Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3154 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumarsono
"Kajian ini mengenai salah satu aspek ke dwi bahasaan , yaitu pamertahanan bahasa. Objeknya adalah bahasa Melayu Loloan, sebuah ragani bahasa Melayu yang di pakai oleh minoritas muslim didalam kota Negara, Bali. Masalah yang dikaji ialah faktor-faktor yang mendukung pemertahanan bahasa Melayu Loloan terhadap bahasa Bali, bahasa yang menjadi bahasa ibu guyup mayoritas Bali, dan bagai mana kondisi pemertahanan itu terhadap bahasa Indonesia saat ini.
Dengan ancangan sosiologi, metode survei, dan teknik wawancara, kuesionier, dan pengalnatan partisipasi , peneliti menjaring data utama berupa pengakuan pribadi (self-report) dart dua gerierasi dengan percontoh 290 kepala keluarga dan 120 ariak rnuda (13-21), dan 28 anak (6-12) tentang sikap, penguasaan, dan pengguriaan bahasa yang merijadi khazarrah kevahasaan rrlereka, yaltu bahasa Melayu Loloan (sebagal bahasa ibu= Bi), bahasa Bali (sebagai bahasa kedua= B2), dan bahasa Indonesia (sebagai B2 baru).
Hasilnya ialah di temukannya beberapa faktor yang mendukung peme rtahanan bahasa Melayu Loloan terhadap bahasa Bali, mencakupi faktor eksternal dan faktor internal yang saling berpaut. Dua faktor penting yang tergolong faktor eksternal ialah (1) adanya letak konsentras pemukiman yang secara geograf is , agak terpisah dan i letak pemukiman guyup mayoritas; dan sikap toleransi, atau setidak-tidaknya s i kap akomodatif . guyup mayoritas Bali yang tanpa rasa enggan menggunakan bahasa Melayu Loloan dalam interaksi mereka dengan warga guyup minoritastas. Dari tubuh guyup Loloan sendiri ditemukan tiga faktor panting pendukung pemertahanan bahasa, yaitu sikap atau pandangan keislaman guyup Loloan yang tidak akomodatif terhadap guyup, dan bahasa Bali, sehingga bahasa ini tidak digunakan dalam interaksi intra kelompok Loloan; loyalitas yang tinggi terhadap bahasa Melayu Loloan karena bahasa ini dianggap sebagai lambang guyup Melayu Loloan yang beragama Islam; sedangkan bahasa Bali di pandang sebagai lambang guyup Bali yang Hindu. Akhirnya faktor kesinambungan pengalihan (transmisi) bahasa melayu Loloan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pemertahanan itu menjadi agak melemah dalam menghadapi ekspansi bahasa Indonesia. Bahasa ini dipandang tidak mengandung konotasi agama tertentu, di anggap tidak berbeaa dengan bahasa Melayu Loloan karena itu dianggap sebagai milik mereka juga terutama oleh posisi mereka sebagai orang Indonesia. Akibatnya, pada saat ini bahasa Indonesia sudah mendominas ranah pemerintahan , pendidikan , dan agama, dan sudah menjalankan peran sebagai alat komunikasi antar kelompok, menggeser peran yang semula dijalankan oleh bahasa Melayu Loloan atau bahasa Bali."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
D344
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Tuloli
"ABSTRAK
Sastra lisan adalah salah satu gejala kebudayaan yang terdapat pada masyarakat terpelajar dan yang belum terpelajar. Ragamnya pun sangat banyak dan masing-masing ragam mempunyai variasi yang sangat banyak pula. Isinya mungkin mengenai berbagai peristiwa yang terjadi atau kebudayaan masyarakat pemilik sastra tersebut. Dari segi bentuk, sastra lisan memperlihatkan keteraturan-keteraturan yang berlaku pada setiap ragam sastra lisan tertentu, di samping adanya berbagai variasi dalam penceritaan. Membicarakan sastra lisan tidak sempurna kalau hanya membicarakan karya sastranya, tetapi harus dihubungkan dengan pencerita, penceritaan, dan pendengar atau penontonnya. Oleh Finnegan dikatakan bahwa untuk dapat menghargai sepenuhnya karya sastra lisan, tidak
cukup kalau hanya berdasarkan hasil analisis melalui interpretasi kata-kata, nada, struktur stilistik, dan isinya. Gambaran tentang sastra lisan hendaknya di samping membicarakan struktur karya sastranya, juga membicarakan penggubah atau pencerita, variasi yang terjadi akibat audiens dan saat penceritaan, reaksi audiens, sumbangan alat-alat musiknya, konteks sosial tempat cerita itu
Semua aspek yang disebutkan di atas perlu diungkapkan, kalau kita ingin mendapatkan pengetahuan tentang kekayaan budaya yang terdapat dalam sastra. Hal itu sangat panting bagi penelitian sastra lisan di Indonesia, karena sastra lisan terdapat di seluruh wilayah balk di kota maupun di Mesa. Di Indonesia sastra lisan lazim digolongkan pada sastra daerah. Dapat dikatakan bahwa setiap daerah yang mempunyai bahasa daerahnya, sangat mungkin mempunyai sastra lisan.
Kehidupan sastra lisan mengalami perubahan sesuai dengan dinamika masyarakat pemiliknya. Ada sebagian sastra lisan di Indonesia yang telah hilang, sebab tidak sempat di dokumentasikan . Sastra lisan yang masih ada, balk yang telah diselarnatkan melalui penelitian masa dahulu dan masa kini maupun yang belum diteliti, ada yang masih bertahan tetapi ada pula yang telah mengalami perubahan. Hal itu telah diungkapkan oleh A. Teeuw bahwa ada contoh tentang bentuk sastra lisan yang masih dihapalkan dan dipertahankan terus tanpa banyak perubahan.
"
1990
D402
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chuang, Edward Chi-chang
Kanazawa South: Kanazawa Institute of Technology Press, 1981
R 425 CHU e
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Howard, Godfrey
London: Pan Macmillan Publishers, 1993
R 428 HOW g
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Phythian, B. A.
London: Hodder & Stoughton, 1993
R 423.1 PHY c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Donald, Graeme
London: Simon & Schuster, 1994
R 423.1 DON d
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Fowler, H. W. (Henry Watson), 1858-1933
Oxford: Oxford University Press, 1983
R 423.1 FOW d
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Kipfer, Barbara Ann
New York: The Philip Lief Group, 1995
R 423.1 KIP c
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: Archipelago Press, 1998
R 499.221 LAN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Doyle, Margaret
London: Women's Press, 1995
R 428 DOY a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library