Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasaribu, Norman Erikson
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016
808.81 PAS s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Young-Ju
"BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia dan Korea memiliki pengalaman sejarah yang sama, yaitu mengalami masa pendudukan Jepang. Indonesia dijajah Jepang mulai tanggal 8 Maret 1942 sampai 17 Agustus 1945.1 Pada awalnya kedatangan Jepang dipandang positif bagi orang Asia Tenggara dan berhasil mematahkan mitos bahwa "orang berkulit putih tidak dapat dikalahkan". Apalagi seruan atau semboyan Jepang yakni "Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya" dan "Asia untuk Orang Asia" cukup menarik untuk mengambil hati rakyat Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pemerintah Jepang yang menyebut dirinya sebagai sang pembebas pada waktu itu juga telah menjanjikan kemerdekaan, namun ternyata semuanya tidak terwujud dan hanya merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia. Justru yang diterima oleh bangsa Indonesia adalah penderitaan yang lebih parah dibandingkan dari penjajah Belanda.2.
Sementara itu, pengalaman pahit bagi bangsa Korea dimulai pada tahun 1910, ketika Dinasti Chosun (kerajaan Korea, 1392-1910) digulingkan oleh Imperialis Jepang. Selama 35 tahun Jepang melakukan penjajahan yang kejam terhadap bangsa Korea. Jepang dengan kekuatan militer merampok baik tanah, bahan pangan maupun sumber-sumber alam dan tenaga manusia Korea. Keadaan seperti itu tidak membuat bangsa Korea patah semangat, tetapi malah sebaliknya, bangsa Korea berjuang melawan penjajahan Jepang dan akhirnya memperoleh kemerdekaan pada tanggal 15 Agustus 1945.
Dari pengalaman sejarah yang sama dari kedua negara, terdapat beberapa perbedaan, seperti lama waktu penjajahan, kebijakan, dan lain-lainnya.
Dibandingkan dengan Indonesia, periode penjajahan Jepang di Korea lebih lama dan dapat dikatakan lebih kejam - bahkan Jepang melaksanakan kebijakan penghapusan homogenitas bangsa Korea untuk menghancurkan secara total sejarah dan kebudayaan Korea. Dapat dikatakan penindasan Jepang terhadap Korea mencapai puncaknya pada tahun 1940-an, hingga kegiatan-kegiatan di berbagai sektor terutama seni dan budaya dilarang dan sangat tidak bebas. Bahkan, dalam rangka penjepangan, pemerintah penjajahan melaksanakan kebijakan baru, yaitu pelarangan penggunaan bahasa Korea di sekolah dan pemaksaan penggunaan nama Jepang sebagai ganti nama Korea.4
Sementara di Indonesia Jepang mendukung pemakaian bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi untuk menghapus sisa-sisa dan pengaruh Belanda serta membentuk beberapa organisasi untuk memobilisasi rakyat. Kebijakan Jepang terhadap Indonesia kelihatannya membantu perkembangan Indonesia, tetapi semuanya dilaksanakan demi kepentingan Jepang. Namun ada beberapa tokoh Indonesia mengabaikan kekuatan dan kemampuan bangsa Indonesia dan memberikan penilaian yang berlebihan atas kebijakan Jepang di Indonesia, sebagaimana kutipan berikut:
Semua itu sangat sekali menyinggung perasaan bangsa Indonesia, tapi tak dapat disangkal bahwa ada juga baiknya, karena bangsa kita dengan demikian ditempa badan dan jiwanya dan diajar mengerjakan pekerjaan yang besar-besar dalam hubungan yang besar-besar sehingga kita dengan sekaligus diangkat ke tingkat internasional, sambil merasakan kesakitan tumbuh besar yang tiba-tiba dan tergesa-gesa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, 2009
899.211 MEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kompas, 2017
808.8 BER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Junita
