Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rani Nurhaerati Riyanto Puteri
"ABSTRAK
Pola harga tanah menunjukkan bahwa nilai tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor, khususnya faktor struktural, aksesibilitas dan lingkungan (Osland, 2010). Penelitian ini membuktikan bahwa tinggi rendahya harga tanah di Jakarta sangat dipengaruhi oleh 6 (enam) faktor, antara lain: luas wilayah, kepadatan penduduk, pasar dan pusat belanja, fasilitas kesehatan, serta jumlah kriminalitas. Data yang digunakan adalah level mikro pemerintahan daerah DKI Jakarta yang tersebar di 261 Kelurahan (tanpa kepulauan seribu). Adapun variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data ZNT (Zona Nilai Tanah) sedangkan variabel independen terdiri dari beberapa unsur utama dalam hedonic price, yaitu faktor struktural (luas wilayah dan kepadatan penduduk), faktor aksesibilitas (jarak halte, jarak tol dan jarak stasiun) serta atribut lingkungan (fasilitas publik dan keamanan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model terbaik pada analisis ekonometrik spasial adalah metode regresi lag atau yang dikenal dengan SAR (Spatial Autocorrelation Regressive). Selain itu, model yang digunakan secara khusus adalah LISA (Local Indicator Spatial Association), dimana model ini dapat mengukur harga tanah dalam klaster dan mengkaji pengelompokan spasial yang signifikan di sekitar wilayah pengamatan. Pengamatan dengan LISA menggunakan 2 pendekatan, yaitu Univariate Local Spatial dan Bivariate Local Spatial, yang pada akhirnya akan membentuk konfigurasi pola spasial nilai tanah dan disajikan dalam peta sebaran wilayah. Hasil konfigurasi peta dengan LISA diharapkan dapat memberi kontribusi yang tepat untuk mengeksplorasi kebijakan nilai tanah dan struktur tata ruang kota DKI Jakarta.

ABSTRACT
The pattern of land prices shows that land values are influenced by various factors, especially structural, accessibility and environmental factors (Osland, 2010). This study proves that the high level of land prices in Jakarta is strongly influenced by 6 (six) factors, including: area, population density, market and shopping center, health facilities, and the number of crimes. The data used is the micro level of regional government of DKI Jakarta which is spread in 261 subdistrict (without pulau seribu). The dependent variable used in this study is ZNT data (Land Value Zone), while the independent variable consists of several main elements in the hedonic price, namely structural factors (area and population density), accessibility factors (distance of stops, toll distance and station distance), as well as environmental attributes (public facilities and security).
The results of this study indicate that the best model in spatial econometric analysis is the lag regression method, also known as SAR (Spatial Autocorrelation Regressive). In addition, the model used specifically is LISA (Local Indicator Spatial Association), where this model can measure land prices in clusters and study significant spatial groupings around the observation area. Observation with LISA uses 2 approaches, namely Univariate Local Spatial and Bivariate Local Spatial, which in turn will form a configuration of spatial patterns of land values and are presented in a regional distribution map. The results of map configurations with LISA are expected to provide the right contribution to explore the land value policy and city spatial structure of DKI Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T52633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rofika Nurul Aulia
"Skripsi ini membahas mengidentifikasi permasalahan pergerakan/ travel/ transportasi di Kota Jakarta dari tinjaun hubungan antara pola guna lahan dengan sistem pergerakan/ travel/ transportasi di Jakarta. Kota Jakarta merupakan kota yang tumbuh bersama sistem transportasinya. Dapat dibagi kedalam tujuh tahapan, yaitu era kanal dan pedestrian, era kereta kuda, era kereta api, trem, dan masa kejayaan kendaraan bermotor pada level jalan, yaitu dengan kemunculan mobil dan bus kota serta makin menjamurnya jalan tol dan bebas hambatan di kota. Akibat merajalelanya kendaraan bermotor ini menimbulkan adanya ketergantungan pada kendaraan bermotor dan lemahnya karakter transit serta hilangnya kebiasaan berjalan kaki di Jakarta. Hal ini sebenarnya bisa dianalisis dari perkembangan Kota Jakarta dan perubahan tren pola guna lahan di kota ini.

