Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shapiro, Alan C.
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
658.159 9 SHA f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dermawan Sjahrial
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2008
658.15 DER m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Finkler, Steven A.
Burlington: MA Jones ; Bartlett Learning, 2013
362.106.81 FIN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kamila
"ABSTRAK
Pada dasamya perusahaan dalam mencari pendanaan untuk membiayai operasionalnya akan mencari cost of debt yang paling efisien. Sebagai perusahaan telekomunikasi yang memiliki akses kepada Pasar Modal Intemasional, Indosat Tbk melalui anak perusahaannya yaitu Indosat Finance B.V. yang berkedudukan di Belanda menerbitkan wesel bayar begaransi yangjatuh tempo pada 2010 sebesar US$300,000,000 pada tingkat bunga 7.75% dibayar semi Annual. Wesel bayar tersebut tercatat di Bursa Efek Luxembourg Stock Exchange and di Singapore Securities Exchange Trading Limited.
Sebagai wajib pajak dalam negeri, Indosat berkewajiban untuk memotong pajak penghasilan atas bunga yang dibayarkan atas Guaranteed Note jatuh tempo pada 2010 tersebut. Penghasilan bunga yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri merupakan objek Pajak Penghasilan Pasal 26 yang tarifnya sebesar 20% atau tarif yang berlaku menurut Petjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).
Oleh kerena itu, Indosat membentuk Indosat B.V. yaitu perusahaan perantara yang ditujukan semata-mata untuk memfasilitasi peminjaman dari pihak ketiga. Dengan membentuk perusahaan tersebut Indosat dapat memperoleh tingkat suku bunga yang lebih menarik bagi investor dan menerapkan tarif P3B antara Indonesia dengan Belanda yaitu sebesar 10%.
Walaupun, dalam P3B tersebut terdapat peluang penghasilan bunga tersebut dipajaki di Belanda yaitu apabila jangka waktu hutang tersebut lebih dari dua tahun, namun karena pelaksanaannya sebagai mana yang terdapat dalam P3B tersebut membutuhkan persetujuan bersama antara pihak yang berwenang di kedua negara, peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan pemerintah tidak ingin kehilangan penghasilan dari pemotongan paj ak penghasilan atas bunga tersebut.
Karena dalam indenture disebutkan bahwa pemegang obligasi menerima penghasilan bunga bersih tanpa dipotong pajak, maka pajak penghasilan tersebut menjadi biaya tambahan bagi Indosat.
Selain dari tambahan biaya dari pajak penghasilan yang ditanggung oleh Indosat tersebut, Indosat juga mengeluarkan biaya-biaya lain seperti biaya hedging, keuntungan atau kerugian dari selisih kurs yang belum terealisasi, dan biaya penerbitan surat hutang tersebut.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Fahlevy, Author
"ABSTRAK
Meningkatnya kebutuhan otomotif seiring dengan makin baiknya perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, telah meningkatkan pula kebutuhan pembiayaan atas otomotif itu sendiri. Hal ini menjadikan peluang pasar tersendiri bagi industri multifinance di Indonesia Dengan keberadaan perusahaan pembiayaan di Indonesia, sekitar 212, tentunya persaingan yang ada terasa cukup ketat. Masing-masing perusahaan ingin berusaha merebut pangsa pasar yang ada melalui pemberian pelayanan yang baik serta suku bunga pembiayaan yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaingnya. Apalagi kini sudah banyak bank yang juga ikut dalam usaha pembiayaan ini, tentunya persaingan yang ada menjadi jauh lebih ketat.
Kemampuan memberikan suku bunga yang rendah pada saat melakukan pembiayaan tentu saja tergantung pada seberapa besar biaya atau suku bunga yang harus dibayarkan pada saat pendanaan. Pendanaan yang paling lazim digunakan oleh perusahaan multifinance adalah loan atau pinjaman kepada lembaga keuangan seperti bank, selain itu ada pula yang menggunakan chaneling dan/atau penerbitan obligasi yang digunakan oleh beberapa perusahaan multifinance untuk memperoleh pendanaannya Salah satu altematif pendanaan yang mungkin dapat digunakan oleh perusahaan multifinance, yaitu melalui penerbitan ABS.