"Puisi anak adalah puisi yang ditulis untuk anak dengan bahasa lugas dan mudah dipahami anak. Pemahaman anak akan puisi, masih terbatas pada hal-hal yang akrab dengan dunia mereka yaitu permainan dan pendidikan. Pemahaman anak akan puisi belum konkret di pikiran mereka, untuk itu orang dewasa perlu memperkenalkan puisi berikut unsur-unsurnya. Dengan pengetahuan yang cukup akan pentingnya puisi yang diperoleh dari sekolah maupun dari lingkungan sekitarnya, anak dapat mengungkapkan perasaannya ataupun pengetahuannya akan hal-haI yang ia temui dan amati. Selain itu, dengan menulis puisi kepekaan anak terasah tidak hanya melalui bahasa tetapi juga melalui hal-hal yang berada di luar lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur apa yang membangun puisi anak kelas VI SD. Melalui deskripsi tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai ciri puisi anak yang diteliti. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa unsur yang umumnya digunakan anak dalam menulis sajak adalah unsur citraan dan bunyi. Selain itu, dapat diketahui pula bahwa puisi anak adalah puisi yang disampaikan anak secara lugas dengan pilihan kata denotative. Hal-hal yang disampaikan pun akrab dengan dunia mereka, yaitu dunia anak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11289
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukasah Syahdan
"Puisi-puisi Indonesia telah mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada dekade 60-an. Menurut Burton Raffel, yang dapat dianggap sebagai antologi puisi-puisi Indonesia berbahasa Inggris terbit pertama kali pada tahun 1964, yaitu An Anthology Modern Indonesian Poetry, buah karyanya sendiri. Ada juga beberapa puisi, cerita pendek serta novel yang telah lebih dulu diterje-mahkan ke dalam bahasa Inggris, tetapi jumlahnya tidak begitu besar dan biasanya muncul secara sporadis dan penerbitannya agak tercecer. Sejak saat itu penerjemahan puisi Indonesia ke dalam bahasa asing semakin banyak dilakukan. Tercatat pada tahun 1990 sebuah lagi antologi puisi Indonesia telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, menyusul kumpulan puisi asli Sapardi Djoko Damono yang terbit sebelumnya di tahun yang sama. Usaha penerjemahan puisi semacam ini adalah hal yang menggembirakan karena hal tereebut menunjukkan perkembangan minat bangsa-bangsa asing kepada budaya bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang secara politis baru lahir setelah Perang Dunia II. Usaha ini perlu disyukuri karena dengan hasil terjemahan mereka, para penerjemah terus membantu memperkenalkan puisi-puisi Indonesia kepada masyarakat di luar Indonesia.
Buku-buku atau antologi-antologi puisi terjemahan berbahasa Inggris yang disinggung di atas dihasilkan oleh orang asing yang sudah punya nama di dalam dunia terjemahan, kesusastraan, atau kebahasaan: Burton Raffel, Derwent May, Henry Aveling, Liaw Yock Fang, dan John McGlynn. Burton Raffel adalah penyair dan penerjemah andal; Harry Aveling adalah salah seorang pakar kesusastraan Indonesia; Derwent May penyunting Sastra majalah The Listener, yang pernah mengajar di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1955-1958); John McGlynn penerjemah sekaligus editor dari Yayasan Lontar; Berta Liaw Yock Fang, seorang pakar linguistik dan kesusastraaan dari Singapura. Dalam proses penerjemahan mereka, beberapa penerjemah yang disebutkan tadi mengikutsertakan pula beberapa orang Indonesia sebagai konsultan terjemahan (misalnya Burton Raffel yang dibantu oleh Nurdin Salem; Liaw Yock Fang dibantu H.B. Jassin). Ini tidaklah mengherankan sebab setiap penerjemah pada dasarnya menginginkan hasil terjemahan yang tinggi mutunya. Meskipun pada kenyataannya pare penerjemah di atas adalah orang-orang yang tidak perlu diragukan lagi kemampuan berbahasanya, terjemahan yang mereka hasilkan belumlah dapat dikatakan bebas dari kesalahan atau kekurangan. Kompetensi sang penerjemah memang menentukan hasil terje-mahan, tetapi hal ini bukanlah satu-satunya faktor. (Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil atau mutu terjemahan akan disinggung dalam bab berikutnya.) Hasil terjemahan mereka tidak dapat dikatakan bebas dari atau penuh akan kesalahan sebelum ada yang memeriksa.
