Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Kluwer Law International, 1996
341.754 ANT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Saputro Handoyo
"Perkembangan ekonomi yang semakin mengarah kepada terbentuknya pasar bebas tidak dapat dihindari lagi dengan menyatunya ekonomi antar bangsa. Hal tersebut adalah merupakan salah satu tanda bergesernya arah perekonomian dunia menuju arah liberalisasi perekonomian global. Untuk mengatur keseimbangan dan kesamaan antara hak dan kewajiban dalam globalisasi perekonomian antara negara telah disepakati adanya suatu lembaga yang mengatur hal tersebut yaitu World Trade Orgatuzation (WTO) yang dibentuk pada tanggal 15 April 1994 di Marekkesh, Maroko. Indonesia sebagai salah satu negara anggotanya telah meratifikasi Agreemem Eswi?!is/ung the World Trade Orgaiuzation (WTO) dengan dikeluarkannya UU No. 7 tahun 1994 yang secara otomatis juga telah meratifikasi Antidumping Code (1994) yang merupakan salah satu bagian dari perjanjian WTO tersebut. Diratifikasinya perjanjian WTO beserta Antidumping Code (1994) ditindak lanjuti oleh pemerintah Indonesia dengan menyisipkan ketetentuan dasar antidumping sebagaimana diatur dalam antidumping code (1994) dalam UU No. 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan Jo PP No. 34 tahun 1996 tentang Bea Masuk Antidumping dan Bea Masuk Imbalan.
Komite Antidumping Indonesia (KADI) sebagai suatu lembaga yang diamanatkan dari ketentuan antidumping tersebut memiliki kewenangan untuk menyelesaikan permasalahan tentang dumping yang timbul dalam perdagangan antar negara. Kebijakan yang telah dikeluarkan oleh KADI tersebut baik menetapkan pengenaan antidumping maupun tidak, bila dikaji dari persfektif yuridis yaitu : struktur, substansi dan budaya serta dari persfektif ekonomi nasional (kepentingan pengusaha sebagai produsen dan juga kepentingan masyarakat sebagai konsumen).
Disarankan bagi KADI sebagai lembaga yang berwenang memutus sengketa dumping atau subsidi hendaknya dalam kebijakan yang dikeluarkannya mempergunakan landasan yuridis yang bersifat khusus yang berbeda dalam hal Kepabeanan dalam suatu undang-undang tersendiri yang tetap memperhatikan ketentuan yang terdapat dalam antidumping code (1994) dan Struktur kelembagaan KADI sebaiknya bersifat SRO yaitu sebagai suatu lembaga yang independen dan mempunyai kewenangan untuk mengatur, menentukan serta memutus sendiri halhal yang diperlukan dalam mengatur sektor yang berada di bawah pengawasannya atau bila bersifat sebagai suatu lembaga inter-departemen, maka sebaiknya KADI berada di bawah koordinasi langsung Menteri Keuangan untuk memangkas alur pengenaan antidumping atau subsidi yang panjang. Untuk kepentingan bersama hendaknya kebijakan antidumping yang dikeluarkan oleh KADI mempertimbangkan semua kepentingan yang terkait dalam perdagangan tersebut serta dapat memberikan gambaran tentang batasan yang jelas kapan suatu praktek dumping dapat dikenakan dan sejauh mana praktek dumping dapat dimaafkan dengan alasan untuk kepentingan masyarakat sebagai konsumen."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T36935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ray Leonard
"Dumping merupakan praktik perdagangan tidak sehat yang dilakukan dalam konteks
perdagangan lintas batas Negara atau perdagangan internasional yang melibatkan
para pelaku usaha antar Negara. Praktik dumping biasanya dilakukan dalam rangka
menguasai pasar suatu Negara dengan cara menjual produk dengan nilai dibawah
kewajaran sehingga merugikan industry dalam negeri suatu Negara hingga akhirnya
tidak dapat berkembang. Antidumping merupakan suatu hukum yang bertujuan
mencegah terjadinya praktik dumping dengan memberlakukan berbagai cara yang
biasanya dikenal sebagai hambatan guna menciptakan persaingan harga yang
seimbang. Penyelesaian sengketa dumping merupakan instrumen antidumping
nasional dan internasional yang diajukan oleh pelaku usaha maupun oleh pemerintah
suatu Negara kepada Organisasi Perdagangan Internasional (WTO) dengan
membawa kepentingan industry nasionalnya.
