Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2622 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifky Eko Sulistiyo
Abstrak :
Proses pembuatan mebel umumnya menghasilkan partikulat, termasuk partikulat dengan diameter aerodinamik kurang dari 10 m PM10. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi PM10 yang dihasilkan dari proses penyerutan, pembobokan dan pengamplasan kayu di tiga industri mebel skala rumahan Toko A, B dan C. Selain itu, juga menganalisis diameter dan komposisi sampel yang memiliki konsentrasi tertinggi. Ketiga toko memiliki persamaan dan perbedaan karakteristik seperti luas, jumlah pekerja dan mesin produksi. Toko A memiliki luas 183 m2 dengan jumlah 3 orang pekerja, Toko B seluas 179 m2 dengan 3 orang pekerja dan Toko C 135 m2 dengan 2 orang pekerja. Rata-rata konsentrasi PM10 pada proses penyerutan, pembobokan dan pengamplasan di ketiga toko secara berutur-turut yaitu 439.64 g/Nm3, 341.54 g/Nm3, dan 777.42 g/Nm3 di Toko A, 537.07 g/Nm3, 292.91 g/Nm3 dan 633.27 g/Nm3 di Toko B serta 585.76 g/Nm3, 487.59 g/Nm3 dan 779.26 g/Nm3 di Toko C. Konsentrasi tertinggi yaitu proses pengamplasan di Toko C dan konsentrasi terendah yaitu proses pembobokan di Toko B. Sedangkan komposisi unsur kimia yang terkandung dari sampel pengamplasan yaitu C, O, Si, Al, Ba, Na, Zn, K dan Ca dengan rentang diameter antara 0.5 ndash; 0.7 m. ...... The process of making furniture generally produces particulates, including particulates with aerodynamic diameter less than 10 m PM10. This study aims to analyze PM10 concentrations resulting from the process of planing, mortising and sanding the wood in three of small scale furniture industry Store A, B and C. In addition, it also analyzes diameter and composition of sample with the highest concentration. The three stores have similarities and differences in characteristics such as area, number of workers and machinery. Store A has an area of 183 m2 and 3 workers, store B of 179 m2 with 3 workers and store C of 135 m2 with 2 workers. The average concentrations of PM10 in planing, mortising and sanding in the three stores are respectively 439.64 g Nm3, 341.54 g Nm3, and 777.42 g Nm3 at store A, 537.07 g Nm3, 292.91 g Nm3 and 633.27 g Nm3 at store B and 585.76 g Nm3, 487.59 g Nm3 and 779.26 g Nm3 at store C. The highest average concentration is in sanding process at store C and the lowest average concentration is in mortising process at store B. While the chemical compositions of sample are C, O, Si, Al, Ba, Na, Zn, K and Ca with diameter range between 0.5 ndash 0.7 m.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Nuri Auliani
Abstrak :
ABSTRAK
Industri merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam prosesnya, terdapat usaha peningkatan mutu sumberdaya manusia dan kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki banyak sektor industri berkembang. Salah satunya adalah industri rambut di Kabupaten Purbalingga yang sudah mempunyai orientasi pasar ekspor dan menduduki nomor dua di daftar negara eksportir wig dan bulu mata di dunia. Industri ini mampu menyerap banyak tenaga kerja hingga diluar wilayahnya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana jangkauan industri berdasarkan asal angkatan kerja dan hubungannya dengan karakteristik lokasional dan tipe industri. Metode yang digunakan adalah analisis keruangan dan deskriptif serta statistik Chi Square. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa jika tipe industri luas bangunan rendah dengan orientasi pemasaran nasional, maka cenderung tidak memusat, sehingga jangkauan asal angkatan kerjanya mayoritas sempit. Sedangkan tipe industri dengan luas bangunan rendah dengan orientasi pemasaran internasional bervariasi dari wilayah memusat dan tidak memusat dengan kecenderungannya adalah memusat, sehingga jangkauan asal angkatan kerjanya pun cenderung luas. Sedangkan industri dengan luas bangunan tinggi dan orientasi pemasaran ekspor mayoritas adalah memusat dengan jangkauan asal angkatan kerja yang luas.
ABSTRACT
Industry is one of the means in enhancing people rsquo s prosperity. In the process of that, there is an effort of increasing the human resources quality and ability in making optimal use of natural resources. Indonesia is a country that has many developing industries. One of the evolving industries is hair industry in Purbalingga Regency, Central Java. The industry that processes wig and eyelashes has an export orientation and ranked second in the list of Hair Exporting Countries in the world. Hair industry is capable of absorbing many labour even from outside of the regency. This research aims to analyze the industrial range variation based on the origin of the hair industries workforce, along with the relationship with locational factors and industrial type. This research uses Spatial and Descriptive analysis, also statistical analysis with Chi Square. The result shows that industry which has low plant size and national marketing orientation tend to dispersed in location. This contributes to narrow range of workforce origin, just between districts. While industry with low plant size but export orientation varies from dispersed to concentrated area. But tendencies is concentrated, so the range is wide, reaching out to other regencies. Last but not least, hair industry which has high plant size and export orientation tend to also reaching out to other regencies because the industries are also clustered together.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Nurasa
Abstrak :
ABSTRAK