Selanjutnya, keinginan untuk memeriksa hasil terjemahan puisi telah melatarbelakangi pemilihan topik skripsi ini. Penerjemahan puisi (PP) mencakup dua tugas sekaligus. Pertama adalah pengalihan makna, pesan, atau amanat dari bentuk-bentuk bahasa yang dipergunakan penyairnya. Kedua adalah pengalihan elemen-elemen puitisnya, seperti rima, aliterasi, pencitraan, dan alat-alat puisi yang lain. Jika tugas pertama tersebut menyangkut isi puisi, tugas kedua menyangkut bentuknya. Seorang penerjemah puisi, diharapkan dapat mempertahankan keseimbangan elemen-elemen pembentuk puisi yang diterjemahkannya. Namun, pada praktiknya, ia tidak jarang harus memberi prioritas kepada salah satu tugas saja. Mau tidak mau, baik sadar maupun tidak, ia harus mengorbankan salah satu elemen pembentuk puisi yang sedang diterjemahkannya. Rima sebagai landasan awal unsur estetika puisi, misalnya, sulit untuk dipertahankan dan dapat dipastikan hilang dalam proses penerjemahan. Dalam proses penerjemahan teks apa pun, perubahan atau kehilangan elemen makna (isi) dan bentuk tidak dapat dihindari. Demikian pula halnya dalam PP. Akibat perubahan dan kehilangan elemen makna dan bentuk ini akan mempengaruhi baik hasil terjemahan maupun kesan pembaca, baik sebagian maupun keseluruhan. Masalah berubahnya atau hilangnya elemen-elemen pembentuk puisi Indonesia dalam proses penerjemahannya ke dalam bahasa asing ini saya coba angkat menjadi topik skripsi ini. Saya membatasi masalah ini dengan hanya membahas perubahan-perubahan yang menyangkut isi atau makna puisi yang timbul akibat proses terjemahan. Masalah bentuk atau unsur-unsur keindahan puisi akan dibahas hanya jika berhubungan langsung dengan masalah utama. Untuk tujuan analisis kelak korpus penelitian juga perlu ditentukan dan dibatasi. Skripsi ini akan menyoroti perubahan makna yang terjadi dalam penerjemahan puisi. Indonesia ke dalam bahasa Inggris.
Tugas utama kritik terjemahan adalah untuk menghasilkan cara penilaian karya terjemahan seobjektif mungkin, tetapi belum adanya kerangka acuan yang ketat dan sistematis secara metodologis mengakibatkan sebagian usaha evaluasi hasil terjemahan menjadi hal yang intuitif belaka. Peter Newmark, ketika menyinggung masalah keobjektifan kritik terjemahan seperti di atas, menambahkan: The flavour of excellence in a translation is as intangible as that in a poem but the badness, error and inaccuracy in a translation is not hard to expose (Newmark 1979, 101). Pembatasan masalah dalam skripsi ini kiranya sudah sedikit mencerminkan keobjektifan hasil analisis kelak. Perubahan makna yang terjadi dalam proses terjemahan akan dianalisis secara linguistis, khususnya dengan memanfaatkan teori semantik. Analisis akan menghindari penilaian berdasar dikotomi betul/salah, seperti yang sering dilakukan dalam analisis kesilapan (error analysis) pada proses pembelajaran atau pengajaran bahasa. Tujuan penulisan adalah memerikan perubahan dan kehilangan elemen-elemen makna dalam puisi yang timbul akibat proses terjemahannya. Bahwa perubahan dan kehilangan dalam proses penerjemahan (apa pun) tidak dapat dihindari adalah suatu label besar yang sering juga ditempelkan pada proses PP. Saya akan mencoba memotong-motong label tersebut dan menempelkannya pada tempat yang cocok. Pengetahuan mengenai atau kesadaran akan beberapa jauh perubahan makna dapat timbul dalam proses penerjemahan akan dapat membantu proses penerjemahan itu sendiri dan dapat mendasari penentuan parameter dalam evaluasi hasil terjemahan. Kalimat terakhir inilah tesis saya.
Tujuan penulisan di atas diharapkan dapat dicapai dengan menganalisis puisi terjemahan yang sudah ada, yaitu hasil terjemahan puisi-puisi Indonesia ke dalam bahasa Inggris. Pemeriksaan hasil terjemahan sebenarnya masih merupakan bagian dari langkah-langkah yang ditempuh dalam proses penerjemahan itu sendiri. Pertama, saya melakukan eksegesis atau penafsiran terhadap puisi-puisi asli. Ini digunakan untuk mencari makna teks dalam bahasa sumber (bahasa Indonesia). Dua hal yang harus diperoleh dari proses penafsiran ini adalah tujuan penulis teks sumber dan tema penulisannya. Proses penafsiran ini juga berhubungan dengan analisis teks sumber. Dalam hal ini analisis mencakup pemecahan masalah ketaksaan, penafsiran makna kata-kata kunci, fungsi struktur gramatikal, dan lain-lain. Langkah-langkah ini memainkan peranan penting dan akan menentukan kesimpulan akhir analisis. Langkah-langkah lanjutan yang biasa diterapkan dalam proses penerjemahan (seperti pengalihan dan konsep awal, evaluasi, dan perbaikan) tidak perlu diterapkan lagi, karena teks akhir terjemahan sudah ada, yaitu berupa puisi-puisi terjemahan yang dijadikan korpus. Tinggallah kini penganalisisan korpus, yang akan dilakukan dengan membandingkan teks sumber dan teks sasaran, sesuai dengan penafsiran di atas. Analisis perubahan makna bersifat semantis dan akan dilakukan dengan memakai metode komparatif. Analisis semantis ini akan dilakukan setelah sebelumnya dilakukan analisis struktural yang menggunakan beberapa parameter Catford. Analisis dengan cara ini berguna untuk menentukan pergeseran-pergeseran (shifts) yang timbul dalam proses penerjemahan, meskipun tidak menyinggung masalah semantis. Untuk tujuan analisis baris-baris atau larik-larik dalam korpus puisi akan diperlakukan sebagai kalimat, walaupun pada baris atau larik tidak ditemui adanya pemarkah final. Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya beberapa baris yang digabungkan dengan baris sebelum atau sesudahnya. Untuk mendapat kemudahan dalam mencari dan membatasi jumlah korpus, saya membagi puisi atas dua jenis.
