Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priscylia Maria Sandehang
"ABSTRAK
Pemetaan karir merupakan salah satu fungsi manajemen, yaitu fungsi staffing. Pemetaan jenjang karir merupakan suatu strategi yang adekuat untuk meretensi perawat di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi pemetaan karir di RSUD Pasar Minggu sebagai rumah sakit baru beroperasi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, dengan partisipan para perawat manajer lini atas, manajer lini tengah, manajer lini bawah, dan para perawat pelaksana di RSUD Pasar Minggu - Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan FGD Focus Group Discussion sebagai metode pengambilan data. FGD kelompok pertama kelompok perawat pelaksana terdiri dari delapan partisipan dan FGD kelompok kedua para perawat manajer lini atas, lini tengah, dan lini bawah enam partisipan. Hasil penelitian ini menghasilkan delapan tema yang menggambarkan keseluruhan proses pemetaan karir di RSUD Pasar Minggu, dimana proses asesmen, pertimbangan kompetensi, dan pelibatan perawat dari lini bawah menjadi ciri khas program pemetaan jenjang karir di RSUD Pasar Minggu.Kata kunci: asesmen, kompetensi, pemetaan karir, perawat, studi kasus, rumah sakit baru

ABSTRACT
Career mapping is one of the management functions namely staffing. Mapping of career ladder is an adequate strategy for retention of nurses. This study aims to identify the mapping of nursing career ladder in RSUD Pasar Minggu Jakarta Selatan as a new hospital. This research used qualitative research design with case study approach, with participants of top line of managers nurses, middle managers, bottom line managers, clinical nurses at RSUD Pasar Minggu Jakarta Selatan, This study used FGD as the method of data collection, where two FGDs were conducted, which is the first group of FGD group of implementing nurses consisted of eight participants and the second group FGD upper line, midfield, and lower line managers . The results of this study produce eight themes that describe the whole process of career mapping in Rumah Sakit Pasar Minggu Jakarta Selatan. The assessment process and consideration of competence become the spesific point of mapping of the nurse career ladder in RSUD Pasar Minggu"
2017
T48355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthmainnah
"Kinerja perawat dipengaruhi faktor remunerasi dan motivasi kerja. Remunerasi adekuat sebagai upaya retensi perawat dan meningkatkan motivasi kerja. Motivasi kerja membawa kinerja perawat positif. Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan kepuasan remunerasi dengan motivasi dan kinerja perawat. Desain yang digunakan analitik cross sectional study dengan total sampling perawat RSUD Depok yang diukur menggunakan kepuasan remunerasi yang dibuat dan kinerja dari manajemen serta motivasi menggunakan kuesioner Herzberg. Hasil penelitian menunjukkan hubungan bermakna kepuasan remunerasi dengan motivasi kerja p=0.019; ?=0.05 . Perawat yang puas dengan remunerasi berpeluang 4 kali menunjukkan motivasi kerja tinggi. Rekomendasi untuk rumah sakit menerapkan sistem remunerasi berdasarkan Kepmenkes 652 Tahun 2010.Kata kunci : Kepuasan remunerasi, motivasi kerja, kinerja, perawat.

Nurse performance has been effected by remuneration and work motivation factor. The adequate remuneration as effort in nurse retention and increase the work motivation. Work motivation bring the positive nurse performance. This study aimed to identify the association between remuneration satisfaction with work motivation and nurse performance. This study used a cross sectional analytical study involving nurses in Depok hospital selected using total sampling method. The result showed remuneration satisfaction was shown to be significantly correlated with the work motivation nurses p 0.019 0.05 . Nurses who had remuneration satisfactions chance 4 times to show a high work motivation. Recommendations from this finding are need to design the remuneration system based on Health Ministry Policy 652 Year 2010.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Purnama Christina
"

