Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alvi Tri Salviana
"Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Dengan pesatnya perkembangan penduduk maka kebutuhan air bersih untuk masyarakat juga semakin bertambah banyak. Namun masalahnya adalah dengan semakin buruknya kualitas air baku untuk air minum, disamping biaya produksinya meningkat hasilnya juga sering kurang baik. Suplai air bersih dengan kualitas yang kurang memenuhi standar atau air bersih yang tercemar baik secara biologis ataupun kimia dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat atau penduduk secara luas dengan waktu yang singkat. Oleh sebab itu penyediaan air bersih harus dapat memasok air untuk masyarakat dengan kualitas yang memenuhi standar kesehatan.
Masalah penyediaan air bersih memang sangat kompleks. Pencemaran oteh mikroorganisme baik bakteri maupun virus terhadap badan air maupun dalam suplai air minum merupakan kasus yang sering terjadi. Pencemaran oleh faktor fisika dan kimia, misalnya oleh senyawa polutan mikro yang bersifat mutagenik atau penyebab kanker sudah saatnya diwaspadai. Hai tersebut terjadi akibat dari cepatnya laju urbanisasi dan industrialisasi dan juga akibat penggunaan teknologi produksi yang tidak dan kurang ramah terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan masyarakat.
Salah satu problem atau masalah yang sering dijumpai pada air minum di dunia akhir-akhir ini yakni timbulnya senyawa yang dinamakan trihalometane atau yang disingkat THMs sebagai hasil samping dari proses disinfeksi dengan gas klor atau senyawa hipoklorit. Selain itu air yang tercemar oleh senyawa deterjen ternyata tidak mudah terurai dengan sistem instalasi yang ada sehingga diduga kuat senyawa tersebut masih terkandung dalam air bersih. Hal ini mengkawatirkan karena senyawa deterjen juga bersifat karsinogenik bila terakumulasi dalam jangka waktu lama dalam tubuh.
Untuk menanggulangi masalah menurunnya kualitas air baku untuk air minum adalah dengan melakukan pengolahan awal secara proses biologis. Dengan cara ini PAM tidak perlu mengubah instalasi yang lama tetapi hanya menyediakan instalasi tambahan yang dioperasikan pada awal proses. Pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup dengan menggunakan media plastik sarang tawon merupakan proses yang sederhana tetapi hasilnya cukup baik. Proses ini mampu mengurangi senyawa deterjen, ammonia, zat organik yang ada di dalam air baku.
Tujuan Penelitian ini adalah (a) mengetahui pengaruh sistem aerasi dan tanpa aerasi terhadap penurunan parameter zat organik, ammonia dan deterjen pada pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon; (b) membandingkan tingkat penurunan konsentrasi zat organik, ammonia dan deterjen pada pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon dengan waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor 1, 2, 3 dan 4 jam sehingga diketahui tingkat penurunan yang optimal; (c) mengetahui efektivitas pengolahan air baku air minum dengan proses bioflter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon sebagai teknologi alternatif dalam upaya pengelolaan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh: (a) pengoperasian dengan sistem tertentu untuk mendapatkan hasil yang optimum; (b) pengoperasian proses untuk mendapatkan hasil yang optimum pada waktu tinggal hidrotis tertentu; (c) pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon diharapkan dapat diaplikasikan sebagai teknologi alternatif yang ramah dan aman terhadap kesehatan dan lingkungan.
Hipotesis yang diajukan adalah: (a) proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon dengan sistem aerasi dapat menurunkan konsentrasi dan meningkatkan efisiensi pengurangan zat organik, ammonia dan deterjen yang lebih optimal pada pengolahan air baku air minum; (b) semakin lama waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor akan meningkatkan penurunan konsentrasi dan efisiensi pengurangan zat organik, ammonia dan deterjen pada pengolahan air baku air minum dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon.
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2002. Air Sungai Kalimalang digunakan sebagai air baku penelitian, Mikroorganisme yang dipakai merupakan mikroorganisme yang tumbuh secara alami pada media penyangga yang terbuat dari plastik berbentuk sarang tawon. Air baku dialirkan ke dalam reaktor secara kontinyu dari bawah ke atas menuju ke bak pengendapan awal, bak biofilter yang telah berisi media dan bak pengendapan akhir. Volume reaktor tetap yaitu 372 liter.
Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari pengukuran langsung di laboratorium dengan menganalisis konsentrasi zat organik, ammonia, deterjen dan sebagai data pendukung juga dilakukan analisa oksigen terlarut (DO), padatan tersuspensi (SS), nitrat, nitrit, pH dan temperatur. Data yang telah diperoleh pada tahap penelitian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Waktu tinggal hidrolis di dalam reaktor berpengaruh terhadap efisiensi penghilangan zat organik, ammonia, deterjen dengan proses biofilter tercelup menggunakan media plastik sarang tawon yaitu semakin besar waktu tinggal hidrolis (laju alir air baku semakin kecil) maka efisiensi penghilangan semakin besar dan laju pembebanan semakin kecil. Efisiensi pengurangan senyawa organik selama masa pembiakan mikroorganisme diperoleh kondisi stabil sekitar 60%.
