Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wisni Bantarti
Abstrak :
Remaja merupakan kelompok yang cukup berpotensi menunjang bagi perkembangan epidemi HIV/AIDS. Di Indonesia jumlah data yang ada menunjukkan adanya peningkatan prevalensi HIV pada kelompok usia 15-49 tahun dan 20-29 tahun. Bila hal ini tidak segera ditanggulangi akan mengancam pengembangan sumber daya manusia bangsa Indonesia. Oleh karena obat maupun vaksin untuk pencegahan HIV/AIDS belum ditemukan dan karena 68% proses penularannya di Indonesia melalui hubungan seksual maka upaya pencegahannya adalah perubahan perilaku melalui pendidikan kesehatan. Dan beberapa hasil penelitian mengenai seksualitas remaja menunjukkan adanya kecenderungan yang tinggi pada remaja dalam melakukan aktivitas seksualnya, maka strategi pencegahan yang dilakukan melalui Pendidikan Kelompok Sebaya (PKS) yang dilakukan oleh Penggerak Pendidik Kelompok Sebaya (PPKS) merupakan strategi pendidikan kesehatan yang dipandang cukup efektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS daripada siswa yang diberikan Pendidikan Kelompok Sebaya dan siswa yang tidak diberikan Pendidikan Kelompok Sebaya sebelum (pre-tes) dan sesudah (pos-tes) perlakuan. Disamping itu juga ingin diketahui proses pelaksanaan kegiatan PKS yang dilakukan oleh PPKS serta tanggapan sasaran PKS terhadap PPKS. Studi ini menggunakan jenis penelitian Experimen , dengan rancangan Pre-test, Post-test, Control Group Design. Dalam jenis rancangan ini digunakan dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang mendapat perlakuan PKS dan kelompok pembanding yaitu kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan PKS namun terpapar informasi melalui penyuluhan massal, dengan jumlah sampel untuk masing-masing kelompok 134 yang dipilih secara acak (random). Kedua kelompok tersebut diamati selama tiga bulan. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji t,X,2 (Chi Square) dan analisis regresi linier. Adapun perbandingan perbedaan antara kedua kelompok dilakukan sebelum dan sesudah tiga bulan intervensi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan dan sikap siswa pada kelompok intervensi berbeda bermakna dengan nilai p < 0,05, dengan rentang peningkatan untuk seluruh butir pengetahuan berkisar antara 4,5% sampai dengan 71,6% dan peningkatan sikap yang berkisar antara 2,9% sampai dengan 40,3%. Pada kelompok kontrol nilai p > 0,05 untuk hampir seluruh butir pengetahuan , dimana rentang peningkatannnya berkisar 0% sampai dengan 30,2% . Sedangkan untuk sikap berkisar antara 2,2% sampai dengan 17,8%. Sebelum dilakukan perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dengan nilai p = 0,733 (CI 95% = -0,85 : 0,60). Sesudah perlakkuan terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok tersebut dengan nilai p = 0,000 (CI 95% = -7,30 : -5,81). Adanya perbedaan tersebut adalah karena adanya perlakuan atau intervensi Pendidikan Kelompok Sebaya. Hasil uji bivariat (beda mean) memperlihatkan bahwa variabel tingkat pendidikan ayah dan tingkat pendidikan ibu berbeda bermakna dengan nilai p < 0,05. Namun setelah dimasukkan dalam analisis regresi menunjukkan tidak berbeda bermakna. Variabel jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan orangtua dan sumber informasi HIV/AIDS yang pernah diperoleh siswa tidak menjadi faktor pengganggu bagi terjadinya peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap sesudah perlakuan. Penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan Kelompok Sebaya ternyata berpengaruh pada pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS.
