Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Umi Prahastuti Soebiono
"President Roosevelt telah memberikan dasar globalisasi politik dan ekonomi bagi strategi kebijakan luar negeri Amerika Serikat setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Semenjak selesainya Perang Dunia II Amerika Serikat telah terlibat dalam percaturan dunia internasional dibidang politik dan ekonomi menghadapi Uni Soviet. Kemenangan dalam peperangan dan kemakmuran dalam negeri membawa dampak positive bagi rakyat Amerika. Rakyat Amerika percaya pada kebijakan pemerintah baik di dalam maupun diluar negeri. Para pemimpin Amerika Serikatpun menginginkan agar faham demokrasi dapat dilestarikan dan dikembangkan seluas-luasnya demi untuk kesejahteraan dan perdamaian dunia.
Agar dapat dicapai cita-cita kesejahteraan dan perdamaian dunia ditempuh berbagai jalan kebijakan oleh para pemimpin Amerika Serikat, sebagai realisasinya adalah memaklumkan "Perang Dingin" dan memberikan bantuan ekonomi kepada negara-negara yang membutuhkan terutama negara-negara dunia ketiga. Kebijakan ini dibuat untuk mengimbangi kekuatan saingan mereka negara Uni Soviet.
Pada akhir tahun 50 an untuk membendung lebih effective lagi masuknya faham komunis Uni Soviet keseluruh pelosok dunia, selain beberapa kebijakan yang telah dilakukan juga diadakan "pembinaan persahabatan" dengan lawan politiknya.
Washington dan Moskow semenjak saat ini menghadapi "Perang Dingin" dengan menjalankan "Strategi perdamaian", taktik yang dijalankan adalah taktik mata-mata, propaganda dan adu domba.
Thesis ini dibuat untuk menjelaskan manfaat dari badan Peace Corps, sebagai salah satu strategi kebijakan luar negeri J.F.Kennedy. Dibentuk untuk dipakai sebagai alat pemerintah dengan tujuan dapat menyebarkan dan melestarikan faham demokrasi maupun menuju kesejahteraan dan perdamaian dunia "Peace Corps" adalah merupakan strategi damai Amerika Serikat berbentuk "missi moral" melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Badan "Peace Corps" dipilih dari para tenaga muda Amerika agar dapat saling berbagi pengalaman kepada masyarakat negara-negara dunia ketiga untuk menuju pada kemajuan, kecerdasan dan perdamaian dunia maupun mengcounter infiltrasi dari Uni Soviet.
Kesimpulan kami adalah Kennedy telah berperan banyak dalam percaturan politik luar negeri Amerika khususnya menangani Perang Dingin dengan merangkul negara-negara dunia ketiga demi untuk tercapainya perdamaian dunia dan kesejahteraan umat manusia.

President Roosevelt has formulated American foreign policy goals for the postwar world as based on universal political and economic freedom.
It has only been since World War II that the United States has consistently been involved in shaping the world according to American ideals of politic and economic against Soviet Union. Victorious in that great struggle its homeland undamaged from the revages of war the nation was confident of its mission at home and abroad. US leaders wanted to maintain the democratic structure they had defended at tremendous cost and to share the benefits of prosperity as widely as possible.
To realize these goals, US leaders formulated several policies such economic aid to export capital and technical assistance to Europe and to underdeveloped countries and declared cold war. It aims was to preserve. the political and physical integrity from the danger of a communist takeover.
As early as the mid-1950's Washington and Moskow announced the policy of "peaceful coexistence" in which war between the United States and Soviet Union was not inevitable and both system could coexist peacefully and changed the strategy more humanistic. Washington and Moskow Used similar tactics throughout the Cold War was, including overthrowing unfriendly governments, helping repress rebellions against unfriendly states, and waging wars.
This thesis will explain how benefit the Peace Corps as one of Kennedy's foreign policy strategy. It is designed to maintain the democratic structure, to promote world peace and friendship and to promote understanding between the American people and other peoples. The Peace Corps recruit the best of American's young minds to wage the struggle for America superiority through education and technical expertise. The Peace Corps represented the benevolent side of Kennedy's commitment to activism, counter intergency embodied its more insidious dimensions.