Kondisi terbaik diperoleh pada pengolahan dengan aerasi, pada waktu tinggal hidrolis 4 jam dengan efisiensi pengurangan senyawa organik 68,702%; deterjen 71,85%; ammonia 68,44%; padatan tersuspensi 76,89% dan oksigen terlarut 25,64%. Sedangkan terjadi hubungan linier antara beban zat dengan efisiensi pengurangan yaitu beban senyawa organik y = -0,087x + 74,30; beban deterjen y = -1,883x + 79,76; beban ammonia y = -0,3096x + 73,53 dan beban padatan tersuspensi y = -0,0543x + 78,32.
Penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan menggunakan media lain seperti keramik, random packing untuk mengetahui efisiensi pengurangan zat pencemar lainnya yang paling optimal sehingga dapat dibandingkan dengan penelitian ini. Selain itu jugs perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis bakteri yang mampu menguraikan senyawa organik, ammonia, deterjen lebih optimal.
Pada saat ini laju penggunaan air tanah menunjukkan kecenderungan yang semakin tidak rasional yang apabila tidak segera diatasi dengan berbagai upaya seperti rehabilitasi dan perlindungan sumberdaya air tanah dan pengaturan eksploitasi air tanah akan menimbulkan kelangkaan sumberdaya air tanah yang pada akhirnya menimbulkan kasus-kasus kerusakan lingkungan, seperti penurunan muka air tanah instrusi air laut dan amblesan tanah (land subsidence). Kasus kerusakan lingkungan semakin diperparah oleh rusaknya kawasan resapan air (recharge area) akibat dimanfaatkan untuk permukiman dan kegiatan budidaya yang mengabaikan fungsi lingkungan dan kaidah penataan ruang. Mengingat begitu pentingnya sumberdaya air dan demi kelangsungan kehidupan itu sendiri seharusnya disadari bahwa sumberdaya air baik air permukaan maupun air tanah harus mendapatkan perlindungan sebaik-baiknya agar diperoleh manfaat yang optimum sehingga tidak ada lagi penggunaan sumberdaya air secara boros.

Raw Drinking Water Quality Improvement By Biological Process (A Case Study in Raw Drinking Water Treatment By Submerged Biofilter Using Honeycomb Tube Plastic Media)Water is essential for human. Due to rapidly increased population, the demand of clean water increases. The problems are deterioration of water quality to make drinking water, increased production cost and low quality water product. Sub standard clean water or biologically or chemically contaminated water has a negative effect on public health in such a short time. Therefore, the supplier of clean water must be able to provide a community with water quality that complies with drinking water standard.
The problem of clean water is quite complicated. Microorganism contamination on water bodies or drinkable water supply often happens. We should be aware of a kind of physical or chemical contamination, such as contamination by mutagenic or carcinogenic micro pollutants. This happens not only because of rapid urbanization and industrialization, but also the use of production technology that are harmful to environment and public health.
One of problems often found lately in drinking water is the presence of trihalomethanes (THMs) compounds as a side effect of disinfection process using chlorine gas or hypochlorite compounds. In addition, detergent-contaminated water can't be decomposed easily by existing plant. Therefore, there's an assumption that drinking water still contains these compounds. This is our concern because accumulated detergent compounds may cause cancer.
To overcome the deterioration of water quality, a pretreatment using biological process is needed; PAM doesn't need to change the existing plant. Instead, it only needs to build auxiliary installation operating in the beginning of the water treatment. Raw drinking water treatment by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media is a simple process with a good result. This process can reduce detergent compounds, ammonia, and organic materials in the water.
The purpose of the research are : (a) to know the effect of aeration system and without aeration system on the concentrations reduction of organic materials, ammonia, and detergent by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media ; (b) to compare the reduction efficiency rate of organic materials, ammonia and detergent by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media with hydraulics retention time 1, 2, 3 and 4 hours in order to know the optimal of reduction rate; (c) to study the affectivity of water treatment using aerobic and anaerobic by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media as an alternative technology to achieve environmental management.
From the research, we hope to get : (a). information on the risk of consuming drinkable water if the water treatment is sub standard; (b). raw drinking water treatment by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media is hoped applicant as alternative technology that are safety of harmful to health and environment.
Proposed hypothesis are : (a).submerged biofilter process using honeycomb tube plastic media with aeration system is able to reduce concentration and increase reduction efficiency of organic, ammonia and detergent material that more optimal in the raw drinking water treatment; (b). As longer as. Hydraulics retention time in the reactor will increase reduction concentrations and reduction efficiency of organic, ammonia and detergent in raw water treatment by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media.
