Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Kumala Sinta
"Skripsi ini membahas mengenai program pencegahan HIV dan AIDS serta faktor- faktor yang mendukung dan menghambat program pencegahan HIV dan AIDS yang dilaksanakan Fatayat NU Kabupaten Tegal. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Fatayat NU Kabupaten Tegal menerapkan beberapa program pencegahan HIV dan AIDS dalam rangka mengubah perilaku kelompok dampingan. Perubahan perilaku tersebut berupa kesadaran dan kemauan untuk kembali ke jalan yang benar sesuai tuntutan agama sehingga mereka bisa meninggalkan kebiasaan yang berisiko terinfeksi HIV dan AIDS.

This thesis discusses about the program of HIV and AIDS prevention and factors that support and hamper on the program performed by Fatayat NU Kabupaten Tegal. To reach the thesis objectives, the approach used is descriptive qualitative research design. The results showed that Fatayat NU Kabupaten Tegal has implemented some programs of HIV and AIDS Prevention to change the target group’s behavior. The change in behavior is that awareness and will to go back at the right path according to the demands of religion so that they are able to leave the habit that has a risk infected with HIV and AIDS."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S45017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Nurachmah
"Tingginya angka HIV/AIDS, hilangnya masa produktif dari penderita berdampak pada kehilangan usia produktif di Indonesia. Hal ini disebabkan karena perilaku berisiko yang salah satunya terjadi dikalangan anak usia sekolah dan merupakan kelompok rentan tertularnya HIV/AIDS. Berdasarkan fenomena tersebut, tujuan penelitian yang dilakukan adalah menganalisis faktor pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP.
Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi dan menggunakan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling di SLTP X Jakarta yang memenuhi kriteria inklusif. Faktor intrinsik yang meliputi persepsi tentang pemahaman, sikap dan pencegahan HIV/AIDS mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP. Begitu pula dengan faktor ekstrinsik (informasi diperoleh dari luar) yang meliputi informasi orangtua, fasilitas, informasi dengan orang lain dan stigma masyarakat mempunyai hubungan signifikan dengan perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan melalui komunikasi, informasi dan edukasi tentang faktor pencegahan HIV/ AIDS melalui perilaku berisiko tertular pada siswa SLTP. Hal lain adalah perlunya peningkatan bimbingan dan konseling dari guru serta pendampingan dari orang tua kepada anak.

The High prevalence of HIV/AIDS can lead to a less in productive age in Indonesia. This problem can be attributed to the risk behavior of school age children, a risk group for HIV/AIDS infection. This study aims to analyse HIV/AIDS prevention factors among junior high school students.
The research used a descriptive correlation and a cross sectional approaches. The sampling method employed a purposive sampling at SLTP X in Jakarta whose subjects fulfilled the inclusive criteria. The intrinsic and extrinsic factors were explored. The intrinsic factors,?perception on understanding, attitude, and HIV/AIDS prevention?were significantly correlated with the contagious risk behavior among junior high school students. The extrinsic factors (involving external source of information, information from parents, facilities, information from other people, and community stigma) were significantly correlated with contagious risk behavior among students.
Based on this findings, it is imperative to improve knowledge through communication, information, and education on HIV/AIDS prevention factors from contagious risk behavior of junior high school students. It is also important to improve guided supervision and counseling ability from teachers and intensive assistance from parents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Ema Hulina Wissaputri
"Tujuan penelitian uji klinis ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian kolostrum sapi terhadap jumlah limfosit CD4+ penderita HIV. Penelitian dilakukan di UPT HIV RSUPNCM, mulai bulan Pebruari 2010 sampai dengan Mei 2010. Sebanyak empat puluh subyek terseleksi dari penderita HIV dengan metode consecutive sampling. Dengan alokasi random blok, dihasilkan dua puluh subyek mendapat kolostrum sapi dan konseling gizi, dan dua puluh subyek lain hanya mendapat konseling gizi saja. Data dikumpulkan sebelum dan setelah periode perlakuan melalui wawancara, pengukuran antropometrik dan pemeriksaan laboratorium darah untuk penentuan jumlah limfosit CD4+. Data asupan makanan ditentukan dengan menggunakan metode food record 1 hari dalam seminggu pada awal dan a.ldrir penelitian. Selama periode penelitian, empat subyek di drop out karena kondisi memburuk (satu orang), tugas keluar kota (dua orang) dan satu orang tidak dapat dihubungi.
