Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Arab Christians and the Quran from the Origins of Islam to the Medieval Period is a collection of essays on the use and interpretation of the Quran by Christians writing in Arabic in the period of Islamic rule in the Middle East up to the end of the thirteenth century. These essays originated in the seventh Woodbrooke-Mingana Symposium on Arab Christianity held in Birmingham, UK, in 2013, and are edited by Mark Beaumont. "
Leiden: Brill, 2018
e20497896
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Syahdy Maulana
"

Dialog Nasional merupakan suatu kebutuhan bagi seluruh negara demokrasi untuk menyelesaikan segala persoalan nasional, tanpa terkecuali Republik Sudan. Penyelenggaraan Dialog Nasional yang diinisiasi oleh pemerintah Bashir di Republik Sudan merupakan upaya pemerintah untuk menyelesaikan segala permasalahan nasional, sebagai upaya untuk mencegah krisis dan disintegrasi bangsa dengan menghadirkan perdamaian dan stabilitas nasional. Penelitian ini menguji seberapa peran Dialog Nasional dalam mengatasi krisis nasional di Sudan, bagaimana peran eksternal dan korelasi Revolusi Ketiga terhadap penyelenggaraan Dialog Nasional. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui signifikansi peran Dialog Nasional dalam mengatasi permasalahan nasional, serta mengetahui peran eksternal dan korelasi Revolusi Ketiga terhadap Dialog Nasional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, serta menggunakan pendekatan deskriptif-analitik. Pemerolehan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka, dan wawancara dengan menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dialog Nasional di Sudan sejauh ini mengalami kegagalan karena berbagai faktor, di antaranya tidak inklusif, pembahasan yang tidak komprehensif, dan gagalnya proses pimplementasi, dan puncaknya adalah dibubarkannya Dewan Dialog Nasional pasca kudeta Bashir pada 2019 tanpa menyisakan lembaga khusus yang berfungsi menjalankan wewenang Dialog Nasional. Akhirnya, dengan gagalnya dialog tersebut, maka Dialog Nasional hanya dapat dicatat oleh sejarah modern Sudan tanpa memanfaatkan nilai positif atas apapun yang dihasilkan melalui forum dialog.

 

Kata kunci: Afrika Utara, Dialog Nasional, Republik Sudan, Sudan, Timur Tengah

 


National Dialogue is a necessity for democratic countries to resolve national issues, without the exception of Republic Sudan which is one of the democratic countries in the world. National Dialogue was initiated by Bashir Government in the Republic of Sudan which is a government effort to resolve national issues and to prevent national crises by presenting national peace and stability. This research examines how is the role of National Dialogue in overcoming the national crisis in Sudan, and how is the role of externals and the correlation of the Third Revolution to the National Dialogue. It aims to determine the significance of the role of the National Dialogue in overcoming national problems, and to know the external role and correlation of the Third Revolution to National Dialogue by using qualitative methods, and descriptive-analytic approach. This study is derived from literature study and interviews by using triangulation techniques. This research shows that the Sudanese National Dialogue is failed because of various factors, including the worsening economic conditions, the incomplete discussion and the failure of implementation process, especially the dissolution of the National Dialogue Council in 2019 without leaving any special institution to carry out National Dialogue Authority. Finally, National Dialogue can only be noted in the Sudan’s modern history without utilizing positive values which are produced by the National Dialogue. 

 

 

 

Key word: Middle East, National Dialogue, North Africa, Republic of Sudan, Sudanese National Dialogue, The Sudan 

