Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 864 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sjarifah Salmah
"Bagi remaja kelompok usia 10 - 19 tahun, pendidikan kesehatan reproduksi merupakan pendekatan awal yang bersifat preventif. Pendekatan ini dilakukan dengan harapan agar remaja dapat menyayangi dan memelihara kesehatan reproduksinya, sehingga mereka terhindar dari hal-hal yang berhubungan dengan antara lain kehamilan pada usia muda dan akibat yang ditimbulkannya. Komsumsi gizi yang mencukupi, menjadikan remaja secara biologis lebih cepat tumbuh dibandingkan tahun-tahun yang lalu. Pengaruh arus globalisasi dan rasa ingin tahu yang menonjol perlu mendapat jawaban yang benar, agar mereka tidak salah menghadapi tantangan kebutuhan biologis yang meronta dalam pertumbuhannya. Jenis penelitian ini adalah eksperimen lapangan dengan desain dasar "non equivalent control group" dan diubah menjadi "modified control group" agar sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis statistik dilakukan dengan uji univariat dan bivariat.
Hasil penelitian : 1. Pengetahuan responden meningkat secara bermakna pada kedua metode. 2. Perubahan sikap hanya terjadi pada metode ceramah. 3. Metode ceramah lebih efektif meningkatkan pengetahuan responden. 4. Pendidikan dan pekerjaan ibu/bapak responden tidak tampak banyak berperan/berkontribusi dalam memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak remajanya.
Kesimpulan : Kedua metode dapat meningkatkan pengetahuan responden, namun metode ceramah lebih efektif meningkatkan pengetahuan dibandingkan metode simulasi; Kedua metode tidak berpengaruh kepada retensi memori responden.
Saran : Agar remaja menyayangi dan memelihara kesehatan reproduksinya, maka pengetahuan tentang alat reproduksi pria dan wanita, hormon dan fungsinya, dan pola reproduksi sehat perlu diberikan pada siswa kelas II ke atas.;The effect of Game and Lecture Methods on the Reproduction Health EducationFor the teenagers of 10 - 19 years of age, reproduction health education is one of the preventive approaches to the sex related problems.

The objective of this approach is to make the teen-agers care and maintain their reproduction health, so that they will be prevented from facing certain problem such as young woman pregnancy and its related consequences. As the result of consuming nutritious food, the teen-agers can physically grow faster than those of the previous years. Their feeling of curiosity in sexual issues in addition to the influence of globalization upon them should be tackled in a correct manner so that they will be able to cope with their biological needs positively during the course of their growth. Statistical analysis is applied by using univariate and bivariate examinations.
The results of the research : 1. The respondents improves significantly after the application of the two methods, 2. The lecture method is, however, more effective in improving the knowledge of the respondent, 3. The alteration of attitude exists in the lecture method, 4. There is no indication that the professions and educational background of the parents have influenced the improvement of the knowledge on the reproduction health of their children.
Conclusion : The two methods can improve the knowledge of the respondent. The lecture method is however, more effective than the simulation method. The two method have no significant influence for the retention of the respondents' memories.
Suggestion : In order that the teenagers can care and maintain their reproduction health, it is suggested that the knowledge on the male and female reproduction organs, hormones and their functions, as well as healthy reproduction patterns be taught to the students of the second or higher grades of the secondary high schools.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Aswati
"Penelitian ini berawal dari mengapa saat ini banyak terjadi kehamilan yang belum diharapkan di kalangan remaja. Kemudian ditunjang dengan buku para pakar yang mengetengahkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di kalangan remaja bahwa, banyak remaja sudah berani melakukan perbuatan seksual. Hal ini disebabkan antara lain: tersedianya berbagai media cetak dan media elektronik yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan sikap terhadap perilaku tersebut antara lain, keadaan remaja yang karena mulai berfungsinya hormon seksual menyebabkan keingintahuan tentang seks meningkat, sedangkan sebagian orangtua bersikap kurang terbuka dan membuat jarak kepada anak dalam masalah seksual. Sarwono (1991) menyatakan behwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang timbul akibat dorongan seksual yang muncil.