Peranan industri kecil tetap dibutuhkan dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa tidak semua kegiatan produksi dalam suatu industrialisasi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh industri skala besar. Jumlah unit usaha maupun tenaga kerja yang diserap oleh industri kecil terus bertambah, walaupun terjadi dalam suatu siklus matinya perusahaan yang sudah berjalan dan munculnya perusahaan-perusahaan kecil yang baru. Namun, terdapat juga industri kecil yang mampu bertahan terus hingga sekarang, dalam periode yang cukup lama dengan menghadapi berbagai perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, maupun politik. Salah satu diantaranya adalah industri kecil Kap/jok, yang berawal di Sentra Kebon Sirih Jakarta. Usaha ini Sudah berlangsung sejak tahun 1925, dan usaha turun temurun sampai saat sekarang. Dalam setiap periode dari perjalanan usahanya, mereka cukup tangguh mengahadapi setiap fluktuasi perubahan yang seringkali mengancam keberadaan usahanya. Pada saat kini, hambatan yang menjadi perhatian, diantaranya adalah adanya persaingan dengan pemilik modal kuat yang membuat produk yang sejenis, upaya penggusuran tempat usahanya, dll. Mereka cukup mempunyai kemampuan dalam mengantisipasi pengaruh lingkungan tersebut. Namun, kemampuan antisipasi mereka berbeda, sehingga berbeda pula tingkat keberhasilannya. Bertitik tolak dari keadaan ini, maka dilakukan suatu studi untuk mengidentifikasi karakteristik industri kecil yang 'sukses',. dengan mengambil kasus industri Kap/Jok di Jakarta.

Dalam studi ini, deskripsi mengenai industri kecil yang sukses diidentifikasi melalui karakteristik pimpinan dan karakteristik organisasinya. Karakteristik pimpinan diukur melalui kemampuannya dalam berinteraksi, kemampuan konseptual, kemampuan administratif (dalam pengertian sempit), dan kemampuan teknis. Sedangkan karakteristik organisasi diidentifikasi melalui 4 (empat) elemen dasar desain organisasi, yaitu, karakteristik tugas-tugasnya, karakteristik struktur, karakteristik orang-orang (people), dan sistem imbalan.

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini, mengelompokkan industri kecil Kap/jok berdasarkan tingkat keberhasilannya. Penghasilan pengusaha digunakan sebagai ukuran untuk mengidentifikasi tingkat keberhasilan. Besarnya penghasilan pengusaha diperoleh dengan menggunakan rumus

PP = O - (BB + I + GK)

PP adalah penghasilan pengusaha, 0 adalah omzet, BB adalah bahan Baku, I adalah biaya investasi, dan GIB adalah gaji karyawan. Dengan menggunakan ukuran pemusatan (mean) dan ukuran penyebaran (standar deviasi), diperoleh tiga kelompok industri kecil Kap/jok berdasarkan tingkat penghasilannya.