ABS atau sekuritisasi aset merupakan instrumen pendanaan jangka panjang, yang prinsipnya adalah mengubah aset berupa aliran kas atau tagihan kredit, basil sewa atau perdagangan ke dalam kelompok aset yang lebih likuid. Caranya adalah dengan mengalihkan hak kepemilikan aset tadi kepada pihak lain yang berfungsi khusus, yang disebut special pupose vehicle (SPV). Lembaga khusus ini nantinya menerbitkan surat utang dengan didukung aliran kas atas hak tagihan tersebut.
Dari basil analisa yang dilakukan terhadap PT. XX Finance, terlihat bahwa ABS mampu memberikan suku bunga pendanaan yang lebih rendah dibandingkan dengan altematif pendanaan lain seperti loan dan penerbitan obligasi. Meski demikian, perlu disadari bahwa tidak semua perusahaan dapat melakukan penerbitan ABS ini karena persyaratannya yang cukup banyak. Dan tingkat suku bunga yang diperoleh oleh satu perusahaan pun cenderung tidak akan sama dengan perusahaan lain, karena tingkat suku bunga ABS ditentukan oleh rating perusahaan, di mana rating tersebut terkait dengan performa perusahaan.
Di Indonesia, penerbitan ABS masih tergolong barn bagi pemsahaan multifinance, namun keberadaannya di luar negeri sudah ada sejak lama Potensi investor ABS sendiri di Indonesia sudah cukup banyak terbidik, di antaranya adalah perusahaan asuransi (terutama asuransi jiwa), reksa dana (untuk investor retail) dan dana pensiun.
Bagi perusahaan pembiayaan yang akan melakukan ekspansi pendanaan, penerbitan ABS ini dinilai dapat mengakomodasikan keinginan tersebut, karena pencatatan atas pendanaan berada di luar neraca (off balance sheet). Sehingga pendanaan melalui penerbitan ABS ini tidak akan memperbesar tingkat debt perusahaan. Hal tersebut juga dinilai sangat bagus bagi perusahaan yang telah memiliki debt cukup besar, karena penambahan dana melalui penerbitan ABS ini tidak akan membentur aturan mengenai pendanaan yang ditetapkan pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia
Untuk mengurangi resiko atas pendanaan yang ada, suatu perusahaan dapat memportofoliokan pendanaannya melalui kombinasi loan dengan penerbitan ABS atau penerbitan ABS dengan debt jenis lain, selain itu hal tersebut juga dapat memaksimalkan pendanaan yang dilakukan perusahaan."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Meloin
"Bagi investor, terdapat dua hal yang sering kali menjadi perhatian dalam memutuskan pilihan investasinya, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Bersamaan dengan tingkat pengembalian terdapat risiko yang menyertainya.
Beberapa faktor akuntansi keuangan diyakini mempengaruhi risiko sistematis (beta) suatu saham. Beaver et al. (1970) melakukan penelitian penting pertama untuk menghubungkan risiko pasar dengan data akuntansi keuangan. Mereka menemukan adanya hubungan yang signifikan antara perkiraan beta dengan beberapa rasio keuangan seperti dividend payout ratio, pertumbuhan aktiva, financial leverage, lilaiiditas, ukuran aktiva, variabilitas keuntungan, dan beta akuntansi. Perbedaan data akuntansi yang berasal dari berbagai keputusan keuangan perusahaan mungkin memiliki informasi tentang besarnya risiko sistematis suatu saham.
Ukuran perusahaan juga ditemukan sebagai faktor penting dalam menentukan besamya risiko sistematis di antara perusahaan. Husnan (1990), Chan dan Chen (1991) memperlihatkan perbedaan tingkat risiko sistematis antara perusahaan kecil dan besar.