Lebih lanjut penelitian Fox dan Inayu dalam penelitiannya yang dikutip oleh Sarwono (1991) menyatakan bahwa (a) Makin sering terjadi percakapan seks antara ibu dan anak, tingkah laku seksual anak makin bertanggung jawab, (b) Makin awal komunikasi itu dilakukan fungsi pencegahannya makin nyata, (c) Tetapi jika komunikasi itu dilakukan setelah hubungan terjadi maka komunikasi itu justru mendorong lebih sering dilakukannya hubungan seks. Meskipun demikian pengaruh positif itu tetap ada yaitu hubungan seks yang terjadi tidak sampai menimbulkan kehamilan yang tidak diharapkan.
Lebih lanjut Zelnik dan Kim dalam Sarwono (1991) jugs menyatakan bahwa remaja yang telah mendapat pendidikan seks jarang melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapat pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki.
Zakiah Daradjat (1976) mengemukakan pendidikan agama yang ditarapkan sejak kecil pada anak melalui pembiasaan-pembiasaan akan meresap dalam sanubari anak dan akan dibawa sampai dewasa. Pemahaman agama yang benar ini akan dapat menangkal perubahan-perubahan nilai-nilai seksual dalam masyarakat.
Penelitian ini mengambil 3 faktor yang diduga menjadi penyebab sikap remaja terhadap perilaku seksual yaitu pendidikan seks oleh orangtua, pola asuh orangtua dan pendidikan agama dari orangtua.
Melalui kajian teoritis tentang sikap remaja terhadap perilaku seksual diajukan empat hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian ini dilakukan dengan responden sebanyak 295 orang yang diambil secara acak. Hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
Tiga hipotesis ditolak dan satu hipotesis diterima. Hipotesis yang ditolak adalah hipotesis satu, dua., dan empat, sedangkan hipotesis yang diterima adalah hipotesis ketiga.
Dengan demikian terungkaplah hasil penelitian sebagai berikut:
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dari orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara pendidikan agama dari orang tua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks, pola asuh, pendidikan agama dari orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini perlu memperhitungkan variabel lain yang diduga barpengaruh antara lain, pengaruh media cetak dan elektronik. Begitu Pula dalam menentukan sampel hendaknya dibedakan tempat tinggal, perbedaan jenis kelamin serta usia. Selain itu pendidikan seks perlu diberikan di sekolah. Bagi orangtua hendaknya menjaga hubungan dengan anak remajanya agar tetap hangat dan mengontrol secara bijaksana."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Parwanto
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Penggunaan testosteron enantat (TE) saja atau kombinasinya dengan depot medroksiprogesteron asetat (TE + DMPA) atau testosteron undekanoat (TU) saja dalam kontrasepsi hormon memiliki efektivitas yang berbeda dalam menekan spermatogenesis antara bangsa Asia dengan Kaukasia. Perbedaan efektivitas penekan spermatogenesis tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan asupan lipid-protein dan polimorfisme SHBG. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perbedaan asupan lipid-protein dan polimorfisme SHBG terhadap kadar SHBG, testosteron total, testosteron bebas antara pria Indonesia dengan pria Kaukasia. Selain itu juga ingin diketahui hubungan antara kadar SHBG, testosteron total, testosteron bebas, persentase testosteron bebas, indeks testosteran bebas dan insulin. Penelitian ini merupakan studi potong lintang. Food recall 3 hari berturut-turut dilakukan terhadap semua subyek, kemudian dianalisis dengan World Food 2 Program. Kadar SHBG, testosteron total, testosteron bebas dan insulin dalam serum diukur dengan metoda radio immuno assay (RIA). Elektroforesis dan western blotting dilakukan untuk menentukan macam fenotip SHBG. Subyek penelitian dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan asupan lipid-protein dan dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan fenotip SHBG. Tiga puluh sembilan pria Indonesia asupan lipid-protein rendah sebagai kelompok I, 28 pria Indonesia asupan lipid-protein sedang sebagai kelompok II dan 27 pria Kaukasia asupan lipid-protein tinggi sebagai kelompok III. Tujuh puluh enam dari 94 subyek penelitian fenotipnya SHBG normal (2 pita SHBG) dan 18 dari 94 subyek penelitian fenotipnya SHBG varian (3 pita SHBG).