Adolescents are a group of particular concern in the growing HIV/AIDS epidemic. In Indonesia, national data indicates an increase in HIV prevalence among the 15-19 and the 20-29 year age group. If this condition is not solved immediately, it will have a great impact on the human resources development. Since the cure or vaccine for HIV has not been found yet and 68% of the HIV transmission models in Indonesia were found in sexual intercourse, prevention then should emphasize on behavior change through the health education programmed. Based on several researches on adolescents sexuality, this young people seems to have high frequencies in their sexual activity , that in order to prevent the spreading of HIV among adolescents Peer Education is considered the most effective strategy for young people. The aims of this study are to investigate the difference in knowledge and attitude in relation to HIV among High School students in Depok who receive Peer Education activity and students who do not receive Peer Education. The results presents not only the output of this Peer Education activity but also the process by which this activity takes place and the performance of the peer educator in giving information about HIV/AIDS correctly and their effort to change attitude among their peer friends. This study has been conducted using an Experiment group, with a Pre-test, Post-test, Control Group Design. An intervention group (students, who receive Peer Education,) and a comparison group or control group (students who do not receive Peer Education) were followed for three months, with a total of 134 students in the intervention group and 134 students in the control group, which were randomly selected. For statistical analysis the t-test and X2 (Chi Square) and linier regression analysis were used and P < 0.05 was defined statistically significant. Comparisons were made only between results obtained before and after three months study. The results indicates a significant increase ( P < 0,05 ) in knowledge about HIVIAIDS in the intervention group, and also changes in attitudes towards HIV infected individuals, where the knowledge test results increase between 4,5% to 71,6% for all of the item knowledge and 2,9% to 40,3% for the changes of attitude. In the control group however, the corresponding increase between 0% to 30,2% was non-significant for almost all of the item knowledge and -2,2% to 17,8% for the changes of attitude. No significant difference in knowledge and attitude was seen before the study in the intervention and the control group (P= 0,733) (CI 95% = -0,85 : 0,60), but after the study significant difference was seen in both of this group (P= 0,000) (CI 95% = -7,30:-5,81). The experiment which this study is conducted seems to have caused this difference in knowledge and attitude among students who receive peer education and students who do not receive peer education. Father's and mother's education variables were significant when entered into a bivariate analysis, however, was non significant when entered into a multiple regression analysis (tinier regression), Sex, age, parent's educational status and exposure to HIV/AIDS information through the mass media are variables that are not confounding with the increase knowledge and changes in attitude of students after the study. This study shows that Peer Education is indeed possible to increase students' knowledge and to influence students' attitude in relation to HIV/AIDS.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T1074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Taryana
Abstrak :
Tindakan pembedahan sebagai salah satu upaya terapi medis, selain bertujuan untuk menyembuhkan klien, juga dapat menimbulkan beberapa penyulit, seperti gangguan saluran pernafasan, gangguan saluran cerna, gangguan saluran perkemihan serta terlambatnya penyembuhan luka pembedahan. Selain itu pembedahan dapat menimbulkan stress, karena terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang. Keadaan stress yang tidak diatasi dapat menimbulkan permasalahan pada saat pra bedah, selama pembedahan maupun pasca bedah. Salah satu upaya yang harus dilaksanakan oleh perawat untuk mengatasi permasalahan di atas adalah melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah, yang pada prinsipnya bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan mental klien dalam menghadapi pembedahan. Di USA pelaksanaan pendidikan kesehatan terbukti telah dapat mengurangi pemakaian obat-obatan, mengurangi rasa sakit, perasaan cemas, mengurangi lama hari rawat yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya perawatan di rumah sakit yang harus dikeluarkan klien. Bahkan sejak 1972, perhimpunan rumah sakit di Amerika telah menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pra bedah adalah hak klien, sehingga merupakan keharusan bagi perawat untuk melaksanakannya. Di Instalasi Bedah RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung pendidikan kesehatan pra bedah telah dilaksanakan, namun belum maksimal. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, seperti pendidikan, pengetahuan, sikap, pengalaman perawat, sarana dan fasilitas yang tersedia, serta pengawasan dalam pelaksanaannya. Berdasarkan kepada hal di atas tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan klien pra bedah di RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian dilaksanakan melalui kegiatan cross sectional survei dilakukan dengan cara observasi dan wawancara kepada 99 orang perawat sebagai responden (total sampel) yang bertugas di Instalasi Bedah RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat menggunakan uji chi square dan multivariat menggunakan analisis regresi logistik. Hasil analisis bivariat menunjukkan dari 6 variabel yang diduga berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, ternyata hanya variabel tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan perawat yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah. Dari hasil analisis regresi logistik ternyata variabel pendidikan mempunyai hubungan yang paling bermakna dengan perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah, dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka peluang perawat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan pra bedah yang baik mencapai 15.29 kali dibanding tingkat pendidikan rendah. Rata-rata perilaku perawat dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah didapatkan hasil baik 44.4% dan kurang 55.6%. Untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pendidikan kesehatan pra bedah di RSU.Dr. Hasan Sadikin Bandung, disarankan untuk terus memelihara dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat, melengkapi protap yang sudah ada dengan protap pendidikan kesehatan pra bedah, serta melengkapi sarana dan fasilitas yang dibutuhkan.