Kemudian dari ke tiga kelompok tersebut, diidentifikasi lebih lanjut ciri-ciri/karakteristiknya. Karakteristik ini dibedakan berdasarkan karakteristik pimpinan dan karakteristik organisasinya. Sehingga berdasarkan karakteristik tersebut, dapat dilihat perbedaan industri kecil Kap./jok yang sukses dengan yang tidak sukses.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat ciri-ciri khusus pada industri kecil yang sukses. Ciri-ciri tersebut adalah:
1. Dilihat dari segi karakteristik pimpinan.
Pimpinan pada industri kecil yang berhasil mempunyai kemampuan berinteraksi yang menonjol, terutama dalam memelihara dan mengembangkan akses dengan pasar. Jalur distribusi pemasarannya lebih bervariasi dan secara geografis mempunyai daerah pemasarannya yang lebih luas. Dilihat dari segi kemampuan konseptual, pimpinan pada industri kecil yang berhasil lebih mampu memahami dan memecahkan permasalahan yang timbul dari lingkungan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan proses produksinya, tidak tergantung pada order saja, berbeda dengan kebanyakan pengusaha Kap/jok yang tergantung kepada pemesan. Mereka mampu membina hubungan dengan perbankan untuk mengelola permasalahan keuangan, serta mempunyai perhatian terhadap mutu tinggi dan dipertahankan secara konsisten. Disamping itu, mereka juga sudah mempunyai cara yang baku dalam menetapkan harga. Dalam hal kemampuan teknis, pimpinan industri kecil yang berhasil, cukup kreatif dalam inovasi teknologi. Mereka membuat sendiri peralatan produksi tertentu, seperti; membuat alat cetak logo merek kendaraan, merencang alat press busa yang fleksibel untuk membuat berbagai macam model (konstruksi) jok. Sedangkan dari segi kemampuan administratif (dalam anti sempit), industri kecil yang berhasil sudah melakukan pencatatan/pembukuan, terutama yang menyangkut keuangan.

2. Dilihat dari segi karakteristik organisasi.
Pada umumnya struktur organisasi perusahaan Kap/jok mempunyai tingkatan hirarkhi yang rendah (fiat), terdiri dari dua tingkatan saja, yaitu; pimpinan dan inti operasi. Namun, pads perusahaan Kap/jok yang sukses, mempunyai skala organisasi yang lebih besar (dilihat dari segi finansial dan tenaga kerja). Pengelolaan perusahaan sudah lebih formal, dipisahkan antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan keluarga. Pola pembagian kerja, pimpinan mempunyai bobot tugas yang lebih besar untuk menangani pekerjaan strategis, yaitu memelihara dan mengembangkan hubungan bisnis dengan konsumen (tugas front office), sedangkan pekerjaan dalam proses produksi dilakukan oleh pegawainya. Berbeda dengan yang kurang berhasil, pekerjaan strategis dan pekerjaan dalam proses produksi dirangkap langsung oleh pemilik. Pengelolaan pekerjaan sudah dilakukan secara profesional, tetapi iklim kerja bercirikan kekeluargaan tetap dipertahankan.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Basyuni
Abstrak :
ABSTRAK
ANRI-Indoflesia Company has been facing a problem in selling natural gas to domestic industry due to the Indonesia monetary crisis. ANRI has discovered big gas in several contract areas in Indonesia under Pertamina concession. In addition, ANRI mission is becoming leadership in gas producer in next years. Therefore, a management strategy has to be formulated in order to achieve a sustainable competitive advantage and earnings above average during the Asia economic turmoil condition.

Many customers have bought gas in US dollar contracts to ANRI but currency fluctuation has hurt the customers earning. Furthermore, low purchasing power of people has drastically decreased during crisis. Some firms therefore, such as PLN, have delayed in payment to ANRI.

ANRI has worldwide reputation in upstream and downstream business, especially in Indonesia that ANRI has only focussed in upstream business. Meanwhile, economic gas reserve has been discovered in Irian Jaya, Bali and Java. In addition the ANRI has been facing uncertainties gas market in both domestic and overseas during the crisis. Therefore ANRI-Indonesia is interested for research study.

The research method of the thesis will use two types of research sources:

1. Primary data

Data were collected by survey using a questionnaire form for human resource, SPACE matrix, Internal-External matrix and QSPM.

2. Secondary data

Data were gathered using internal and external data.

The data, consists of general environment, industry environment, competitive environment and internal analysis, is formulated with applying SWOT, SPACE, Grand Strategy and Internal External Matrices. Finally, recommendation for the ANRI strategic management during crisis is divided into three, short-term, medium-term and long term. Short-term strategic management is prioritized on Market Penetration, Market Development, Backward Integration, Retrenchment, 1-lorizontal Integration and Suspended gas development.

Medium-term strategic management is focused on vertical chain alliances in downstream business, Divestiture, Liquidation and Forward Integration.

Long-term strategic management is established on searching new fields. A research weakness of the thesis is not provided equivalence number of energy demand in domestic and overseas. Therefore gas demand in market will not exactly be known how much of domestic and overseas need.

