Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1355 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Felicia Amelinda Dewi Priatna
Abstrak :
Permasalahan kondisi masyarakat sebagai potret sosial bukan lagi hal yang asing untuk diangkat dalam bentuk film. Gambaran banlieue sebagai aspek yang berkaitan dengan isu sosial di Prancis sudah menjadi potret sosial, seperti permasalahan yang terjadi di kelompok imigran. Pada perkembangannya, film Prancis banyak mengambil isu-isu mengenai imigran, terutama imigran kulit hitam. Film Banlieusards: Street Flow (2019) karya Leïla Sy dan Kery James mengisahkan tiga bersaudara dari Senegal yang tinggal di banlieue wilayah Paris dengan konflik dan permasalahan rasial yang terjadi di dalamnya. Berdasarkan paparan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan usaha tokoh melawan stigma dan bentuk tindakan rasisme imigran kulit hitam yang dihadirkan dalam film. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan struktur naratif dan sinematografis Boggs dan Pettrie untuk kajian film, teori interaksi simbolik George Herbert Mead untuk menganalisis konsep rasisme, serta teori stigmatisasi Erving Goffman untuk menganalisis konsep stigma pada film. Hasil dari analisis, ditemukan bahwa rasisme dan stigma negatif terhadap tokoh Soulaymaan, Demba, dan Noumouké dapat dilakukan oleh siapa pun tanpa memandang status dan kedudukan yang bisa mengarah pada tindakan diskriminasi. Stigma negatif dan tindakan rasisme yang Soulaymaan, Demba, dan Noumouké dapatkan sebagai imigran kulit hitam pada film Banlieusards dapat didobrak dan dibantah dengan prestasi tanpa harus mengubah budaya asli asalnya dan tradisi. ......The issue of the condition of society as a social portrait is no longer a strange thing to be raised in the form of a film. The image of banlieue as an aspect related to social issues in France has become a social portrait, such as the problems that occur in immigrant groups. In its development, many French films took issues about immigrants, especially black immigrants. The film Banlieusards: Street Flow (2019) by Leïla Sy and Kery James tells the story of three brothers from Senegal who live in the banlieue area of ​​Paris with conflicts and racial problems that occur in them. Based on this explanation, this study aims to show the character's efforts to fight the stigma and forms of racism of black immigrants that are presented in the film. This study uses a qualitative method by using Boggs and Pettrie's narrative and cinematographic structure for film studies, George Herbert Mead's symbolic interaction theory to analyze the concept of racism, and Erving Goffman's stigmatization theory to analyze the concept of stigma in films. The results of the analysis, it was found that racism and negative stigma against the characters Soulaymaan, Demba, and Noumouké can be done by anyone regardless of status and position which can lead to acts of discrimination. The negative stigma and acts of racism that Soulaymaan, Demba, and Noumouké get as black immigrants in the film Banlieusards can be broken and refuted with achievements without having to change their native culture and traditions.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angginta Amalia
Abstrak :
Penelitian ini membahas perubahan yang terjadi di wilayah barat Papua sebelum dan sesudah Pemberontakan Obano (Obano Opstand) pada 1956. Pembahasan mengenai perubahan dimulai dari perubahan yang dirasakan oleh penduduk di wilayah Obano dan meluas ke seluruh wilayah barat Papua. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan berdasarkan sumber primer berupa surat kabar nasional dan regional Belanda serta surat kabar berbahasa Belanda yang terbit di Papua edisi 1956-1961. Selain itu digunakan laporan Kementerian Luar Negeri Indonesia dan film dokumenter ‘De Obano-opstand’ yang dipublikasikan Anderetijden.nl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan di wilayah barat Papua sebelum pemberontakan yang berasal dari upaya Belanda adalah masuknya peradaban Barat, ilmu agama, serta fasilitas yang menunjang kemajuan kehidupan penduduk asli. Sementara perubahan yang terjadi setelah pemberontakan adalah kerusakan berupa terbakarnya Obano Pemberontakan ini juga membuat pemerintah Belanda mengubah kebijakan untuk masa depan wilayah barat Papua berdasarkan keluhan yang menjadi penyebab terjadinya pemberontakan. ......This paper discusses the changes that occurred in the western region of Papua before and after the Obano Rebellion in 1956. The discussion about the changes will begin with the changes felt by residents in the Obano area and extend to the entire western region of Papua. This research used historical method and based on Dutch national and regional newspapers, as well as those published in the western region of Papua as the primary source. In addition, this research also used the report by Ministry of Foreign Affairs Republic of Indonesia and a documentary film 'De Obano-opstand’ that published by Anderetijden.nl. The results of this paper indicate that the changes in the western region of Papua before the rebellion that came from the Dutch efforts were the entry of Western civilization, religious knowledge, as well as facilities that supported the progress of the lives of the natives. While the changes that occurred after the rebellion was the burning of Obano and it could be seen from the facilities that were burned down. This rebellion also made the Dutch government change its policy for the future of the western region of Papua based on complaints by native inhabitants.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aden Tino Mahendra