Factors Which Related to Nurse Behavior in the Implementation of Pre - Operative Health Education Clients in Surgical Department of RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung, in 2001Operation as one among other efforts of medical therapies, besides the aims of healing the clients, also able to cause various complication, such as respiratory system disorders, gastrointestinal system disorders, urinary system disorders and the delayed of wound healing. On the other hand operation leads to stress, because of threaten to the body, integrity and human soul. This unsolved stress can make problems on pre-operative, during operation and post operative. (Perioperatively) One of the efforts that should be undertaken by nurses to solve the problems above is to implement the pre-operative health education, which in principal purpose is to prepare physical and mental of the clients facing operation. In USA the implementation of health education proven could decrease drug consumption, lessen the painful and anxiety. These all would cut down the duration of treatment days, and at last could decrease the hospital payment that should be paid by the client. More over since 1972, the American Hospital Association has declared that pre-operative health education is a right of the client, so it should be a necessity for nurse to implement it. In the surgical department in RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung, pre-operative health education has been implemented, but not maximum yet. There are many factors that might be influenced the implementation of the pre-operative health education, such as; education, knowledge, attitude, nurse experiences, instruments, the provided facilities and the supervision of the implementations. Based on those mentioned above, the objective of this research was to obtain information concerning factors which related to nursing behavior in the implementation of pre-operative health education clients, in surgical department of RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung. The research was conducted through activities of cross sectional survey, using respondents of nurses which worked at the surgical department in RSU. Dr.Hasan Sadikin Bandung. The total samples were 99 respondents, and data collection was done through observation of nursing activities and interview. Statistical analysis used distributions frequencies and chi-square analysis to find the relationships among the dependence variable and each independence variables. However, multivariate analysis with the logistic regression was also used to find the dominance independence variable which gave the highest relation. The research results showed there was a significant relationship among nurses behavior in the implementation of pre-operative health education with education level and knowledge. The nurses which higher level education were usually done better in implementing pre-operative health education, 15.29 times compared with the low level education. On the average nurse behavior of the pre-operative health education got the good results 44.4% and less than 55.6%. To RSU. Dr. Hasan Sadikin Bandung suggested to complete operational procedure with the pre-operative health education guidance, to complete the instruments and facilities, also the continuation of effort in increasing the nurse education, should be kept and increased.
