Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nugroho Notosusanto
Jakarta: Intermasa, 1989
959.803 NUG t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta: Jajasan Pembaharuan, 1965
899.221 PAR j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Poeze, Harry A.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011
324.2 POE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S5707
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sayidiman Suryohadiprojo
Abstrak :
In this era of Globalization relation among stales have become much more important than before. No nation can afford to isolate itself without harming its national interests. Among the relations of Indonesia with many nations In the world, relation with the US definitely belongs to the most important ones. Many factors are bringing about this necessity, in particular geostrategic factors. However, Indonesia?US relations have never been an easy matter, ever since the proclamation of the Republic of Indonesia in 1945, The US wants to influence developments in Indonesia, aiming to bring it on its side. Indonesia-US relations improved in 1965 when Indonesia defeated a communist coup and terminated the existence of the Indonesian Communist Party PKI which was the largest communist party in the world outside the communist bloc. Closer relations between Indonesia and the US started to flourish, enabling Indonesia to start economic developments, although without leaving its non-alignment policy. An important development affected Indonesia-US relations when the US on September II, 200! had to experience a terrorist attack on the World Trade Center in New York and the Pentagon by a Muslim group calling itself At Qaeda under the leadership of Osama bin Laden. Improvement of Indonesia-US relations very much depends on the establishment of an effective and stable government in Indonesia, which is able to end confusion, instability and disorder, and demonstrate good governance to improve the national economy, social and political stability.
Jakarta: [publisher not identified], 2006
JHII-3-3-April2006-297
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Leirissa, Richard Zakarias
Abstrak :
PRRI adalah konvergensi dari dua bentuk kepentingan. pada satu pihak terdapat keinginan yang sangat kuat di kalangan daerah-daerah untuk meningkatkan taraf hidup melalui pembangunan. Pada pihak lain terdapat kepentingan untuk membangun kekuatan untuk membendung komunisme. Pihak pertama adalah daerah-daerah yang kaya akan sumberdaya alam tetapi penduduknya tidak dapat menikamtinya, dan menyalahkan keadaan itu pada munculnya komunisme yang memiliki program ekonomi yang membahayakan. Pihak kedua adalah Amerika Serikat yang melihat meningkatnya kekuatan komunis di Indonesia (PKI) sebagai ancaman bagi mekanisme pasar bebas sebagai bentuk ekonomi yang bida menjamin kesejahteraan umat manusia.
1999
JSAM-IV-JanJul1999-145
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Miftah Fadhli
Abstrak :
Penelitian ini menyingkap peran sistem hukum dalam melegitimasi pembantaian massal 1965-1966 sehingga pelaku menganggap tindakannya wajar bahkan heroik. Menurut Hannah Arendt, banalitas tindakan adalah kondisi di mana tindakan tak memiliki makna, dilakukan secara spontan, dan nyaris tanpa refleksi. Banalitas terjadi karena seseorang tak memiliki kemampuan untuk merefleksikan (lewat proses penilaian) tindakannya akibat kekacauan sosial, dan ekonomi di dalam masyarakat modern. Ketiadaan refleksi membuat tindakan menjadi tanpa makna, seperti Eichmann. Orang dengan mudah mencari alasan (i.e. 'kewajiban warga negara', 'tugas negara', 'pernyataan ulama', dll.) bagi setiap pembantaian yang dilakukannya tanpa mau (dan mampu) mengevaluasi kerangka bagi tindakannya. Di sisi lain, kehadiran sistem hukum menyediakan makna: bahwa tindakan kekerasan adalah tindakan yang taat hukum. Maka, pembantaian massal terhadap ratusan ribu hingga jutaan orang-orang (terduga) komunis mencerminkan tindakan warga negara yang taat hukum. Kerangka bagi tindakan pembantaian massal (patriotisme, sikap religius, sikap kultural) menjadi cerminan heroisme pelaku. Misalnya, 'ikut ambil bagian dalam pembantaian berarti ikut ambil bagian dalam peperangan melawan kaum komunis yang berniat menghancurkan NKRI' merupakan contoh narasi yang diciptakan oleh Orde Baru yang memberi kerangka bagi heroisme pelaku dan narasi-narasi semacam ini menjadi norma dalam peraturan hukum seperti TAP MPRS, Keppres, Inpres, dll. ...... This thesis examines the role of legal system in legitimazing the mass killings of 1965-1966 so that the perpetrators proudly and patriotically deemed their deed as daily life activity like drinking a cup of tea in the morning or clapping a mosquito. Hannah Arendt states that banality is a condition in which the action is meaningless and spontaneously manifested in the absence of reflection. It occurs when men have no capability to 'think' (through assessment process) of their deeds caused by