"
2019
T52674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Padmo Sarwono
"ABSTRAK
Tulisan skripsi ini berbicara tentang salah satu aspek dari pertikaian Arab-Israel, yaitu pertikaian Israel-Suriah dalam periode 1978-1985. Alasan pemilihan topik ini adalah, bahwa Suriah berusaha melanjutkan permusuhan Arab-Israel dengan cara kekerasan, terutama sejak Mesir mengadakan perdamaian dengan Israel. Suriah tetap mengupayakan penyelesaian masalah Palestina dan masalah Golan melalui kemelut di Lebanon. Tindakan Suriah ini membahayakan keamanan nasional Israel yang tercermin melalui gangguan atas batasbatas yang ada sekarang. Selain itu, Israel berusaha menjaga perimbangan kekuatan militer dengan negara-negara Arab tetap unggu l. Hal-hal itu merupakan jaminan kelangsungan hidup negaranya. Pembahasan tulisan ini memakai pendekatan utama dari K. J. Holsti mengenai konflik internasional. Pendekatan Holsti akan diketatkan dan ditambah konsep kepentingan nasional dari Morgenthau; keamanan nasional dari Wolfers dan persepsi dari Mroz. Pertikaian ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh internasional. Di sini penulis memakai konsep perimbangan kekuatan dari. Dougherty yang akan menjelaskan peranan dan kepentingan Amerika dan Soviet. Dari penjabaran konsep-konsep tadi dapat bertujuan ditarik pengertian bahwa untuk mencapai kepentingan diantara nasional negara demi kelangsungan hidupnya. Upaya mencapai tujuan itu sering menjadi pertikaian yang disebabkan oleh adanya gangguan pada keamanan nasional negara lain. Keadaan itu semakin dipertajam oleh sikap bermusuhan yang timbul dari adanya persepsi historis dan ancaman yang dirasakan oleh pihak-pihak yang bertikai. Tidak dilepaskan pengaruh negara-negara adi kuasa yang melibatkan diri untuk menjaga perimbangan kekuatan di antara mereka. Akhirnya, kesimpulan dari tulisan skripsi ini adalah bahwa tindakan Israel semata-mata untuk menjaga kelangsungan hidup negaranya dari gangguan negara-negara Arab tetangganya. Israel juga berusaha menciptakan daerah penyangga yang mengelilingi negaranya dengan negara-negara Arab tetangganya. Di pihak lain, Suriah ingin menciptakan suatu kesatuan Arab di bawah Suriah Raya melalui penyelesaian masalah Palestina yang masih terhenti. Penulis beranggapan bahwa pertikaian Arab-Israel akan memakan waktu yang lama dan bertahap untuk mencapai suatu penyelesaian yang tuntas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Satrio Wibowo
"Tesis ini membahas mengenai politik luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah pada masa pemerintahan Barack Obama tahun 2009-2014. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengambil studi terhadap penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa politik luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah pada masa pemerintahan Barack Obama mengalami perubahan pendekatan dari hard power ke smart power. Tesis ini menemukan bahwa ada empat faktor yang membuat Amerika Serikat akan menarik pasukannya dari Afghanistan, yaitu : kematian Osama Bin Laden, tuntutan politik dalam negeri, kondisi ekonomi dalam negeri, dan konstelasi internasional.