Future studies are suggested to research how much gas demand in domestic and overseas market. Then gas development can be accurately predicted in future, in addition gas price can be negotiated in right profit for sustainable of the business.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrianto Arrashif
Abstrak :
Sektor industri merupakan pengguna energi terbesar di Indonesia dan menghasilkan emisi CO2 ketiga terbesar dengan persentase sebesar 27% dari total emisi CO2 di keseluruhan sektor. Dengan itu, banyak negara-negara yang melakukan segala cara untuk dekarbonisasi dari mulai penerapan kebijakan energi hijau, Untuk Indonesia pengimplementasi dekarbonisasi sektor industri masih terbatas pada peningkatkan energi efisiensi. Tesis ini dibuat bertujuan melakukan dekaarbonisasi sektor industri pupuk dan industri baja dengan cara melalui pemanfaataan energi hijau. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini terbagi atas dua cara yang pertama adalah bedasarkan Teknologi yaitu pada industri pupuk mengganti suplai listrik PLTG ke PLTA dan pada industri baja mengganti suplai listrik dari grid ke PLTA dan REC. Dan yang kedua bedasarkan Non-Teknologi seperti Membuat skenario BAU, RE, REC dengan tujuan agar mendapatkan hasil penurunan pada jejak karbon yang terbanyak dan biaya pokok produksi / biaya energi yang murah. Hasilnya pada Urea & Ammonia Industry di dapatkan CO2 emissions sebesar 9498056 ton CO2/tahun tapi jika membandingkan antara skenario REC vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 24,23%, jika membandingkan antara skenario RE vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 57,47%. Untuk industri Pupuk terkait biaya produksi bedasarkan banyaknya energi yang dikonsumsi, Jika menggunakan skenario REC dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya bertambah 2,3%, Jika menggunakan skenario RE dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya lebih terjangkau 10,8%. Pada Steel & Iron Making Industry di dapatkan CO2 emissions sebesar 9516796 ton CO2/tahun tetapi jika membandingkan antara skenario REC vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 29,08%, jika membandingkan antara skenario RE vs BAU terjadi Pengurangan Emisi CO2 sebesar 49,08%. Untuk industri Pembuatan Besi dan Baja terkait biaya produksi bedasarkan banyaknya energi yang dikonsumsi, Jika menggunakan skenario REC dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya bertambah 2,9%, Jika menggunakan skenario RE dan dibandingkan dengan skenario BAU biayanya lebih terjangkau 25,15%. ......The industrial sector is the largest energy user in Indonesia and produces the third largest CO2 emissions with a percentage of 27% of total CO2 emissions in the entire sector. With that, many countries are doing everything possible to decarbonize from the start of implementing green energy policies, for Indonesia the implementation of industrial sector decarbonization is still limited to increasing energy efficiency. This thesis aims to decarbonize the fertilizer industry and steel industry sectors through the use of green energy. The method used in this study is divided into two ways, the first is based on technology, namely in the fertilizer industry replacing the electricity supply of PLTG to hydropower plants and in the steel industry replacing electricity supply from the grid to hydropower plants and REC. And the second is based on Non-Technology such as Creating BAU, RE, REC scenarios with the aim of getting results in reducing the largest carbon footprint and low cost of production / energy costs. The result in the Urea & Ammonia Industry is that CO2 emissions are obtained of 9498056 tons of CO2 / year, but if you compare between the REC vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 24.23%, if you compare between the RE vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 57.47%. For the Fertilizer industry related to production costs based on the amount of energy consumed, If using the REC scenario and compared to the BAU scenario the cost increases by 2.3%, If using the RE scenario and compared to the BAU scenario the cost is 10.8% more affordable. In the Steel & Iron Making Industry, CO2 emissions of 9516796 tons of CO2 / year are obtained, but if you compare between the REC vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 29.08%, if you compare between the RE vs BAU scenario, there is a CO2 Emission Reduction of 49.08%. For the Iron and Steel Making industry related to production costs based on the amount of energy consumed, If using the REC scenario and compared to the BAU scenario the cost increases by 2.9%, If using the RE scenario and compared to the BAU scenario the cost is more affordable by 25.15%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Lestari
Abstrak :