Abstrak :
Dalam berbisnis biasanya para pelaku usaha akan mencari kandidat pekerja yang memiliki kompetensi dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Berbeda dengan di perusahaan tempat magang penulis, dimana melihat fenomena suatu atribut identitas yang melekat pada individu merupakan salah satu kriteria mutlak yang dibutuhkan oleh perusahaan. Tentunya fenomena ini menjadi sangat menarik bagi penulis lantaran isu identitas merupakan salah satu subjek yang dipelajari penulis. Makalah ini merupakan suatu bentuk refleksi penulis selama magang dengan fokus pada fenomena identitas dalam keberlangsungan suatu bisnis untuk mencapai kesuksesan. Selain itu, penulis juga mengidentifikasi mengenai bagaimana dari identitas sosial tersebut memunculkan hubungan relasi sosial yang kuat terhadap para stakeholder bisnis yang terkait sebagai upaya meningkatkan engagement bisnis yang jangka panjang. Sebagai pendukung keabsahan tulisan ini, penulis memaparkan data melalui cara pengamatan observasi partisipasi dan wawancara selama mengikuti magang di perusahaan tersebut. ......In doing business, usually, business actors will look for candidate workers who have the competence and experience in accordance with the company's needs. It is different from the company where the writer is apprenticed, where seeing the phenomenon of an identity attribute attached to an individual is one of the absolute criteria needed by the company. Of course, this phenomenon becomes very interesting for the author because the issue of identity is one of the subjects studied by the author. This paper is a form of reflection of the author during his internship with a focus on the phenomenon of identity in the continuity of a business to achieve success. In addition, the author also identifies how social identity creates strong social relations with related business stakeholders as an effort to increase long-term business engagement. As a supporter of the validity of this paper, the author presents the data through observation, participation, observation and interviews during an internship at the company.

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Febri Andriyani
Abstrak :
Kondisi migrasi dan mengungsi merupakan isu yang masih dihadapi segelintir orang hingga memaksa mereka untuk berstatus sebagai pencari suaka. Perubahan situasi dan lingkungan menjadi faktor dan alasan bagi pencari suaka untuk menyesuaikan diri. Status pencari suaka dapat dialami oleh semua kalangan, seperti para orang tua dan anak-anak. Orang tua berstatus pencari suaka dituntut oleh keadaan untuk dapat mengasuh anaknya lebih ekstra, khususnya Ibu yang disorot lebih signifikan. Motherhood dalam keadaan ini tentunya berbeda dengan motherhood pada umumnya. Salah satu penggambaran motherhood pada keluarga pencari suaka terdapat dalam film Als Hitler das Rosa Kaninchen Stahl (2019) karya Caroline Link yang berlatar sebelum pemerintahan Nazi di Jerman. Penggambaran motherhood dalam film diteliti menggunakan Teori Pola Asuh oleh Diana Baumrind dan didukung dengan teori-teori penunjang. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif dengan korpus data yang diambil secara kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya dualisme motherhood beserta pergeseran motherhood seiring dengan perubahan situasi dan lingkungan yang dialami keluarga pencari suaka dalam film. Motherhood pada keluarga refugee di dalam film yang semula bersifat Permisif kemudian berubah menjadi Autoritatif. ......Migration and evacuating are issues that are still faced by a few people, and forcing them to become refugees / asylum seekers. Changes in the situation and environment are factors and reasons for refugee to adjust. Refugee as status can be experienced by all people, such as parents and children. Parents who are refugees are forced by situation to be able to take care of their children more, especially mothers who is significantly seen more. Motherhood in this situation is certainly different from motherhood in general. One of the representations of motherhood in refugee-families is in Caroline Link's Als Hitler das Rosa Kaninchen Stahl (2019), which is set before the Nazi’s regime in Germany. The representation of motherhood in the film is analyzed with Diana Baumrind’s Parenting Styles along with supporting theories. This research uses a descriptive methodology with data that taken qualitatively. The result shows that there is a dualism and a shift in motherhood that caused by situation and environment changes, experienced by refugee-family in the film. Motherhood in refugee-family in the film which was originally Permissive, then turned into Authoritative.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Paris: INSEE, 2006
R 314.4 FRA
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Puslitbang Sosial Ekonomi Budaya dan Peran Masyarakat,
307 JKOM
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Semiarto Aji Purwanto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Parihatin
Abstrak :
Penelitfan ini berusaha mengungkap ideologi revivalisme Islam yang dibawa oleh majalah Ummi. Dengan analisis wacana Norman Fairclough ditemukan ada tiga bingkai yang menegaskan peran perempuan menurut versi revivalis Islam dalam artikel majalah ini, yaitu peran perempuan sebagai istri, peran perempuan sebagai ibu, kepemimpinan laki-laki, serta peran perempuan di ruang publik.