This thesis discusses about U.S. foreign policy in the Middle East during the Barack Obama administration years 2009-2014. This study is a qualitative research by taking study of the withdrawal U.S. forces from Afghanistan. The results of this study indicate that U.S. foreign policy in the Middle East during the reign of Barack Obama is change from the hard power approach to the smart power approach. This thesis found that there are four factors that make the U.S. will withdraw its forces from Afghanistan, namely : the death of Osama Bin Laden, the demands of domestic politics, economic conditions in the country, and the international constellation.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Byrne, Jeffrey James
"Mecca of Revolution examines the history of anticolonial internationalism, or Third Worldism, through the prism of Algerias decolonization and the international relations of independent Algeria. It argues that the Third World movement evolved from a subversive transnational phenomenon in the late-colonial era into a diplomatic collaboration among postcolonial elites to exalt state sovereignty and national authority. Its examination of international affairs places equal, or even greater, emphasis on South-South relations than the more typical North-South perspective. New evidence from the archives of Algeria, Yugoslavia, and numerous other countries demystifies the Third Worldist phenomenon. The book looks past the rhetoric of Bandung, nonalignment, and Afro-Asianism to analyze the nascent geopolitics of postcolonial Africa, the Middle East, and the Southern Hemisphere as a whole. Refuting the notion that the Third World project ended in failure, Mecca of Revolution reveals the development of a Third Worldist normative framework that shapes global affairs in the early twenty-first century, its import felt in matters as diverse as the Arab Spring revolutions, nuclear proliferation, and global trade negotiations. It also argues that the most important effect of the Cold War in the Southern Hemisphere was to push the process of decolonization toward its eventual state-centric outcome. In that regard, the Algerian case shows that the industrialized worlds new methods of political mobilization (such as Wilsonian diplomacy and Marxist-Leninist revolution) were much more influential in the postcolonial world than were the underlying ideologies that informed those methods.
"
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470176
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Nazhath Faheema
"The Israel-Palestine conflict has long hindered diplomatic ties between Israel and many Arab and Muslim countries. However, a significant shift occurred in 1979, when Egypt normalised relations, followed by Jordan in 1994 and the Abraham Accords in 2020. These normalisation efforts signal a move from pan-Arab stance against Israel, based on the 1967 Khartoum Declaration, to a regional partnership driven by Arab states’ national interests. Despite establishing diplomatic relations, the need to achieve lasting stability and peace in the region necessitates addressing the Israel-Palestine issue comprehensively. The existence of an independent Palestinian state alongside Israel, ensuring safety for both Palestinians and Jews, is crucial. This imperative has become even more apparent in the 2023 Israel-Hamas war. Any renewed normalisation efforts between Arab states and Israel should learn from the precedents set in earlier waves of normalisation, but prioritising a better solution for the Israel-Palestine conflict is essential for the stability and peace in the Middle East."
Jakarta: UIII Press, 2023
297 MUS 2:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
A. Kusrinanto ATH
"Penelitian tesis ini bertujuan untuk memahami ancaman terorisme terhadap eksistensi kekuasaan, ancaman Al-Qaeda dan eksistensi Monarki Arab Saudi. Di mana peneliti mengasumsikan adanya "siklus kekuasaan" yang dikembangkan dari konsep pemikiran Max Weber, bahwa "jika-ancam terhadap kekuasaan meningkat, maka penggunaan kekerasan oleh negara menggunakan meningkat juga,." Dari proposisi tersebut, peneliti mengajukan hipotesis bahwa "jika ancaman terorisme meningkat, maka eksistensi kekuasaan terganggu." Namun, perlu diingat bahwa hipotesis dalam suatu pendekatan kualitatif bukanlah merupakan aspek pembuktian semata, melainkan untuk memahami fenomena yang ditafsirkan dari sebuah realitas. Dalam konteks ancaman terhadap eksistensi kekuasaan, peneliti berupaya mengungkap kedalaman makna aksi dan organisasi terorisme, serta apa yang melatarbelakanginya aksi-aksi serangan terorisme Al-Qaeda di Arab Saudi pasca-11 September 2001.
Berdasarkan dari asumsi pemikiran di atas, jelas penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menggunakan format atau strategi studi kasus. Untuk memahami realitas kekuasaan dan terorisme. Penelitian ini lebih banyak menggunakan data sekunder dari berbagai dokumen yang memuat informasi dan hasil-hasil penelitan tentang perlawanan terorisme Al-Qaeda yang dipersepsikan sebagai ancaman terhadap kekuasaan monarki Saudi, sekaligus dianggap membahayakan hegemoni AS di kawasan Timur Tengah pada khususnya, serta terhadap sasaran kepentingan Barat dan Amerika Serikat pada khususnya.
Hasil temuan penelitian ini antara lain, adalah bahwa aksi-aksi pemboman dan penyanderaan yang terjadi di Arab Saudi pasca-1 l September 2001, seperti aksi bom bunuh diri 12 May dan 8 Nopember 2003 maupun aksi pemboman 21 April serta pemboman dan penyanderaan pada 29 Mei 2004, adalah sebagai aksi perlawanan terorisme terhadap monarki Arab Saudi, sekaligus merefleksikan kebencian terhadap hegemoni Amerika Serikat.
Selain temuan di atas, penelitian ini juga melahirkan suatu sikap kritis terhadap kebijakan uniteralis (sepihak) dan strategi pre-emptive yang diterapkan presiden Bush dalam menangani masalah terorisme internasional pasca tragedi 11 September 2001, hanya akan menyebarka rasa takut dibanding dengan rasa kebersamaan yng sesungguhnya diperlukan dalam perang melawan terorisme. Bahkan dapat dikatakan melahirkan bibit kebencian baru bagi sebagian rakyat yang pemerintahannya mengalami tekanan dari Amerika Serikat, maupun mereka yang merasa keyakinan kuat agamanya digugat kebenarannya dalam masalah perang terhadap terorisme ini."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfan Firmanto
"Sebagian besar pemikir politik Islam klasik, memandang bahwa hubungan agama dan negara adalah satu kesatuan yang organis, yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Bentuk kelembagaan bagi hubungan yang organik tersebut, muncul dalam bentuk khilafah, yang dianggap sebagai representasi sebuah sistem kekuasaan dan pemerintahan Islam, sejak dari zaman Abu Bakar Shidiq hingga berakhirnya kekhalifahan Usmani di Turki. Selama itulah kedudukan khalifah tetap aman dan selalu mendapat legitimasi dari para ulama yang memegang otoritas keagamaan dalam Islam. Kondisi tersebut menggambarkan hubungan antara politik atau kekuasaan dengan agama, sebagai hubungan simbiosis yang sating menguntungkan.
Seiring dengan masuknya bangsa Eropa ke Timur Tengah, maka masuk pulalah pemikiran-pemikiran modern di kawasan tersebut. Salah satu diantara pemikiran tersebut adalah Sekularisme. Dengan faham itulah Ataturk di Turki mengejutkan dunia politik Islam dengan menggusur kekhalifahan Usmani yang memang sudah lemah. Menyusul satu tahun kemudian AIi Abd Raziq di Mesir dengan menerbitkan bukunya "Islam wa Ushul al-hukmmr ; Buhl fi al-Khila_;ah wa al-Hukumah fi al-Islam", yang juga inengkritisi eksistensi khilafah yang selama itu "disucikan". Namun keduanya menganggap bahwa khilafah adalah rezim otoritarianisme dan absolutisme yang tidak lagi relevan di zaman modem ini.

