Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 260 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Andi Fachrudin M.
"Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia, dan berpenduduk terbesar ke empat di dunia dengan jumlah 203,5 juta jiwa. Hal tersebut menjadi sangat erat hubungannya dengan perkembangan teknologi komunikasi di era globalisasi saat ini, yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan keluarga masyarakat untuk memperkokokoh ketahanan nasional.
Menurut data Biro Pusat Statistik/BPS (survey aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap media massa tahun 2000) Aksesbilitas penduduk Indonesia terhadap televisi sebesar 78,22%, yang bila dihitung dari 203,5 juta jiwa adalah 168 juta jiwa penduduk, televisi terbukti sangat besar diminati oleh masyarakat Indonesia dibandingkan media massa lainnya. Sedangkan penduduk Indonesia sebagian besar 67,34% tinggal di pedesaan dengan taraf hidup dan pendidikan yang masih relatif rendah, serta kegemaran membaca pada masyarakat Indonesia juga dikenal paling rendah didunia. Dengan kenyataan yang demikian menyebabkan peran serta televisi sangat penting dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan dan membina kesadaran masyarakat dalam berbangsa serta membangun masyarakat Indonesia yang berkualitas.
Program siaran televisi merupakan karya budaya demikian pula dengan prilaku anggota keluarga yang dapat berubah karena dipengaruhi menjadi negatif ataupun positif. Keluarga sebagai lembaga yang paling penting dan paling mendasar dalam masyarakat adalah sebagai bagian dari ketahanan nasional.
Permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu:
1. Sampai sejauh mana pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga pada masyarakat pedesaan di Banten?
2. Program siaran televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten?
3. Stasiun televisi manakah yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten? dimana efektivitas penyebaran pesan-pesan pembangunan melalui siaran televisi dapat membina kesadaran berbangsa. Namun hal itu dipengaruhi oleh faktor faktor sosial budaya yang hidup di masyarakat dengan latar belakang adat istiadat, agama, pendidikan, kebudayaan yang beraneka ragam dan taraf hidup yang masih relatif rendah serta jangkauan media cetak yang masih terbatas terrnasuk minat membaca yang kurang.
Selanjutnya penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis pengaruh program siaran televisi terhadap ketahanan keluarga masyarakat pedesaan di Banten.
2. Menganalisis program siaran televisi yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten.
3. Menentukan stasiun televisi nasional yang paling disukai masyarakat pedesaan di Banten.
Metode penelitian yang dipakai adalah Metode Analisis pada tujuan penelitian pertama, serta Tabel Analisis pada tujuan penelitian kedua dan ketiga dengan mengunakan data primer dan sekunder yang didapat dari jawaban kuesioner responden.
Adapun hasil penelitian yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Semua variabel program siaran televisi (siaran berita, hiburan, dan niaga) signifikan pada taraf 5%, kecuali variable X3 (siaran pendidikan) tidak signifikan. Variabel siaran berita adalah variabel yang terbesar mampu meningkatkan ketahanan keluarga apabila ditambah satu unit yaitu sebesar 69%.
2. Sedangkan R2 = 0,85 atau 85% yang berarti program siaran televisi secara bersama-sama mampu menjelaskan variansi ketahanan keluarga sebesar 85%, adapun 15% lagi dipengaruhi oleh variabel lainnya.
3. Selanjutnya program siaran televisi yang paling disukai oleh responden adalah program siaran berita sebesar 53,3% di televisi SCTV, yang terbesar dipilih oleh kelompok Bapak 40,6%.
4. Serta stasiun televisi yang paling disukai oleh responden adalah stasiun televisi INDOSIAR dimana program siaran hiburan 33,3% dan siaran niaga 26,6% mendapat prosentase terbesar.
Dunia pertelevisian Indonesia dimulai pada tahun 1962 dengan berdirinya TVRI, selanjutnya berkembang pesat pada tahun 1979 setelah diluncurkannya Satelit Komunikasi PALAPA yang mendukung penerimaan siaran televisi diseluruh tanah air yang terbentang luas dari Sabang hingga Marauke. Masyarakat Indonesia ketika itu telah jenuh dengan sajian seremonial dan gambaran kehidupan miskin yang selalu ditampilkan TVRI, Masyarakat terlihat antusias sejak berdirinya televisi swasta pertama yaitu RCTI pada tahun 1989, yang berturut-turut muncullah TPI, SCTV, ANTV dan INDOSIAR dan saat ini telah/siap mengudara METRO-TV, TRANS-TV, TV-7, LA-TV, GLOBAL-TV. Yang semuanya kenyataan menuju siaran nasional (program siaran sarat kekerasan dan pornografi) tanpa menghiraukan perbedaan pendidikan, taraf hidup, dan sosial budaya masyarakat di seluruh Indonesia.