This essay talks about the identification of movement/ travel/ transportation in Jakarta from overlooking the connection between land use pattern and the movement/ travel/ transportation systems in Jakarta. Jakarta city itself is a city that grows along transportation system. Can be divided into seven eras, which are canal and pedestrian era, horse cart era, train era, electric streetcar era, and automobile era with the presence of carsand city but and also the mushrooming of highway in the city. And as a result, automobile dependency grows stronger, while the transit character and walking behavior start to be dissepearing in this city. And this issue is actually can be analyzed from the development of Jakarta and trend of changing land use in this city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51580
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wisang Adhitya Yogo Purnomo
"Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan DAS terbesar dan terpanjang di Jawa Barat, Luas DAS Citarum : 6.614 Km2, Panjang DAS Citarum : 269 Km (Sungai Utama). Berasal dari mata air Gunung Wayang melalui 8 Kabupaten yakni Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, Sumedang, Cianjur, Purwakarta, Bogor dan Karawang sebagai muara Sungai Citarum. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum pada umumnya kurang mempertimbangkan aspek lingkungan dan daya dukungnya, sehingga semakin lama daya dukung lingkungan semakin memprihatinkan. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan berbagai macam masalah tersendiri salah satunya dapat terjadi bencana banjir. Musibah banjir sudah rutin terjadi dan hampir tiap tahun di rasakan oleh masyarakat di daerah hulu DAS Citarum khususnya yang berada di kabupaten Bandung. Masalah pada DAS Citarum merupakan suatu masalah yang sudah berlangsung sejak tahun 1931 dan disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya. Hingga kini belum ada penanganan yang tepat dalam mengatasi bencana banjir Citarum. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) skenario pengendalian pemanfaatan lahan, yakni skenario pertama dibuat agak ekstrem dimana akan dihutankan kembali sebagian besar wilayah DAS Citarum hulu, dan untuk skenario kedua di buat pembagian porsi tata guna lahan yang agak realistis. Efektifitas upaya pengendalian banjir didalam penelitian ini adalah melalui pengendalian pemanfaatan lahan dan normalisasi alur sungai. Hasil yang ingin dicapai adalah membuktikan bahwa dengan adanya pengendalian pemanfaatan lahan akan mempengaruhi besarnya debit limpasan akibat hujan, melalui pengaturan tata guna lahan (land use).

Watershed Citarum is the largest and longest river basin in West Java, Citarum watershed area: 6614 km2, watershed Citarum Length: 269 km (River Main). Derived from the Fountain of Mount Wayang through the District 8, Bandung, Cimahi, Sumedang, Cianjur, Purwakarta, Bogor and Karawang as Citarum River estuary. Watershed Management Citarum in general less environmental aspects into consideration and the carrying capacity, so the longer the carrying capacity of the environment has become increasingly serious. This of course can cause a variety of problems one of them is flood. Floods have occurred regularly, and almost every year in felt by people in the region upstream watershed Citarum especially those in Bandung regency. Problems in the watershed Citarum is a problem that has been going since 1931 and is caused by several factors that influence it. Until now no proper treatment in overcoming floods Citarum. In this study there are 2 (two) scenarios of community participation, which first made its rather extreme scenario where the public will reforest the entire watershed area upstream Citarum, and for the second scenario for the distribution portion of the land use rather realistic. Effectiveness of flood control efforts in this research is through control of land use and river channel normalization. Results to be achieved is to prove that with the control of land use will affect the amount of discharge runoff due to rain, through the regulation of land use."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1380
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iyan Abriyanto
"Aktivitas manusia, dan lokasi semuanya berinteraksi dengan cara yang sedemikian rupa sehingga setiap orang berharap dapat memaksimalkan lokasi tempat tinggalnya, setiap orang mempunyai alasan untuk tinggal ditempat yang mereka kehendaki. Bisnis dan industri juga mempunyai pilihan lokasi yang sudah ditentukan, Pilihan lokasi yang sudah ditentukan ini menghasilkan pola ? pola konsentrasi, dimana para ahli perencanaan tata guna lahan mengatur kesesuaian antara pola tata guna lahan melalui pembagian daerah dan berbagai regulasi lainnya. Masalah penggunaan lahan, Secara umum dampak dari pola penggunaan lahan yang ada sekarang ini adalah belum terintegrasi dan terpadunya kawasan baik secara fisik maupun fungsional, mengakibatkan menurunnya intensitas kehidupan publik di dalam kawasan pusat kota.
