Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Madila Awalini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S40858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Luthfi Makhfudz
"Bahan anti karat untuk mobil (undercoat) dapat dibuat dari bahm dasar bitumen aspal yang dipanaskan sampai mencair kemudian dicampur dengan bahan filler, pelarut serta bahm tambahm lain. Masalah yang dihadapi adalah pada industrl otomotif setelah proses pengeoatan biasanya dilalrukan proses pengovenan, akibat pemanasan ini pada permukaan lapisan undercoatteijadi lubang-lubang kecil atau pin hole. Pada penelitian ini dignnakan proses pengadukan meksnik tanpa pembakaran dimana bitumen aspal langsung dicampur dengan pelarut, diaduk kemudian ditambahkan filler. Sedangkan untuk mengetahui pengarub komposisi filler talc terbadap pembentukan pin hole dilakukan variasi penambahan filler talc. Pelarut yang digunahan adalah limbah pelarut dari pencucian peralatan pada industrl cat untuk menggantikan pelarut yang selama ini digunakan. Dari basil pengujian didapatkan bahwa knmposisi dengan kadar filler paling rendah (filler 140 gr dan bitumen 110 gr) memiliki ketabanan korosi yang lebih baik (pelebaran karat paling kecil pada uji kahut garam) dibandingkan dengan produk lama namun ketahanan abrasinya sedikit lebih rendah dari produk lama. Komposisi filler tidak terlihat pengarubnya terbadap pembentukan pin hole pada daerah knmposisi yang diuj~ namun pembentukan pin hole dapat diknrangi dengan pengeringan yang cukup pada lapisan sebelurn pengovenan. Sedangkan penggunaan lirnhab. pelarut tidak mengakibatkan penurunan kualitas dari cat anti karat. Dari pemanfaatan limbah ini selain dapat menurunkan biaya produksi dan rneningkatkan daya asing produk juga dapat mengurangi masalah pembuangan lirnhab. pelarut dari industri cat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Saeful Bakhri
"Konversi kromat merupakan proses paswasi terhadap permukaan hasil lapis listrik Seng, sehingga akan meningkatkan retakanan lapisan Seng terhadap timbulnya karat putih dan memperpanjang perlindungan lapisan terhadap logam dasar. Prinsip proteksi ini adalah terbentulmya lapisan film pasif yang bertindak sebagai pengkalang dan pengontrol laju korosi. Selain itu lapis konversi kromat dapat meningkatkan sifat dekoratif permukaan. Sgfal dekoraly' ini diturjukan oleh brighteness dan warna yang dapat diperoleh dari berbagai larutan lapis konversi kromal. Larutan Dipsol ZG-553 alcan menghasilkan warna hyau gelap dan Dipsol ZB-547 A & ZB 5 47 B menghasilkan warna hitam mengkilap. Hasil penelirian menunjukan bahwa temperarur dan konsentrasi kedzza larutan tersebut berpengaruh terhadap kualitas lapisan yang dihasilkan. Larutan Dzpsol ZG-553 memberikan perlindungan paling tinggi dan mempunyai sy'al dekoratif yang baik pada penggunaan larutan dengan konsentrasi 40 ml/I dan temperatur proses 25°C Dan lconsentrasi 50 ml/I Dipsol ZG-54 7 A dan 12,5 ml/I ZG-547 B juga alcan memberikan hasil yang opiimal pada hasil lapis Iistrik seng."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41333
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azman Muammar
"Baja AISI 316L yang digunakan sebagai bahan dasar tabung solar water heater (SWH) termasuk kategori baja tahan karat austenitik. Baja tahan karat austenitik merupakan jenis baja tahan karat yang memiliki ketangguhan dan keuletan yang bagus disamping ketahanan terhadap korosi dan sifat mampu las yang juga bagus. Baja AISI 316 L sebelum dilakukan pengelasan telah mengalami proses deformasi dingin (cold working) sebesar 0%, 5%, dan 10 % sehingga berpengaruh terhadap ketahanan korosinya setelah dilakukan penyambungan dengan menggunakan pengelasan TIG. Logam pengisi yang digunakan adalah ER 316 L dan ER 316 Lsi. Adapun