Hasil dan Kesimpulan: Kadar SHBG dan testosteron bebas kelompok I lebih tinggi dibanding kelompok II dan III, tetapi kelompok 1I tidak berbeda dengan kelompok III. Kadar testosteron total kelompok I lebih tinggi dibanding kelompok III dan kelompok II paling rendah. Karena kadar SHBG, testosteron total dan testosteron bebas antar kelompok berbeda (p < 0.05), maka kadar SHBG, testosteron total dan testosteron bebas dipengaruhi oleh asupan lipid-protein. Kadar SHBG, testosteron total dan testosteron bebas antara fenotip SHBG normal tidak berbeda dengan fenotip SHBG Marian (p > 0.05). Karena kadar SHBG, testosteron total dan testosteron bebas antar kelompok fenotip SHBG tidak berbeda, maka kadar SHBG, testosteron total dan testosteron.

The Influence Of Lipid-Protein Intakes And SHBG Polimorphysm On SHBG Level Of Indonesian And Caucasian MenScope and Methods of study: The development of hormonal contraception method for men using testosterone enanthate (TB) alone or in combination with depot medroxyprogesteron acetate (TE + DMPA) or testosterone undecanoat (TU) alone has different efficacy in suppressing the spermatogenesis of Asians or Caucasians. The difference of efficacy in suppressing the spermatogenesis of Asian or Caucasian maybe caused by the difference of lipid-protein intake and SHBG polymorphism. The main aim of this research was to investigate the effects of difference in lipid-protein intake and polymorphism of SHBG on the level of SHBG, total testosterone and free testosterone of Indonesian men with low lipid-protein intake, medium lipid-protein intake and Caucasian men with high lipid-protein intake. This research was cross sectional study. Three days repeated food recall for all subjects analyzed with World Food 2 Program. The measurement of serum SHBG, total testosterone, free testosterone and insulin were done with radio immuno assay (RIA) technique. Electrophoresis and western blotting were done to determine 2 types of SHBG phenotype. Subjects in this research were divided into 3 groups base on lipid-protein intake and 2 groups base on SHBG phenotype. Thirty nine Indonesian men with low lipid-protein intake as group I, 28 Indonesian men with medium lipid-protein intake as group II and 27 Caucasian men with high lipid-protein intake as group III. Seventy six out of 94 subjects as normal SHBG phenotype (double-banded SHBG) and I8 out of 94 subjects as variant SHBG phenotype (triple-banded SHBG).
Result and conclusion: The level of SHBG and free testosterone in the group I was higher compared to both group II and group III (p r 0.05), but the group II and group III was not different (p > 0.05). The level of total testosterone in the group I was higher compared to group ill, and the group II was the lowest (p < 0.05). Because the level of SHBG, total testosterone and free testosterone in the group I, II and III were different (p < 0.05), then they were affected by lipid-protein intake. The level of SHBG in the normal SHBG phenotype was not different compared to the variant SHBG phenotype (p > 0.05), then the level of SHBG was not affected by SHBG polymorphism."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
D514
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Busman D.S.
"BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merasa puas ketika memperoleh pembenaran atas peminggiran jenis kelamin tertentu. Namun, pada saat yang hampir bersamaan muncul kecemasan dan kekecewaan dalam hidup. Manusia belajar bahwa begitu banyak perbuatan jahat yang ada di dunia, tidak ada gunanya menambah daftar kejahatan yang mereka lakukan sendiri atas dasar dengki dari prasangka terhadap satu sama lainnya. Karena itu buatlah hidup bernilai untuk setiap individu. "... makes life valuable to the individual human being." Kurang lebih demikian ungkapan John Stuart Mill (1988, h. 108-109) yang sarat muatan filosofis tentang pandangannya mengenai keberadaan manusia jika dikaitkan dengan manusia lain. Pandangannya ini menyiratkan suatu kegalauan bahwa tidak semestinya terjadi diskriminasi antara satu jenis kelamin dengan jenis kelamin tertentu.
Argumen supremasi atas perempuan boleh dikata berlaku di berbagai belahan dunia ini, yaitu keyakinan bahwa kaum laki-laki lebih superior dari kaum perempuan. Kondisi itu lambat laun menjadi alasan klasik atas penindasan hak-hak perempuan. Berbagai upaya ditempuh untuk keluar dari masalah itu, baik oleh kalangan feminis maupun pemerhati masalah-masalah perempuan lainnya. Upaya yang dilakukan bukanlah untuk menyamai laki-laki dalam anti biologis, psikologis, dan sosiologis, melainkan untuk memungkinkan perempuan bertindak atas pilihan bebas dan sadar sebagaimana dimiliki kaum laki-laki. Bahwa perempuan tersebut kemudian memilih peran tradisionalnya atau malah peran baru bukanlah menjadi persoalan. Yang penting ialah bahwa perempuan mempunyai kekerasan untuk menentukan pilihan dan putusannya sendiri.
Pengalaman saat melahirkan, memberikan kehidupan bagi makhluk-makhluk kecil yang amat mereka sayangi, dan ketakutan akan kekerasan menurut Arivia (1996, h. 3) barangkali merupakan pengalaman yang betul-betul dirasakan perempuan secara universal. Pengalaman ini berlangsung dalam sejarah perkembangan budaya dan pemikiran manusia. Diskriminasi dalam bentuk kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan bukanlah hal yang baru. Berabad-abad lamanya perempuan telah terbiasa diperlakukan kasar, tidak berguna, dan inferior oleh keluarganya, masyarakat, sekelilingnya, kekasih maupun suaminya.
Celakanya, para ilmuwan atau filsuf sekalipun banyak berteori membenarkan alasan mereka mengapa perempuan harus ditindas. Aristoteles misalnya yang mengatakan bahwa perempuan itu setengah manusia, dikategorikan sebagai anak-anak, belum dewasa sehingga tidak mungkin menjadi pemimpin. Demikian halnya Sigmund Freud yang mengatakan bahwa perempuan secara psikologis tidak matang, karena mempunyai kecemburuan terhadap penis (penis envy), dan masih banyak lagi ilmuwan yang berusaha lewat teori-teori baru sebisa mereka menyepelekan perempuan. Jadi secara historis memang perempuan telah diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua.
Gagasan John Stuart Mill (selanjutnya disingkat Mill) sebagai filsuf sekaligus feminis laki-laki tentang keberadaan perempuan khususnya mengenai persamaan hak bagi perempuan dan laki-laki merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti. Pada gagasan tersebut kita akan melihat bahwa dasar pemikiran feminisme liberal yang dianut Mill adalah semua manusia, laki-laki dan perempuan, diciptakan seimbang dan serasi sehingga mestinya tidak terjadi penindasan antara satu dengan lainnya.