My concluding thought is Kennedy were quite different with other American leader would play a central role in carrying forward the Cold War, and winning the " hearts and minds" of developing countries, work together with Third World to save the world.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T7214
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Minderop, Albertine
"ABSTRAK
Penulisan tesis ini didasari oleh minat saya untuk meneliti ajaran-ajaran Ralph Waldo Emerson tentang kepemimpinan serta refleksinya dalam kebijaksanaan politik presiden John F.Kennedy khusus terhadap warga negara Kulit Hitam. Emerson adalah seorang sastrawan, moralis Amerika yang banyak menulis tentang hakikat manusia, intelektual, pemimpin, serta kepemimpinan, dan bahkan sampai pada kepemimpinan seorang presiden. Semua ini bertitik tolak pada pemikirannya tentang manusia utuh. John Fitzgerald Kennedy adalah seorang presiden Amerika yang terkenal, antara lain, karena kebijaksanaan politiknya terhadap warga negara Kulit Hitam.
Untuk membatasi ruang lingkup tesis ini saya hanya membatasi dan memfokuskan penelitian pada pandangan dan pemikiran Emerson tentang hal-hal yang saya sebutkan di atas, juga pandangannya terhadap orang Hitam. Demikian pula penelitian terhadap kebijaksanaan politik Kennedy hanya terbatas pada kebijaksanaannya terhadap orang Hitam.
Setelah saya membaca buku-buku mengenai Emerson dan Kennedy, saya menemukan adanya persesuaian pandangan antara kedua tokoh ini dalam masalah orang Hitam di Amerika. Dalam karya Emerson pandangan tersebut ditampilkan secara ideolagi, yang akan disampaikan dalam bab II. Sedangkan Kennedy, menampilkan pandangan tersebut secara praktis melalui kebijaksanaan politiknya.
Adapun tesis skripsi ini adalah: ide Emerson tentang manusia utuh tercermin dalam kebijaksanaan politik presiden Kennedy yang berintikan, demokrasi, kebebasan, dan persamaan. Kebijaksanaan politik yang dimaksud adalah, persamaan hak terhadap orang Hitam dalam lapangan kerja, sarana umum dan pemikiran, pendidikan, dan hak sipil.
Pendekatan yang saya gunakan adalah pendekatan sastra, sejarah, politik, dan filsafat. Pendekatan sastra digunakan karena saya membahas karya sastra Emerson. Pendekatan sejarah saya gunakan untuk mengumpulkan data, berupa peristiwa yang melukiskan kebijaksanaan presiden Kennedy terhadap orang Hitam. Pendekatan yang saya anggap paling penting di sini adalah pendekatan politik dan filsafat sesuai dengan judul skripsi dan tesis. Sehubungan dengan pendekatan ini, maka saya menggunakan kerangka teori sebagai berikut.
Kerangka teori yang dimaksud adalah, filsafat manusia, politik, dan filsafat politik Amerika. Teori filsafat manusia saya gunakan untuk membahas pemikiran Emerson tentang manusia utuh, teori politik digunakan untuk membahas kedudukan Kennedy sebagai presiden Amerika, dan teori filsafat politik Amerika saya gunakan untuk membahas inti dari pemikiran Emerson dan kebijaksanaan politik Kennedy, yaitu demokrasi, kebebasan, dan persamaan. Agar lebih jelas mengenai kerangka teori ini, saya sampaikan penjabarannya dalam sub-bab kerangka teori."
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Delliana M.