Penelitian tesis penulis merupakan penelitian normative yang bersifat kualitatif
dengan menggunakan teori Critical Legal Studies penulis melakukan pembahasan
terhadap pokok-pokok permasalahan guna menghasilkan suatu kesimpulan dan
saran-saran atas hasil penelitian

ABSTRACT
Dumping is an unfair trade practice which is done in the context of cross-border
trade or international trade involving inter-State businesses. Dumping practices are
usually done in order to dominate the market of a State by selling products with an
undervalue prices beyond the fairness to the detriment of the domestic industry of a
country until it cannot evolve. Anti-dumping is a law that aims to prevent the
practice of dumping by imposing a variety of ways which is usually known as the
barriers to entry to create a fair price competition. Dumping dispute resolution is a
national and international anti-dumping instrument filed by businesses and by the
government of a State to an International Trade Organization (WTO) to bring the
interests of national industry.
This thesis is normative qualitative research using the theory of Critical Legal
Studies the writers study the thesis problems in order to produce a conclusion and
suggestions on the research results."
Jakarta: 2013
T34866
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Cassie Johanna
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ketentuan WTO dan hukum
nasional Indonesia berkaitan dengan pengaturan dumping dan antidumping di
Kawasan Bebas dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengenakan atau tidak
mengenakan Bea Masuk Antidumping pada barang dumping yang akan masuk ke
Kawasan Bebas di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang
bersifat yuridis normatif dengan menggunakan data sekunder, diantaranya
peraturan perundang-undangan dan buku. Tindakan Antidumping menurut
ketentuan WTO pelaksanaannya wajib dilakukan apabila telah dipenuhi syaratsyarat
tindakan dumping dan berdasarkan hasil investigasi Komite Antidumping.
Perbandingan antara nilai normal dengan nilai ekspor hasil investigasi tersebut
akan mendapatkan suatu marjin dumping yang dinilai sangat penting dalam
menentukan besaran pengenaan Bea Masuk Antidumping. Pada praktiknya, bea
masuk antidumping justru dibebaskan dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas (Kawasan Bebas) sebagaimana Pasal 14 Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai
Serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari Serta Berada
di Kawasan yang Telah Ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas. Dengan dibukanya lalu lintas barang yang masuk ke dalam
Kawasan Bebas tanpa terkena bea masuk, apalagi bea masuk antidumping,
ternyata dapat mengakibatkan terjadinya disorientasi pelindungan dan
pengamanan perdagangan yaitu menimbulkan kerugian produsen ataupun industri
dalam negeri dan mengakibatkan terhambatnya industri dalam negeri karena kalah
bersaing dari produsen luar negeri yang berhasil memasukkan barangnya ke
Kawasan Bebas. Ketentuan WTO mengenai Territorial Application-Frontier
Traffic-Customs Unions and Free-trade Areas, memungkinkan masuknya barang
ke dalam suatu Kawasan Bebas untuk dikenakan Tindakan Pemulihan
Perdagangan, salah satunya Tindakan Antidumping, sehingga dapat menjadi dasar
bagi Pemerintah Indonesia untuk dapat melakukan perubahan pengaturan
mengenai bea masuk pada Kawasan Bebas.

ABSTRACT
This research aims to analyze the provisions of the WTO and the
Indonesian national law relating to dumping and anti-dumping regulation in Free
Zone and efforts should be made to wear or not to wear Antidumping Duties on
dumping of goods that will go to the Free Zone in Indonesia. This research is a
normative juridical law using secondary data, such as legislation and books.
Antidumping action under the terms of WTO implementation must be done if the
conditions have been fulfilled dumping measures and is based on the results of the
investigation Antidumping Committee. The comparison between the normal value
with an export value of the results of the investigation will get a dumping margin
which was considered very important in determining the amount of the imposition
of Antidumping Duty. In practice, anti-dumping duties actually released within
the Free Trade Zone and Free Port (Free Zone) as well as Article 14 of
Government Regulation No. 10 of 2012 on the Treatment of Customs, Taxation
and Excise And Procedure Entry and goods to and from And Being in the Region
Defined as Free Trade Zone and Free Port. With the opening of freight traffic
coming into the free zone without incurring customs duties, let alone antidumping
duties, it can result in disorientation protection and trade security that is
causing losses of industrial or domestic producers and resulted in inhibition of
domestic industry because of competition from producers outside who managed to
enter the country the goods to the free zone. WTO provisions concerning
Territorial Application-Frontier Traffic-Customs Unions and Free-trade Areas,
allowing the entry of goods into a free zone for the Restoration of Commerce
imposed measures, one of which Antidumping Measures, which can be the basis
for the Indonesian government to be able to make changes to the settings on duty
entered the free zone.;This research aims to analyze the provisions of the WTO and the
Indonesian national law relating to dumping and anti-dumping regulation in Free
Zone and efforts should be made to wear or not to wear Antidumping Duties on
dumping of goods that will go to the Free Zone in Indonesia. This research is a
normative juridical law using secondary data, such as legislation and books.