Berdasarkan kejadian di Indonesia, penelitian ini mencari peran variabel rasio keuangan (NPL, CAR, EPS, dan ROE) dan ukuran perusahaan (total aktiva) dalam menentukan tingkat risiko sistematis saham perbankan dan hubungan antara variable tersebut dalam mempengaruhi risiko sistematis saham perbankan selama periode 2000 - 2004. Sampel yang digunakan sebanyak 21 perusahaan perbankan yang masih terdaftar sampai dengan akhir Desember 2004 dan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta minimal selama dua tahun.
Penelitian ini menggunakan tiga tahap. Tahap pertama adalah menentukan parameter dari tingkat pengembalian saham individual (R) dan tingkat pengembalian pasar (Rm). Data yang digunakan untuk setiap saham adalah harga penutupan mingguan. Tahap kedua adalah menghitung nilai koefisien beta (B) masing-masing saham individual per periode dengan menggunakan perangkat lunak E-views 4.1. Tahap ketiga adalah penggunaan regresi berganda untuk menentukan hubungan antara rasio keuangan dan ukuran perusahaan dengan beta saham.
Hasil penelitian menunjukkan variabel rasio keuangan dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi perubahan beta saham secara signifikan pada level 5% untuk model regresi 5 tahunan. Sedangkan jika model regresi dilakukan per tahun maka variabel rasio keuangan dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mulai berpengaruh signifikan terhadap beta saham sejak tahun 2002 dan tidak memiliki pengaruh signifikan pada tahun 2000 dan 2001.
Bila sampel diklasifikasikan berdasarkan ukuran perusahaan (total aktiva), diperoleh hasil beta saham perusahaan besar dipengaruhi dengan signifikan oleh rasio keuangan (CAR, ROE) dan ukuran perusahaan (LN_TA). CAR dan LN_TA memiliki pengaruh positif terhadap beta saham, sedangkan ROE memiliki pengaruh negatif. Hubungan LN_TA dengan beta saham sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan hubungan CAR dan ROE terhadap beta saham tidak sesuai dengan harapan. Untuk perusahaan kecil, variabel rasio keuangan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap beta perusahaan. Hal ini menunjukkan rasio keuangan tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi di perusahaan kecil. Dengan kata lain, ada faktor-faktor lain di luar rasio keuangan yang dijadikan dasar dalam berinvestasi di perusahaan kecil.
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham. Rata-rata beta saham perusahaan besar jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata beta saham perusahaan kecil. Hal ini menunjukkan perusahaan besar lebih berisiko dibandingkan dengan perusahaan kecil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Refianto
"ABSTRAK
Perkembangan industri perbankan, terutama produk atau instrumen perbankan semakin meluas dan beragam, telah memberikan banyak opsi bagi para konsumen atau pengguna jasa perbankan. Disisi lain, risiko-risiko yang dihadapi oleh Bank menjadi semakin banyak dan kompleks, sehingga manajemen Bank dan pihak otoritas pengawas Bank semakin dituntut untuk memahami hal tersebut. Kinerja perbankan di masa krisis tahun 1997 - 1998, membuktikan bahwa perbankan nasional kurang atau belum mampu mengantisipasi risiko yang dihadapi secara lebih memadai. Pada dasarnya risiko perbankan tersebut harus dikelola secara hati-hati oleh manajemen Bank dan pihak otoritas pengawasan Bank perlu mengembangkan teknik pengawasan yang mampu mengantisipasi risiko yang dihadapi oleh Bank tersebut. Dengan pendekatan yang demikian diharapkan terdapat kesamaan tujuan antara manajemen Bank dan otoritas yaitu memastikan bahwa risiko-risiko Bank dapat diidentiflkasi, diukur, dipantau, serta dikendalikan secara efektif Dengan kata lain, hasil pengawasan yang menentukan tindak lanjutnya diharapkan lebih bermanfaat bagi kedua belah pihak.