Skripsi ini ditujukan untuk mengindentifikasi sebuah pertumbuhan kota Depok berdasarkan pengaruh faktor transportasi dan aksesibilitas yang ada di kota tersebut, bagaimana faktor ini mempengaruhi bentuk fisik dan pola tata guna lahan nya. Aspek ? aspek terpenting dari transit yang dapat mempengaruhi wajah kota adalah kapasitas, jarak antar simpul, dan kepadatan yang dapat dilayani, secara spesifik sebaran pola tata guna lahan yang akan dibahas dengan kasus pusat kota depok adalah sebaran perkantoran, perdagangan, industri, real estate, sebaran pemukiman, dan kenaikan harga lahan yang mungkin terjadi.
Bahan Skripsi ini dibuat dengan mempertimbangkan adanya kemungkinan bahwa pola tata guna lahan yang ada saat ini tidak terjadi secara linear, tidak selalu hanya transportasi yang berpengaruh kepada pola tata guna lahannya tetapi terkadang berbagai kebijakan politik dan faktor - faktor lain mempengaruhi permintaan / kebutuhan akan moda transportasi.

Human activity, and location all interact in ways that in such a way so that everyone hopes to maximize the location of his residence, every person has a reason to stay in place what they want. Business and industry also have the choice of location has been determined, the choice of this location has been determined to produce a pattern - the pattern of concentration, where the land use planning experts manage the adjustment of the pattern of land use through zoning and various other regulations. Problems of land use, generally the impact of existing land use patterns today are not integrated and the integrated area both physically and functionally, resulting in a decrease in the intensity of public life in the downtown area.
This thesis is intended to identify a growth factor of Depok to the effect of existing transport and accessibility in the city, how these factors affect the physical shape and its pattern of land use. Aspect - the most important aspects of transit that could affect the city faces is the capacity, distance between nodes, and density that can be served, specifically the distribution pattern of land use which will be discussed with the case depok downtown office is spread, commerce, industry, real estate, distribution of housing and land price increases that may occur.
This paper materials are made by considering the possibility that the pattern of existing land use is currently not happening in a linear fashion, not necessarily only affect the transportation system of land use but sometimes the various political and policy factors - other factors affecting demand / need for transportation modes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S1717
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gamma Nur Merrillia Sularso
"ABSTRAK
Segmen 2 Kota Bogor dan Segmen 3 Kabupaten Bogor DAS Ciliwung bagian
tengah mengalami perubahan penggunaan lahan yang cukup pesat selama dua
dekade terakhir. Tujuan penelitian adalah menganalisis trend penggunaan lahan
pada 1989-2012, dampaknya terhadap penurunan stok karbon/peningkatan emisi
CO2eq, dan penyebab utamanya, memproyeksikan Reference Level (RL) pada
tahun 2020, dan menyusun strategi pembangunan rendah emisi karbon di kedua
segmen. Metode yang digunakan yaitu survey lokasi pada tiap tipe penggunaan
lahan yang diolah menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG), telaah
dokumen sosial ekonomi dan kebijakan, dan forecasting RL. Hasilnya diharapkan
dapat memberikan berbagai arahan kegiatan mitigasi emisi karbon dalam strategi
pembangunan rendah emisi karbon pada kedua segmen. Perubahan penggunaan
lahan pada 1989-2012 memperlihatkan bahwa terjadi penurunan luasan ruang
terbuka hijau (RTH) hingga 2.575,57 ha sedangkan non-RTH meningkat hingga
2.575,57 ha. Hal ini berdampak pada menurunnya stok karbon hingga 26.900
ton.C dan melepaskan emisi CO2eq hingga 98.723 ton.CO2eq. Penyebab
perubahan penggunaan lahan yaitu pertambahan penduduk, kebutuhan lahan, dan
keterbatasan lahan. Proyeksi RL hingga tahun 2020 dilakukan berdasarkan
kondisi standar (BAU) dan rencana ke depan (FL). Hasil proyeksi
memperlihatkan bahwa FL adalah skenario terbaik yang diestimasi menyimpan
karbon hingga 217.610 ton.C di tahun 2020. Strategi pembangunan rendah emisi
karbon diarahkan pada penambahan luasan RTH hingga 20% melalui arahan
kegiatan mitigasi emisi karbon pada penggunaan lahan RTH dan non-RTH
meliputi kegiatan perlindungan, pemantauan, penyuluhan, dan penegakan hukum.