2001
T9338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Senewe, Felly Philipus
Abstrak :
Penyakit Tuberkulosis Paru(Tb Paru) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang mana penyakit ini di tahun 1992 menduduki urutan kedua penyebab kematian dan menduduki urutan ketiga di tahun 1995, serta menduduki urutan pertama penyebab kesakitan untuk semua golongan umur. Angka prevalensi secara Nasional yakni 2.4 / 1000 penduduk yang mana angka ini masih cukup tinggi. Di Kotif Depok Jawa Barat angka prevalensi tahun 1996 ialah 0.17%, dengan angka kematian 1.07%. Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai keteraturan berobat penderita Tb Paru di wilayah Kotif Depok Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada 11 Puskesmas dalam wilayah Kotif Depok Jawa Barat yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan Agustus 1997. Penelitian ini menggunakan metode disain Cross Sectional dengan jumlah sampel sebanyak 215 orang dengan pengambilan sampel secara simple random sampling. Hasil yang diperoleh yaitu dari 215 responden terdapat 33% yang tidak teratur berobat. Jenis kelamin perempuan 57.2% dan laki-laki 42.8%. Umur rata-rata 36.9 tahun, pendidikan terbanyak Tamat SLTP(28.8%), pekerjaan terbanyak ibu rumah tangga(34.9%), status dalam keluarga yaitu isteri(34.4%), dan tingkat pengetahuan berhubungan dengan keteraturan berobat(nilai p=0,0232). Pada analisis multivariat ada tiga variabel yang berhubungan dengan keteraturan berobat yaitu penyuluhan kesehatan nilai OR=4,35, 95% CI (3,72 ; 4,97) dan nilai p=0,0000, ketersediaan sarana transportasi nilai OR= 3,44, 95% CI (2,39 ; 4,48) dan nilai p=0,0200, dan pekerjaan nilai OR 1,95, 95% CI (1,30 ; 2,61) dengan nilai p=0,0439. Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu faktor penyuluhan kesehatan, ketersediaan sarana transportasi dan pekerjaan yang secara bersama-sama mempunyai hubungan yang bermakna(p<0.05) dengan keteraturan berobat penderita Tb Paru di Puskesmas se Kotif Depok Jawa Barat tahun 1997. Selanjutnya yang dapat disarankan ialah faktor penyuluhan kesehatan dari petugas kesehatan sangat panting untuk keberhasilan pengobatan, juga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai keteraturan berobat dengan suatu alat ukur/instrumen yang baik. ...... Lung tuberculosis is still being a public health problem which was the second cause of mortality in 1992 and was the third cause of mortality in 1995. It is also the first cause of morbidity for all age groups. The national prevalence is 2.411000 people which is quite high. In 1996, Kotif Depok West Java has a prevalence of 0.17% with mortality rate 1.07%. Up to now there is not any scientific publication concerning the regularity of taking medicine among the lung tuberculosis patients in the areas of Kotif Depok West Java. This research was done at 11 public health centers in the whole areas of Kotif Depok West Java since May until August 1997. Cross Sectional design was used in this study with 215 patients as the sample which was taken by simple random sampling method. Among 215 patients there is 33% of respondent that didn't take the medicine regularity. About 57.2% is female and 42.8% is male. The average age is 36.9 years old. The biggest proportion regarding education level is junior high school(28.8%). We found in the study that about 34.9% of respondent are housewife. The biggest proportion regarding status in the family is the wife(34.4%), and the level of knowledge which have relation with the regularity of taking medicine(p value = 0.0232). In multivariate analysis there are three variables which have relation with the regularity of taking medicine, i.e. health promotion [OR = 4.35, 95% CI(3.72 ; 4.97) and p value = 0.00001, the availability of transportation [OR = 3.44, 95% C1(2.39 ; 4.48) and p value = 0.0200], and occupation [OR = 1.95, 95% CI(1.30 ; 2.61) and p value = 0.0439]. The conclusion of this research is that the factors of health promotion, availability of transportation and occupation together have significant associations (p<0.05) with the regularity of taking medicine among the lung tuberculosis patients at public health centers in Kotif Depok West Java in 1997. We suggests that health promotion conducted by the health officer is the most important tool for supporting the success of the treatment. It is also necessary to do an advanced research concerning the regularity of taking medicine using a better indicator or instrument. (Kotif is kota administratif = administrative city).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Estianti Achmadi
Abstrak :