"Serikat selalu mencampuri urusan dalam negeri Kuba. Para presiden Kuba adalah orang-orang yang dekat dengan Amerika Serikat. Mereka selain menjalankan pemerintahan juga melindungi aset-aset rnilik Amerika Serikat di Kuba. Selain itu para presiden Kuba sangat senang melakukan korupsi dan pelanggaran-pelanggaran lainnya. Tetapi biasanya mereka tidak bertahan lama karena rakyat sangat tidak suka dengan mereka dan kemudian melakukan pemberontakan. Masalah ini terus terjadi hingga Fidel Castro mengambil alih kepemimpinan. Fidel Castro yang menjadi presiden Kuba pada tahun 1960 adalah orang yang sangat tidak suka dengan Arnerika Serikat, Untuk menghindari Amerika Serikat kembali berkuasa di Kuba ia menolak menerima bantuan dari Arnerika Serikat. Sebaliknya ia rnenerima bantuan dari Uni Soviet. Selain itu ia menyita aset-aset milik Amerika Serikat di Kuba yang membuat pemerintah Amerika Serikat marah dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba. Kedekatan pemerintah Kuba dengan Uni Soviet membuat pemerintah Amerika Serikat menjadi panik dan kemudian menyusun rencana untuk menjatuhkan Fidel Castro. Pemerintah Amerika Serikat kemudian mengumpulkan para pengungsi Kuba di daerah Florida untuk dilatih menjadi tentara pemberontak dan akan menyerang Kuba. Rcncana ini dijalankan pada tahun 1961 pada masa pemerintahan Presiden John F. Kennedy. Tetap serangan ini berhasil digagalkan oleh pasukan Fidel Castro."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S12441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemintang Kejora Mallarangeng
"Artikel ini mencoba melihat peran media baru, khususnya di politik, dan bagaimana penggunaan media tersebut dapat menarik partisipasi dari generasi tertentu di dalam politik itu sendiri. Artikel ini ditulis berdasarkan dua argumen utama, yaitu yang pertama, media hanyalah sebuah alat yang perlu dibentuk. Kedua, media apapun pada akhirnya akan ditinggalkan ketika datang sebuah media yang lebih baru. Dalam membuktikan argumen tersebut, artikel ini menggunakan kasus kampanye presiden Barack Obama pada tahun 2008 dan dibandingkan dengan kampanye presiden John F. Kennedy pada tahun 1960. Kasus ini dipilih karena keduanya sukses dengan bantuan dari media terbaru pada saat itu. Dimana kedua kampanye dengan sukses menggunakan media baru dan membentuknya sesuai dengan target mereka. Selain itu, perubahan trend media yang terjadi dari televisi ke internet juga mampu membuktikan argumen kedua.
This article explores the role of new media, especially in politics, and how the right use of that new media can attract a certain generations participation in politics. This article revolves around proving two central arguments. The first is that the new media is nothing but a tool that needs to be tailored. And second, any new media will eventually be obsolete when a newer media came along. In proving that, this articles uses the case of Barack Obama’s 2008 presidential campaign in comparison to John F. Kennedy’s 1960 presidential campaign. This case is chosen because both campaign succeeded with the help of the latest media at the time. From both those cases, the arguments presented in this article are supported. In which both campaign utilized new media and tailored it according to their target successfully. Also by the change of media trend in campaign from television to internet, shows how the second argument could be supported."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Alexander Tjang
"Latar Belakang: Kehilangan gigi posterior dapat mempengaruhi kualitas hidup karena memberikan dampak negatif terhadap efisiensi mastikasi. Tingkat kesuksesan perawatan Gigi tiruan sebagian lepasan dengan perpanjangan distal bervariasi akibat problema biomekanika yang timbul saat berfungsi. Gagasan penggunaan implan sebagai dukungan tambahan dalam desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan dukungan kombinasi Implan dan Gigi (GTSLIG) dapat menjadi alternatif yang baik dalam merehabilitasi kasus kehilangan gigi posterior di rahang bawah. Namun lokasi implan yang ideal masih menjadi perdebatan.
Tujuan: Menentukan posisi implan terbaik untuk perencanaan GTSLIG rahang bawah dengan mengevaluasi parameter objektif, yaitu implant survival rate, Mixing Ability Index (MAI), komplikasi biologis mekanis, dan subjektif dalam bentuk Patient Reported Outcome Measure (PROM) yang meliputi Oral Health Impact Profile (OHIP) dan Visual Analogue Scale (VAS) pada pasien dengan kasus Kennedy kelas I atau kelas II rahang bawah berdasarkan telaah sistematis dan meta-analisis.
Metode: Pencarian elektronik pada empat database dilakukan untuk identifikasi studi randomied studies (RS) dan non-randomized studies (NRS) pada pasien yang menerima perawatan GTSLIG rahang bawah dengan lokasi implan pada daerah premolar pertama (P1) atau molar pertama (M1). Kumpulan literatur kemudian dipilah dan diuji kualitas metodologinya. Dua peneliti melakukan seleksi artikel secara mandiri, ekstraksi data dan penentuan kualitas studi yang terkumpul. Random-effect models digunakan untuk komparasi nilai VAS dan OHIP (Perbedaan Rerata, interval kepercayaan 95%).
