Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Junus Amir Hamzah
"Tudjuan dari tulisan ini ialah berusaha membitjarakan Hamka sebagai pengarang roman dan menindjau latar belakang alam pikiran jang diutarakan melalui roman-romannja itu dan seterusnja menempatkan Hamka diantara pudjangga sastra Indonesia modern. Untuk mentjapai tudjuan itu, semua hasil karja sastra Hamka dikumpulkan, kemudian diteliti mana hasil kerja jang berbentuk sadjak, tjerita pendek, novel, roman biografi dan autobiografi. Dan karena tugas saja hanja membitjarakan Hamka sebagai pengarang roman, maka akan dipusatkan perhatian kepada djenis sastra jang berbentuk roman sadja. Untuk mengetahui karangan mana dari karja sastra Hamka jang dapat digolongkan kedalam djenis roman, maka terlebih dahulu akan diterangkan apa jang dimaksud dengan roman itu sesungguhnja, tetapi sebelum sampai kepada pengertian roman itu, akan diuraikan lebih landjut tentang tjara-tjara jang dipakai dalam menjusun karangan ini. Telah dikatakan bahwa dengan pengertian roman jang akan diuraikan dibawah ini segera ternjata mana karangan Hamka jang dapat digolongkan kedalam djenis roman dan mana jang tidak. Kemudian roman-roman tersebut dibatja dengan seksama, lalu ditjoba mentjari aspek-aspek jang terkandung didalamnja. Untuk itu disediakan beberapa bab sebagai tempat kupasannja. Dalam bab I diterangkan alam pikiran jang terkandung didalam tjerita Hamka dan kemudian sesuai atau tidakkah alam pikiran itu dengan djalan tjerita, gaja dan perwatakan dari tokoh-tokoh utamanja. Bab itu diberi nama 'Roman-roman Hamka dan Adjaran tentang Takdir'"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1963
S10897
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subagio Sastrowardoyo
Jakarta: Balai Pustaka , 1990
899.221 09 SUB s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Soetarman Mahayana
"Penelitian dalam tesis ini mengungkapkan kesusastraan Indonesia dan Malaysia tahun 1950-an, khususnya yang menyangkut sistem penerbitan dan sistem pengarang, serta gambaran umum mengenai peta kesusastraan di kedua negara pada dasawarsa itu. Di dalamnya, terntasuk ideologi dalam kesusastraan yang berkembang semarak pada masa itu. Dalam sistem penerbitan sastra di Indonesia dan Malaysia, terungkapkan bahwa pada masa itu penerbitan media massa ikut memainkan peranan panting yang memungkinkan kesusastraan Indonesia dan Malaysia berkembang semarak. Hal ini juga berpengaruh bagi lahirnya para pengarang baru. Jika di Indonesia keadaan tersebut makin mengukuhkan pudarnya dominasi sastrawan anak Sumatra, maka di Malaysia menempatkan Singapura sebagai pusat kegiatan kesusastraan dan kebudayaan secara umum. Mengenai profesi sastrawan pada masa itu, sebagian besar sastrawan Indonesia berpendidikan Belanda dan menempatkan profesi sastrawan sebagai pekerjaan sekunder, sedangkan di Malaysia, profesi sastrawan bergandengan dengan profesi wartawan atau politikus yang pada gilirannya menempatkan profesi sastrawan dalam status yang relatif terhormat.
Mengenai ideologi dalam kesusastraan Indonesia dan Malaysia tahun 1950-an tampak kesusastraan Indonesia pada dasawarsa itu, sebagian diwarnai oleh pertentangan paham humanisme universal dan seni untuk seni yang didukung oleh sebagian besar sastrawan Angkatan 45, dengan paham realisme sosialis dan seni untuk rakyat yang didukung oleh para seniman Lekra. Di Malaysia, pertentangan itu terjadi pada dua kubu, yaitu sastrawan yang tergabung dalam Asas 50 yang menekankan pentingnya sastra untuk masyarakat dan menempatkan sastra sebagai alat perjuangan, dengan sastrawan pendukung seni untuk seni yang tidak menginginkan sastra sebagai alat. Dari golongan yang disebut terakhir itulah kemudian lahir para penyair kabur.