Perkembangan kawasan industri dan pertumbuhan jumlah pekerja industri berimplikasi pada peningkatan kebutuhan hunian di sekitar kawasan industri. Perbedaan latar belakang dan kebutuhan pekerja menyebabkan munculnya keberagaman preferensi dalam memilih hunian. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat preferensi hunian pekerja industri berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi hunian seperti; faktor fisik rumah, kualitas, lokasi, ketersediaan fasilitas pendukung, dan faktor kondisi lingkungan sekitar. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa lokasi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan hunian pekerja industri, karena semakin jauh lokasinya maka semakin besar biaya dan waktu tempuh yang dibutuhkan. Namun studi lainnya membuktikan bahwa pekerja industri lebih memilih menjadi commuter dibandingkan tinggal di hunian sewa dan menetap di kota. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan melakukan survey dalam bentuk kuesioner. Hasil penelitian merupakan analisis deskriptif dan analisis skoring. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kondisi lngkungan yang aman menjadi faktor terpenting dalam pemilihan hunian bagi pekerja industri dengan tingkat kepentingan sebesar 98,4%. ......The development of industrial estates and the growth in the number of industrial workers have implications for increasing the need for housing around industrial areas. The different backgrounds and needs of workers lead to the emergence of a diversity of preferences in choosing a housing. This study aims to look at the occupancy preferences of industrial workers based on factors that influence the choice of housing such as; physical house, house quality, location, availability of supporting facilities, and environmental conditions. Previous studies have shown that location is the most influential factor in choosing residential workers for industrial workers, because the farther away the location is, the greater the cost and travel time required. However, other studies have shown that industrial workers prefer to be commuters rather than living in rental housing and living in cities. The method used is a qualitative method with the results of qualitative descriptive analysis and scoring analysis. The results of this study state that the most important factor in choosing a house for industrial workers is the condition of the surrounding environment, namely a safe environment with an importance level of 98.4%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinardani Ratrisari
Abstrak :
Pada umumnnya, industri akan memilih lokasi usaha yang paling optimal untuk, meningkatkan produktivitas dan produk yang dihasilkannya, Hal yang sama berlaku juga pada industri pengolahan perikanan di Indonesia, yang secara dominan tersebar di Provinsi Jawa Timur dibandingkan dengan provinsi lainnya. Untuk itu tesis ini akan menganalisis keunggulan Provinsi Jawa Timur dalam mengalokasikan industri pengolahan hasil perikanan dan mengekspor produk perikanan dibandingkan dengan Provinsi Sulawesi Selatan. Selanjutnya, tingkat konsentrasi industri pengolahan hasil perikanan di Indonesia dan Jawa Timur selama tahun 2000 hingga 2004 akan diukur menggunakan Koefisien Gini, sedangkan faktor-faktor utama penentu lokasi indostri pengolahan hasil perikanan di Indonesia akan diukur dengan menggunakan Panel Data Model Dari hasil penelitian, terungkap bahwa keberadaan pusat-pusat industri, fasilitas transportasi, institusi keuangan, dan peningkatan permintaan komoditas perikanan dari pasar domestik, merupakan faktor-faktor yang memicu pertumbuhan industri pengolahan hasil perikanan dan peningkatan ekspor produk perikanan dari Jawa Timur. Merepresentasikan tingkat konsentrasi industri pengolahan perikanan, jumlah pekerja pada industri ini tersebar sangat tidak merata antarpropinsi selama tahun 2000-2004. Hal ini ditunjang dengan hasil regresi panel data yang menunjukkan bahwa nilal share produk/output sektor perikanan, rata-rata intensitas jumlah pekerja pada industri pengolahan perikanan, dan keberadaan pelabuhan perikanan merupakan faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi konsentrasi industri pengolahan perikanan di suatu provinsi. ......Generally, industries choose to allocate their firms in specific locations which are conducive to increase their productivity and economic outputs. This paper is investigating three major points related to the development of fish processing industries in Indonesia. First the analysis about the prominent role of East Java in allocating the fish processing industries and exporting fishery products compared to South Sulawesi. Second, the analysis about the concentration degree of fish processing industries in Indonesia and East Java, measured by Locational Gini Coefficients, and the analysis about their trends during 2000-2004. Third, the analysis about the factors which affect the industrial location of fish processing industries in Indonesia. This research reveals the fact that the a11ocation of fish processing industries