Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
Gita Manohara Samsu
"Sudah menjadi hal yang umum bahwa pengalaman melakukan kegiatan commuting di Jakarta tidak menyenangkan. Saat merujuk memori kita terhadap Jakarta mengenai ketidaknyamanan transportasi publik atau kemacetan, sebenarnya pengalaman-pengalaman yang lebih spesifik yang kita ingat. Contohnya seperti bau yang tidak enak saat sedang menuju ke suatu tempat, polusi kendaraan bermotor yang membuat sesak, bising dari kemacetan jalan yang mengganggu, bangunan yang secara fisik tidak terlihat indah di mata, dan lainlain. Pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut kita rasakan dari berbagai sensasi yang dirasakan, diingat secara tidak sadar oleh memori, dan dikenali tubuh melalui indera-indera kita. Di tugas akhir ini, penulis mencoba mendalami kaitan antara pengalaman sensorial dengan kegiatan commuting yang dilakukan di jalan Blora sebagai jalan penghubung strategis. Setelah meninjau apa yang membuat pengalaman melewati jalan Blora tidak menyenangkan, tujuan akhirnya adalah untuk menghadirkan sesuatu yang memenuhi kebutuhan transit commuter dan pengalaman-pengalaman yang memicu indera sebagai stimulasi pengalaman yang menyegarkan dan menenangkan commuter dalam perjalanannya.
It’s nothing uncommon that our experiences of commuting in Jakarta are undelightful. Poor public transportation and heavy traffic may be the bigger picture, but it’s the small-certain-experiences that we then recognize as undelightful. The unpleasant smell of the pedestrian activities, high polution and noise from traffic, unappealing built environment, and so on. Those experiences are felt, imprinted in our memories, and recognized by our body through our senses. In this final project, the writer will look into the experiences of Blora street as a street that is strategically a connecting route for commuters in their commute. After assessing what makes the commuters walk through Blora street undelightful, the next goal is to find a way to make it more delightful by inserting the activity of transit to fulfill the commuters’ needs and an experience that triggers their senses as a refreshing and relaxing stimulation.;It’s nothing uncommon that our experiences of commuting in Jakarta areundelightful. Poor public transportation and heavy traffic may be the biggerpicture, but it’s the small-certain-experiences that we then recognize asundelightful. The unpleasant smell of the pedestrian activities, high polution andnoise from traffic, unappealing built environment, and so on. Those experiencesare felt, imprinted in our memories, and recognized by our body through oursenses.In this final project, the writer will look into the experiences of Blora street as astreet that is strategically a connecting route for commuters in their commute.After assessing what makes the commuters walk through Blora streetundelightful, the next goal is to find a way to make it more delightful by insertingthe activity of transit to fulfill the commuters’ needs and an experience thattriggers their senses as a refreshing and relaxing stimulation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Afro Nusaibah
"Skripsi ini mengungkapkan afeksi apa saja yang muncul pada saat kegiatan menunggu di bandara. Afeksi dipengaruhi oleh emosi, yang berasal dari dalam diri manusia dan atmosfer, ruang yang melingkupi manusia itu sendiri. Penelitian dilakukan dengan menganalisis aktivitas dan gesture pada saat duduk menunggu dengan melihat kesesuaian desain yang ada berdasarkan hasil observasi dan wawancara. Apabila desain yang ada telah tepat guna maka akan menghasilkan kenyamanan, bentuk afeksi positif dari orang-orang yang menunggu. Hasil Penelitian akan memperlihatkan desain ruang tunggu yang ada telah tepat guna atau tidak. Selain itu dari hasil ini juga dapat menjadi rekomendasi untuk mempertimbangkan kegiatan menunggu dalam menentukan desain ruang transit yang menciptakan afeksi positif.