Jenis pertama adalah puisi bebas, yaitu jenis puisi yang tidak terikat kepada konvensi-konvensi. Jenis kedua adalah puisi terikat yang taat kepada aturan-aturan atau konvensi-konvensi puisi. Terlepas dari dikotomi puisi ini, kesimpulan akhir hasil induksi analisis mudah-mudahan dapat dikembalikan kepada puisi pada umumnya. Masalah pemilihan korpus tidak terlepaskan dari dikotomi jenis puisi di atas. Puisi-puisi yang dipilih harus merupakan wakil dari puisi bebas dan puisi terikat. Untuk puisi bebas, saya memilih salah satu puisi modern, mengingat puisi-puisi modern cenderung tidak terikat lagi kepada konvensi-konvensi puisi. Sebaliknya, untuk korpus puisi terikat saya memilih satu puisi. Indonesia yang dapat dikatakan klasik. Korpus pertama adalah puisi bebas yang berjudul Berjalan Ke Barat di Waktu Pagi Hari, karya penyair modern Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Puisi ini belum lama diterjemahkan oleh John McGlynn dengan judul Walking Westward in the Morning Sebagai representasi jenis puisi terikat, korpus kedua adalah sebuah puisi Chairil Anwar yang cukup dikenal, yang berjudul Derai-Derai Cemara. Versi terjemahannya berjudul Fir Trees in Rows, oleh Burton Raffel.
Skripsi ini terdiri atas lima buah bab, yang pembagiannya adalah sebagai berikut: Bab 1 sebagai Bab Pendahuluan menjelaskan latar belakang pemilihan topik skripsi. Sedikit disinggung di sini mengenai penerjemahan puisi-puisi Indonesia, mengenai sifat-sifat terjemahan puisi, dan tugas-tugas yang harus dilakukan sang penerjemah. Dalam bab ini dijelaskan satu masalah spesifik dalam PP, dan untuk tujuan penulisan yang juga disebutkan di sini, masalah tersebut dibahas dan dibatasi. Gambaran sepintas mengenai langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis dan dasar-dasar pemilihan korpus yang dipilih untuk tujuan analisis juga dimuat dalam bab ini, dan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan mengenai struktur pembabakan skripsi. Karena bidang penerjemahan merupakan bidang terapan berbagai disiplin ilmu, praktik penerjemahan mau tidak mau merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu.
Bab 2 khusus membahas masalah dari segi teoritis. Pertama-tama dijelaskan apa dan bagaimana penerjemahan itu. Beberapa pandangan para pakar terjemahan dijadikan acuan. Yang juga penting untuk dibicarakan dalam bab ini adalah teori-teori semantik, sebab makna adalah topik yang akan dibicarakan.
Bab 3 diberi judul Eksegesis; bab ini berfokus pada penafsiran korpus puisi-puisi yang asli. Hal-hal yang tercakup di sini adalah penafsiran kata-kata kunci, pemecahan masalah ketaksaan, fungsi struktur gramatikal, dan lain-lain. Hasil keluaran bab ini akan mendasari analisis pada bab berikutnya.
Bab 4 adalah bab yang membahas berbagai jenis perubahan makna yang terjadi dalam proses penerjemahan atau dalam karya puisi terjemahan. Dengan mengaitkan dua bab sebelumnya dan mewujudkan kerangka teori dalam analisis korpus, bab ini sedikit banyak menyinggung juga usaha-usaha sang penerjemah dalam mengatasi kesulitan yang timbul dalam proses PP.
Bab 5 adalah bab terakhir yang menyimpulkan hal-hal yang telah dijelaskan dan dibahas dalam skripsi ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karsono Hardjosaputro
Depok: Fakultas Sastra. Universitas Indonesia, 1992
899.222 KAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Radhar Panca Dahana
Sleman, Yogyakarta: Bentang , 2015
808.13 RAD m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Ismail
"Collection of poems, essays, and song lyrics; festschrift in honor of Taufiq Ismail's existence in Indonesian literary world."
Jakarta: Horison, 2008
899.221 TAU m
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Sarwono Hadi
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2016
899.221 13 RAD s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>