Ringkasnya, penelitian dalam tesis itu mengungkapkan, bahwa meskipun kesusastraan Indonesia dan Malaysia bersumber dari tradisi yang sama,yaitu kesusastraan Melayu, dalam perkembangannya perkembangan kesusastraan di kedua negara seolah-olah berjalan sendiri-sendiri sebagai akibat adanya kebijaksanaan Belanda di Indonesia dan Inggris di Malaysia. Namun, pada tahun 1950-an itu, karena kesusastraan Malaysia masih berorientasi pada kesusastraan Indonesia, maka di antara perbedaan itu, ada juga persamaannya, meski tidak sama persis, khususnya yang menyangkut pertentangan gagasan humanisme universal--seni untuk seni dan realisme sosialis--seni untuk masyarakat. Mengingat beberapa persoalan itulah, penelitian dalam tesis ini menjadi panting sebagai salah satu pembuka jalan bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam mengenai kesusastraan di kedua negara pada masa itu atau masa sebelum atau sesudahnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faraya Agatha Putri
"

Karya sastra merupakan hal yang perlu dilestarikan, karena melestarikan karya sastra juga berarti melestarikan bahasa. Upaya pelestarian dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi. Implementasi upaya yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi adalah dengan melakukan ekstraksi entitas karya sastra secara otomatis. Dari data ekstraksi tersebut dapat dibangun knowledge base agar informasi menjadi lebih terstruktur dan dapat diatur dengan mudah. Penelitian ini menggunakan sumber data dari 435 halaman sastrawan Indonesia pada Wikipedia berbahasa Indonesia. Terdapat dua proses ekstraksi pada penelitian ini, yaitu ekstraksi daftar dan ekstraksi tabel. Pada akhir penelitian ini, diperoleh 4953 entitas karya sastra yang terpetakan ke dalam 14 kategori karya sastra. Kualitas hasil ekstraksi pada penelitian ini diukur dengan nilai precision dan recall. Nilai precision dan recall didapatkan dari hasil perbandingan data hasil ekstraksi dengan data golden result yang merupakan data yang disusun secara manual dari halaman-halaman sastrawan Indonesia. Nilai precision dan recall pada penelitian ini adalah 0.608 untuk precision dan 0.571 untuk recall.


Literature work needs to be preserved because it also means preserving a language. There are many preserving methods, one of them is using technology. The implementation of using technology as a preserving method is by automatically extracting the literature work entities. From that data extraction, a knowledge base can be built to make the information more structured and easy to manage. This research used 435 Wikipedia pages about Indonesian litterateur as a source of data extraction. Two extraction processes have been implemented, which are list extraction and table extraction. At the end of this research, 4953 literature work entities that mapped into 14 literature work categories were obtained. The quality of the data extraction results in this research was measured by precision and recall value. The precision and recall value was obtained from comparing the data extraction result with the golden result which is data that was organized manually from Wikipedia pages about Indonesian litterateur. The precision and recall value of this research are 0.608 for precision value and 0.571 for recall value.

"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharddhika
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas pengunaan metafora yang berhubungan dengan gagasan
sufistik dalam Kacapiring karya Danarto. Teori yang digunakan untuk
menganalisis data adalah teori metafora konseptual Lakoff dan Johnson.
Penelitian ini juga memaknai penggunaan metafora pada Kacapiring dengan
menempatkannya dalam konstelasi sastra Indonesia pascareformasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ranah sasaran, hal-hal yang
dimetaforakan adalah pengalaman religius seperti kematian, malaikat, dan Tuhan.
Di ranah sumber, konsep yang melekat pada kata pohon digunakan untuk
mewakili pengalaman religiusnya. Metafora-metafora ini adalah strategi
pengucapan dan penafsiran baru atas dakwah agama. Metafora-metafora ini
menawarkan cinta dan spiritualitas dalam hati. Metafora-metafora ini menantang
wacana posmodern dalam karya-karya sastra Indonesia pascareformasi

ABSTRACT
This research discusses about the using of Sufism metaphor in Kacapiring written
by Danarto. The theory used to analyze the data is conceptual metaphor theory by
Lakoff and Johnson. This research is also shows the meaning of metaphor by
putting them in constellation of Indonesian literature after reformation.