Pendekatan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan metode CAMEL dinilai belum dapat memberikan gambaran secara utuh tentang kondisi Bank serta dianggap tidak lagi memadai untuk mengakomodasi hasil dari pengawasan berbasis risiko. Oleh sebab itu Bank Indonesia sebagai otoritas pengawas dan pembina perbankan mengeluarkan Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang terbaru. Sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 6 /10/PBV2004 tanggal 12 April 2004 yaitu metode CAMELS (Capital, Assets Quality, Management, Earnings, Liquidity, Sensitivity to Market Risk). Diharapkan penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMELS merupakan langkah yang tepat agar kompatibel dengan pola pengawasan berbasis risiko tersebut.
Analisis dilakukan terhadap Bank XYZ Jakarta yang merupakan salah satu Bank Asing yang ada di Indonesia, dengan melakukan analisis selama 4 (empat periode triwulan pada tahun 2004. Hasil yang diperoleh dari analisis adalah faktor permodalan dinyatakan mempunyai predikat sehat, Hal ini direfleksikan dengan hasil KPMM yang dimiliki oleh Bank XYZ jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan KPMM minimum yang diwajibkan serta dengan memperhatikan kecukupan modal Bank untuk menyerap kerugian dari aktivitas usaha Bank yang terlihat pada Komposisi permodalan sebagian besar berasal dari modal inti bank. hal ini mengindika.sikan bank memiliki buffer (real capital) yang lebih kuat untuk menyerap potensi kerugian. baik yang ada saat ini maupun yang akan dilakukan di masa mendatang. Faktor Kualitas Aset Bank XYZ Jakarta mendapat peringkat cukup sehat, dikarenakan beberapa komponen faktomya belum bisa mendapat peringkat sehat. Faktor Manajemen Bank mendapat peringkat sehat walaupun rnasih ada beberapa komponen faktor manajemen ini yang belum mencapai basil kinerja yang sehat. Dari analisis yang dilakukan terhadap Faktor Rentabilitas, ternyata Bank XYZ Jakarta memiliki tingkat kesehatan yang sangat sehat. Bank mampu menghasilkan penilaian terhadap komponen faktor ini dengan sangat memuaskan. Hal ini diindikasikan antara lain dengan Return on Asset yang tinggi) Net Interest Margin yang cukup besar, perkembangan laba operasional yang baik se.rta penerapan sistim akuntansi yang benar. Penilaian Faktor Likuiditas yang merupakan indikator kemampuan manajemen dana perbankan mengindikasikan bahwa Bank XYZ Jakarta mampu mengelola posisi likuiditas bank secara baik. HaJ ini dicerminkan basil analisis yang menyatakan bahwa Faktor Likuiditas Bank XYZ Jakarta berada pada predikat sehat. Dan penilaian terhadap Sensitivitas Terhadap Risiko Pasar akibat perubahan suku bunga maupun nilai tukar menyatakan bahwa walaupun Bank XYZ Jakarta memerlukan analisis yang lebih kompleks terhadap risiko ini, namun bank masih dinyatakan sehat terhadap faktor tersebut. Hal ini dikarenakan Bank XYZ Jakarta tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap risiko tersebut
Dengan menggunakan Metode CAMELS, basil analisis secara keseluruhan menghasilkan nilai komposit akhir tingkat kesehatan bank 2 (dua) yang mengindikasikan bahwa Tingkat Kesehatan Bank, Bank XYZ Jakarta tergolong baik (sehat). Kemudian penilaian menggunakan metode ROCA (Risk Management, Operational Control, Complience, Asset Quality) yang menggunakan Faktor Kualitas Aset dan Manajemen, khusus untuk perhitungan bank asing, yang mana Bank XYZ Jakarta merupakan salah Bank Asing di Indonesia. Metode ROCA ini menghasilkan nilai komposit akhir tingkat kesehatan bank asing 3 (tiga) mengindikasikan tingkat kesehatan bank tergolong cukup baik. Bank masih memiliki kelemahan pada kualitas asetnya.