Mostly classical Islamic political scholar, looking that the relation of religion and state is one organic union, inseparable one with other. Form of the institutution for those relation, emerge in the form of khilafah, what is considered_ to be representation a system of power and Islamic, governance, since Abu Bakar Shidiq till the end of Usmani Emperor in Turki. During that's dimiciling khalifah remain to be peaceful and always get the legitimation from all moslem scholar, whom had holding religious authority in Islam, The Condition depict the relation of between politics or power with religion, as mutual symbiosis a profiting relation.
With the arrival of Europe people to Mid-East area, they bring the new ideology to the area, one of that ideology is Secularisme. With that ideology Ataturk in Turki set the river on fire the Islamic politics by aborting imperium Usmani which is true have weak. One year later, then Ali Abd Raziq in Egypt, also critizied the khilafah power by publishing his book " Islam of Ida Ushul alhuk'n ; Bahs El al-Khilafah wa al-Hukumah fr al-Islwn", which is during that "sanctified". But both assuming that khilafah is regime of otoritarianisme and absolutisme which shall no longger be relevant in this modem epoch.
Both emerging almost at the same time, with the same opinion, and global political in a same condition, regional and national which more or less is equal. Even both dissociated by far distancer, owning different personality, with the different of intellectual background, and of course own the different target, hence non an matter which coincidence happened, if both sudden emerge at the time of and same condition. This is one of reason disturbing to be checked in this thesis.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T18707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Hasan Basri
"Walaupun hingga hari ini bukti bahwa tuduhan Pemerintahan Amerika Serikat dibawah Presiden Geroge Walker Bush yang menuduhkan negara Irak memiliki dan mengembangkan persenjataan pemusnah massal belum terbukti, namun isu inilah yang dijadikan pemerintahan Amerika Serikat dan sekutunya untuk tetap melakukan invasi terhadap Irak sekaligus mengganti pemerintahan otoriter Saddam Husein dan membentuk pemerintahan "demokratis" AS. Berbagai kecaman dan dukungan pada awalnya mengalir dari berbagai negara ketika invasi akan digelar tidak terlepas pada rakyat AS sendiri. Inggris yang merupakan negara sekutu AS berada paling depan untuk mendukung aksi ini, sementara Perancis, Jarman dan Rusia juga sebagian besar negara Uni Eropa menginginkan diutusnya kembali tim inpeksi untuk menyelidiki tuduhan tersebut. Beberapa Tim Inpeksi telah diturunkan baik yang dibentuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pihak AS sendiri. Hasilnya Irak tidak terbukti sedang memiliki dan mengembangkan persenjataan pemusnah massal seperti yang dituduhkan pemerintahan AS.
Berdasarkan pada teori kebijakan luar negeri yang mengatakan bahwa faktor pemimpin sangat berperan dalam pembuat kebijakan luar negeri (foreign policy decision making), maka permasalahan utama yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah faktor-faktor internal dan eksternal apa saya yang mendukung Pemerintahan AS terutama bagi George W Bush sehingga tetap memilih langkah penyelesaian dengan cara perang untuk memusnahkan persenjataan pemusnah massal Irak. Padahal hat itu jelas belum terbukti. Penelitian dalam tesis ini adalah penelitian kualitatif (Qualitative Research) dengan jenis case studies. Paradigma penelitian yang digunakan adalah kontruktivisme, sementara data-data yang ambit adalah data-data primer dan sekunder yang diperoleh dari domukentasi. Penelitian ini dianalisa dengan menggunakan metode hermeneutic interpretative. Sementara tingkat analisa yang dilakukan yaitu analisa reduksionis dan korela sionis.
Dari berbagai data yang dimunculkan, terdapat beberapa faktor yang mendorong pemerintahan AS dibawah George W Bush dalam menginvasi Irak. Diantaranya, perrama, sejarah masa lalu pemerintah AS pada masa George Bush (Bush Senior) belum berhasil menjatuhkan pemerintahan Saddam Husein sehingga George W Bush (Bush Junior) berupaya mewujudkan impian ayahnya itu. Kedua, secara geopolitik Presiden Saddam Husein diyakini masih menjadi ancaman serius bagi hegemoni AS di Timur Tengah khususnya bagi Negara Israel. Pengalaman Perang Teluk memberikan pelajaran berharga bagi mereka. Ketiga, Secara ekonomi, Irak diyakini memiliki cadangan minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi, hat ini menjadi daya tarik tersendiri untuk menguasai Irak. Keempat, Kampanye perang melawan jaringan terorisme internasional masih menjadi isu aktual tintuk memelihara posisi AS sebagai polisi dunia atau setidaknya menjadikan negaranya masih dianggap perlu dalam menjaga perdamaian dunia.