ABSTRACT
Second Segment Bogor City and Third Segment Bogor Regency of Ciliwung
middlestream watershed land use has changed drastically over the past two
decades. This study was conducted to analyze land use trend in 1989-2012, its
impact on decreasing carbon stock/increasing CO2eq emission, to project
Reference Level (RL) to 2020, and establishment of Low Carbon Emission
Development Strategy in both segments. The methods were survey on each type of
land use which would be processed using Geographical Information System
(GIS), literature study of socio-economic and policy documents, and forecasting
RL. The results were expected to provide guidance for carbon emission mitigation
activities in low carbon emission strategies in both segments. Land use changes in
1989-2012 indicated a reduction of green space area by 2.575,57 ha whereas
non-green space area increases by 2.575,57 ha. These changes resulted in
decreasing carbon stock by 26.900 ton.C and releasing CO2eq emission by
98.723ton.CO2eq. Population growth, demand for lands, and land constraints
were found to be the driving factors of land use changes in these area. Reference
Level to 2020 was established based on business as usual (BAU) and forward
looking (FL). The projection shows that FL was the best scenario which estimated
carbon storage by 217.610 ton.C in 2020. Low carbon development strategy
directed at the area of green space adding up to 20% through the guidance for
carbon emission mitigation activities based on green space and non-green space
which covered from protection, supervision, extention/awareness rising, and law
enforcement activities."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T38730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhidin Susanto
"Kecamatan Ciampea, kabupaten Bogor telah berkembang pesat menjadi kawasan perkotaan. Tekanan pertumbuhan penduduk dan urbanisasi menyebabkan peningkatan kawasan permukiman dan perubahan fungsi lahan. Penelitian bertujuan menganalisis perkembangan kawasan permukiman di kecamatan Ciampea yang meliputi analisis pola sebaran, kesesuaian guna lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi lokasi permukiman. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif ditambah dengan penjelasanpenjelasan dengan metode kualitatif.
Dengan analisis tetangga terdekat didapatkan pola sebaran permukiman perkotaan di Ciampea cenderung mengelompok, sementara pola sebaran permukiman pedesaan menunjukkan pola seragam. Hasil evaluasi guna lahan disimpulkan 98,74% permukiman perkotaan sesuai dengan kebijakan tata ruang kabupaten Bogor, sementara kesesuaian permukiman pedesaan 75,56%. Dari kesesuaian kondisi geografis, permukiman perkotaan dan pedesaan sebagian besar berada dikawasan layak bangun (96,82% dan 90,88%).
Hasil analisis komponen utama diketahui bahwa faktor dan variabel yang mempengaruhi sebaran dan perkembangan lokasi permukiman di kecamatan Ciampea adalah: faktor sosial demografi (kepadatan, kondisi pendatang, kesamaan pendidikan & pekerjaan dan kesamaan suku & budaya); faktor infrastruktur (fasilitas, akses jalan, akses pada pekerjaan, kendaraan, dan moda angkutan); faktor Fisik Lingkungan (kualitas hunian, sumber air dan suasana alam); faktor Ekonomi (harga rumah dan biaya transportasi); dan faktor Kebijakan (kredit bank dan pengetahuan kebijakan tata ruang).

Ciampea district, Bogor regency has rapidly developed into urban areas. Pressures of population growth and urbanization led to an increase in settlement areas and land use change. This study aims to analyze the development of residential areas in the Ciampea district that includes distribution pattern analysis, the suitability of land use and the factors that affect settlement location preferences. This study used a descriptive quantitative approach coupled with explanations with qualitative methods.