Perawat yang mengalami alarm fatigue membahayakan keselamatan pasien karena dapat menyebabkan kematian sebagai dampak mengabaikan alarm kegawatdaruratan. Pengelolaan alarm dilakukan dengan manajemen kebisingan namun belum semua rumah sakit menerapkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan manajemen kebisingan dengan alarm fatigue pada perawat di ruang perawatan intensif. Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada dua kelompok sampel yang dipilih dengan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai alarm fatigue lebih rendah di ruang intensif yang telah melaksanakan manajemen kebisingan dibandingkan yang belum menerapkan. Penerapan manajemen kebisingan hanya sebesar 38,3-62,75% dengan rerata tingkat alarm fatigue 29,387%. Faktor yang paling berpengaruh dengan alarm fatigue adalah jenis kelamin (perempuan lebih berisiko mengalami alarm fatigue). Semakin baik penerapan manajemen kebisingan area kamar pasien akan semakin menurunkan tingkat alarm fatigue perawat (p=0,001; r=-0,240). Pimpinan rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan penerapan manajemen kebisingan area kamar pasien dan mengevaluasi penerapan manajemen keseluruhan dalam rangka mencegah alarm fatigue lebih dini pada perawat di ruang intensif.

 


Nurses who undergo alarm fatigue put patient safety at risk as it can lead to death as an impact of ignoring emergency alarms. Alarm management is implemented with noise management, but not all hospitals have done the same. This research aimed to identify the relationship between noise management and alarm fatigue on nurses at intensive care unit. The research design was quantitative research with cross sectional approach done in the two-sampled group`s selected using total sampling technique. The results of the research indicated that the alarms fatigue was lower in intensive care unit, which did implement the noise management than those, which did not. The implementation of noise management was only 38.3-62.75% with the average of alarm fatigue level of 29.387%.  The most influential factor with alarm fatigue was gender (women are more at risk of undergoing alarm fatigue). The better the implementation of noise management in patient`s room area, the lower the level of alarm fatigue on nurse will be (p=0.001; r = -0.240). Hospital leaders are expected to be able to improve the implementation of noise management in the patient`s room area and evaluate the implementation of overall management for the early prevention of alarm fatigue on nurses at intensive care unit.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aep Saepulmulya Sukmana
"Pelayanan pre-hospital berorientasi kepada layanan gawat darurat untuk cidera atau sakit yang parah sebelum mencapai rumah sakit atau selama proses transfer. Salah satu yang membedakan uraian tugas antara perawat ambulans gawat darurat dengan perawat rumah sakit adalah dalam memberikan asuhan kepada pasien. Perawat rumah sakit memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan dan terjadwal, sedangkan asuhan keperawatan oleh perawat ambulans gawat darurat diberikan berdasarkan panggilan (permintaan sesuai kebutuhan). Perbedaan pemberian asuhan ini seringkali berpengaruh terhadap kualitas tidur perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur perawat ambulans gawat darurat. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional pada 100 perawat ambulans gawat darurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 39 perawat ambulans gawat darurat memiliki kualitas tidur yang baik, dan 61 perawat ambulans mempunyai kualitas tidur yang buruk. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar indikator pengetahuan perawat dan rekomendasi pengetahuan dasar mengenai kualitas tidur untuk perawat yang bekerja di instansi ambulans gawat darurat.