Penulisan tentang filsuf terkenal seperti John Stuart Mill sebagai laki-laki pertama yang menuangkan karya besarnya tentang teori-teori feminis yang secara umum diperhitungkan sebagai teori besar dalam tradisi politik Barat terasa masih kurang. Umumnya hanya melihat dari aspek kepentingan sosial dan politik bagi kaum laki-laki, padahal Mill dan karyanya memainkan peran penting dalam memajukan persamaan hak perempuan di Inggris pada abad ke-19. The Subjection of Women, sebagai bentuk penuangan gagasan Mill dianggap sebagai salah satu karya terbesarnya. Dalam karyanya ini terwakili argumen-argumen Mill yang ada pada karya sebelumya seperti On Liberty, Utilitarianism, Considerations on Representative Government, dan teori-teori sosial-politik lainnya.
Menuliskan gagasan tentang persamaan hak bagi perempuan dan laki-laki tergolong berat, karena tidak semudah menuangkan gagasan tentang politik. Mill mengungkapkan bahwa bagaimana perempuan direndahkan dan didiskriminasikan telah lama mengganggu pikirannya tetapi baru sekarang ia mempunyai perasaan kuat?."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T14592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widy Kartika
"Zina atau yang sering kita bahas dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah hubungan seksual di luar nikah, merupakan perbuatan yang melanggar norma, baik norma susila maupun norma agama. Di Indonesia pezina mendapatkan hukuman, baik secara adat, agama maupun hukum positif yang hidup dan berlaku di masyarakat. Zaman dulu, tidak begitu banyak orang berani berzina, apalagi terangterangan hidup serumah tanpa nikah.
Lain halnya pada saat ini, hubungan seksual di luar nikah bagi sebagian kalangan tertentu sudah dianggap wajar. Bahkan pelajar dan Mahasiswa diberitakan banyak yang sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah.
Pada sebagian kalangan artis-artis atau selebriti, kehidupan hidup bersama dengan seks diluar nikah sudah menjadi hal yang biasa dilakukan, karena itulah banyak remaja-remaja sekarang yang meniru untuk melakukan hal tersebut. Dikalangan remaja khususnya pelajar dan Mahasiswa, hubungan seks diluar nikah membawa ekses seperti putus sekolah karena hamil, terjangkit penyakit menular, keguguran hingga abortus, masa depan yang suram karena putusnya sekolah dan perlakuan buruk masyarakat terhadapnya maupun keluarganya. Sementara pada orang dewasa, selain mengakibatkan hal tersebut diatas, juga dapat mengakibatkan hancurnya perkawinan bagi pelaku yang sudah menikah.
Dalam norma agama Islam yang dianut oleh sekiagian besar bangsa Indonesia perzinahan merupakan dosa besar, sebagaimana terdapat dalam Al-Quran Surat Al-Isra ayat 32: "Dan janganlah kamu mendekati Zinah, sesungguhnya zinah itu adalah perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk".
Sedangkan menurut agama Kristen, yang tercantum dalam alkitab: "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit.
Pelaku zina hanya dikenai hukuman oleh Tuhan diakhirat, tetapi secara duniawi diserahkan pada kebijaksanaan negara atau penguasa setempat apakah dipidana atau tidak.
Dalam Hukum Adat yang berlaku di beberapa daerah di Indonesia, pelaku zinah mendapat hukuman dari pemangku adat setempat. Hukuman tersebut, bisa berupa dibuang dan persekutuan (pengucilan) atau dihukum bunuh karena dianggap telah melanggar kehormatan keluarga dan kampung tempat tinggalnya, dipersembahkan sebagai budak pada raja, membayar denda pada pihak keluarga yang merasa dirugikan, mempersembahkan korban hewan pada Kepala Adat untuk melakukan upacara penyucian kampung dalam rangka memulihkan keseimbangan magic religius."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T15462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Umar Basyir
Solo : Rumah Dzikir, 2006
297.566 Bas s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rieska Dwi Mayasari
"The objective of this research is to explore what types of interpretations exist regarding premarital sexual intercourse in Virgin among its female late teenagers audience. This research also aims to describe the cultural contexts, social settings, and personal experiences that surround those interpretations. Reception studies theory and the encoding -decoding model were used in this research. Employing the constructivist paradigm., it applied the qualitative approach, ethnographic method, and it is therefore descriptive in nature. Findings of this research suggests that female late teenagers possess different interpretations toward the contents of Virgin, and those interpretations are based upon cultural contexts, social settings and personal experiences."