Nilai rerata jumlah limfosit CD4+ sebelum pemberian kolostrum sapi pada kelompok perlakuan adalah 188,67±79,29 sel/mm sedang pada kelompok kontrol 186,56±83,48 sel/mm dengan uji t tidak berpasangan kedua kelompok memberikan hasil tidak berbeda bermakna (p=0,938). Setelah perlakuan, terjadi peningkatan jumlah limfosit CD4+ pada kedua kelompok menjadi 246,06±161,18 sel/mm pada kelompok perlakuan, sedang pada kelompok kontrol menjadi 201,61±83,5 sel/mm dengan uji t tidak berpasangan menunjukkan hasil tidak berbeda bermakna. Skor kualitas hidup dengan menggunakan SF-36v2 pada kelompok perlakuan memberikan nilai rata 108,78 dan di akhir penelitian menjadi 113. Pada kelompok kontrol, sebelum perlakuan didapatkan nilai rata skor kualitas hidup adalah 108,89, setelah enam minggu, nilairerata menjadi 111,94. Uji t tidak berpasangan pada kelompok perlakuan maupun kontrol tidak menunjukan perbedaan yang bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa setelah pemberian kolostrum sapi selama enam minggu dapat mingkatkan jumlah limfosit CD4+ dan skor kualitas hidup yang secara statistik tidak bermakna. Walaupun secara statistik tidak bermakna, tetapi secara klinis ada manfaatnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T29146
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Supartini
"Hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa Ierhadap program penoegahan AIDS di SMU Negeri 12 Jakarta. Penelitian dengan sampel siswa SMU Negeri 12 Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan periiaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, balk secara sendiri- sendiri maupun bersama-sama. Subyek berjumiah 300 siswa. 122 siswa laki- Iaki dan 118 siswa perempuan Data diperoleh melalui tiga buah instrumen dalam bentuk tes untuk mengungkap pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS, serta instrumen tentang perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS. Ketiga instrumen tersebut memiliki koehsien reliabiiitas masing-masing secara berturut-turut sebesar 0,8608, 0,9430, dan 0,7609.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara (1) pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS, dengan koetisien korelasi sebesar 0,242 dan sangat signifikan pada taraf Alpha 0,05 (2) pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program penoegahan AIDS, dengan koeisien korelasi sebesar 0,410 dan sangat signitikan pada taraf Alpha 0,05 (3) dan pengetahuan siswa tentang reproduksi sehat dan pengetahuan siswa tentang AIDS dengan perilaku siswa terhadap program pencegahan AIDS dengan koetisien korelasi sebesar 0,49."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Nur Azza
"Menurut Bellak (1993), fungsi utama TAT adalah untuk mengungkapkan dinamika tes kepribadian dan kaitannya dengan fungsi ego. Tes ini menggunakan metode yang sifatnya idiografik, dimana individu dilihat sebagai makhluk yang unik. Murray (dalam Bellak, 1993) menyatakan bahwa setiap kartu TAT dapat dianggap sebagai simulasi situasi sosial , sehingga respon apapun yang muncul akan mencerminkan perilaku individu dalam masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian terhadap Orang dengan HIV AIDS (Odha). Saat seseorang didiagnosa terinfeksi HIV/AIDS, maka ia dihadapkan pada berbagai masalah yang tidak hanya mempengaruhi kondisi fisiknya, tetapi juga memunculkan reaksi psikologis yang mengikuti reaksi seperti yang ditunjukkan oleh pasien terminal illness. Reaksi-reaksi tersebut berupa shock, denial, anger, bargaining, depression dan acceptance. Tidak hanya itu, mereka juga harus menghadapi kenyataan bahwa penyakit kronis yang mereka peroleh memiliki stigma negatif dari masyarakat.
Hal ini berkaitan dengan penemuan awal AIDS pada kaum homoseksual serta penyebarannya yang erat berhubungan dengan penggunaan narkoba Serta perilaku seks diluar nikah. Akibatnya, Odha cenderung dijauhi dan mendapatkan diskriminasi saat berada dalam masyarakat. Dengan beragamnya masalah yang dihadapi. oleh Odha, maka penggunaan TAT yang memiliki kemampuan untuk melihat gambaran here and now dari individu menjadi cukup tepat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif; terhadap 4 Odha yang berada di sebuah yayasan pemulihan adiksi.
Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa tidak ada satu kata pun yang ditolak. Seluruh subyek dapat memberikan respon terhadap kartu-kartu yang diberikan. Hasil ini menunjukkan bahwa keempat subyek tidak merasa terganggu dengan gambar dalam kartu TAT yang mungkin mirip dengan peristiwa yang pernah mereka alami. Kemudian, Saat memberikan respon pada gambar, 3 orang subyek (W, S, U) cenderung menggunakan dirinya sendiri sebagai sumber cerita dalam 1 atau lebih kartu yang diberikan. Ketiganya menjelaskan bahwa tokoh dalam kann persis seperti dirinya atau serupa dengan kejadian yang pernah mereka alami sebelumnya Berdasarkan tema deskriptif terlihat bahwa semua subjek cenderung terlihat ragu-ragu dan bingung dalam menghadapi kondisi mereka saat ini. Selain itu, juga terdapat rasa takut akan kematian, penyesalan karena telah menyusahkan keluarga. Serta merasa berdosa karena telah melakukan kesalahan.
Selanjutnya, terlihat juga bahwa keempat subjek memiliki persepsi yang negatif mengenai lingkungannya (mengancam, mencampakkan, mengucilkan, diskriminasi) Masih dalam tema deskriptif tiga orang subyek (kann 1?GF) menunjukkan adanya keinginan untuk melakukan bunuh diri saat merasa putus asa.Meskipun begitu, hal ini perlu ditelaah lebih lanjut dengan wawancara lebih Lanjut sena interpretasi hasil TAT yang lebih mendalam Sedangkan berdasarkan anamnesis. lampak tiga orang subyek (W,U,N) terlihai berusaha menutupi perasaan berkenaan dengan kondisi HIV positifnya, dan hanya subyek S yang terlihat lebih terbuka dalam menunjukkan kekhawatirannya. Meskipun Begitu, keempat subjek terlihat sama-sama memiliki pandangan negatif terhadap perilakunya semasa menggunakan narkoba dan semuanya memberikan reaksi yang sama saat tahu dirinya positif HIV, yaitu kaget, merasa shock.
Lebih lanjut, pemberian konseling pre dan posttest HIV/AIDS dianggap cukup beque ngaruh dalam menyiapkan subjek saat ia menerima hasil tes darah dan keberadaan dukungan (baik oleh keluarga alan yayasan) dipersepsikan sebagai suatu hal yang positif oleh seluruh subjek Hasil anamnesa dan respon TAK terlihat saling memanjang. Beberapa hal yang tidak muncul di anamnesa, ternyata muncul di TAT dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan penggunaan TAT disertai dengan anamnesa dapat memperkaya pemahaman tentang subjek. TAT juga dapat mengungkapkan hal yang tidak bersedia diungkapkan oleh subyek aian pun yang tidak dapat cli ungkapkan selama proses wawancara karena tidak disadarinya. Kemudian., indak dapat disimpulkan adanya kecenderungan patologis pada tiga orang subyek (W, SU) yang menyatakan dengan islam saat memberikan respon bahwa mereka seperti melihat diri mereka sendiri sebagai tokoh di dalam kartu akan bahkan merasa bahwa situasi dalam kartu pernah mereka alami sebelumnya, karena dalam penelitian ini terlihat bahwa hal tersebut dapat memberikan dampak yang positif. Dampak ini terutama terlihat pada subyek S yang menyatakan bahwa melalui bercerita dengan kartu, ia merasa seperti mendapatkan kesempatan untuk sharing dan lebih memahami dirinya sendiri.
Selain itu, dalam memberikan respon, tiga subjek menyatakan bahwa mereka merasa lebih bebas bercerita saat diberikan karm 16 (blank card). Hal ini sesuai dengan pernyataan Bellak (1993) bahwa kartu ini memungkinkan subyek untuk membeberkan imajinasinya dan bebas melakukan proyeksi. Dalam penelitian ini, masih belum terungkap dengan jelas apakah tema yang diproyeksikan melalui kartu berhubungan dengan kondisi positif HIV/AIDS yang oleh subjek ataukah lebih dipengaruhi oleh kondisinya saat ini yang berada pada pemulihan adiksinya Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mendalam, diperkirakan penggunaan level interpretasi yang lebih baik dari tema deskriptif Serta skoring TAT secara lengkap akan lebih membantu. Selain itu, disarankan untuk melakukan penelitian dengan subjek yang memiliki latar belakang berbeda (Odha wanita atau yang tertular melalui hubungan seksual, dst). Penggunaan jumlah kartu yang lebih banyak juga dianjurkan sehingga pemahaman yang didapat menjadi lebih luas. Kemudian, hasil pemeriksaan dan interpretasi TAT yang didapatkan dari subyek dapat dijadikan umpan balik untuknya, sehingga mereka dapat lebih mengenali dan memahami perasaan-perasaan serta cara pandang yang mereka mengenai diri dan lingkungannya.. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, dapat disarankan agar TAT digunakan oleh tenaga yang terlatih sebagai sarana bagi Odha untuk mengekspresikan perasaannya dengan lebih mudah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Rahmawati Zirta
"Latar Belakang: Angka kejadian Tuberkulosis Ekstra Paru (TBEP) lebih tinggi pada pasien dengan infeksi HIV. Pasien TBEP dengan infeksi HIV berisiko mengalami perburukan yang cepat dan angka kematian yang tinggi. Oleh karena nya perlu diketahui karakterisitik klinis setiap jenis TBEP agar dapat mendeteksi HIV dan memulai tatalaksana TBEP lebih dini.