Pre-hospital services (emergency ambulance) are oriented towards the emergency medical services for the severely ill or injured before reaching the hospital or during transfer. One that distinguishes the job description between an emergency ambulance nurse and a hospital nurse is in providing nursing care to patients. Hospital nurses provide nursing care on a continuous and scheduled basis, while the provision of nursing care by emergency ambulance nurses is applied based on call (request as needed). This difference in the provision of nursing care often affects the quality of nurse's sleep. This study aims to describe the sleep quality among the nurses working on the emergency ambulance service. The design of this study is descriptive using a cross-sectional approach. This study was conducted on 100 emergency ambulance nurses. The results showed that 39 emergency ambulance nurses had good sleep quality, and 61 ambulance nurses had poor sleep quality. This research can be used as an indicator basis of knowledge and recommendations for basic knowledge regarding sleep quality for nurses working in emergency ambulance institutions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhayati
"Masalah etik kerap dihadapi oleh perawat. Kepala ruangan berperan penting dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah etik yang dihadapi perawat di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan kepala ruangan dalam penyelesaian masalah etik perawat di rumah sakit. Desain penelitian ini adalah cross sectional yang melibatkan 96 perawat selevel kepala ruangan di satu rumah sakit umum tipe A di Jakarta. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling. Pengambilan keputusan masalah etik diukur menggunakan kuesioner Managerial Ethical Profile (MEP) scale yang dikembangkan oleh Casali (2010) dan faktor-faktor yang berhubungan terdiri atas faktor individu, faktor organisasi, dan faktor eksternal. Analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor individu dan eksternal berhubungan dengan pengambilan keputusan kepala ruangan dalam penyelesaian masalah etik perawat (p <0,001; r2 = 0,491) dan faktor individu merupakan faktor yang paling berhubungan dengan pengambilan keputusan kepala ruangan dalam penyelesaian masalah etik perawat. Faktor individu mencakup pengembangan moral dan kemampuan-pengalaman professional. Penelitian ini merekomendasikan perlunya program yang menguatkan dan meningkatkan kemampuan kepala ruangan dalam pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah etik melalui diskusi kasus terkait masalah etik yang dihadapi oleh perawat.

Nurses often face ethical problems. The head nurse in the ward has an important role in making decisions to solve nurses' ethical problems in the hospital. This study aims to identify factors related to the head nurses' decision-making in solving nurses' ethical problems in the hospital. This study's design was a cross-sectional study involving 96 nurses at the head of the room in a public hospital in Jakarta. The sample was selected by purposive sampling technique. Ethical decision making was measured using the Managerial Ethical Profile (MEP) scale questionnaire developed by Casali (2010), and related factors consisted of individual factors, organizational factors, and external factors. Data analysis using multiple linear regression. The results showed that individual and external factors were related to the head nurses' decision-making in solving nurses' ethical problems in the hospital (p <0.001; r2 = 0.491). The individual factors were the most related to the head nurses' decision-making in solving nurses' ethical problems in the hospital. Individual factors include moral development and professional experience. This study recommends the need for a program that strengthens and improves the head nurses' decision-making ability in solving nurses' ethical problems in the hospital through discussion of cases related to ethical problems faced by nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Burns, Dianne
Yogyakarta: Rapha Publishing, 2019
610.730 BUR l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
A. Aziz Alimul Hidayat
Jakarta : Salemba Empat , 2005
610.73 AZI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Saetia Listiana
"Berbagai komplikasi yang dialami penyandang DM menyebabkan timbulnya gangguan psikologis seperti kecemasan dan stress. Kecemasan dan stres ini apabila tidak ditangani secara baik maka akan menimbulkan masalah tersendiri yang akan semakin menyulitkan dalam pengelolaan penyakit diabetes mellitus. Kemampuan menghadapi stres berbeda pada setiap individu tergantung dari koping yang dimiliki. Mekanisme koping yang digunakan secara umum bersifat adaptif dan bersifat maladaptif. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan hasil asuhan keperawatan yang diberikan pada salah satu klien diabetes melitus tipe 2 dengan masalah psikososial koping individu tidak efektif. Evaluasi yang didapatkan bahwa klien DM dengan koping individu yang adaptif dapat menjaga kestabilan glukosa darah. Saran yang diberikan agar dapat di implementasikannya asuhan keperawatan fisik yang terintegrasi dengan asuhan keperawatan psikososial untuk mempercepat pemuliahan klien.