The result of this research shows that in target domain, religious experiences like
death, angel, and God appear in metaphorical expression. In source domain, tree
is used to present different religious experiences. These metaphors are strategy to
express a new interpretation about religious endeavor. These metaphors
emphasize love and spiritual. These metaphors challenge postmodern expressions
in works of Indonesian Literature after reformation era."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42164
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Steenbrink, Karel
"In eight novels, Ayu Utami has presented critical attacks on doctrines and practices of the major religions in Indonesia. The two books, that describe the spiritual struggle of the Catholic priest Saman (1998–2002), call for a religion that is more active in the political arena, but leaves sexual rules to the individual people. The novel Bilangan Fu (2008) condemns the monopoly of the great religions in favour of local and individual spirituality. This is developed in a series of novels of which two more have already appeared. A third cycle of three more or less autobiographic novels (2003–2013) sketch her personal quest from atheism towards a critical but positive spirituality condemning a clerical and monopolist trend in Catholicism. Utami’s criticism of the great religions is external (more players in the field should be recognized) and internal (religious leaders should have more modest claims towards their faithful and leave more space for personal choice)."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2014
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Watson, C.W.
"Kho ping Hoo (1926-1994) is the most well-know of all Indonesian writers of popular silat stories, largely set inChina, which describe the adventures and romance of legenday hereos famed for their skill in martial arts. It is less well-know that he began his career writing critical stories about socio-economics condition in the llate 50s and early 60s. This paper discusses one of these stories. It place the story in the context of political development of the time, in particular as they affected the Chinese Indonesia community. The paper argues that this story and or two other like it come a the end of a radition of sino-Indonesian literature which had flourished from the end of the nineteenth century until the mid 1950s. After 1960, Chinese-Indonesian writer cease writing realist fiction of any kind and write either silat stories or romantic stories set in middle class urban envirnments."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
909 UI-WACANA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrial
"Cerita Panji diperkirakan lahir pada akhir kejayaan Majapahit, yakni sekitar tahun 1400-an. Cerita ini menyebar secara luas ke berbagai daerah di Nusantara seperti Bali, Sunda, Sasak, dan Melayu dan selanjutnya memperkaya khazanah kesusastraan di daerah-daerah tersebut. Masuknya Cerita Panji dalam lingkungan kesusastraan Melayu lama diperkirakan pada abad yang sama, sejalan dengan perkembangannya ke daerah-daerah lain dalam khazanah kesusastraan Melayu lama, Cerita Panji muncul dalam dua bentuk: prosa dan puisi.
Dalam bentuk prosa Cerita Panji muncul dalam bentuk hikayat, misalnya Hikayat Undaken Panurat. Dalam bentuk puisi, Cerita Panji muncul dalam bentuk syair, yaitu Syair Ken Tambuhan. Syair ini diperkirakan lahir pada paro kedua abad ke-17. Syair ini telah lama menarik perhatian para peneliti. Hal ini terlihat dari banyaknya publikasi hasil-hasil penelitian mengenai syair percintaan itu.
Penelitian ini adalah sebuah kajian filologis atas naskah Melayu berjudul Syair Ken Tambuhan. Dalam Cerita Panji Melayu, Syair Ken Tambuhan memiliki dua versi, yaitu versi pendek dan versi panjang. Syair Ken Tambuhan versi Muhammad Bakir merupakan syair versi pendek sedangkan Syair Ken Tambuhan versi KIinkert merupakan syair versi panjang. Kedua naskah tersebut tersimpan di Perpustakaan Nasional Jakarta.
Penelitian ini ditujukan untuk menerbitkan edisi teks atas versi-versi tersebut serta membandingkan struktur keduanya karena perbedaan-perbedaan yang diperlihatkannya amat menarik minat penulis.
Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis dua teks ini adalah pendekatan objektif Abrams yang mencakup di dalamnya pendekatan struktural. Dengan membandingan unsur-unsur intrinsiknya dapat diketahui tujuan penyalin dalam mengerjakan naskah tersebut.

The story of Panji was first published around I400's. It was sometime at the of Majapahit era. This story was widely spread to Bali, Sunda, Sasak and Malay, which then enriched the literary heritage in the regions. Panji story entered the old Malay literature approximately in the same century, in accordance with its spread to other regions.