Bank XYZ Jakarta yang merupakan bank dengan skala tidak besar, mampu menjalankan praktek perbankan yang sehat guna mendukung perkembangan dan pulihnya perbankan di Indonesia. Hasil dari Metode CAMELS ini dapat memberi masukan bagi pihak yang berkepentingan, atas faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari keenam aspek tersebut.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armada Wardhana, Author
"ABSTRAK
Bank N merupakan salah satu bank swasta yang terkemuka di Indonesia untuk masa lebih dari empat dekade, berhasil bangkit dari krisis keuangan di Asia untuk menjadi bank ritel unggulan dengan portofolio nasabah consumer, bisnis dan korporasi yang proporsional serta kinetja keuangan yang baik.
Perkembangan ekonomi di dalam dunia usaha, memberikan dampak pada para pengusaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sejalan dengan itu peningkatan pembangunan di sector perindustrian juga membutuhkan sumber penyediaan dana yang semakin besar. Sehingga dibutuhkan suatu penilaian yang lebih matang untuk mencari peluang dalam memperoleh dana untuk pengembangan usaha. Untuk memenuhi kebutuhan dana, usaha yang dapat dilakukan dapat berupa penyediaan dana yang berasal dari sumber internal perusahaan seperti laba ditahan dan sumber eksternal, yaitu penerbitan saham, penjualan obligasi, juga pinjaman kredit kepada lembaga perbankan.
Kebutuhan Industri dalam penyediaan dana menyebabkan peranan lembaga keuangan sebagai pemberi kredit kepada rnasyarakat juga ikut rneningkat. Lembaga keuangan seperti perbankan seperti perbankan sebagai salah satu pelaku ekonomi memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan rnasyarakat dan membantu pemerintah di dalam menyediakan dana terutama dalam bentuk pemberian kredit agar dapat mendorong laju dan kesinambungan pembangunan ekonomi.
Untuk itu, pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang disebut Pakto'88 yaitu paket Deregulasi 27-10-1988. Dunia perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini ditandai dengan berdirinya bank-bank baru. Hal ini disebabkan oleh adanya kemudahan yang diberikan oleh pemerintah untuk mendirikan bank-bank baru. Pakto '88 juga telah mengubah lingkungan usaha perbankan menjadi lebih kompetitif dalam dunia usahanya untuk mendapatkan dana masyarakat dan debitur yang potensial.
Pakto'88 menetapkan batas maksimum pemberian kredit (legal Lending limit) yaitu batas/limit maksimum yang ditetapkan untuk pemberian suatu kredit, sebesar maksimum 20 % dari modal bank. Penentuan limit ini, diharapkan tidak ada lagi perorangan/ perusahaan baik individual maupun suatu group yang menguasai bank artinya agar dapat menghilangkan kemungkinan dapat digunakannya dana hanya untuk kepentingan individual. Suatu bank dalam menjalankan fungsinya yaitu sebagai sumber pembiayaan alternatif perusahaan, tidak terlepas dari resiko. Resiko yang ditanggung oleh bank disebabkan oleh keterlambatan debitur dalam pengembalian pinjaman atau tidak tertagihnya piutang sehingga menimbulkan kredit macet. Oleh karena itu, penilaian terhadap permohonan kredit yang akan diberikan harus dilakukan secara teliti, agar bank tidak mengalami kesulitan dalam menarik atau menerima kredit yang telah diberikan, karena adanya resiko tidak terbayarnya kewajiban untuk mengembalikan pokok pinjaman ataupun pembayaran bunga.
Dengan melihat perkembangan kredit di Indonesia akhir-akhir ini, persaingan antar bank, suku bunga deposito semakin rendah, yang mengakibatkan suku bunga kredit ikut turun pula, sehingga ada kecenderungan orang lebih senang melakukan investasi untuk pembelian rumah ataupun tanah, maka pihak bank pun berlomba-lomba untuk mengucurkan kredit dengan bunga yang relatif kecil.