Hasil: Dari 5 RS dan 7 NRS yang terkumpul, ditemukan tidak ada perbedaan antara GTSLIG dukungan M1 (GTSLIG-M) dan GTSLIG dukungan P1 (GTSLIG-PM) dalam hal implant survival rate, komplikasi mekanis, performa fungsional, dan PROM. Risiko untuk komplikasi biologis terlihat lebih tinggi terjadi pada GTSLIG-M bila dibandingkan dengan GTSLIG-PM. Pemeriksaan meta-analisis memperlihatkan perbaikan nilai kepuasan pada saat menggunakan GTSLIG antara grup GTSLPD dan pengguna GTSLIG-M. Hal tersebut terlihat pada rerata penurunan nilai OHIP sebesar 21,11 dan rerata peningkatan nilai VAS sebesar 29,62.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan efek lokasi implan pada GTSLIG dalam evaluasi parameter objektif dan subjektif kecuali pada komplikasi biologis, dimana lokasi M1 memiliki risiko lebih tinggi. Secara meta-analisis menggunakan random-effect models ditemukan penggunaan GTSLIG memberikan perbaikan nilai VAS dan OHIP-49 bila dibandingkan dengan GTSLPD.

Background: Posterior tooth loss can affect oral health related quality of life due to its adverse effect on masticatory efficiency. The success of removable partial denture treatment varies due to biomechanical problem associated with mandibular free end condition during function. The use of dental implant to provide additional denture support in implant assisted removable partial denture (IARPD) can become a viable alternative to improve masticatory efficiency. However, ideal implant location is still debated.
Objective: To determine the best implant location to convert partial denture into mandibular IARPD and evaluate its objective parameters, such as implant survival rate, mixing ability index (MAI), biological and mechanical complication, as well as subjective parameters such as patient reported outcome measure (PROM), specifically Oral Health Impact Profile (OHIP) and Visual Analogue Scale (VAS) in patient with bilateral mandibular distal extension, or Kennedy class I or class II case by meta-analysis.
Method: Electronic search on four databases were conducted to identify randomized and non-randomized studies of patients receiving mandibular IARPD with implant in first premolar (P1) or first molar (M1) location while examining the parameters of interest. Two reviewers were independently conducted article selection, data extraction and quality assessment. Random-effect models were used to compare VAS and OHIP change score (standardized mean change, 95% confidence interval)
Result: From 12 studies, 5 randomized with low risk of bias and 7 nonrandomized studies with high risk of bias, there were no significant difference between IARPD in M1 (IARPD-M) and IARPD in P1 (IARPD-PM) when implant’s survival rate, functional performance, mechanical complication, and PROM were evaluated. However, biological complications were seen more frequently on IARPD-M when compared to IARPD-PM. Furthermore, meta-analysis have shown improvement in PROM with pooled standardized mean change of 21,11 for OHIP and 29,62 VAS improvement.
Conclusion: Implant location has no significant effect in IARPD planning when objective and subjective parameters are evaluated except biological complication of which M1 location has higher risk of complications. Meta-analysis evaluation using random-effect model shows IARPD treatment provide improved VAS and OHIP-49 score when compared to conventional partial denture.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly M. Susanto
"Tesis ini berjudul Peran Publik Dua Ibu Negara Amerika Serikat: Eleanor Roosevelt dan Jacqueline Bouvier Kennedy. Tesis ini berisikan analisa peran publik kedua ibu Negara yang hidup pada zaman 1930-an dan 1960-an. Masalah ini menarik karena dari sekian Ibu Negara hanya beberapa orang saja yang mempunyai kegiatan di dunia publik.
Dalam pengkajian dan penelitian masalah tesis, penulis menggunakan sumber-sumber tertulis kepustakaan baik sumber primer maupun sekunder dari perpustakaan Program Kajian Wilayah Amerika dan USIS. Adapun metode yang digunakan dalam tesis ini metode kualitatif.
Hasil penelitian tesis membuktikan bahwa peraanan publik kedua Ibu Negara Eleanor Roosevelt dan Jacqueline B. Kennedy sangat menonjol disebabkan adanya Self-Esteem yang kuat yang mereka miliki dan kemampuan kedua Ibu Negara mengambil kesempatan yang ditawarkan oleh zamannya.

This thesis is on the public role of two First Ladies in America in the 1930s and 1960s. This topic is very interesting because from the many First Ladies in the History of the United States only a few are active in public life.
In achieving the objective of my research I have applied the qualitative method by way of library research: collecting data from both primary and secondary sources from the library of The American Studies program and USIS.