perlakuan dasar terhadap material sebelum dilas berupa solution annealing, purging dan tanpa purging serta proses passivasi dgn HNO3 pada daerah sambungannya setelah proses pengelasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi persen deformasi yang dialami material maka ketahanan korosi cenderung menurun. Hal ini dilihat dari kehilangan berat per satuan luas, dimana pada deformasi 0% sebesar 0,0529 gr/cm2 , deformasi 5% sebesar 0,0589 gr/cm2 , dan pada deformasi 10 % sebesar 0,0623 gr/cm2. Pengaruh proses solution annealing terhadap material yang terdeformasi menunjukkan kehilangan berat yang semakin kecil pada persen deformasi yang identik yakni pada deformasi 0% sebesar 0,0518 gr/cm2, deformasi 5% sebesar 0,0537 gr/cm2 dan deformasi 10% sebesar 0,0518 gr/cm2 . Sedangkan pengaruh logam pengisi ER 316LSi lebih baik ketahanan korosi-nya daripada ER 316L hal ini ditunjukkan dengan luas kurva polarisasi ER 316 LSi yang lebih kecil daripada kurva polarisasi ER 316 L. Pengaruh perlakuan proses purging dan passivasi juga mampu meningkatkan ketahanan pitting, hal ini terlihat dari kehilangan berat per satuan luas yang paling kecil, yakni sebesar 0,02448 gr/cm2.

AISI 316L stainless steel, that is used as material for Solar Water Heater (SWH) tube, was classified as austenitic stainless steel. Austenitic stainless steel is a kind of stainless steel with good weldability and corrosion resistance. Before the welding process, stainless steel AISI 316 L have experienced a cold deformation process to the amount of 0 %, 5 %, and 10 %. There are two types of filler wire used in the process. It was ER 316L and ER 316 LSi. Meanwhile, basic treatments used for material before welding were solution annealing, purging and non purging. The passivation process using HNO3 was applied as well after welding process. The result shows that increasing deformation level decreases the corrosion resistance of material. It was indicated from the increasing of weight loss per unit area. The weight looses as much as 0.0529 gr/cm2 at no deformation, 0.0589 gr/cm2 in deformation level 5 %, and 0.0623 gr/cm2 in deformation 10% respectively. Sollution annealing process yields decreasing the weight loss. It was in the amount of 0.0518 gr/cm2 at no deformation, 0.0537 gr/cm2 in deformation of 5%, and 0.0518 gr/cm2 in deformation 10%. The use of ER 316 LSi filler wire influenced the material to have a better corrosion resistance than the use of ER 316 L, it shown by the smaller area of cyclic polarization curve on ER 316LSi than ER 316L. In additional, the effect of purging and passivation process increase the pitting corrosion resistance of 316L weldments. It was indicated from the smallest weight loss per unit area of 0.02448 gr/cm2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S41799
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Akhmad Gumelar
"Teh rosella merupakan bahan organik yang dapat dikembangkan sebagai inhibitor untuk mengurangi laju korosi baja karbon rendah di lingkungan air laut pada temperatur 50°C. Penggunaan teh rosella diharapkan dapat dijadikan sebagai inhibitor yang bersifat aman, ramah lingkungan, serta bio-degradable dan juga dapat mengurangi penggunaan bahan sintetis. Inhibitor teh rosella dipilih sebagai inhibitor organik karena mengandung zat antioksidan yang dapat menghambat proses korosi, seperti antosianin dan asam askorbat. Metode kehilangan berat digunakan untuk menguji keefektifan teh rosella sebagai inhibitor dengan variasi konsentrasi (tanpa inhibitor, 2ml, 4ml, 6ml) dan lama perendaman selama 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan inhibitor teh rosella yang paling efektif bila digunakan pada lingkungan NaCl 3.5% pada temperatur 50°C adalah pada penambahan 2 ml dengan efisiensi 17.768 %.