In literary heritage of the old Malay, the story of Panji appeared in two types: prose and poetry. In prose, the story of Panji appeared as a tale, such as in Undaken Penurat tale. In the poetry type, the story of Panji appeared as a poem, namely Syair Ken Tambuhan. This poem was created at around the second period of 17th century. This poem had drawn attention of researchers for along time. This can be seen from a lot of research publications about the romantic poem.
This research is a philological study of Malay manuscript titled Syair Ken Tambuhan. In the story of Panji Melayu, Syair Ken Tambuhan has two versions: short and long versions. Syair Ken Tambuhan Muhammad Bakir version is the short version poem, whereas Syair Ken Tambuhan Klinkert version is the long version poem.
The aim of this research is to publish the text editions of those versions and to compare both of their structures because the differences between them has attracted me researchers.
The approach which is used to analyze these two texts is based on Abrams objective approach that consists of structural approach. By comparing the intrinsic elements we find out the writers' objective in writing these manuscripts.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniarti Nur Hanifah
"Cerpen "Sagra" karya Oka Rusmini dan cerpen "Mereka Bilang, Saya Monyet!" karya Djenar Maesa Ayu, keduanya mengangkat perjuangan perempuan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam masyarakat. Penelitian terhadap "bahasa" penulis perempuan dalam kedua cerpen tersebut menunjukkan bahwa menurut perspektif Helene Cixous kedua cerpen itu memakai "bahasa" penulis perempuan. Meskipun demikian, kedua cerpen tersebut menunjukkan bahwa tidak semua gagasan Cixous mengenai feminine writing (penulisan feminin) dapat dijumpai dalam kedua karya itu. Oleh karena itu, kedua karya itu jugs tidak merepresentasikan semua konsep penulisan yang disarankan oleh Cixous. "Bahasa" yang dipakai oleh kedua penulis perempuan itu tampak berbeda. Dalam cerpen "Sagra", tokoh perempuannya digambarkan lebih memilih Cara-cara komprorni untuk mengatasi aturan simbolis yang membatasi kebebasan perempuan karena sistem yang ada sangat kuat membatasi kebebasan perempuan dalam segala aspek kehidupannya. Sementara itu, dalam cerpen "Mereka Bilang, Saya Monyet!", tokoh perempuannya cenderung memilih Cara-cara yang radikal dalam mengatasi aturan simbolis yang membelenggunya karena sistem yang ada reiatif lebih `Ionggar' dalam membatasi kebebasan perempuan. Adanya perbedaan tersebut menunjukkan bahwa latar belakang sosiokultural Oka yang hidup dalam masyarakat yang memegang teguh norma agama dan budaya Hindu Bali dan Djenar yang hidup dalam masyarakat yang menganut nilai-nilai modern sangat berpengaruh pada pandangan dan upaya keduanya dalam merepresentasikan perjuangan perempuan untuk melepaskan diri dari dominasi patriarki. Penelitian ini memberi perspektif baru bagi kajian talcs sastra dalam kesusastraan Indonesia. Di samping itu, penelitian ini membuka peluang untuk penelitian lain terhadap karya lain berdasarkan perspektif Cixous.

Short stories titled "Sagra" by Oka Rusmini and "Mereka Bilang, Saya Monyet!" by Djenar Maesa Ayu, both of these short stories represented the woman struggle to cope their problems in their communities. The research of woman writing's in those works, according to Helene Cixous's perspective, showed that they represented the concept of feminine writing, even though they did not represent all of Cixous's concepts of feminine writing. The research results showed the different "language" between those works, such as, "Sagra" represented women characters who suited and made a compromise ways with the symbolic order, which restricted woman in all her aspects of live very tightly, to cope their social problems. Meanwhile, "Mereka Bilang, Saya Monyet! represented women characters who took radically ways to cope their social problems caused by symbolic order which restricted woman because its system restricted relatively `loosely' to woman rights. The difference between those works showed that the authors's socio-cultural background (Oka lived in the community which held the Hindu Bali's religious norms and tradition and Djenar lived in the community which held modern values) affected to their views and their ways to represent the woman's struggle within patriarchy's domination. This research gives new perspective to analyze the literary texts in Indonesian literature. Besides, it brings the possibility to other research of other works based on Cixous perspective."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 >>