Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Usmi
Abstrak :
Tesis ini membahas implementasi kegiatan C-R pada pengajaran tata bahasa Korea, yang dibatasi pada pengajaran klausa relatif berpredikat verba berkala lampau dan berkala mendatang dalam kalimat majemuk bertingkat Bahasa Korea. Penelitian ini merupakan penelitian pre ksperimental yang menggunakan dua sampel kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan kelas yang menerapkan kegiatan C-R lebih baik daripada kemampuam kelas yang menerapkan pengajaran secara konvesional, yakni melalui penyediaan kegiatan latihan. Penelitian ini menggunakan dua desain, yakni Design One Group Pretest- Postest dan Design Randomized Control Group Only. Data penelitian diperoleh dari nilai tes sebelum dan sesudah mendapat perlakuan, kemudian dicari signifikansinya dengan menggunakan T-test untuk sampel kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan C-R dapat meningkatkan pemahaman tata bahasa mahasiswa dan mahasiswa menganggap kegiatan C-R efektif untuk membantu pemelajaran tata bahasa. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan yang signifikan di antara kedua kelas. Dengan kata lain kedua kegiatan itu sama efektif.
This thesis discusses an implementation of C-R activities on Korean grammar teaching which focuses on relative clause teaching for past-tensed verbs and future-tensed verbs in complex sentence of Korean Language. This research is a pre-experimental research that applies two small samples. The purpose of this research is to know whether a class implementing C-R activities in Korean grammar class is better than a class implementing conventional teaching method, which is by practice. In this research, two designs are applied, that is, Design One Group Pretest-Posttest and Design Randomized Control Group Only. Data are collected from test scores, after and before treatment. Subsequently, its significance is investigated by using T-test for small samples. The result of the research shows that C-R activity is capable of improving students? understanding about grammar. That way, students consider C-R activity effective for helping them learn grammar. In addition, this research also shows that there are no significant differences between the two classes mentioned above. In other words, the two activities are effective.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28316
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firdausa Indah Nurkhaerani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk meninjau literatur terkait jenis afiks serta proses afiksasi bahasa Korea. Afiks (접사) merupakan unsur terikat yang melekat pada bentuk dasar dan memiliki fungsi untuk mengubah bentuk dasar serta menambahkan makna pada bentuk dasar. Sementara, afiksasi merupakan proses penambahan afiks pada bentuk dasar. Pertanyaan penelitian pada penelitian ini dibagi menjadi dua pertanyaan, bagaimana jenis afiks yang terdapat dalam bahasa Korea? Kedua, bagaimana kata dalam bahasa Korea dibentuk melalui proses afiksasi? Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan yang menggunakan koleksi perpustakaan sebagai sumber referensinya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara garis besar afiks bahasa Korea dibedakan berdasarkan letak dan kemampuan membentuk kata baru. Berdasarkan letak, terdapat dua jenis afiks bahasa Korea, yakni prefiks (접두사) dan sufiks (접미사). Prefiks terdiri atas tiga jenis, prefiks yang melekat pada nomina, verba atau adjektiva, dan dua atau lebih kelas kata. Sufiks bahasa Korea terdiri atas empat jenis, yaitu sufiks derivasional pembentuk nomina, verba, adjektiva, dan adverbia. Sementara, berdasarkan kemampuan membentuk kata baru, terdapat dua jenis, yaitu afiks derivasional (파생 접사) yang dapat membentuk kata baru dan afiks infleksional (굴절 접사) yang tidak dapat membentuk kata baru. Lebih lanjut, semua proses pembentukan kata melalui afiksasi dalam bahasa Korea dapat membentuk kata baru dari bentuk dasar yang dilekatinya. Beberapa penambahan sufiks juga dapat mengubah kelas kata pada bentuk dasar yang dilekatinya. ......This research aims to examine the literature related to the types of affixes and the process of Korean affixation. Affixes (접사) are bound elements attached to the base form and have the function of changing the base form and adding meaning to the base form. Meanwhile, affixation is the process of adding affixes to the base form. The research questions in this study are divided into two questions, how is the classification of affixes found in Korean? Second, how are Korean words formed through the process of affixation? This research is a literature study research that uses library collections as its reference source. This research concludes that Korean affixes are distinguished based on their location and meaning. Based on their location, there are two types of Korean affixes, namely prefixes (접두사) and suffixes (접미사). Prefixes consist of three types: attached to nouns, verbs or adjectives, and more than two-word classes. As for Korean suffixes, there are four types: derivational suffixes for nouns, verbs, adjectives, and adverbs. Meanwhile, based on their meaning, there are two types, namely derivational affixes (파생접사) that can change the meaning and inflectional affixes (굴절 접사) that cannot change the meaning. Furthermore, all word formation processes through affixation in Korean can change the meaning of the base form and some affixation processes through the addition of suffixes can change the word class of the base form to which they are attached.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hani Rizka Azhara