This thesis points out affections that appear during waiting activity in an airport. Affection is affected by emotions that come from within a man and space quality covering the man himself. The study was conducted by analyzing activities and gestures that appear during waiting while sitting down and finding conformity of the existing design based on observation and interview result. If the existing design were already efficient, then it would generate comfortability a form of positive affection from the people waiting. Research outcome would show whether the waiting area design were already efficient. Moreover, the outcome of this study could become a recommendation to consider waiting activity in determining transit room design that create positive affections."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68161
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Faradillah Ekaputri Agusman
"Bagi sebagian manusia yang sedang mengalami ruang sempit, elemen-elemen ruang berpotensi memberikan efek pada otak untuk dipersepsikan sebagai ancaman yang mengarah pada perasaan terperangkap. Perasaan terperangkap berpotensi menciptakan respons biologis seperti panik, berkeringat, jantung berdebar lebih cepat, hingga menuju pada tindakan "fight, flight, or freeze". Manusia berinteraksi dengan ruang sekitar dan mendeteksi ancaman-ancaman yang berada di sekitar tubuhnya melalui ruang peripersonal. Menentukan respons yang sesuai dengan ancaman dapat dibantu oleh interposition. Interposition berperan sebagai mekanisme dalam melihat jarak ancaman pada ruang peripersonal. Sebagai studi kasus penulis mengambil dua subjek yang memiliki karakteristik kecenderungan takut akan ruang sempit untuk mengalami sebuah lorong di pasar modern yang memiliki kualitas sempit. Pada akhir skripsi ini, disimpulkan bahwa melalui interposition, manusia melihat ancamannya terlebih dahulu, kemudian mencari celah, sebelum akhirnya memperkecil atau memperbesar ruang peripersonalnya untuk merespons posisi dan jarak jauh-dekatnya potensi ancaman dengan tubuh.
For some humans who are experiencing a narrow space, spatial elements potentially have an effect on the brain to be perceived as threats that leads to the feeling of being trapped. Feelings of being trapped may create biological responses such as panic, sweating, faster heart-rate, whilst all leading to "fight, flight, or freeze" actions. Humans interact with the surrounding space and detect threats around their bodies through the peripersonal space (PPS). Determining an appropriate response to a threat can be aided by interposition. Interposition acts as a mechanism for seeing the distance of threats in the peripersonal space. As a case study, the author takes two subjects who share the characteristics of having fear of narrow spaces to experience an aisle in a modern market that has a narrow spatial quality. At the end of this essay, it concludes that through interposition, humans see the threat first, then they try to look for gaps, before finally shrinking or enlarging their peripersonal space to respond to the position and distance of potential threats from their body."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Davies,Colin
London : Laurence King Publishing, 2011
727.9 DAV t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Smith, Peter F.
London: Hutchinson Educational, 1974
307.76 SMI d
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Woolley, Helen
New York: Helen Woolley, 2003
711.5 WOO u
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Weber, Ralf.
Brookfield, USA : Avebury, 1995
720.1 WEB o
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Felix Rivaldo
"Di dalam kehidupannya manusia bukanlah mahluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Pada tiap diri manusia terdapat suatu kelemahan mendasar terhadap sesuatu, dan kelemahan tersebut diwujudkan sebagai perasaan takut Selain hidup sebagai pribadi manusia juga merupakan mahluk sosial yang berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dan di dalam hubungan dengan lingkungannya, manusia akan mengalami suatu hambatan-hambatan. Salah satunya adalah perasaan takut tadi. Manusia selalu mempunyai rasa takut akan sesuatu di dalam kehidupan pribadinya yang belum tentu sama antara orang yang satu dengan yang lain. Banyak hal yang dapat menyebabkan seorang manusia untuk takut Orang paling berani sekalipun pasti mempunyai sesuatu hal yang ditakutinya.
Arsitektur sebagai bidang ilmu yang berpedoman pada manusia sebagai pelaku / subjek utamanya dalam hubungannya dengan karya-karya arsitektural dapat menciptakan rasa takut terhadap manusia yang menjalaninya tersebut. Karena arsitektur berhubungan dengan orang dan kejadian yang berlangsung di dalamnya."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48315
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sussman, Ann
New York: Routledge, 2015
720.19 SUS c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Crisp, Barbara
Gloucester: Rockport, 1998
709.1 CRI h (1)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library