The outcome of my research proves that there is a strong Self-Esteem in both Eleanor Roosevelt and Jacqueline Bouvier Kennedy that makes their role in public very outstanding. In addition, the opportunities at that time support them to develop their ability accordingly."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T8988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariyani Sri Lestarinsih
"Peran media massa terutama surat kabar, radio dan televisi sangat besar dalam memberikan liputan-liputan tentang kampanye presiden. Kampanye presiden memakan waktu berbulan-bulan, biasanya dimulai pada awal bulan September setelah konvensi nasional partai sampai dengan bulan Oktober tahun berikutnya. Dalam waktu yang panjang ini dibutuhkan media massa agar para kandidat dapat memperkenalkan program-programnya serta menyampaikan visi dan misinya untuk mendapatkan dukungan dari para pemilih. Setiap perkembangan teknologi baru dapat mempengaruhi gaya kampanye dari para politikus. Surat kabar pertamakali digunakan oleh Jenderal William Henry Harisson pada kampanye presiden tahun 1840. Kampanye presiden dengan menggunakan radio, diperkenaikan pertamakali oleh Al Smith pada kampanye tahun 1928. Dwight D. Eisenhower adalah orang yang pertama kali menggunakan televisi sebagai sarana kampanyenya pada tahun 1952. Dibandingkan koran dan radio, televisi cenderung mendapatkan tempat yang cukup istimewa di hati masyarakat. Hal ini disebabkan, pada layar televisi dapat ditampilkan gambar yang hidup beserta suaranya sehingga seakan-akan nyata dan dapat membangkitkan emosi para pemirsanya, serta dapat dinikmati oleh seluruh keluarga. Ketika televisi bersentuhan dengan dunia politik, peristiwa ini bagaikan membuka cakrawala barn bagi penontonnya. Televisi dapat menimbulkan keakraban orang awam terhadap dunia politik dan masalah-masalah yang terjadi di dalamnya. Televisi juga dapat mengubah pandangan para pemirsanya terhadap tokoh politik yang tadinya tidak dikenal menjadi pahlawan atau sebaliknya. Kekuatan televisi inilah yang disadari oleh John F. Kennedy ketika ia dengan antusias menerima tawaran dari pihak stasiun televisi untuk tampil pada debat calon presiden di televisi. Kennedy yang kalah pengalaman dalam bidang pemerintahan dibandingkan pesaingnya : Richard M. Nixon, membutuhkan sarana untuk menunjukkan kemampuan berdiplomasinya di hadapan publik Amerika Serikat. Penampilan yang menarik serta kelugasannya berbicara di televisi membuat John F. Kennedy memenangkan kursi kepresidenan pada tahun 1960."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barnes, John A.
"Analyzes what made Kennedy, both before and during his Presidency, a unique and dominant force who would serve as the standard by which future leaders would be judged."
New York: American Management Association, 2005
e20441821
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper examines international causes of South Korean dramatic political changes and the assompanying shift in national policy priorities during the early 1960s...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
McKercher, Asa
"John F. Kennedys thousand days as president coincided not only with the crisis years of the Cold War, but also with the most fractious period in the Canada-United States relationship since the War of 1812. Thanks in part to mounting Canadian nationalist sentiment, Kennedy confronted a host of issues with Canada magnified by Canadian concerns over their countrys close economic, cultural, military, and diplomatic links with the United States. The early 1960s saw tensions in Canada-US relations as growing numbers of Canadians came to question both their governments quiet support for US leadership in the cold war and American economic and military hegemony. Canadas prime minister, John Diefenbaker, with whom Kennedy had a tense relationship, personified these sentiments. While the young president and his administration have often been criticized for stirring up anti-US opinion due to their conduct toward Canada, Camelot and Canada shows that US foreign policymakers dealt with Ottawa in a judicious manner that took account of Canadian nationalism as well as Canadian concerns. In re-examining this fascinating period in Canada-US relations, this book makes clear that the special relationship between Canadian and US officials continued to function, even as the overall bilateral relationship suffered due to nationalist attitudes and differences over major foreign policy issues, from the Cuban revolution to Britains decision to join the European Common Market. The image that emerges of Kennedy is of a policymaker who was pragmatic in his handling of his countrys increasingly nationalistic northern neighbor.
"
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470114
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 >>