in Indonesia is triggered by other crucial factors, namely the historical aspects and particular local policies which are conducive to the development of fishery sector, rather than merely affected by the presence of natural resource endowments. Furthermore, the paper concludes that the distribution of employment working on fish processing industries in national level were extremely unequal across provinces whereas the distributions of total employment were moderately unequal across provinces from 2000 until 2004. Coexisted with this finding, the result from panel data regression exposes that the share of output from fishery sector, the average intensity of employment working on fish processing industries, and the availability of fishing ports are the significant factors affecting the concentration of fish processing industries in a certain province, which is in our model, represented by the share of employment working on these industries.
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008
T 27358
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penggunaan bagan kendali yang semakin luas, kini dapat digunakan tidak hanya untuk melakukan kegiatan monitoring tetapi juga dapat digunakan pada pengukuran performance, peramalan, dalam kegiatan maintenance, dan lain-lain. Rancangan ekonomis dalam bagan kendali merupakan salah satu melode yang digunakan untuk menganalisa bagan kendali. Metode tersebut menentukan bagan kendali dengan nilai ekonomisnya yang didapat dari nilai cost yang dikeluarkan selama kcgiatan monitoring berlangsung. PT Krama Yudha Ratu Motor merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur, yang memproduksi kendaraan niaga Mistubishi, bertempat di kawasan industri pulo gadung, merupakan salah satu perusahaan yang konsorn terhadap masalah kualitas. Sebagai bentuk tindak nyata yang dilakukan perusahaan terhadap pengendalian kualitas, perusahaan tersebut telah memperoleh standarisasi ISO 9001 dan ISO 14000- Berbagai macam kompclitor dihadapi oleh perusahaan tersebut, membuat perusahaan harus memberikan keunggulan yang terbaik kepada konsumennya terhadap setiap produk yang dihasilkan. Penelitian ini merancang penggunaan bagan kendali untuk perusahaan PT Krama Yudha Ratu Motor dengan mempertimbangkan kondisi aktual yang terjadi nada perusahaan tersebut hingga didapatkan nilai total cost melakukan bagan kondali adalah sebcsar Rp. 4.939.841,15 per siklus, atau sama dengan Rp. 148.193,27 per periode. Kemudian dari pcrtimlaangan total cost tersebut dicari solusi optimal yang memberikan biaya lebih rendah lagi. Dari hasil perhitnngan didapatkan tiga jenis altematif solusi optimal tersebut. Ketiga pilihan alternatif tersebut kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan tiga analisis. Melalui analisis tersebut akan dapatl ditentukan mana solusi optimal yang paling memumgkinkan dan dapat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pada penelitian ini juga dilambahkan rancangan bagan kendali ekonomis jika perusahaan menerapkan konsep six-Sigma.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Suchaini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penurunan yang terjadi pada hasil produksi industri kecil dan mikro Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012. Oleh karena itu perlu diketahui pemusatan-pemusatan lokasi berdirinya industri serta karakteristik lingkungan usaha seperti faktor apa yang mempengaruhi industri kecil dan mikro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aglomerasi lokasi industri kecil dan mikro, serta pemusatan karakteristik lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap tumbuhnya industri. Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan studi di Jawa Tengah dengan unit observasi kecamatan. Berdasarkan studi kasus ini, pemusatan lokasi berdirinya industri memiliki pola-pola tertentu. Penelitian ini menggunakan pendekatan Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA) untuk mengetahui pemusatan berdirinya industri serta analisis diskriminan untuk mengidentifikasi multiple regression. Hasil yang diperoleh adalah pola-pola pemusatan industri kecil dan mikro menurut jenisnya serta tujuh karakteristik yang signifikan dari sepuluh karakter lingkungan usaha yang diteliti. Hasil penelitian ini nantinya tidak hanya dapat dijadikan bahan pertimbangan evaluasi dan penentuan kebijakan, namun juga mampu sebagai pijakan investasi bagi pembangunan industri baru.
ABSTRACT