Various complications experienced by persons with diabetes mellitus cause psychological disorders such as anxiety and stress. Anxiety and stress if not handled properly it will cause problems of its own that will be increasingly difficult in the management of diabetes mellitus. The ability to deal with stress is different for each individual depending on coping owned. coping mechanisms used in general to be adaptive and maladaptive nature. This paper aims to present the results of nursing care given to one client type 2 diabetes mellitus with psychosocial problems coping ineffective individual. The evaluation found that the client said it is willing to change the individual coping is maladaptive and adaptive. Advice given in order to implement it physical nursing care that is integrated with psychosocial nursing care for clients accelerate pemuliahan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Damayanti
"Latar belakang: Angka kejadian infeksi dapat diturunkan dengan pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dalam asuhan keperawatan secara komprehensif oleh Perawat. Pada kenyataannya asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan risiko infeksi masih rendah. Perawat membutuhkan model peran yang baik dari kepala ruang dan fungsi manajemen kepala ruang memberi pengaruh positif pada pelaksanaan PPI.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis hubungan peran dan fungsi manajemen kepala ruang dengan pelaksanaan PPI dalam asuhan keperawatan.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional dilakukan pada 221 perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah di Jakarta yang dipilih dengna menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian terdiri dari peran kepala ruang, fungsi manajemen kepala ruang, dan pelaksanaan PPI dalam asuhan keperawatan yang disebarkan pada responden melalui tautan google form. Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen mendapatkan nilai r = 0,313-0,818 dan cronbach’s alpha = 0,922-0,945.
Hasil: Hasil penelitian ini mendapatkan ada hubungan peran kepala ruang dengan pelaksanaan PPI dalam asuhan keperawatan dengan kekuatan sedang dan arah positif  (p = 0,0001, r = 0,489), demikian juga  fungsi manajemen kepala ruang mempunyai hubungan dengan pelaksanaan PPI dalam asuhan keperawatan dengan kekuatan kuat dan arah positif  (p = 0,0001, r = 0,515. Faktor yang paling memengaruhi pelaksanaan PPI dalam asuhan keperawatan yaitu fungsi pengorganisasian (nilai koefisien Beta = 1,145), fungsi pengendalian (nilai koefisien Beta = 1,125), peran decisional (nilai koefisien Beta = 1,145), dan peran interpersonal (nilai koefisien Beta = -1,010).
Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan bahwa peran dan fungsi manajemen kepala ruang berhubungan dengan pelaksanaan PPI dalam asuhan keperawatan. Faktor yang paling memengaruhi pelaksanaan PPI dalam asuhan keperawatan adalah fungsi pengorganisasian. Rekomendasi yang diberikan yaitu meningkatkan peran dan fungsi kepala ruang dalam PPI terutama fungsi perngorgaisasian untuk mengoptimalkan pelaksanaan PPI dalam asuhan keperawatan dan peningkatan pelaksanaan PPI dalam asuhan keperawatan terutama pada tahap diagnosis keperawatan.

The incidence of infection can be reduced by implementing the Infection and Prevention Control (IPC) in comprehensive nursing care by nurses. In fact, comprehensive nursing care for patients with risk of infection is still low. Nurses need a good role model from the head nurse and the management function of the head nurse have a positive influence on the implementation of IPC.
Method: This study aimed to identify and analyze the relationship between the role and function of head nurse management and the implementation of IPC in nursing care. Quantitative research with cross sectional design was conducted on 221 nurses who worked in government hospitals in Jakarta who were selected using purposive sampling technique. The research instrument consisted of the role of the head nurse, the management function of the head nurse, and the implementation of IPC in nursing care which was distributed to respondents via the google form link.
Results: The results of the validity and reliability test of the instrument get r value = 0.313-0.818 and Cronbach's alpha = 0.922-0.945. The results of this study found that there was a relationship between the role of the head nurse and the implementation of IPC in nursing care with moderate strength and a positive direction (p = 0.0001, r = 0.489), and the management function of the head nurse had a relationship with the implementation of IPC in nursing care with strong strength and positive direction (p = 0.0001, r = 0.515. The factors that most influence the implementation of IPC in nursing care are the organizational function (Beta coefficient value = 1.145), control function (Beta coefficient value = 1.125), decisional role (Beta coefficient value = 1.145), and interpersonal roles (Beta coefficient value = -1.010).
Conclusions: This study concludes that the role and management function of head nurse are related to the implementation of IPC in nursing care. The factor that most influences the implementation of IPC in nursing care is the function of organization. This study recommend to increase the role and management function of the head nurse in IPC  to optimize the implementation of IPC in nursing care and increase the implementation of PPI in nursing care, especially nursing diagnosis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Praptianingsih
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007
344.041 4 SRI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>