TK sebagai sampel dan ibu anak TK sebagai sumber informasi.
Dari analisis data melalui distribusi frekuensi dan statistik deskripsi, tabulasi silang serta analisa Regresi ganda diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan ada hubungan yang erat antara pengetahuan ibu, sikap ibu tentang kesehatan gigi dengan praktek pemeliharaan kesehatan gigi dan prevalensi karies gigi.
"
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juli K. Adi
"Penelitian ini bermula dari kekhawatiran para pendidik mengenai pengaruh negatif kegiatan luar sekolah terhadap prestasi belajar di sekolah. Tujuan. penelitian dipusatkan untuk melihat perbedaan prestasi belajar di sekolah dan kreativitas antara siswa yang Ikut kursus musik dan yang tidak kursus musik di SD kelas VI. Setelah dibahas mengenai teori-teori perkembangan kreativitas pada anak dan peranannya dalam pendidikan, fungsi belahan otak, peranan musik dalam pendidikan anak, konsep berpikir kreatif dalam musik, kekhususan belahan otak dengan aspek melodi, hubungan musik dengan kemampuan ruang dan verbal, maka dapat diajukan 6 hipotesa. Hipotesa-hipotesa ini diuji secara statistik menggunakan data yang diperoleh dari 52 siswa sebagai sampel. Keterbatasan jumlah sampel disebabkan terbatasnya jumlah siswa kelas VI yang ikut kursus musik. Data diolah dengan menggunakan perhitungan analisa kovarians dan korelasi parsial. Tiga dari hipotesahipotesa tersebut diterima. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar dan kreativitas verbal siswa-siswa yang ikut kursus musik lebih tinggi dibanding dengan siswa-siswa yang tidak ikut kursus musik. Namun demikian perbedaan ini tidak berarti disebabkan oleh keikutsertaan kursus musik, sebab dari hasil perhitungan korelasi lama kursus dengan ke dua variabel tersebut ternyata tidak menunjukkan adanya hubungan. Tesis ini ditutup dengan saran-saran praktis bagi pendidik dan orang tua maupun kepada peneliti lain yang berminat meneruskan penelitian sejenis ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 8 9 10 11   >>