Abstrak :
Studi literatur ini bertujuan untuk menelaah tingkat tutur bahasa Korea yang difokuskan pada bentuk penghormatan terhadap subjek. Pertanyaan penelitian yang diangkat adalah bagaimana tingkat tutur penghormatan terhadap subjek diwujudkan dalam bahasa Korea. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dengan menggunakan bahan dan koleksi perpustakaan untuk mendapatkan data. Dari hasil studi literatur ini dapat disimpulkan bahwa tingkat tutur penghormatan terhadap subjek memiliki empat elemen (실현 요소) yang dapat digunakan untuk menandakan penghormatan, yaitu praakhiran (선어말어미), penanda subjek (주격 조사), afiks (접사), dan kata khusus (특수 어휘). Selain itu, ada pengecualian untuk penghormatan terhadap subjek yang disebut dengan abjonbeob (압존법). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi acuan bagi pemelajar bahasa Korea sebagai bahasa asing untuk memahami tingkat tutur bahasa Korea lebih dalam. ......This literature study aims to scrutinize speech levels in the Korean language, with a specific focus on the expressions of subject honorification. The research question in this study is how subject honorification is manifested in the Korean language. To address that, this study employs a literature review method, utilizing materials and collections from the library to gather data. From the literature study result, it can be concluded that subject honorification encompasses four elements (실현 요소) that can be utilized to signify respect, namely pre-final ending (선어말어미), subject marker particle (주격 조사), affix (접사), and special vocabulary (특수 어휘). Additionally, there is an exception to subject honorification, referred to as abjonbeob (압존법). This study is expected to serve as a reference for Korean learners as a foreign language, enabling them to gain a deeper understanding of the levels of speech in the Korean language.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Puji Lestari
Abstrak :
Kata sapaan merupakan bentuk linguistik yang digunakan untuk memanggil mitra tutur dalam percakapan. Penggunaan kata sapaan juga mencerminkan norma dan tingkat keakraban hubungan sosial. Penelitian tentang penerjemahan kata sapaan, khususnya bahasa Korea ke bahasa Indonesia, masih sulit ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap strategi penerjemahan takarir kata sapaan bahasa Korea ke bahasa Indonesia. Pertanyaan penelitian yang diangkat adalah strategi penerjemahan takarir apa yang digunakan untuk menerjemahkan kata sapaan bahasa Korea ke bahasa Indonesia berdasarkan jenisnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 234 kata sapaan yang diklasifikasikan ke dalam 7 jenis sesuai teori kata sapaan Kang dan Jeon (2013). Hanya 5 jenis kata sapaan yang dianalisis strategi penerjemahannya. Menurut hasil analisis, penerjemah hanya menerapkan 6 dari 9 strategi penerjemahan takarir yang dikemukakan oleh Cintas dan Remael (2021). Strategi tersebut di antaranya peminjaman, penerjemahan harfiah, eksplisitasi, substitusi, kompensasi, dan penghilangan. Peminjaman menjadi strategi yang paling sering digunakan dalam menerjemahkan kata sapaan nama diri. Penerjemahan harfiah paling sering digunakan untuk menerjemahkan kata sapaan kekerabatan. Sementara itu, substitusi menjadi strategi yang paling sering digunakan untuk menerjemahkan kata sapaan jabatan, nomina umum, dan penarik perhatian. ......Terms of address are linguistic forms which used to call the listener in a conversation. The usage of terms of address also reflects norms and degrees of familiarity of social relationships. Research on translation of terms of address, especially from Korean into Indonesian, is still difficult to find. This research aims to reveal the subtitling strategies of Korean terms of address into Indonesian. The appointed research question is what subtitling strategies are used to translate Korean terms of address into Indonesian based on their types. This research uses the descriptive analysis method with quantitative and qualitative approach. The result shows that 234 Korean terms of address were found and classified into 7 types according to terms of address theory by Kang and Jeon (2013). Only 5 types were taken to be analyzed. From the analysis, the translator only applied 6 of the 9 subtitling strategies proposed by Cintas and Remael (2021). These strategies include loan, literal translation, explicitation, substitution, compensation, and omission. Loan is most often used to translate personal names terms of address. Literal translation is most frequently used to translate kinship terms of address. Meanwhile, substitution is most frequently used to translate work position, common nouns, and attention-catching terms of address.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mellyana Murtanu