the social and economic collapse of modern society. The inability to think (or reflect) is caused by the absence of the meaning in action as Adolf Eichmann had done. Men justify themselves 'in the name of country', 'state duty', or 'clerical order' as their motivation to slaughter in the inability to evaluate the way they act, both before and after. Furthermore, the presence of a legal system provides legitimation, that: violence as a legal action. Thus, the extermination of the PKI members had become the duty of citizens guaranteed by the law. The motivations of the killings (e.g. patriotism, religious outlook, and cultural background), in turn, reflect the killers heroism. For instance, 'taking a part in the extermination of PKI members means taking a part in the war against communists who intend to destroy NKRI (The Republic of Indonesia)' was the one of propagandas, which was disseminated by the New Order regime, providing the normative framework of State regulations such as TAP MPRS (The Decision of Provisional People's Consultative Assembly), Presidential Decree, Presidential Instruction, etc.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S55923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yusran Darmawan
Abstrak :
Selama ini studi tentang pembantaian massal pada mereka yang dituduh sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah banyak dilakukan. Misalnya Anderson (1977), Cribb (1990), Crouch (1973), Lev (1966), Robinson (1995), Sulistiyo (2000), dan Suryawan (2007). Namun masih langka ditemukan studi yang melihat bagaimana peristiwa tersebut masih membekas di ingatan korban kekerasan tersebut. Kebanyakan studi tersebut melihat peristiwa dan aktor politik yang saling berkontestasi, tanpa melihat bagaimana masyarakat memaknai kejadian tersebut. Peristiwa pembantaian massal tersebut telah membangkitkan trauma dan rasa perih yang berkepanjangan. Meskipun pemerintah Indonesia setiap tahun menggelar ritual untuk memperingati peristiwa tersebut, namun ritual itu seakan membangkitkan kembali berbagai ingatan perih atas kejadian masa silam. Penelitian ini tidak diniatkan sebagai penelitian sejarah yang ketat dengan penelusuran arsip dan dokumentasi masa silam. Penelitian ini adalah penelitian antropologi yang mensyaratkan studi lapangan serta upaya penggalian fakta-fakta empirik. Penelitian ini hendak memahami bagaimana ingatan-ingatan atas satu peristiwa sejarah dibingkai dan diartikulasikan secara kultural oleh subyek dan komunitas. Penekanan pada aspek kultural akan dilakukan melalui etnografi. Penelitian ini akan lebih sensitif pada jaringan makna yang ditemukan melalui upaya menyelami realitas permukaan secara lebih mendalam. Jaringan makna itu bisa dikenali dengan cara mengetahui pengalaman-pengalaman subyek serta mengetahui bagaimana mereka menyusun strategi dan negosiasi atas berbagai situasi pasca kejadian tersebut.
There have been major studies about Partai Komunis Indonesia (Indonesia Communist Party) and its rebellions. Most of them were paying attention on either the massacre or the actors involved in one of the most unforgettable episode ever happening in Indonesia. Such studies can be found in many researchers? work, namely Anderson (1977), Cribb (1990), Crouch (1973), Lev (1966), Robinson (1995), Sulistiyo (2000), and Suryawan (2007). While they focused on the massacre, numbers of victims, and other statistical facts, I am trying to identify how the mass murder created traumatic and painful memories in every victim's head and how they interpret them. For many years, PKI tragedy have awaken everlasting trauma for Indonesian, especially the victim's themselves. Tough the government held ritual ceremonies yearly, yet it recalled only the memories about what happened in long time past. This project is not intended to be a tight history research through archives and historical documentations. Instead, it is an anthropological research demands on field studies and empirical fact searching. During my research, I am not going to find out how PKI rebelled, as an oral historical researcher did. I intend to see how memories of a historical event captured and uttered culturally by subject and communities. Focused on cultural aspect, I took ethnography as my research method. By doing so, meaning can be recognized, not only from subject's experiences, but also how they arranged strategy and dealt with situations after the massacre. Ethnography helps me understanding both on how historical events influenced human activities and why memories remain or be forgotten.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T25230
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aminuddin Kasdi
Abstrak :
Socio-economic and political conditions in East Java during 1960-1965
Surabaya: UNESA University Press, 2016
324.2 AMI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
D.N. Aidit
Jakarta: Jajasan Pembaruan, 1960
320.959 8 PIL II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>