Tujuan: Mengetahui pola demografi pasien TBEP dan mengetahui karakteristik klinis TBEP pada pasien HIV positif dan HIV negatif.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien TBEP di seluruh RSCM baik rawat jalan maupun rawat inap selama tahun 2008-2012. Semua data dikumpulkan dan diseleksi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien TBEP dewasa dan memiliki data rekam medis yang lengkap serta dilakukan pemeriksaan Elisa anti HIV. Data yang terkumpul diolah secara deskriptif dengan menggunakan piranti lunak SPSS.
Hasil: Penelitian ini mendapatkan 620 pasien TBEP yang terdiri dari 75,97% dengan HIV positif dan 24,03% dengan HIV negatif. Kelompok usia terbanyak 18-40 tahun. Jenis kelamin pria didapat sebesar 76,6%. Sebagian besar (57,7%) berpendidikan SMA dan sederajatnya dan 46,13% tidak bekerja. Distribusi organ terbanyak pada kelompok HIV positif adalah limfadenitis TB ( 42,59%) dan pada kelompok HIV negatif adalah meningitis TB (36,18%). Gambaran klinis sistemik terbanyak adalah penurunan berat badan, demam lama, dan lemah/lemas. Karakteristik klinis tiap jenis TBEP pada kelompok HIV positif dan HIV negatif pada umumnya serupa dan keluhan terbanyak adalah nyeri.
Simpulan : Proporsi TBEP pada pasien HIV positif lebih banyak dari pada HIV negatif. Pola demografi TBEP adalah sebagian besar pria, kelompok usia 18-40 tahun, berpendidikan SMA dan sederajatnya, sudah menikah, dan tidak bekerja. Karakteristik klinis setiap jenis TBEP pada pasien HIV positif dan HIV negatif serupa.

Background: Prevalence of Extrapulmonary TB (EPTB) increases along with an escalated number of HIV infection. Patients with EPTB with HIV infection are at risk of having rapid deterioration and higher death rate. Therefore, it is important to identify clinical characteristics of each EPTB in both HIV positive and negative patients allowing early EPTB management and thus decreasing its mortality rate.
Objectives: To recognize the demographic pattern of EPTB patients and identify clinical characteristics of EPTB in HIV positive and negative patients.
Methods: This was a cross sectional study that utilized secondary data from medical records of EPTB patients from all units in RSCM, both outpatient and inpatient during a period from 2008 - 2012. Data were gathered and selected. All EPTB patients who had complete medical record and had anti HIV ELISA examined were included in this study. Gathered data were processed descriptively by using SPSS software to be presented.
Result: This study obtained data from 620 EPTB patients consisted of 75,97% with HIV positive and 24,03% with HIV negative. Most patients were in 18 - 40 year-old age group, 70% were male, 57,7% had education at senior high school or equivalent level while 46,13% were unemployed. Distribution of organ involvement in HIV positive were lymphadenitis ( 42,59%) and in HIV negetive were meningitis (36,18%). Systemic clinical presentation were mostly weight loss, prolonged fever, and weakness/fatigue. Clinical characteristics in each EPTB both in HIV positive and negative were generally similar. The most common symptoms were pain.