Dalam pelaksanaan program pemberantasan casing di sekolah-sekolah dasar DKI Jakarta selama ini, tidak ada intervensi khusus yang ditujukan kepada dokter kecil. Padahal sebaiknya mereka perlu dilibatkan secara aktif dalam program ini, karena dokter kecil diharapkan dapat membina teman-temannya dan berperan sebagai promotor dan motivator dalam melaksanakan program pemberantasan cacing di sekolah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program pemberantasan cacing dengan pelatihan dokter kecil terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan praktek murid sekolah dasar. Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan menggunakan rancangan ulang non random. Sampel diambil secara purposive yaitu seluruh murid kelas IV,V,VI tanpa dokter kecil dari SDN Pasar Minggu 01 Pagi sebagai kelompok eksperimen, dan dari SDN Pasar Minggu 07 Pagi sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama-sama mendapat program pemberantasan cacing, dan pada kelompok eksperimen ditambah kegiatan pelatihan dokter kecil. Hasil penelitian menuniukkan bahwa, ternyata pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak setara untuk variabel umur murid dan variabel praktek murid hasil pre-test. Perbedaan pengetahuan, sikap dan praktek antara pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok didapatkan hasil yang bermakna. Sedangkan perbedaan peningkatan tersebut antar kelompok didapatkan hasil yang tidak bermakna. Berarti program pemberantasan cacing baik dengan atau tanpa pelatihan dokter kecil, sama-sama meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek murid. Temuan tambahan penelitian ini adalah diketahuinya dampak program pemberantasan cacing berupa penurunan kasus kecacingan setelah jangka waktu tertentu. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan studi pendahuluan, sehingga pemilihan responden dapat setara. Juga sebaiknya dilaksanakan mencakup beberapa sekolah dasar pada daerah yang lebih luas dan pengambilan sampel dilakukan secara random, sehingga hasilnya dapat di generalisasi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyanti Abriyani
Abstrak :
Intervensi sosial dengan tema: "Pendidikan kesehatan untuk mengubah tingkahlaku hidup sehat" bertujuan untuk lebih memberdayakan para ibu di komunitas desa Tegalgede, Pameungpeuk, Ganit agar mereka dapat berpartisipasi aktif dalam peningkatan kesehatan keluarga. Kurangnya pengetahuan tentang hidup sehat rnenyebabkan mereka kurang mampu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan yang ada. Situasi dan keadaan ini semakin memperlemah motivasi dan aktivitas mereka untuk melakukan kegiatan-kegiatan pencegahan masalah atau pemecahan masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga dan komunitas mereka. Kondisi - merasa kurang berdaya - inilah yang akan diintervensi dan diubah sehingga muncul pengetahuan dan keyakinan bahwa mereka sebagai perempuan memiliki kemampuan dan dapat lebih berdaya memperbaiki kesejahteraan keluarga dan komunitas mereka. Perubahan tingkah laku ini akan diupayakan terjadi dalam diri mereka melalui intervensi pendidikan kesehatan untuk mengubah tingkahlaku hidup sehat berlandaskan pada teori Experiential Learning, Empowerment, dan teknik intervensi reedukasi berbasiskan pada pendidikan orang dewasa, pendekatan strength-building dan pemberdayaan komunitas yang berorientasi pada pengembangan komunitas. Intervensi pendidikan kesehatan untuk mengubah tingkahlaku hidup sehat yang diterapkan di komunitas desa Tegalgede ini telah menunjukkan hasil yang positif. Khususnya, ibu-ibu yang menjadi target intervensi ini mampu mencegah dan mengatasi masalah kesehatan keluarga mereka.
A social intervention with the theme: "Education of health for changing healthy-life behavior" was focused for empowering the women of Tegalgede village, Pameungpeuk, Garut. This program was also meant to enable them to participate actively in enhancing their family health. Their lack of knowledge for healthy Life had made them unable to make prevention and failures in handling their health problems. Such condition had also made their motivation and activities, in either preventing or handling the health problems, weakened - be it within their family environment or in the community. This condition - a perceived helplessness - was designated to be the object of this intervention program and meant to be changed by developing knowledge and beliefs that they, as women, possessed the capacity and empowered to improve the welfare of their family and the community. The behavior change was supposedly to materialize from within themselves by conducting an intervention program through education on health, in particular to change their health-life. The program was based upon some theories, among others: experiential learning, empowerment, re-educative intervention techniques for adults, strength-building approach, and development-oriented community empowerment. The implementation of this intervention program had brought up some positive results, particularly among the Tegalgede village women targeted for this intervention had shown some indications that they became capable to make prevention and solution of their family health problems.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18539
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Pradipta