Program siaran televisi swasta sebagian besar hanya menjual mimpi yang laku dipasar (produk import dan produk lokal yang cenderung meniru budaya asing) berdasarkan research dari konsultan internasional yang lebih dipercaya dibandingkan mengaca kepribadian bangsa Indonesia yaitu AC-NIELSEN. Hanya program siaran TVRI yang selalu mengedepankan rasa kebangsaan dengan membina kesadaran berbangsa melalui layar kaca, seperti menampilkan penyiar multikultural, kebudayaan daerah-daerah melalui stasiun penyiarannya, menyuguhkan berita yang menyejukkan, dan menyiarkan produk import hanya 5 %. Akan tetapi TVRI justru seakan ingin ditekan agar tidak berkutik oleh penguasa, kalangan DPR, dan konglomerat yang sebagian besar memang memiliki asset di televisi swasta dengan tidak memberikan TVRI siaran iklan dan kesepakatan 12,5% dari transaksi iklan TV swasta, adapun yang diberikan dana pada TVRI hanya dari APBN yang hanya bisa menghidupi 10 % saja dari kegiatan operasionalnya. Namun betapapun besarnya beban yang dipikul TVRI, dengan penanganan yang benar akan mengurangi atau bahkan dapat menghilangkan resiko rusaknya mental bangsa sehingga dapat memperkuat ketahanan keluarga.
Propinsi Banten menjadi lokasi penelitian karena sebagai daerah penyanggah lbukota Jakarta, daerah pariwisata, dan jalur transportasi penting yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra.
Pihak manajemen seluruh televisi di Indonesia sebaiknya melakukan berbagai perbaikan terhadap penanganan program siaran televisi yang akan ditampilkan pada masyarakat Indonesia secara nasional, dengan memperhatikan rasa kebangsaan dan pembinaan ketahanan keluarga."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T1853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gun Gun Heryanto
"Penelitian ini tertarik membatas relasi kekuasaan pada kebijakan perubahan status hukum TVRI setelah era reformasi tepatnya pada saat TVRI berstatus Perjan sekaligus pada transisi perubahannya hingga menjadi Persero. Tentu saja, dengan tidak melupakan aspek historisitas dari perjalanan TVRI sebelumnya sebagai bahasan pendukung. Mengingat saat ini berbagai perubahan di TVRI masih terus berlangsung, penelitian ini secara tegas membatasi diri hingga tanggal 15 April 2003. Pertimbangannya, karena pada tanggal tersebutlah status hukum Persero bagi TVRI disahkan pemerintah melalui Meneg BUMN.
Kebijakan perubahan status hukum TVRI tentu saja tidak lahir begitu saja, melainkan muncul dari pergulatan berbagai kepentingan yang mendeterminasi keseluruhan proses reformasi TVRI. Untuk itu sangat relevan jika peneliti mengungkap : Bagimanakah latarbelakang lahirnya kebijakan perubahan status hukum TVRI dari Yayasan/Unit Pelaksana Teknis Deppen ke Perusahaan jawatan (Perjan) dan Perusahaan Perseroan (Persero)? Permasalahan-permasalahan apa saja yang terjadi pada saat penetapan kebijakan perubahan status hukum (Perjan dan Persero) tersebut ? serta bagaimana dampak kebijakan perubahan status hukum tersebut bagi TVRI saat terutama dikaitkan dengan ditetapkannya TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik dalam UU No.32 /2002 ?.
Paradigma yang digunakan dalant penelitian ini adalah paradigma kritis. Sementara tipe penelitiannya bersifat kualitatif. Untuk pengumpulan data di lapangan digunakan tiga teknik : Dokument analysis dipergunakan untuk menelaah data-data yang telah ada baik yang berupa dokumen kebijakan status hukum TVRI atau kebijakan dan tulisan yang relevan. Depth interviewing wawancara mendalam dengan nara sumber yang relevan dengan substansi masalah penilitian, serta Unstructure observation, observasi langsung tidak terstruktur dengan mengamati perkembangan-perkembangan yang terjadi di TVRI. Data yang didapat bails berupa dokumen maupun hasil wawancara dianalisa dengan perspektif Critical Political-Economy dari varian konstruktivisme. Untuk membantu mempertajam analisa critical political economy juga digunakan analisa dari Teori Konstruksi Sosial, terutama untuk memahami realitas sosial TVRI di tengah realitas sosial industri penyiaran secara keseluruhan.