2004
TJPI-III-3-SeptDes2004-71
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This research aims to reveal and describe the strategies undertaken by the driver maintain the contiuity of life survival in the urban cullture in the City Makassar, shape or form the drivers of resistance against cultural domination in Makassar, and the role of relevant institutions in the existance of the public mini-bus drivers in Makassar. This research was conducted in Makassar, the data collection method used in Library Studies, Observations, and indepth interviews. The nature and approach of this research is descriptive qualitative. Results and discussion of this study indicate that the strategies undertaken by the driver to maintain the continuity of life is the first form of strategy in the social field are realized in patterns of social relationships that is the relationship with the owner of the vehicle, relationships with colleagues, relationships with fellow driver, relationship with passangers, and the relationship with the government. The two pronged strategy in the economic field are realized in the way of managing personal expenses income, household expenditure, spending for education and health, daily installments, the levy and social gathering. And also describes about how to cope if the income is less that by borrowing the car owner, families, and fellow driver. Further by describing the forms of the resistance public mini-bus drivers of government namely the cultural domination, by doing violations as a form of resistance, such as resistance to the tariff policy, breach of routes and route of formation of the new terminal itself onother driver agreement, and lack of beacon obedience traffic. Also described the role of institution or agencies public mini-bus related to the existence of non-formal institutions such as Organda and non-formal institutions such as your brother directed. While formal institutions such as the Department of Communications, Department of Public Works and Department of Spatial Planning, is also described according to their respective roles.
JPUKIA 4:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Salah satu daripada matlamat pembangunan komuniti terutamanya bagi golongan miskin seperti penduduk setinggan ialah pengukuhan jaringan sosial atau lebih dikenali sebagai modal sosial dalam masyarakat melalui modal sosial ikatan, perapatan dan perhubungan. Tujua kajian ini adalah untuk meneroka jaringan modal sosial dengan mengkaji peranan penglibatan sebagai pengantara dalam hubungan antara ikatan, perapatan dan perhubungan dalam kalangan penduduk setinggan di Tehran, Iran. Sampel kajian terdiri daripada 328 penduduk miskin dalam dua komuniti penempatan setinggan di Tehran yang telah dipilih secara rawak.Satu set soal selidik telah digunakan sabagai kaedah pengumpulan data dan teknik persampelan rawak berstrata telah digunakan. Model yang dibentuk menunjukkan bahawa penyertaan tidak sepenuhnya berfungsi sebagai pengantara hubungan antara modal sosial ikatan, perapatan dan pemerkasaan. Walau bagaimanapun, modal sosial dilihat sebagai sesuatu yang baik dalam memperkasakan komuniti dan menggalakkan penglibatan mereka untuk pembangunan masyarakat, kerana ia boleh membina hubungan yang kuat bagi kemakmuran ekonomi, tadbir urus yang stabil dan perpaduan sosial. Bagi pekerja komuniti, modal sosial perapatan dapat dilihat sebagai penting untuk menguruskan kepelbagaian dan mengekalkan perpaduan masyarakat, manakala modal sosial perhubungan dilihat sebagai aspek yang penting untuk pemerkasaan dan jaringan perkongsian. Bagi pembuat dasar, kelemahan dalam modal sosial perhubungan merupakan sesuatu yang boleh diberi perhatian. Modal sosial dalam komuniti penempatan setinggan boleh diperkukuhkan melalui pelbagai sumber dan kaedah komunikasi di peringkat tempatan dan kerajaan, seperti mengambil bahagian dalam pilihan raya tempatan dan organisasi kejiranan seperti Shora.
JBSD 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library