Conclusion: EPTB proportion in HIV positive patients were higher than in HIV negative. Demographic pattern of EPTB were mostly male, age group 18 - 40 year-old, senior high school or equivalent level and unemployed. Clinical characteristics from each type of EPTB in HIV positive and negative were similar.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dine Dyan Indriani
"ABSTRAK
Anak jalanan merupakan salah satu populasi rentan terinfeksi HIV/AIDS. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku beresiko terinfeksi HIV/AIDS pada anak jalanan. Sekolah Mater adalah sekolah bagi anak-anak jalanan baik yang menetap di Yayasan maupun tidak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku beresiko terinfeksi HIV/AIDS pada Remaja Sekolah Master usia 15-19 tahun Yayasan Bina Insan Mandiri Depok Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember tahun 2015 dengan responden sebanyak 80 orang yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan diisi oleh respnden.
Hasil analisis diketahui 11% responden memilki perilaku beresiko HIV/AIDS dengan 6.8% berperilaku seksual dan menggunakan narkoba 11%. Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel yang memilki hhubungan adalah jenis kelamin dengan P value 0.008 dan pengaruh teman sebaya dengan P value 0.001.
Diharapkan setelah dilakukannya penelitian ini, pihak sekolah master dapat membina siswa ke arah yang lebih positif lagi dengan menanamkan pengaruh positif pada lingkungan sekolah juga menjadikan siswanya memilki sikap dan perilaku positif yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan dan teman disekitarnya.

ABSTRACT
Street children are a vulnerable population to HIV / AIDS. Many factors influence the risk behaviors of HIV / AIDS among street children. School Master is a school for street children in the Foundation either settled or not. This study was conducted to determine the factors related with behavior risk HIV / AIDS in Adolescents aged 15-19 years Master School Yayasan Bina Insan Mandiri Depok year 2015. The research was conducted with cross sectional design. Data collection was conducted in December 2015 with 80 respondents were taken by simple random sampling technique. Data were collected using questionnaires and filled by respnden.
Results of analysis showed 11% of respondents have the risk behavior of HIV / AIDS with 6.8% of sexual behavior and drug use 11%. Based on the results of analysis of variables that have hhubungan is sex with a P value of 0.008 and the influence of peers with a P value of 0.001.
Expected after doing this research, the school master students can foster a more positive direction again by instilling a positive influence on the school environment also makes students have the positive attitude and behavior that can have a positive influence on the environment and surrounding friends,
"
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S62748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marselina
"Klien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif sering mengalami masalah tidur yang berdampak terhadap kualitas tidur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur pada klien dengan HIV positif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional dan pengambilan sampel dengan metode accidental convenient sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 76 orang (65.8% laki-laki, 34.2% perempuan), berusia antara 22 sampai 52 (mean= 33.12; SD=6.053). Instrumen yang digunakan adalah Pittsburg Sleep Quality Index. Hasil penelitian ini adalah mayoritas (76.3%; n=76) klien dengan HIV positif memiliki kualitas tidur yang buruk. Rekomendasi penelitian ini adalah untuk petugas kesehatan, khususnya perawat agar melakukan deteksi dini masalah tidur pada klien dengan HIV positif sehingga apabila ditemukan adanya masalah tidur dapat diberikan intervensi yang sesuai berdasarkan informasi yang diperoleh agar tercapai kualitas tidur yang baik.

Clients with positive Human Immunodeficiency Virus (HIV) common had sleep disturbance that causing poor quality of sleep. The purpose of this study was to determine the quality of sleep in clients with HIV-positive. This research was conducted using descriptive study with cross-sectional design and sampling by accidental convenient sampling method. Respondents in this study amounted to 76 people (65.8% male, 34.2% female), ages ranged from 22 to 52 (mean = 33.12; SD = 6,053). The instrument used was Pittsburg Sleep Quality Index. The results of this study was majority (76.3%; n=76) of HIV-positive clients had poor sleep quality. Results of this study recommended that health workers, especially nurses, have to make an early detection of sleep problems in HIV-positive clients and than provided effective treatment to improved the quality of sleep."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S65475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Rianita
"ABSTRAK
Salah satu faktor risiko tingginya penularan IMS-HIV/AIDS adalah
banyaknya pelanggan yang dilayani seorang WPS. Makin besar jumlah
pelanggan, makin besar kemungkinan tertular HIV. Sebaliknya jika WPS telah
terinfeksi IMS-HIV, maka makin banyak pelanggan yang mungkin tertular
darinya. Rendahnya penggunaan kondom pada transaksi seks merupakan suatu
masalah yang harus diperhatikan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktorfaktor
yang berhubungan pada WPS dengan HIV/AIDS terhadap perilaku
penggunaan kondom pada pelanggannya di Lokalisasi Batu 15 Kota
Tanjungpinang tahun 2011. Penelitian ini menggunakan desain studi cross
sectional. Populasi studi adalah seluruh WPS dengan HIV/AIDS yang ada di
Lokalisasi Batu 15, dengan jumlah sampel 45. Hasil penelitian didapatkan WPS
dengan HIV/AIDS yang konsisten terhadap penggunaan kondom adalah 48.9%.