With nearest neighbor analysis of the distribution pattern obtained urban settlements in Ciampea tend to cluster, while the distribution pattern of rural settlements is dispered. The results of the evaluation of land use 98.74 % of urban settlements concluded in accordance with the Bogor district land policy, while 75.56 % of rural settlements suitability. Suitability of geography, urban and rural settlements mostly decent wake region ( 96.82 % and 90.88 % ).
The results of principal componen analysis shows that the factors and variables that affect the distribution and development of settlements in the district Ciampea are: socio-demographic factors (density ,entrants conditions , the similarity education & employment and culture & ethnicity); infrastructure factors (facilities, access roads, access to jobs, vehicles, and modes of transportation); Environment Physical factors (residential quality, water resources and natural atmosphere); Economic factors (housing prices and transportation costs), and policy factors (bank credit and knowledge of spatial policy).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Frasti Agriani
"Sempadan sungai merupakan kawasan perlindungan setempat yang memiliki peran dan fungsi sebagai pengontrol kuantitas dan kualitas air dengan vegetasi khusus yaitu vegetasi riparian. Penelitian ini akan membahas hubungan antara perubahan penggunaan tanah di sempadan Ci Liwung segmen Depok-Jakarta dengan Kualitas Air tahun 2001-2012. Data kualitas air yang digunakan berasal dari hasil pemantauan BPLHD DKI Jakarta dan Jawa Barat yang berjumlah 8 titik pantau. Sementara data penggunaan tanah sempadan diperoleh dari hasil pengolahan data BPN DKI Jakarta dan Kota Depok Menggunakan ArcGIS 10.0. Dari hasil analisis hubungan secara spasial dan temporal maka diperoleh kesimpulan bahwa perubahan luas permukiman di sempadan Ciliwung segmen Depok-Jakarta berbanding lurus dengan kualitas airnya.

Riparian area is a local protection who has the role and function as water quantity and quality control with special vegetation called riparian vegetation. This research will discuss the relationship between land use change in the riparian segment Ciliwung Depok-Jakarta with Water Quality 2001-2012. Water quality data that used comes from the results of the monitoring BPLHD Jakarta and West Java, amounting to 8 monitoring points. While the riparian of land use data obtained from the data processing BPN Jakarta and Depok City using ArcGIS 10.0. From the analysis of the spatial and temporal relationships it could be concluded that extensive changes settlements in riparian Ciliwung Depok-Jakarta segment is directly proportional to the quality of the water."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risky Kurniawan
"Wilayah perkotaan Cilacap terdapat beberapa industri besar, permukiman padat, serta padatnya mobilitas kendaraan bermotor yang mengakibatkan peningkatan emisi karbon dioksida. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebaran jumlah emisi karbon dioksida di wilayah perkotaan Cilacap dalam konteks spasial. Dalam penelitian ini dihitung estimasi emisi karbon dioksida menggunakan variabel penggunaan tanah yaitu industri, kendaraan bermotor, aktivitas penduduk, dan lahan pertanian. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi dengan jumlah tinggi terkonsentrasi di bagian Selatan daripada di bagian Utara wilayah perkotaan Cilacap. Hal ini disebabkan di bagian Selatan wilayah perkotaan Cilacap terdapat lebih banyak industri serta lahan terbangun.