Abstrak :
Dalam bahasa Korea, kata geurae berposisi sebagai kata seru dalam sebuah kalimat, namun penggunaannya dalam komunikasi lisan memiliki berbagai makna dan fungsi. Berdasarkan beberapa penelitian, dapat diketahui bahwa terlepas dari makna dasarnya, kata geurae juga sering digunakan sebagai pemarkah wacana (Discourse Marker/DM), khususnya dalam sebuah percakapan. Pemarkah wacana merupakan kata yang digunakan oleh penutur untuk mengekspresikan perasaan dan pandangan penutur terhadap suatu konteks pembicaraan ke mitra tutur. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk menganalisis bentuk, makna, dan fungsi kata geurae sebagai pemarkah wacana dalam percakapan Bahasa Korea. Penelitian ini merupakan penelitian linguistik deskriptif yang bersifat studi literatur. Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa kata geurae memiliki tujuh fungsi wacana yang dapat dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu kata reaktif dan kata progresif. Geurae sebagai kata reaktif memiliki fungsi wacana afirmasi, jawaban, rasa kaget, konfirmasi, dan tanggapan, sedangkan kata geurae sebagai kata progresif berfungsi untuk menarik perhatian dan penekanan. ......In Korean, the word geurae is positioned as an exclamation point in a sentence but its use in oral communication has diverse meanings and functions. Based on various references from previous researches, it is shown that apart from its basic meaning, the word geurae is also often used as a Discourse Marker (DM), especially in a conversation. Discourse markers are words use by speakers to express their feelings and view of a conversation context to a speech partner. The purpose of this study was to analyze the form, meaning, and function of the word geurae as a discourse marker in Korean conversation. This study is a descriptive linguistics study of literature. From the results of data analysis, it can be concluded that the word geurae has seven discourse functions that can be categorized into two categories, namely reactive words and progressive words. Geurae as a reactive word has a discourse function of affirmation, answer, surprise, confirmation, and response, whereas the word geurae as a progressive word serves to attract attention and emphasis.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Prabu Yahya Farreledo Oetomo
Abstrak :
Negasi adalah tindakan penyangkalan, peniadaan atau kata sangkalan. Dalam kajian linguistik, negasi adalah salah satu elemen dasar dalam pikiran manusia yang menjadikannya bagian yang tidak terpisahkan dari bahasa karena sebagai alat untuk pemikiran manusia. Negasi merupakan sebuah sanggahan dari jenis kalimat, baik itu deklaratif, imperatif, maupun interogatif. Dalam praktiknya, negasi dalam bahasa Korea terdapat dua bentuk negasi yang berbeda, negasi bentuk pendek dan negasi bentuk panjang. Korpus data kalimat negasi yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari drama Sarangui Bulsichak. Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan kalimat negasi yang ada di drama tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-analitis dengan teknik simak catat, dan menggunakan klasifikasi Seo . Menurut hasil penelitian, penggunaan kalimat negasi di ketiga episode drama Sarangui Bulsichak terdapat 529 kalimat negasi yang terdiri dari negasi dasar sebanyak 182 kalimat, negasi imperatif sebanyak 34 kalimat, negasi khusus sebanyak 271 kalimat, negasi prefiks 34 kalimat dan 8 negasi ganda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan menjadi bahan referensi mengenai kalimat negasi bahasa Korea. ......Negation is an act to denial, negate or refusal. In linguistic studies, Negation is one of the basic elements in the human mind which makes it an inseparable part of language because it is a tool for human thought. Negation is a rebuttal of declarative, imperative, or interrogative sentences. In practice, there are two different forms in Korean negation, short form negation and long negation. The corpus of negation sentence data used for this research is taken from Sarangui Bulsichak drama. The aims of this research is to explain the negation sentences in that drama. This study uses descriptive-analytics qualitative method with listening, note-taking technic, and Seo classification. According to the results, the use of negation sentences in the three episodes of Sarangui Bulsichak drama contained 529 negation sentences consisting of 182 basic negations, 34 imperative negations, 271 special negations, 34 prefix negation and 8 double negations. The results of this study are expected to provide additional knowledge and become a reference material regarding Korean negation sentences.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Hyon Bok, 1936-
Seoul: Seouldaehakkyo Chulpanbu, 2008
R KOR 495.731 LEE h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Della Seviani Putri
Abstrak :