2006
TJPI-V-2-MeiAugust2006-15
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Dachlia
"Saat ini jumlah penduduk Asia Selatan dan Asia Tenggara yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sudah dua kali lipat lebih banyak dibanding jumlah HIV di sejumlah negara maju. Prevalensi dan cepatnya penularan infeksi HIV di negara kawasan Asia sangat bervariasi. Di beberapa negara seperti Korea dan Mongolia prevalensinya masib rendah. Sedangkan di beberapa negara seperti Kamboja, Myanmar, Thailand, dan India prevalensinya cukup tinggi dengan penyebaran yang berlangsung cepat. Di beberapa negara lainnya seperti Indonesia, Bangladesh, Nepal, dan Sri Lanka jumlah infeksi HIV yang dilaporkan hanya berdasarkan pemeriksaan yang amat terbatas.
Di Indonesia sampai dengan 31 Mei 2000 telah dilaporkan sebanyak 1.257 kasus (HIV+AIDS) oleh Depkes, terdiri dari 934 HIV positif dan 323 kasus AIDS. Dari semua kasus HIV positif, persentase kasus infeksi pada orang Indonesia mencapai 73,7 persen. Berdasarkan faktor risiko penularan, lewat jalur heteroseksual ditemukan sebesar 69,9 persen HIV positif dan 57,9 persen kasus AIDS. Akibat kontak homo/biseksual ditemukan sebesar 4,4 persen HIV positif dan 25,4 persen kasus AIDS. Sedangkan berdasarkan sebaran usia, sebagian besar kasus HIV positif dan AIDS terjadi pada kelompok usia 15-49 tahun, dengan puncaknya pada kelompok usia 20-29 tahun untuk kasus HIV positif (lihat jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia dalam lampiran I).
Walaupun jumlah kasus HIV dan AIDS berkembang cepat pada tahun-tahun terakhir, namun jumlah kasus yang dilaporkan tersebut jauh di bawah perkiraan angka prevalensi yang sebenarnya. Hal tersebut disebabkan sistem surveilans nasional untuk HIV/AIDS belum dilaksanakan secara maksimal (Iskandar et al., 1996). Beberapa orang memperkirakan bahwa kasus HIV/AIDS di Indonesia jauh lebih dari yang dilaporkan. Misainya Linnan (Djoerban, 1999), memperkiakan bahwa kasus HIV/AIDS di Indonesia tahun 2000 sekitar 2.500.000 kasus, jika tidak dilakukan intervensi sedangkan dengan intervensi terdapat sekitar 500.000 kasus. Kasen et at., (Djoerban, 1999), mengestimasi jumlah yang terinfeksi HIV tahun 2000 sekitar 750.000 kasus jika tidak ada intervensi. Estimasi lainnya memperlihatkan bahwa pada tahun 1996 diperkirakan sudah terdapat 95.000 orang atau sekitar 93 orang per 100.000 orang dewasa yang hidup dengan HIV. (Dore et al., 1998).
Kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan masih dalam jumlah kecil dibandingkan negara Asia lainnya seperti Thailand. Rasio antara kasus AIDS yang dilaporkan dengan estimasi jumlah orang yang hidup dengan HIV di Indonesia pada tahun 1995/1997 cukup kecil yaitu hanya 0,1 persen (Dore et at., 1998). Faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap terbatasnya penyebaran HIV di Indonesia adalah karena Indonesia berupa kepulauan, tidak seperti Kamboja, Vietnam, dan Thailand, yang merupakan satu daratan yang mudah berhubungan satu sama lain (Dore et al., 1998). Faktor lainnya yang berperan adalah rendahnya kegiatan seks per penjaja seks komersial (PSK) per hari di Indonesia dibandingkan dengan Thailand dan Kamboja, yaitu sekitar 7-14 pelanggan per minggu untuk Philipina dan Indonesia dan sekitar 18-33 pelanggan per minggu untuk PSK di Thailand dan Kamboja (Chin et.al., 1998).