Cilacap urban area consists of three big industries, crowded housings, and also high vehicle mobility that cause increased the carbon dioxide emission. This research was conducted to analyze the distribution of estimation from carbon dioxide emission at Cilacap urban area in spatial context. In this research was calculated estimation of carbon dioxide emission from land use variables such as industry, vehicle, people activity, and agricultural land. This research used descriptive and spatial analysis method. The result shows that high amount of emission concentrated more on Southern than Northern part of Cilacap urban area. It is because the Southern Cilacap urban area has more industry area and built up area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S53114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Fitriawan
"Perkembangan daerah terbangun di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, terus meningkat dalam beberapa dekade. Sumbangan sektor ekonomi yang dominan dan pesat di daerah perkotaan telah memicu masyarakat untuk hidup dan berkegiatan di wilayah kota, bahkan berkembang hingga di luar batas administrasi kota. Sumbangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk tersebut mengakibatkan berkembangnya kawasan-kawasan baru di sekitar pusat kota dan di sepanjang jaringan transportasi menjadi kota-kota satelit atau aglomerasi penduduk yang maju, strategis serta memiliki fasilitas dan sarana-prasarana yang lengkap.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses dan intensitas perubahan penggunaan tanah menjadi daerah terbangun di Wilayah Cirebon yang dibagi menjadi 3 kategori; tinggi, sedang dan rendah, sementara faktor-faktor yang mempengaruhinya dianalisis dengan menggunakan regresi logistik. Peran kebijakan pemerintah kota/kabupaten dalam perkembangan daerah terbangun dianalisis dengan membandingkan pola perkembangan hirarki pusat pelayanan dengan perencanaan tata ruang.
Dari 45 kecamatan yang dianalisis, intensitas tinggi ditemukan di 7 kecamatan, intensitas sedang di 18 kecamatan dan intensitas rendah di 20 kecamatan. Proses perubahan penggunaan tanah menjadi daerah terbangun berasal dari persawahan, evolusi dari hutan menjadi tanah terbuka, tegalan/kebun, serta semak belukar, dengan persebaran terdapat di pinggiran kota hingga ke arah barat mengikuti jalur pantura.
Faktor pengaruh signifikan adalah ketinggian, lereng, jarak dari pusat kota (Cirebon), jarak dari pusat kabupaten (Sumber), hirarki pusat pelayanan, dan kerapatan jalan. Sementara itu, kebijakan pemerintah Kota Cirebon sebagai pusat pelayanan utama dan pengendali arah pembangunan diidentifikasi sebagai faktor kebijakan dominan yang mendorong perubahan penggunaan tanah.

The expansion of developed areas in Indonesia especially in Java, continues to increase remarkably in recent decades. Dominant and rapid economic contributions in urban areas has encourage the people e.g. workers to live and undertake activities in the surrounding region, even beyond the limits of the city administration. Thus the economic contribution and the populations growth of urban areas has fueled the growth of new areas along the transportation corridors to form strategic satellite cities.
This study aims to explain the changes and intensity of various land use types in Cirebon Region into developed areas were grouped into three categories; high, medium and low, while the influencing factors was analysed by logistic regression. The role of goverment in advancing the developed areas was analysed by comparing the shifting patterns of economic sectors and the hierarchical development of service centers with the spatial planning, of cities and districts.
Of 45 sub-districts subjected to the analysis, high intensity was identified from 7 sub-districts, medium intensity was identified from 18 sub-districts, and low intensity was identified from 20 sub-districts. Land use changes originated from paddy fields, and evolving forests into bare land, orchards and bushes. They occured along the suburban areas, moving towards the west along the Pantura transportation corridors.
Significant influencing factors were altittude, slope factor, the distance from city nuclea (Cirebon), the distance from district nuclea (Sumber), the central place hierarchy, and road density. Meanwhile, the governmental policy of Cirebon Municipality as the main service center and controller of development direction was identified as the dominant policy factor that induced the land use changes in the region.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Soil loss and its transport processes were coupled with an existing distributed hydrological model
to assess the effects of land use change on stream flow and suspended sediment load in the Chao
Phraya River basin, Thailand. The simulation period spanned from 2001 to 2010. The results
indicate that the Nash-Sutcliffe efficiency of upper sub-basins fluctuated in the range 0.51- 0.72,
indicating the applicability of the model for longterm simulation at the monthly scale. Land use
change during 200l-2010 caused a 1.6% increase in suspended sediment load based on the present
trend. The changes were particularly pronounced in the Wang River basin, where the delivery ratio
was highest. Moreover, the urbanization and conversion of farm land from paddy fields exerted
negative effects on sediment runoff in Chao Phraya River basin. The proposed model has the
ability to quantitatively evaluate the heterogeneity of sediment runoff in the basin, demonstrating
the benefits and trade-offs of each land use change class. The results of this study can support basin
and local land development policy to control sediment losses during development.
"
AEJ 4:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library