Ada tiga periode yang relevan dalam konteks kebijakan status hukum TVRI. Pertama, status hukum TVRI era 1962 hingga 1975 di.anana TVRI ditetapkan badan hukumnya sebagai Yayasan TVRI. Kedua, status hukum TVRI era 1975 hingga 1999 dimana TVRI mulai memasuk era status hukum ganda. Disamping sebagai yayasan, TVRI juga ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Deppen. Pada kedua periode tersebut yang dominan memanfaatkan TVRI adalah negara. Ketiga, status hukum TVRI era Reformasi yakni dengan status Perjan dan Persero.
Hasil temuan di lapangan menunjukan bahwa kebijakan perubahan status hukum dalam rangka reformulasi TVRI itu tidak semata diciptakan oleh struktur. Terdapat sejumlah tindakan aktor di TVRI (human agency) yang sebenarnya berpengaruh. Dengan demikian, terdapat interplay yang dinamis antara struktur dan agency dalam bentuk negosiasi peran dan kewenangan.
Historical siluatedness kebijakan perubahan status hukum TVRI adalah : pertama, terjadinya reformasi sehingga membuka "rang" bagi TVRI untuk berubah. Likuidasi Deppen menjadi entry point perubahan bentuk dan fungsi TVRI dari media organik negara menuju televisi publik.
Kedua, loby dari insan TVRI selain kepada pemerintah, juga kepada DPR, LSM, dan akademisi. Ketiga, tekanan industri pasar karena muncul kecenderungan untuk menjadikan TVRI seperti halnya TV komersial yakni menjadi capitalist venture. Keempat, pada saat pengalihan transisi TVRI dari Perjan ke Persero, TVRI disyahkan menjadi Lembaga Penyiaran Publik. Hanya saja, tuntutan menjadi TV Publik belum bisa direalisasikan apalagi dengan pilihan TVRI yang mengadopsi model persero yang tampil bak "swan to".
Sejumlah masalah muncul dan berkembang di TVRI, sehingga menyebabkan mandulnya Perjan TVRI. Terdapat relasi kekuasaan pertama, antara Negara dengan TVRI dalam bentuk negosiasi peran dan kewenangan negara atas TVRI. Banyak peraturan-peraturan yang telah di"buat bertentangan sate sama lain . Contoh paling nyata saat Dirut Sumita Tobing dilarang melakukan 21 wewenang, karena sudah didelegasikan kepada Direktur Administrasi dan Keuangan. Kedua, relasi TVRI DPR, dalam hal ini juga mengundang polemik karena permintaan DPR agar TVRI menjadi TV Publik. Karena menganggap sudah badan usaha, seringkali Perjan TVRI tidak mau bergabung dalam rapat dengan Komisi I, melainkan dengan Komisi IX. Ketiga, terjadi relasi kekuasaan antar aktor di tubuh TVRI, seperti antara Dirut dengan para Direktur, Dirut dengan manajemen level menengah, karyawan Federasi Serikat Pekerja-TVRI dengan non FSP. Ini semua menyatu dengan permasalahan-permasalahan TVRI bails aktual ataupun "dosa turunan" sehingga menambah kompleksnya persoalan TVRI.
Satu hal yang pasti, TVRI saat ini tidak bisa di`icategorikan TV publik, karena prinsip-prinsip umum TV Publik belum diimplementasikan secara baik. Kesimpulannya saat membicarakan perubahan status hukum TVRI, faktor ekonomi bukan satu-satunya penyebab perubahan melainkan juga terdapat faktor politik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Alhafiz
"Persaingan antar stasiun televisi di Indonesia semakin ketat. Dengan jumlah stasiun swasta yang bersiaran nasional sebanyak 10 stasiun, berakibat stasiun-stasiun tv berusaha mendapatkan iklan sebanyak-banyaknya, karena iklan merupakan penghasilan atau sumber hidup utama stasiun tv swasta di Indonesia.
Tuntutan iklan juga diikuti dengan tuntutan jumlah penonton yang besar atau ditunjukkan melalui rating. Karena itu program-program televisi selalu ditujukan untuk mendapatkan rating sebesar-besarnya.
TV7 merupakan stasiun televisi yang merupakan anak perusahaan dari Kelompok Kompas Gramedia. Kompas sebagai induk memiliki sejarah dan kultur yang khas, yang selalu berpihak pada masyarakat kecil dengan menunjukkan unsur-unsur human interest dalam tulisannya.