Background of this research is the decline in the production of small and micro industries in Central Java Province during 2012. Therefore, it is important to know the concentrated location of industries and the business environment characteristics, i.e. factors that can affect small and micro industries. The purpose of this study as to determine the location of industrial agglomeration of small and micro enterprises, and the concentration of environmental characteristics that significantly influence the growth of the industry. In practice, this research was conducted in a district of Central Java. Based on this case study, the concentration of the location of industries has certain patterns. This research uses Exploratory Spatial Data Analysis (ESDA) to determine the concentration of the industrial establishment and discriminant analysis to identify the multiple regressions. The result shows the concentrated patterns of small and micro industries according to the type of industry and the seven significant characteristics environment generated by the ten environment characters observed. The results of this study not only can be taken into consideration and evaluation of policy, but also can be used as basis for the development of new industrial investment.
2013
S44936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Hali Komariah
Abstrak :
ABSTRAK
Sumber PM2,5 banyak dihasilkan dari kegiatan antropogenik seperti transportasi industri, dan rumah tangga. Sumber dari kegiatan industri biasanya banyak berasal dari kegiatan pertambangan, cerobong asap pabrik, hasil pembakaran dan industri semen (WHO, 2006). Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko PM2,5 dan hubungannya dengan penurunan fungsi paru. Jenis penelitian ini adalah analisis risiko dan epidemiologi dengan desain cross sectional, jumlah sample 92 responden dan teknik pengambilan sampel adalah proporsional simple random sampling. Data diperoleh dari kuisioner, pengukuran PM2,5 pengukuran antropometri dan pengukuran fungsi paru. Fungsi paru diperiksa dengan menggunakan spirometri tes untuk mendapatkan nilai FVC dan FEV1. Konsentrasi PM2,5 diukur dengan menggunakan High Volume Air Sampler. Analisis uji statistik menggunakan Chi square dan regresi linear dengan derajat kepercayaan 95%. Untuk menghitung besarnya risiko dilakukan sampling konsentrasi PM2,5 di 6 titik area. Hasil perhitungan risiko lifetime menunjukkan terdapat 5 area berisiko dengan nilai RQ > 1, yaitu storage, raw mill, kiln, finish mill dan packing. Prevalensi penurunan fungsi paru pada pekerja industri semen sebesar 60,9% di mana 50% menagalami restriktif dan 10,9% mengalami obstruktif. Hasil analisis menjukkan hubungan yang signifikan antara gangguan fungsi paru dengan konsntrasi PM2,5 (p= 0,035, OR=2,722), umur (p= 0,020, OR= 2,833), status gizi (p=0,007, OR= 3,323), kebiasaan merokok (p= 0,035, OR= 2,60), aktifitas fisik (p=0,035, OR= 2,667), lama kerja (p=0,028, OR= 3,400), masa kerja (p= 0,018, OR= 3,015). Dengan analisis multivariat, didapatkan faktor yang paling berhubungan terhadadap gangguan fungsi paru adalah, konsentrasi PM2,5, usia, sratus gizi, kebiasaan merokok dan masa kerja. Selanjutnya diperlukan upaya untuk perbaikan lingkungan area kerja dengan memperhatikan risiko yang ditimbulkan dari pajanan PM2,5 dan melakukan manajemen risiko di area kerja.
ABSTRACT
Source PM2,5 many resulting from anthropogenic activities such as the transport industry and households. Sources from industrial activities usually come from mining activities, smokestacks, the products of combustion and cement industries (WHO, 2006). The main objective of this research is to determine the level of risk PM2,5 and its relationship with the decline in lung function. This research is a risk analysis and epidemiology with cross-sectional design, the number of samples 92 respondents and sampling techniques is proportional simple random sampling. Data obtained from the questionnaire, anthropometric measurements PM2,5 measurements and measurements of lung function. Lung function is checked by using a spirometry test to get the value of FVC and FEV1 . PM2,5 concentration was measured by using a High Volume Air Sampler. Statistical analysis using Chi-square test and linear regression with 95% confidence level. To calculate the amount of risk sampling PM2,5 concentration in 6 point area. The results show the lifetime risk calculations are five risk areas with RQ values> 1, ie storage, raw mill, kiln, mill and packing finish. The prevalence of lung function decline in cement industry workers amounted to 60.9% where 50% menagalami restrictive and 10.9% had obstructive. The results of the analysis is significant association between impaired lung function by consentration PM2,5 (p = 0.035, OR = 2.722), age (p = 0.020, OR = 2.833), nutritional status (p = 0.007, OR = 3.323), smoking (p = 0.035, OR = 2.60), physical activity (p = 0.035, OR = 2.667), duration of action (p = 0.028, OR = 3.400), age (p = 0.018, OR = 3.015). By multivariate analysis, it was found the factors most associated to lung function impairment is, the concentration of PM2,5, age, sratus nutrition, smoking habits and tenure. Further efforts are needed for environmental improvement work area by taking into account risks arising from exposure to PM2,5 and perform risk management in the work area.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library