Abstrak :
Perlunya peningkatan net enrollment ratio primary school dan infant mortality rate bagi Negara Republik Indonesia untuk pengakumulasian human capital yang selanjutnya menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable growth) sudah tidak dapat dihindari lagi. Cara yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan net enrollment ratio primary school dan infant mortality rate adalah dengan meningkatkan pengeluaran belanja bidang kesehatan dan pendidikan. Melihat terdapat pandangan beberapa peneliti yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari pengeluaran belanja bidang pendidikan dan kesehatan terhadap net enrollment ratio primary school serta infant mortality rate maka tesis ini akan menganalisis signifikansi pengaruh dari pengeluaran pemerintah propinsi-propinsi di Indonesia dalam bidang pendidikan dan kesehatan terhadap net enrollment ratio primary school serta infant mortality rate propinsi-propinsi tersebut. Model yang akan digunakan untuk melakukan analisis pengaruh pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan propinsi-propinsi di Indonesia terhadap net enrollment ratio primary school serta infant mortality rate propinsi-propinsi tersebut adalah model regresi linier persamaan pendidikan dan kesehatan yang dikembangkan oleh Gupta, Verhoeven dan Tiongson pada tahun 1999. Data yang digunakan adalah panel data, runtut waktu data mulai dari tahun 1997 sampai dengan 2000 untuk 26 propinsi-propinsi yang ada di Indonesia. Hasil studi menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari pengeluaran kesehatan dan pendidikan yang dilakukan oleh propinsi-propinsi di Indonesia terhadap Infant Mortality Rate, dan Net Enrollment Ratio Primary School. Selain itu, pada pengamatan propinsi-propinsi yang dibagi menjadi kelompok propinsi di Indonesia bagian Barat dan Timur menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari pengeluaran kesehatan yang dilakukan oleh propinsi-propinsi di Indonesia bagian Barat (Sumatera dan Jawa) dan propinsi-propinsi di Indonesia bagian Timur (Bali, Kalimantan, NTT, NIB, Sulawesi, Maluku dan Irian) terhadap infant mortality rate masing-masing kelompok propinsi tersebut. Sedangkan untuk pengeluaran pendidikan, signifikansi pengaruh pengeluaran pendidikan terhadap Net Enrollment Ratio Primary School hanya terbukti untuk kelompok propinsi-propinsi di Indonesia bagian Barat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Susanto
Abstrak :
Jumlah Pengguna Narkoba di Propinsi Lampung pada Tahun 2017 berdasarkan survey BNN adalah 116.845 orang atau kurang lebih 1,94 % dari total jumlah penduduk di Propinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dan psikoedukasi keluarga terhadap ketangguhan dan dukungan keluarga Orang Dengan Gangguan Penggunaan Zat di Lapas Narkotika. Desain penelitian ini quasi eksperimental pre-post test with control group. Sampel masing-masing kelompok berjumlah 31 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling dan metode random sampling. Kelompok intervensi 1 hanya diberikan pendidikan kesehatan serta kelompok intervensi 2 diberikan pendidikan kesehatan dan psikoedukasi keluarga. Pengukuran dilakukan 3 kali yaitu pertama dan kedua sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dan pengukuran ketiga setelah diberikan psikoedukasi keluarga. Uji analisis yang digunakan adalah uji repeated ANOVA dan independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan ketangguhan dan dukungan keluarga meningkat secara bermakna (p value < 0,05) setelah mendapatkan pendidikan kesehatan. Ketangguhan dan dukungan keluarga meningkat lebih besar pada kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan dan psikoedukasi keluarga daripada kelompok yang hanya diberikan pendidikan kesehatan. Tindakan keperawatan pendidikan kesehatan dan psikoedukasi keluarga direkomendasikan sebagai terapi yang dapat digunakan pada kegiatan rehabilitasi Narkoba di Lapas Narkotika. ......The number of Drug Users in Lampung Province in 2017 based on the BNN survey was 116,845 people or approximately 1.94% of the total population in Lampung Province. This study aims to determine the effect of health education and family psychoeducation on the resilience and family support of people with impaired substance use in narcotics prisons. The design of this study was quasi experimental pre-post test with control group. The sample of each group amounted to 31 people using purposive sampling techniques and random sampling methods. The intervention group 1 was only given health education and the intervention group 2 was given health education and family psychoeducation. Measurements were taken 3 times, first and second before and after health education was given and the third measurement after family psychoeducation was given. The analytical test used was repeated ANOVA test and independent t-test. The results showed resilience and family support significantly increased (p value <0.05) after getting health education. Resilience and family support increased more in groups who were given health education and family psychoeducation than groups that were only given health education. Nursing action on health education and family psychoeducation is recommended as a therapy that can be used in drug rehabilitation activities in narcotics prison.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lola Illona Elfani Kausar