Program Peristiwa pertama kali dirancang untuk memotret masalah human interest, sehingga tak jauh dari gambaran yang dimiliki Kompas. Namun tuntutan rating, topik-topik human interest, dinilai kurang laku, sehingga dilakukan perubahan topik dan mengangkat tema seks sebagai jualan utama program.
Keberhasilan topik seks ini ditunjukkan dengan peningkatan rating dan peningkatan jumlah iklan yang diraih program Peristiwa. Ini ditunjukkan dengan tingginya rating topik seks dibanding topik Iainnya.
Tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran bagaimana proses produksi isi media dalam program Peristiwa, bagaimana konsumsi khalayak dan faktor apa saja yang mempengaruhi isi media.
Pada penelitian, metode yang digunakan serta analisisnya bersifat kualitatif deskriptif, dengan studi kasus pada program Peristiwa di TV7.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, analisis isi media, analisis percakapan redaksi, analisis dokumen dan data AC Nielsen, dan focus group discussion.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis isi terhadap isi media, dimana tergambar apa yang disebut liputan seks dan non seks, serta keberhasilan topik seks mendapatkan rating cukup baik.
Sementara analisis wacana untuk memberikan gambaran yang lebih dalam bagaimana teks terbentuk. Analisis dilakukan selain melalui analisis teks, juga melalui analisis produksi isi media, analisis konsumsi khalayak dan analisis sosial budaya.
Program Perisitiwa setiap pekannya melakukan produksi isi media yang merupakan proses rutin yang terjadi hampir di semua media dengan memiliki karakteristik masing-masing. Produksi isi media dan pemilihan topik seks dipengaruhi oleh awak redaksi sendiri, dan yang paling berperan adalah produser program. Dalam analisis percakapan redaksi dan produksi naskah dan gambar tergambar wacana yang terjadi dalam pemilihan topik program. Secara tidak langsung wacana yang terjadi di redaksi juga dipengaruhi oleh tuntutan rating dan iklan, dimana seluruh awak dituntut membuat program yang berorientasi pada rating.
Program Peristiwa TV7 menggambarkan bagaimana redaksi harus tunduk pada selera pasar, dan mengabaikan idealisme saat program ini dibangun sebelumnya. Faktor tujuan organisasi mencapai keuntungan (iklan) sangat berperan dalam level individu (producer) untuk mengambil pilihan isi media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T11999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jorine Utari Soetjahjo
"Industri televisi mengalami perkembangan sejak dikeluarkannya ijin pendirian stasiun televisi oleh swasta pada tahun 1988, dengan dipelopori oleh PT Rajawali Citra Indonesia (RCTI), yang selanjutnya diikuti stasiun-stasiun lainnya, seperti Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Surya Citra Televisi (SCTV), Andalas Televisi (ANTV) dan Indosiar. Perkembangan televisi ini dimungkinkan karena kelonggaran-kelonggaran perijinan yang diberikan pemerintah, kecepatan antisipasi pihak swasta dan perkembangan teknologi pertelevisian itu sendiri.
Situasi dan kondisi eksternal yang cepat berubah menjadikan suatu tantangan tersendiri bagi manajemen RCTI untuk mampu bersaing di Industri televisi nasional. Kejelian manajemen RCTI dalam melakukan positioning pasar dan perencanaan keputusan yang tepat akan sangat menentukan dalam mengantisipasi peluang yang ada. Tujuannya adalah untuk peningkatan kepuasan pelanggan dan citra terbaik perusahaan di masa yang akan datang.
Hasil analisis SWOT dari posisi bersaing RCTI di industri televisi telah menunjukkan strategi agresif dapat dilakukan. Hasil analisis menunjukkan keunggulan relatif RCTI dalam hal kualitas siaran, inovasi program, inovasi teknologi, dan citra. Kelemahan relatif RCTI terletak pada faktor pelayanan dan ketersediaan faktor iklan.