Up till now, even though the evidence of accusations of US government under it's president George Walker Bush that accuse Iraq owns and develops weapons of mass destruction hasn't been proved,However because of this issue, U.S and it's allied not only keep doing the invasion to Iraq but also alter the authoritarian government of Saddam Hussein and fond U.S democratic government. Many criticism and endorsements come from many countries when this invasion will be done,even U.S societies them selves. England is as U.S allied country stays in the front side to back up this action, while France, German and Russia also most Europe of Union Countries are eager to be redelegated the inspection team to investigate the accusation. Some inspections team have been dropped both formed bay united nation organization (UNO) and U.S it self As the result Iraq wasn't proved that it owns and develops weaponry of muss distruction as accused by U.S government.
Based on the foreign policy theory said that leader factor has a role in foreign policy decision making, so the main problem that writer discusses in this research is what the internal and external factors thack back up us government mainly for George W. Buch, so that he keeps choosing the problem solving by war to annihilate Iraq weaponry of muss distruction, whereas the case hasn't been proved. The research of this thesis is qualitative research by using case study. Contructivism is used by research paradigm. While the data are primer and seconder data that gained from documentation. This research is analyzed by using hermeneutic interpretative method while the grade that done is reductions and correlation analysis."'
From the data that gained, some factors support us Government under it's George Walker Bush in Invasion to Iraq. First, the past history U.S Government under it's George Bush (senior Bush) hadn't succeeded to over throw the Saddam Hussein Government. so that George W Bush (Junior Bush) gets effort to realize his father's dream. Second, Geopolitically President Saddam Hussein is still assumed as serious threat for U.S hegemony in Middle East Especially for Israel. The experience of Gulf War gives them the valuable lesson. Third, Economically, Iraq is assumed owns the biggest oil reserve after Saudi Arabia, this becomes the power anntraction to colonialist Iraq. Fourth, the war campaign against international terrorism network still to be actual issue to keep U.S position as world policy, at least makes the country still considered to be able to keep world peace.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15095
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk menganalisa dampak diversfikasi pasar dan diversifikasi produk dari ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia dalam meningkatkan kinerja ekspor. Penelitian ini menggunakan metode penghitungan diversifikasi Herfindhal-Hirschman Index untuk mengukur tingkat diversifikasi/konsentrasi ekspor pada kawasan Timur Tengah dan Afrika, dan estimasi data menggunakan regresi data panel. Hasil penelitian menemukan bahwa diversifikasi pasar meningkatkan ekspor di Kawasan Timur Tengah dan Afrika. Namun diversifikasi produk hanya berpengaruh meningkatkan ekspor ke kawasan Timur Tengah sedangkan untuk kawasan Afrika diversifikasi produk berpengaruh menurunkan ekspor TPT. Faktor lain yang signifikan meningkatkan ekspor TPT ke kawasan Timur Tengah dan Afrika adalah volume impor dan pendapatan perkapita, sedangkan depresiasi nilai tukar rill berdampak menurunkan ekspor TPT

ABSTRACT
This thesis aims to analyze the impact of market diversification and product diversification of the exports of textile and textile products (TPT) of Indonesia in improving export performance. The calculation method of diversification in this study is TheHerfindhal-Hirschman Index, measure the level of exports in the Middle East and Africa. Estimation data using panel data regression. The research found that market diversification can increase exports to the Middle East and Africa Region. Product diversification increase TPT exports only in the Middle East region, while the diversification of products in the African region decrease in TPT exports. Another significant factor increase of TPT exports to the Middle East and Africa are the volume of imports and income per capita of export destination, while the depreciation of the real exchange rate reduce TPT exports"
2016
T46079
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>