Abstrak :
Tuberkulosis (TB) paru saat ini merupakan penyakit dengan prevalensi tinggi, baik di Indonesia maupun di dunia, meskipun program pengendalian TB paru telah berjalan. Angka morbiditas, mortalitas dan prevalensi TB terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berbagai faktor terutama status kesehatan fisik klien, menyebabkan terjadinya perilaku keterlambatan dalam pengobatan dan penghentian pengobatan yang berakibat meningkatkan risiko penularan. Self efficacy klien dalam berperilaku sehat untuk mempertahankan status kesehatan fisik dan menuntaskan pengobatan menjadi penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi kesehatan terstruktur terhadap self efficacy dan status kesehatan fisik klien TB paru. Disain penelitian menggunakan kuasi eksperimen jenis pretest and posttest with control group, dengan masing-masing 38 responden pada kelompok intervensi dan kontrol yang diseleksi dengan cluster random sampling dan purposive sampling. Analisis data menggunakan uji paired t-test dan pooled t-test. Intervensi diberikan sebanyak 4 sesi dalam 4 minggu selama 60-120 menit. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh edukasi kesehatan terstruktur terhadap self efficacy dan status kesehatan fisik klien TB paru (p=0,0001). Penelitian ini merekomendasikan pemberian intervensi keperawatan dalam bentuk edukasi kesehatan terstruktur pada klien TB paru yang menjalani pengobatan terintegrasi dengan program DOTS di puskesmas. ......The pulmonary TB patient experiences physical, psychological, social, and spiritual changes that affect self-efficacy. Patients of pulmonary TB with low self-efficacy are more likely to stop treatment and consequently be agents of transmission. This study aims to identify the effects of structured-health education on the self-efficacy of pulmonary TB patients. A pre-post quasi-experimental design with a control group was used in this study at two primary health care service in Murung Raya Regency. The totals of respondents were 76 people divided into two groups and recruited using purposive sampling. Structured-health education is given for four sessions in four weeks for 60-120 minutes each session. Data collected using a self-efficacy questionnaire and analyzed using paired t-test and pooled t-test. The results showed that self-efficacy in the intervention group increased significantly (MD = 16.42; p = 0.0001) compared to the control group, and there was a significant effect of structured-health education on improving self-efficacy (MD = 15.89; p = 0,0001). Structured-health education interventions can be applied as an innovative alternative nursing intervention in improving the self-efficacy of pulmonary TB patients. Structured-health education is expected to be given to TB patients at the early of their treatment so that patients have good self-efficacy and undergo complete TB treatment.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verra Widhi Astuti
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Verra Widhi AstutiProgram Studi : Magister Ilmu KeperawatanJudul Tesis : Pengaruh Edukasi Kesehatan Terstruktur Terhadap Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru dan Stigma Masyarakat Tuberkulosis TB merupakan penyakit infeksi yang sangat mudah menular melalui percikan dahak. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan TB paru sangat penting karena kurangnya pengetahuan tentang TB paru dapat berakibat pada kurangnya perilaku pencegahan dan menimbulkan kesalahpahaman mengenai cara penularannya yang berdampak pada munculnya stigma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi edukasi kesehatan terstruktur terhadap perilaku pencegahan TB paru dan stigma masyarakat di kabupaten Bogor, Indonesia. Desain penelitian kuasi eksperimen jenis pretest and posttest with control group. Penelitian dilakukan pada 41 responden untuk masing-masing kelompok yang diseleksi dengan purposive sampling. Intervensi ini diberikan dalam 4 sesi yang dilaksanakan 2 kali seminggu. Setelah 10 hari, analisis t-test menunjukkan peningkatan rerata pengetahuan, sikap, dan keterampilan yaitu sebesar 1,56; 3,73; dan 9,61, serta penurunan rerata stigma masyarakat sebesar 6,97. Edukasi terstruktur dapat meningkatkan perilaku pencegahan penularan TB paru p value = 0,000 dan menurunkan stigma masyarakat p value = 0,000 . Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan alternatif pilihan intervensi keperawatan komunitas yang dapat diberikan kepada masyarakat berisiko TB paru.