Analisa menggunakan uji chi square, menunjukan bahwa terdapat hubungan
antara variabel pendidikan, jumlah pelanggan, riwayat penyakit IMS, riwayat
penyakit HIV, ketersediaan kondom dan dukungan teman sebaya dengan perilaku
penggunaan kondom. Belum tercapainya target nasional penggunaan kondom
pada WPS yaitu 60 %, maka perlu adanya kebijakan untuk condom use 100% di
Lokalisasi Batu 15 dan promosi kesehatan tentang peningkatan pengetahuan
HIV/AIDS dan penggunaan kondom

ABSTRACT
One of the highest risk factor for transmission of IMS-HIV/AIDS is the
number of WPS. The more customers, the greater the likelihood of HIV infection.
Conversely, if the WPS was infected with an STI, HIV medications, the more
customers who might be infected. Low condom use in sex trafficking is a problem
that must be taken into account. The purpose of this study was to determine the
factors associated with WPS HIV/AIDS, condom use behavior to its clients in the
localization of 15 Tanjungpinang City in 2011. In this study used cross-study
design. WPS is the entire population with HIV/AIDS in localization of Batu 15,
the number of samples, 45. Results of WPS with HIV/AIDS is consistent condom
use rate of 48.9%. Analysis of the use Chi-square test, showed that there was a
correlation between variables, the number of clients, the history of STDS, history
HIV disease, the availability of condoms and peer support with the behavior of
condom use. Not achieving national targets on the WPS is 60% condom use, it's a
100% condom use policy in the localization of Batu 15 and health promotion
increased knowledge about HIV / AIDS and condom use."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiroy Junita
"Pembukaan status merupakan faktor penting yang diketahui mempengaruhi kepatuhan minum obat antiretroviral dan telah banyak diteliti di negara-negara dengan beban infeksi HIV tinggi. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan pembukaan status dengan kepatuhan minum obat pada pasien anak terinfeksi HIV di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan sampel sebanyak 94 pengasuh dari 101 pasien anak terinfeksi HIV. Pengumpulan data pembukaan status dilakukan melalui kuesioner yang dibuat oleh peneliti, sedangkan data kepatuhan minum obat diambil menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari instrumen multimetode yang dikembangkan oleh Gavin Steel, dkk. Penelitian ini menunjukkan sebagian besar pengasuh berjenis kelamin perempuan 89,4 , memiliki pendidikan terakhir SMP-SMA 64,9 , memiliki pendapatan di bawah upah minimum provinsi UMP Jakarta 75,5 , tergabung ke dalam kelompok dukungan sebaya 55,3 , dan bukan orangtua kandung dari pasien anak terinfeksi HIV 51,1 . Sebagian besar pasien anak terinfeksi HIV berusia 7 hingga di bawah 12 tahun 69,3 , berjenis kelamin perempuan 50,5 , menjalani terapi ARV lini 1 66,3 , belum mengalami pembukaan status HIV 71,3 , dan memiliki kepatuhan minum obat sedang 50,5 . Dari uji Chi-square diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi kepatuhan minum obat antara pasien anak terinfeksi HIV yang telah mengalami pembukaan status dengan yang belum mengalami pembukaan status p 0,367.

Disclosure is an important factor known affecting adherence to antiretroviral therapy that has been extensively studied in high burden countries. This research aims to determine relationship between disclosure and adherence among HIV infeceted children in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Indonesia. This research is a cross sectional study with samples of 94 caregivers from 101 HIV infected children. Disclosure data was collected using questionnaire reproduced by researcher, while adherence data was collected using questionnaire adapted from a multi method instrument developed by Gavin Steel, et.al. in West Africa. Demographic data shows that most caregivers are women 89.4 , have middle school education 64.9 , have income less than minimum regional wage of Jakarta 75.5 , join peer group 55.3 , and are not the biological parents of infected children 51.1 . Most children are girls 50.5 , currently in 1st line antiretroviral therapy 66.3 , have not been disclosed 71.3 , dan have moderate level of adherence 50.5 . Statistical analysis using Chi Square shows no relationship between disclosure and adherence among HIV infected children in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital p 0.367."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library