Roselle tea is organic materials that can be developed as inhibitors to reduce corrosion rate of low carbon steel on sea water solution in 50°C. Roselle tea is uspected to be one of inhibitors which is safe, friendly environment, dan bio-degradable and alsocan reduce the use of organic materials. Roselle tea inhibitors have been chosen as organic inhibitors because its containing antioxidants that can reduce corrosion process, example anhthosianin and ascorbic acid. Weight loss method is used to teat the effectiveness of roselle tea as an inhibitors with various concentration ( without inhibitors, 2ml, 4ml, and 6ml) and period of immersion teat is 5 days. The result of research showed that addition roselle tea inhibitors most effective if used on NaCl 3.5% solution in temperature 50°C is with additon 2ml with an efficciency 17.768 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S795
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Enriko Fadly
"ABSTRAK
Inhibitor ramah lingkungan saat ini diperlukan untuk mengurangi dampak
pencemaran dari inhibitor anorganik. Penelitian ini mempelajari pengaruh injeksi
ekstrak ubi ungu sebagai inhibitor organik terhadap baja karbon dalam larutan
H2SO4 0,5M. Berdasarkan pengujian weight loss dari seluruh sampel uji, sampel
13 hari dengan penambahan inhibitor 6 ml menunjukan nilai efisiensi paling
tinggi yakni sebesar 78.33 % diikuti efisiensi sampel uji 9 hari dengan
penambahan inhibitor sebesar 6 ml dengan efisiensi 77.01%. Hasil uji polarisasi
menguatkan hasil uji imersi dengan adanya pergeseran kurva anodik yang
menyebabkan turunnya laju korosi baja karbon dari 158.1 MPY menjadi 117.9
MPY. Dari pengamatan uji EDX terlihat peningkatan kadar karbon pada
permukaaan yang mengindikasikan adanya lapisan protektif yang dibentuk oleh
inhibitor ubi ungu.

Abstract
Green inhibitor is needed to reduce pollution cause by anorganic inhibitor. This
research study the influence of purple sweet potato as orgaic inhibitor for carbon
steel in H2SO4 0,5M solution. From weight loss test result, 6ml inhibitor test in 13
days showing the highest efficiency which is 78.33 % followed by 6ml inhibitor
in 9 days which has 77.01% efficiency. Polarization test also indicates that
corrosion rate reduce with inhibitor addition from 158,1Mpy to 117,9 Mpy.
Characterization with EDX indicates the increasing of carbon percentage in
sample interface, which indicate protective film forming in sample cause by
addition of inhibitor during test."
2012
T31284
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Irawan
"Dalam penelitian ini dilakukan beberapa metode pengukuran laju korosi dari suatu pipa penyalur dengan fluida gas didalamnya serta adanya gas CO2 dan H2S. Metode untuk mengamati laju korosi yang dilakukan yaitu dengan perbandingan laju korosi berdasarkan perhitungan dari corrosion probe terhadap laju korosi berdasarkan perhitungan kehilangan berat dari corrosion coupon, serta laju korosi yang dihitung menggunakan software corrosion modeling dengan menggunakan data dari analisa fluida. Corrosion probe yang digunakan adalah dari jenis tube loop dengan elemen carbon steel sementara itu coupon yang digunakan adalah material Carbon Steel C1018 mild steel. Metode analisa fluida gas terutama CO2 dan H2S digunakan untuk menghitung laju korosi dengan menggunakan software corrosion modeling. Metode intrusive (Coupon dan probe) yang digunakan dipasang pada pipa horizontal dengan posisi coupon dan probe tersebut di atas dari pipa tersebut (posisi jam 12). Coupon dan probe di biarkan selama beberapa hari lamanya (NACE RP0775)7] kemudian laju korosi dihitung berdasarkan kehilangan beratnya. Data dari Corrosion probe diambil dari data logger yang fungsinya sebagai penyimpan data selama probe tersebut terpasang di dalam sistem pipa penyalur. Data tersebut di unduh dan kemudian di hitung hingga mendapatkan laju korosinya. Pengambilan sample dari fluida gas yang mengalir didalamnya dilakukan untuk menghitung laju korosi dengan menggunakan metode software corrosion modeling. Kandugan gas terutama CO2 dan H2S yang merupakan bahan corrodent merupakan parameter yang akan menentukan tingkat laju korosinya. Masing-masing data yang diperoleh kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan metode perghitungan laju korosi dari corrosion probe. Pada kondisi gas CO2 11 %V dan H2S 8 ppm menunjukkan trend yang berbeda dibandingkan laju korosi dari coupon dan corrosion modeling. Hal ini disebabkan peningkatan H2S dapat menyebabkan peningkatan difusi atom hydrogen pada elektroda probe yang akan mempengaruhi sensitivitas probe.