Dari basil penelitian yang terjadi di tahun 2003 pada karya akhir ini diharapkan dapat melihat apakah kebijakan kredit yang ada di bank N, khususnya pada KPR, sudah cukup efektif dan bagaimana pelaksanaan kebijakan tersebut dapat diimplementasikan sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi acuan dalam menghadapi persaingan kredit di masa yang akan datang.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emaliana
"Saat ini cukup banyak perusahaan (terutama di luar negeri) menggunakan Activity Based Budgeting (ABB) dalam penyusunan anggarannya. Pendekatan Activity Based Budgeting menjanjikan efektivitas rencana jangka pendek yang disusun oleh organisasi.Bagi perusahaan yang ingin tetap eksis di percaturan global maka penerapan Activity Based Budgeting adalah altematif yang menjanjikan.
Pada penelitian ini penulis akan mencoba apakah keberadaaan Activity Based Budgeting dapat diterapkan dalam PT "X" khususnya pada Divisi Forwarding. Penelitian ini menggunakan data Laporan Laba Rugi sesuai dengan periode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode Activity Based Budgeting yaitu menggunakan teknik analisis aktivitas yang terjamin baik, mengidentifikasi kesempatan perbaikan biaya, menganalisis pilihan dan urutan prioritas dari pengeluaran, menentukan target kinerja untuk pengendalian, menggabungkan perencanaan aktivitas dan akuntansi untuk memberikan pengendalian yang efektif, dan proses partisipatif untuk pengendalian dan mendukung continuous improvement.
Berdasarkan pada perhitungan yang diperoleh, dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode Activity Based Budgeting, dalam anggaran pendapatan perusahaan, unit angkutan telah ditargetkan untuk mencapai rit sesuai dengan pertumbuhan jumlah investor dalam kawasan serta pertumbuhan rit jual dari unit angkutan. Penghitungan anggaran biaya langsung yaitu semua kegiatan dipicu oleh volume dari rencana penjualan, pada penyusunan anggaran biaya langsung pertama-tama adalah menghubungkan antara komponen biaya dengan volume rencana penjualan. Untuk pembuatan anggaran biaya tidak langsung, penyusunan mengacu proses penyusunan biaya tidak langsung pada Bab II yaitu mengikuti tahapan aktivitas.
PT "X" dalam menyusun anggarannya masih menggunakan metode tradisional dimana pembuatan rencana anggaran tahun yang berjalan atau tahun depan, PT "X" biasanya menggunakan data historis tahun sebelumnya. Proses penyusunan anggaran dengan metode Activity Based Budgeting dimulai dengan proses penyusunan aktivitas dan penganggaran berdasarkan aktivitas pada tahun anggaran, serta melakukan evaluasi terhadap basil pengganggaran biaya yang diperoleh antara anggaran perusahaan yang ada (berdasarkan Tradisional) dan anggaran yang disusun berdasarkan aktivitas.
Penerapan metode Activity Based Budegting, mempunyai pengaruh yang baik terhadap laporan keuangan PT "X". Dengan adanya penerapan Activity Based Budgeting, bisa mengurangi biaya yang dikeluarkan dengan mengetahui tolok ukur keluaran untuk mengendalikan biaya-biaya aktivitas. Salah satu contohnya menekan biaya pemeliharaan mekanik dengan mengacu pada kilometer. Dengan pemakaian ABB, biaya langsung dan tidak langsung bisa diredukdi sebesar Rp 1.212.487.457 dan Rp 72.451.751 dibandingkan memakai metode TradisionaL Penerapan ABB lebih mudah apabila perusahaan sudah terlebih dahulu menerapkan metode ABC dalam penyusunan laporan keuangannya. Nilai Nominal net income perusahaan yang memakai metode Activity Based Budgeting yaitu sejumlah Rp 4.179. 786.804, lebih besar dibandingkan memakai metode Tradisional hanya sebesar Rp 2.631.131.589."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Kelana Asnawi
Jakarta: Rajawali Press, 2016
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
<<   4 5 6 7 8 9 10 11 12 13   >>