ABSTRACT
Name Verra Widhi AstutiStudy Program Master in Nursing, Community Health Nursing SpecializationJudul Tesis The Effect of Stuctured Health Education to Pulmonary Tuberculosis Transmission Preventive Behavior and Public Stigma in Bogor Regency Tuberculosis TB is a common infectious disease that easily transmitted through sputum splashes. Community knowledge and awareness of pulmonary TB transmission is very important. It may result in a lack of prevention behavior and it leads to misconceptions about the mode of transmission that affects the emergence of stigma. This study aims to determine the effect of structured health education intervention on pulmonary TB prevention behavior in the Bogor district of Indonesia. A quasi experimental research design applied with pre and post test with control group types. The study involved 41 respondents for each group selected by purposive sampling. Intervention consisted of 4 sessions that was held 2 times a week. After 10 days, the t test analysis showed an average increase of knowledge, attitude, and skill were 1.56 3.73 and 9.61, and a decrease in average stigma was 6.97. Structured health education can improve the prevention behavior of pulmonary tuberculosis transmission p value 0,000 and reduce the public stigma p value 0,000 . The results are expected to provide an alternative choice of community nursing interventions that can be given to people at risk of pulmonary TB.
2017
T48520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Permata Sari
Abstrak :
Kabupaten Tangerang menjadi wilayah dengan jumlah balita gizi buruk dan kurangterbanyak di Provinsi Banten dengan prevalensi sebesar 5,77 . Pemerintah KabupatenTangerang sejak tahun 2010 hingga saat ini telah menyelenggarakan Pos Gizi sebagai upayapenurunan prevalensi balita kurang gizi. termasuk di Kecamatan Teluknaga. Tujuanpenelitian ini untuk menganalisis penyelenggaraan Pos Gizi di Kecamatan TeluknagaKabupaten Tangerang 2017 berdasarkan komponen input, proses dan output. Metodepenelitian ini kualitatif dengan desain Rapid Assessment Procesure RAP . Teknikpengumpulan data yang digunakan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarahkader. Hasil penelitian pada komponen input menunjukkan jumlah sumber daya manusiacukup, bidan desa tidak mendapatkan pelatihan, dana berasal dari dana BOK, peralatanmasak dari swadaya masyarakat, media penyuluhan tidak ada, dan jarak beberapa rumahpeserta jauh dengan lokasi kegiatan. Gambaran komponen proses didapatkan kegiatan PMTberjalan rutin, penyuluhan tidak rutin, pemantauan perubahan perilaku tidak dilakukan.Gambaran komponen output menggambarkan asupan makanan balita belum memenuhiprinsip gizi seimbang, peserta menerapkan beberapa perilaku kebersihan, dan peserta belummenerapkan perilaku mendapatkan layanan kesehatan yang positif. Perlu dilakukanpeningkatan kualitas kegiatan edukasi kesehatan melalui pelatihan kader dan bidan desa,kegiatan konseling dan pemantauan perilaku, serta pengadaan media edukasi. ......Tangerang district became the region with highest number of children unver fiveyears with malnutrition in Banten Province with prevalence at 5,77 at 2016. Tangeranggovernment since 2010 had held Pos Gizi as an effort to reducing prevalence of childrenunder five years with malnutrition. This study is purpose to analysis implementation of PosGizi that held at Teluknaga sub district in 2017 base on input, process, and output component.This research method is qualitative with Rapid Assessment Procedure RAP design. Datacollection used indepth interviews and focus group discussions. The result of study on theinput component shows human resources is sufficient, the midwife doesn't get the training,the fund source comes from BOK, cookware from the community, and distance of severalhouse participant far to the location. The process components show PMT activities areroutine, health education not routinely, monitoring of behavior change are not performed. The description of the output component show the intake food of children has not fulfilledthe principles of balance nutrition, participant still apply some hygiene behavior, andparticipant have not implemented positive behavior of getting health care. It is necessary toimprove the quality of health education activities through cadre and midwife training,counseling and behavior monitoring activities, and education media procurement.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>