Keberhasilan RCTI di masa yang akan datang sangat tergantung dari upaya penyempurnaan kinerja dan sikap profesionalisme manajemen yang tinggi dalam meningkatkan mutu siaran dan pelayanan pelanggan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ciptono Setyobudi
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005
384.55 CIP p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Irwansyah
"Penyebarluasan gagasan keluarga berencana (KB) secara massif dan jangkauan luas salah satunya dilakukan melalui iklan televisi. Iklan dapat menimbulkan efek yang dapat mengubah pengetahuan, sikap, keyakinan dan perilaku individu yang melihat iklan. Artikel ini mendiskusikan tiga level efek iklan televisi program KB terhadap level (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) perilaku. Penelitian ini menunjukkan bahwa terpaan iklan KB memiliki efek pada level pengetahuan. Hal ini dapat terukur dari memori terhadap pesan program KB. Kemudian, terpaan iklan KB juga terbukti tidak mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku responden. Namun, responden memiliki sikap positif terhadap program KB dan adanya keinginan untuk menerapkan gagasan KB di masa akan datang. Terdapat juga indikasi bahwa penerimaan program KB tidak dipengaruhi dari iklan televisi saja melainkan melalui berbagai aspek lainnya seperti ekonomi, keluarga, lingkungan dan lain-lain. Iklan KB berperan sebagai stimulator yang dapat menggiring masyarakat untuk menerima program KB.
One of family planning idea dissemination in massive and wide coverage is television ads. Ads could influence the change of people’s knowledge, attitude, belief dan behavior who watches the ads. This article discusses effects of television ads toward (1) cognitive, (2) affective, (3) behavior level. This study shows that exposure of television ads has affected knowledge level. Meanwhile, exposure of television ads does not have any effect on attitude and behavioral level. Respondents have positive attitude toward family planning program and strong willingness to adopt the program in the future. There is also indication that family planning program acceptance is not affected by only televion ads, but it could be influenced by other aspects such as economy, family, environment and etc. Therefore, family planning television ads role as stimulator that could persuade people to adopt the program."
Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanegara, 2016
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerbitan Yogya (LP3Y) dan Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), 1994
R 778.53 SEM m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Moshkovitz, Moshe
Oxford: 2000
384MOSV001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Victorina A.
"Semakin banyaknya jumlah media dan semakin banyaknya jenis media akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan media yang semakin dinamis, begitupula industri yang berhubungan dengan penggunaan media. Dinamika media yang sangat cepat ini khususnya terjadi di media televisi. Secara kasat mata teramati makin beragamnya program dan semakin banyaknya program-program yang serupa. Perubahan ini menimbulkan dan sekaligus disebabkan oleh terjadinya persaingan diantara stasiun televisi.
Kondisi ini menyebabkan terbagi-baginya penonton ke program-program yang semakin banyak, sehingga jumlah penonton semakin sedikit untuk suatu program. Hal inilah yang disebut dengan fragmentasi. Di sisi lain terjadi segmentasi di masyarakat, yaitu masyarakat semakin terbagi-bagi dalam berbagai segmen dengan pola hidup, cara berpikir dan cara mengkonsumsi media yang berbeda-beda. Masyarakat saat ini semakin mempunyai banyak pilihan dan semakin dapat menentukan pilihan sendiri.
Bagi pengiklan kondisi ini membawa dampak yaitu semakin suiitnya menggapai para konsumen yang hendak menjadi target. Semakin sulit menentukan media mana yang paling tepat. Sehingga diperlukan ukuran yang Iebih akurat dan tajam.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah ukuran yang saat ini dipergunakan masih relevan dalam kondisi fragmentasi media dan segmentasi masyarakat atau khalayak.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara kepada para perencana media yang melakukan pemilihan dan penempatan iklan ke media-media melalui suatu pengolahan perencanaan media dan sehari-hari dalam pekerjaannya menggunakan data pemeringkatan acara televisi.
Sebagai kerangka berpikir dari penulisan tesis ini digunakan tiga jenis teori yaitu pertama teori fragmentasi media yang menjelaskan adanya perubahan di media yaitu terjadinya kondisi fragmentasi di media, kedua teori segmentasi khalayak yang menjelaskan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat, dan ketiga yaitu teori-teori yang digunakan dalam perencanaan media terutama yang berhubungan dengan pengukuran khalayak.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa pemeringkatan acara teievisi sebagai ukuran dalam perencanaan media sangat diperlukan, namun saat ini dianggap masih kurang tajam sehingga tidak sepenuhnya membantu para perencana media dalam kondisi masyarakat yang semakin tersegmen dan media yang semakin banyak atau semakin terfragmentasi. Bahkan ada perencana media yang sudah tidak menggunakan data pemeringkatan acara televisi yang ada sekarang ini.
Peneiitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada para perencana media dan klien-kliennya serta patnernya yaitu dalam hal ini pihak televisi dan badan research mengenai kebutuhan akan data khalayak yang lebih tajam untuk suatu kampanye iklan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22616
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>