Sebagian besar transmisi HIV di dunia saat ini melalui hubungan heteroseksual. Di Asia infeksi HIV muncul dan bergerak cepat pada kelompok umum dari kelompok yang beresiko seksual tinggi terinfeksi HIV. Kunci dari kecepatan penyebaran HIV kepada kelompok umum terjadi melalui perilaku seksual dan adanya kofaktor seperti PMS yang dapat mempercepat transmisi HIV (Way et al., 1999). Selain itu, prevalensi HIV juga ditentukan oleh faktor penting lainnya, yaitu besarnya proporsi pria dewasa yang secara teratur mengunjungi penjaja seks komersial di daerah tersebut (Dore et al., 1998)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T1408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meny Hartati
"ABSTRACT
The Effect of Combination of Testosterone Enanthate (Te) and Depot Medroxyprogesterone Acetate (DMPA) Monthly Injection during a Year to Reproduction Hormone Levels in Serum of Fertile MenScope and methods of study: The effectiveness and safety of hormonal contraception for men have not been achieved. The development of methods to control fertility in men was more complex than in women. The objective of hormonal contraception in men is to cause a decrease in spermatozoa production, which should be reversible. Spermatogenesis is under the control of intra-testicular testosterone, which in turn is regulated by the gonadotropins FSH and LH.
Previous studies in which a combination of TE + DMPA, at a low dose (100 mg TE + 100 mg DMPA) and high dose (250 mg TE + 200 mg DMPA), were injected monthly for 3 months suggested a good prospect: sperm production were suppressed without disturbing the libido. However, neither of these could produce azoospermia consistently, and the effective dose was still uncertain. The present study was carried out to determine the effects of TE and DMPA combination, at low and high doses, on 20 fertile men. The drug combination was given as intra-muscular injection monthly for 6 months (suppression phase) followed by another 6 months of maintenance phase. Serum FSH, LH and testosterone were determined by radioimmunoassay (DPC) prior to treatment, and every 3 months until the twelfth month. The study was a randomized control trial by factorial design (time and dosage). Statistical analysis was by two-way ANOVA.
Findings and conclusions: The treatment of TE+DMPA in combination of low dose and high dose caused decreased male reproductive hormone levels. No difference was observed between the two treatments (p > 0.05) by LH: 3.06 mg/mL. FSH: 4.01 mg/mL, testosterone; 3.16 mg/mL at low dose and LH: 2.81 mg/mL, FSH: 4.03 mg/mL, testosterone: 2 .91 mg/mL at high dose. The hormone levels in the 3`d month were significantly lower compared to those of the pretreatment period (p < 0.01), and they were consistently decreased during the 12 months of observation by LH: 2.95 mg/mL, FSH: 3.14 mg/mL, testosterone: 2.76 mg/mL of different with baseline (0'hmonth) to LH: 6.06 mg/mL, FSH: 11.06 mg/mL, testosterone: 7.18 mg/mL up to 12'" month. While starting at the 9'h (LH: 1.77 mg/mL, FSH: 1.87mg/mL, testosterone: 1.62 mg/mL) and 12'h month (LH: 1.66 mg/mL, FSH: 1.80 mlU1mL, testosterone: 1.55 mg/mL) the decrease of hormone levels were seen but not significant (p > 0.05) with 6 th month (LH: 2.25 mg/mL, FSH: 2.20 mg/mL, testosterone: 2.05 mg/mL). It was concluded that injection of the combination of TE and DMPA, of low and high doses, every month for 12"' months could decrease the serum level of LH, FSH and testosterone in fertile men. The effect was suppression of the hormone levels and could be maintained during the 12 months period of observation.

ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara penelitian : Kontrasepsi hormon untuk pria yang efektif dan aman sampai sekarang belum diperoleh. Hal ini disebabkan pengembangan cara pengendalian kesuburan pria lebih sulit daripada wanita. Metoda kontrasepsi hormon untuk pria bertujuan untuk menekan produksi sperma secara reversibel yaitu melalui hambatan sekresi hormon gonadotropin, sehingga kadar testosteron intra-testis menjadi rendah. Spermatogenesis dipengaruhi oleh kadar gonadotropin dan testosteron yang normal sedangkan pembentukan testosteron dari sl Leydig berkaitan dengan kadar LH dan FSH yang normal pula.
Penyuntikan kombinasi dosis rendah 100 mg TE + 100 mg DMPA dan tinggi 250 mg TE + 200 mg DMPA tiap bulan selama 3 bulan oleh peneliti terdahulu dianggap mempunyai prospek yang baik yaitu dapat menekan produksi sperma dan potensi sakit serta libido tidak terganggu, namun kedua kombinasi obat tersebut belum dapat menimbulkan azoospermia yang konsisten sehingga efektivitas dari dosis obat belum diketahui. Untuk memantau efektivitas dalam penggunaan kedua dosis TE dan DMPA perlu dilakukan penelitian dengan modifikasi lama pemberian dari kombinasi dosis rendah dan tinggi pada 20 pria fertil terhadap penurunan kadar LH, FSH dan testosteron di serum selama 6 bulan (fase penekanan) dan 6 bulan berikutnya (fase pemeliharaan). Pengukuran kadar hormon dilakukan tiap 3 bulan sekali dengan metoda RIA (Radioimmunoassay). Rancangan percobaan menggunakan uji klinis acak terkontrol berpola faktorial (waktu dan dosis). Analisis statistik dengan uji sidik ragam 2 faktor.
Hasil dan kesimpulan: Penyuntikan kombinasi dosis rendah maupun tinggi menyebabkan penurunan kadar LH, FSH dan testosteron serum pria fertil. Penurunan kadar hormon tersebut akibat pemberian kedua dosis TE dan DMPA tidak berbeda (p > 0.05) baik pada dosis rendah yaitu LH: 3.06 mg/mL, FSH: 4.01mg/mL, testosteron: 3.16 mg/mL maupun dosis tinggi LH: 2.81 mg/mL, FSH: 4.03 mg/mL, testosteron: 2.91 mg/mL. Bulan ke 0, 3, 6, 9 dan 12 memberikan pengaruh (p < 0.01) terhadap penurunan kadar hormon mulai bulan ke 3 yaitu LH: 2.95 mg/mL, FSH: 3.14 mg/mL, testosteron: 2.76 mg/mL dibanding kadar awal (bulan ke 0) yaitu LH: 6.06 mg/mL, FSH: 11.06 mg/mL, testosteron 7.18 mg/mL dan berlanjut terus sampai bulan ke 12. Pada bulan ke 9 (LH:1.77 mg/mL, FSH: 1,87 mg/mL, testosteron: 1.62 mg/mL) dan bulan ke 12 (LH: 1.66 mg/mL, FSH:1.80 mg/mL, testosteron: 1.55 mg/mL) walaupun terjadi penurunan namun tidak berbeda (p > 0.05) dengan bulan ke 6 (LH: 2.25 mg/mL, FSH: 2.20 mg/mL, testosteron: 2.05 mg/mL). Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa penyuntikan kombinasi TE+DMPA pada dosis rendah dan tinggi setiap bulan pada pria fertil dapat menurunkan kadar LH, FSH dan testosteron di serum secara konsisten selama 6 bulan dan penurunan tersebut dapat dipertahankan secara konsisten selama 6 bulan berikutnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenpriwati
Jakarta : Kawan Pustaka, 2003
306.7 AJE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>