Penerjemahan memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Kesalahan penerjemahan sering ditemukan pada penerjemahan teks, khususnya pada terjemahan bahasa Korea ke bahasa Indonesia. Sudah banyak penelitian yang membahas kesalahan penerjemahan dalam berbagai bahasa asing, namun masih belum banyak ditemukan penelitian kesalahan penerjemahan bahasa Korea ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan penerjemahan bahasa Korea dalam Bahasa Indonesia pada takarir. Penelitian ini juga merumuskan masalah, yakni bagaimana jenis kesalahan penerjemahan dalam takarir bahasa Indonesia. Data yang digunakan adalah takarir bahasa Indonesia pada acara realitas berjudul 7llin’ in the Dream. Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan 5 klasifikasi jenis kesalahan yang diperoleh dari teori kesalahan penerjemahan Nord (1997), Baker (1992), dan Popescu (2013). Dari hasil analisis, ditemukan sebanyak 28 data kesalahan penerjemahan. Kesalahan paling banyak ditemukan adalah kesalahan pemilihan diksi atau padanan kata sebanyak 15 data (54%). Kesalahan kedua yang paling banyak ditemukan adalah kesalahan menerjemahkan makna proporsional sebanyak 6 data (21%). ......Translation has an important role in conveying messages from the source language to the target language. Translation errors are often found in text translation, especially in the translation of Korean into Indonesian. There have been many studies that discuss translation errors in various foreign languages, but there is still not much research on Korean translation errors into Indonesian or otherwise. This study aims to analyze the translation errors of Korean into Indonesian in subtitle. This study also formulates the problem, namely how the types of translation errors in Indonesian subtitle. The data used are Indonesian subtitles in a reality show titled 7llin' in the Dream. To analyze the data, this study uses 5 classifications of error types obtained from the theories of translation error of Nord (1997), Baker (1992), and Popescu (2013). From the analysis, 28 data of translation errors were found. The most common error is the error of diction or word equivalence as many as 15 data (54%). The second most common error is the error in translating proportional meaning with 6 data (21%).
Depok: 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amalia Syafa Dewanti
Abstrak :
Konstruksi bahasa seperti idiom memiliki keterkaitan erat dengan budaya masyarakat sehingga dapat menjadi tantangan bagi penerjemah dalam mengalihbahasakannya dengan tepat. Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menerjemahkan idiom. Atas dasar itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi penerjemahan idiom bahasa Korea ke bahasa Indonesia dalam webtun My Roommate is A Gumiho (? ???? ??). Pertanyaan penelitian yang dirumuskan adalah “Strategi penerjemahan apa yang digunakan dalam menerjemahkan idiom bahasa Korea ke bahasa Indonesia dalam webtun My Roommate is A Gumiho?”. Penelitian ini menggunakan teori tujuh strategi penerjemahan Vinay & Darbelnet (1995) dan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Korpus penelitian adalah webtun My Roommate is A Gumiho episode 1 hingga 104 yang dirilis melalui Naver dan LINE Webtoon. Dari total 90 data idiom, ditemukan bahwa strategi yang paling banyak digunakan adalah kesepadanan (50 data), diikuti dengan strategi penerjemahan harfiah (21 data), transposisi (12 data), modulasi (5 data), dan adaptasi (2 data). Sementara itu, strategi penerjemahan peminjaman dan kalke tidak ditemukan. Dalam penelitian ini, ditemukan beberapa idiom yang muncul lebih dari sekali namun diterjemahkan menggunakan strategi dan terjemahan yang berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan penerjemah untuk menerjemahkan makna kontekstual sembari tetap memperhatikan situasi pembicaraan dalam teks BSu. ......Language constructions such as idioms have a close relationship with the culture of the people. It can be a challenge for translators to convey the meaning appropriately. There are several strategies that can be used to translate idioms. On that basis, this study aim to examines the strategy in translating Korean idioms into Indonesian in the webtoon My Roommate is A Gumiho (? ???? ??). The research question is "What translation strategy is used in translating Korean idioms into Indonesian in the webtoon My Roommate is A Gumiho?". This study uses Vinay & Darbelnet's (1995) theory of seven translation strategies and a descriptive analysis method with a qualitative approach. From a total of 90 idioms, it was found that the most used strategy was equivalence (50 datas), followed by literal translation (21 datas), transposition (12 datas), modulation (5 datas), and adaptation (2 datas). Meanwhile, borrowing and calque translation strategies are not found. In this study, there were several idioms that appeared more than once but were translated using different strategies and translations. This can be caused by the tendency of translators to translate its contextual meanings while still paying attention to the situation of the conversation in the SL text.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library