Antidumping action under the terms of WTO implementation must be done if the
conditions have been fulfilled dumping measures and is based on the results of the
investigation Antidumping Committee. The comparison between the normal value
with an export value of the results of the investigation will get a dumping margin
which was considered very important in determining the amount of the imposition
of Antidumping Duty. In practice, anti-dumping duties actually released within
the Free Trade Zone and Free Port (Free Zone) as well as Article 14 of
Government Regulation No. 10 of 2012 on the Treatment of Customs, Taxation
and Excise And Procedure Entry and goods to and from And Being in the Region
Defined as Free Trade Zone and Free Port. With the opening of freight traffic
coming into the free zone without incurring customs duties, let alone antidumping
duties, it can result in disorientation protection and trade security that is
causing losses of industrial or domestic producers and resulted in inhibition of
domestic industry because of competition from producers outside who managed to
enter the country the goods to the free zone. WTO provisions concerning
Territorial Application-Frontier Traffic-Customs Unions and Free-trade Areas,
allowing the entry of goods into a free zone for the Restoration of Commerce
imposed measures, one of which Antidumping Measures, which can be the basis
for the Indonesian government to be able to make changes to the settings on duty
entered the free zone., This research aims to analyze the provisions of the WTO and the
Indonesian national law relating to dumping and anti-dumping regulation in Free
Zone and efforts should be made to wear or not to wear Antidumping Duties on
dumping of goods that will go to the Free Zone in Indonesia. This research is a
normative juridical law using secondary data, such as legislation and books.
Antidumping action under the terms of WTO implementation must be done if the
conditions have been fulfilled dumping measures and is based on the results of the
investigation Antidumping Committee. The comparison between the normal value
with an export value of the results of the investigation will get a dumping margin
which was considered very important in determining the amount of the imposition
of Antidumping Duty. In practice, anti-dumping duties actually released within
the Free Trade Zone and Free Port (Free Zone) as well as Article 14 of
Government Regulation No. 10 of 2012 on the Treatment of Customs, Taxation
and Excise And Procedure Entry and goods to and from And Being in the Region
Defined as Free Trade Zone and Free Port. With the opening of freight traffic
coming into the free zone without incurring customs duties, let alone antidumping
duties, it can result in disorientation protection and trade security that is
causing losses of industrial or domestic producers and resulted in inhibition of
domestic industry because of competition from producers outside who managed to
enter the country the goods to the free zone. WTO provisions concerning
Territorial Application-Frontier Traffic-Customs Unions and Free-trade Areas,
allowing the entry of goods into a free zone for the Restoration of Commerce
imposed measures, one of which Antidumping Measures, which can be the basis
for the Indonesian government to be able to make changes to the settings on duty
entered the free zone.]"
2015
T44228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The stalling of the Doha Development Round trade negotiations has resulted in bilateral and regional free trade agreements (BRTAs) becoming an important alternative. These agreements have proliferated in recent years, and now all of the major trading countries are engaging in serious bilateral trade negotiations with multiple trading partners. This second edition provides updated and comprehensive analysis of the contents and trends of recent BRTAs. It is unique in that it situates these agreements in their economic, international law and international relations contexts. It also comprehensively reviews the recent agreements in relation to each substantive topic covered (e.g. intellectual property, investment, services and social policy) so as to provide an overview of the law being created in these areas."
Cambridge: Cambridge University Press, 2015
e20519714
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"This edited volume aims at examining China's role in the field of international governance and the rule of law under the Belt and Road Initiative from a holistic manner. It seeks alternative analytical frameworks that not only take into account legal ideologies and legal ideals, but also local demand and socio-political circumstances, to explain and understand China's legal interactions with countries along the Road, so that more useful insights can be produced in predicting and analysing China's as well as other emerging Asian countries' legal future. Authors from Germany, Korea, Singapore, Mainland China, Taiwan and Hong Kong have contributed to this edited volume, which produces academic dialogues and conducts intellectual exchanges in specific sub-themes."
Cambridge: Cambridge University Press, 2018
e20521832
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarmi
Jakarta: Sinar Grafika, 2002
343.087 SUK r (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianto Syahyu
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004
341.754 YUL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4   >>