There are several methods is being used in this paper to calculate corrosion rate from gas transportation pipeline which has CO2 and H2S inside. These methods are to compare corrosion rate results based on calculation of weight loss by corrosion coupon, probe and corrosion modeling. Corrosion probe which is applied is tube loop type and carbon steel C1018 mild steel. Gas analysis such as CO2 and H2S are applied to calculation corrosion rate using corrosion modeling. Intrusive methods such as corrosion coupon and probe installed at 12 o'clock on horizontal pipeline. Coupon and probe exposed in several days, based on NACE RP 07757] then calculate corrosion rate based on weight loss before and after exposed. Data from corrosion probe downloaded from data logger and Corrosion rate calculated from software which is provided. Gas sampling analysis is applied to determine corrosion rate using corrosion modeling. CO2 and H2S as corrodent are parameters to determine corrosion rate. Data from coupon, probe and sampling are calculated to obtain corrosion rate, and then the results are compared to corrosion rate obtained from corrosion probe. Trending of corrosion rate obtained from corrosion probe is different from corrosion rate obtained from coupon and corrosion modeling when CO2 and H2S present 11%V and 8 ppm respectively. The difference of results due to increasingly of diffusivity hydrogen atomic into probe which affecting probe sensitivity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Indrafusa
"Kemampuan inhibisi korosi senyawa fenolik minyak zaitun pada baja API 5L Grade B di lingkungan NaCl 3,5 % diinvestigasi dengan menggunakan pengujian Tafel polarisasi dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Senyawa fenolik minyak zaitun yang berperan dalam menginhibisi korosi diinvestigasi dengan pengujian FTIR. Senyawa oleuropein dalam minyak zaitun berperan dalam menginhibisi korosi pada sistem dengan tipe mixed inhibitor. Efisiensi inhibisi optimal terjadi pada konsentrasi 1 ml minyak zaitun/100 ml NaCl. Efisiensi inhibisi akan menurun seiring dengan kenaikan temperatur. Senyawa oleuropein menginhibisi korosi dengan cara adsorpsi fisika (interaksi elektrostatis) pada permukaan logam membentuk lapisan tunggal yang akan menghambat transfer muatan dan massa. Adsorpsi senyawa fenolik minyak zaitun pada permukaan logam terjadi spontan mengikuti Langmuir adsorpsi isoterm. Adsorpsi senyawa fenolik minyak zaitun akan meningkatkan energi aktivasi proses korosi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa senyawa fenolik minyak zaitun dapat digunakan sebagai alternatif inhibitor ramah lingkungan pada baja API 5L Grade B di lingkungan NaCl 3,5 %.

Corrosion inhibition ability of olive oil phenolic compounds on API 5L Grade B steel in 3.5% NaCl environment was investigated using Tafel polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) test. Olive oil phenolic compounds that acts for inhibit corrosion process was investigated by FTIR test. Oleuropein compounds in olive oil acts for inhibit corrosion process in the system with mixed type inhibitors. Optimal inhibition efficiency occurs at a concentration 1 ml olive oil/100 ml NaCl. Inhibition efficiency decreases with increasing temperature. Oleuropein compounds inhibit corrosion by physisorption (electrostatic interactions) on the metal surface to form a single layer that will inhibit the charge and mass transfer. Adsorption of olive oil phenolic compounds on the metal surface occurs spontaneously follow the Langmuir adsorption isotherm. Adsorption of olive oil phenolic compounds will increase the activation energy of the corrosion process. The results showed that olive oil phenolic compounds can be used as an alternative green corrosion inhibitor on API 5L Grade B steel in 3.5% NaCl environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library