The research was conducted using experiment method from March until June 2002. Water from Kalimalang River is used as the raw water in this research. The microorganisms are naturally growth microorganisms on honeycomb tube plastic media. Water was flowed into the reactor continuously with upward direction toward preliminary settling tank, biofilter tank containing media, and final settling tank. The reactor tank is fixed, the volume is 372 liters.
The data is these researches are primary data gathered through direct measurements in a laboratory, by analyzing concentration of organic materials, ammonia, and detergents. As supporting data, analysis of oxygen dissolved, suspended solid, nitrate, nitrit, pH and temperature were also carried out. All the gathered data from this stage were processed and then are presented in tables and charts.
Hydraulics retention time in reactor has effect on the reduction efficiency of organic materials, ammonia, and detergent by submerged biofilter using honeycomb tube plastic media. Smaller flows (hydrolysis time is longer) cause higher reduction efficiency and smaller loading rate. Reduction efficiency of microorganism compounds during the growth path is around 60 %.
The best conditions are achieved in aerobic treatment (Hydrolysis time 4 hours) with the reduction efficiency 68,702% for organic materials, 71,85% for detergent, 68,44% for ammonia and 76,89% for suspended solid. The relationship between organic loading and removal efficiency showed linear relation expressed by Y = -0,087X + 74,30; detergent loading Y = -1,883X + 79,76; ammonia loading Y = -0,3096X + 73,53; and suspended solid loading Y = -0,543X + 78,32.
The research need to be followed up, such as using ceramic or random packing to know the optimum reduction efficiency of other contaminants compares to this research. Besides, following research are needed to study other bacteria species having ability to reduce more effectively on organic materials, ammonia, and detergent better.
Now ground water using rate shows irrational inclination. If this isn't handled soon with many ways like rehabilitation and ground water resource protection. Ground water exploitation will make scarcity of ground water resource that make environmental deterioration cases at last, such as reduction ground water level, Intrusion Sea and land subsidence. The case of environmental destroy will be more serious condition by recharge area destroy because to be used for living and cultivation activity that ignored environmental function and the spatial plan. Remembering that water resource is very important and for the life itself, it should be realized that water resource both surface water and ground water have to be protected well in order to get optimal useful that nobody's using water resource ineffectively."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 8177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Selamet Prayitna
"Tukad Badung merupakan salah satu sungai utama di Propinsi Bali yang mengalir di tengah-tengah Kota Denpasar. Tukad Badung memiliki panjang aliran ± 21 km, berhulu di Desa Lukluk Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung dan bermuara di daerah Teluk Benoa (Estuary Dam), Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan. Daerah Aliran Tukad Badung diperkirakan sekitar 29,23 km2 dengan debit rata-rata 2,39 m3/dt di musim kemarau dan 3,04 m3/dt di musim hujan.
Desa/kelurahan yang ada di sekitar daerah aliran Tukad Badung adalah 12 desa/kelurahan, dengan jumlah penduduk sebesar 143.476 jiwa. Sejalan dengan perkembangan penduduk dan ekonomi, maka berkembang pula berbagai aktivitas penduduk/masyarakat di sekitar Tukad Badung, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kondisi kualitas dan kuantitas air Tukad Badung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perubahan kualitas air Tukad Badung akibat adanya berbagai aktivitas masyarakat di sekitar daerah aliran Tukad Badung dan juga untuk mengetahui bagaimana berbagai aktivitas masyarakat itu dapat mempengaruhi kualitas air Tukad Badung.
Berdasarkan karakteristik sistem pengelolaan limbah cair di sepanjang daerah aliran Tukad Badung dan observasi awal, maka dapat diklasifikasikan berbagai aktivitas masyarakat yang ada di sepanjang daerah aliran Tukad Badung menjadi 9 (sembilan) kelompok aktivitas masyarakat, yaitu; aktivitas rumah sakit, aktivitas hotel, pasar, bengkel, pertanian, peternakan, industri pencelupan/sablon, industri tahu/tempe, dan aktivitas rumah tangga.
Selanjutnya untuk menentukan lokasi daerah sampel, sasaran responden dan jumlah sampel/responden, digunakan metode purposive qouta sampling. Guna dapat melihat hubungan yang terjadi dilakukan uji statistik non parametric rank spearman terhadap variabel pandangan (pola pikir), variabel kondisi sistem pengelolaan limbah cair dan variabel indeks mutu kualitas air (IMKA).
Untuk dapat mengetahui kondisi kualitas air Tukad Badung secara umum dalam kategori sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk, digunakan metode National Sanitation Foundation-Water Quality Index (Ott, 1978).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandangan (pola pikir) tentang Tukad Badung dari berbagai aktivitas masyarakat di seluruh segmen sungai (hulu, tengah, dan hilir) didominasi oleh pandangan atau pola pikir yang berkategori baik, sedang, dan buruk. Sedangkan untuk kondisi sistem pengelolaan limbah cairnya, rata-rata didominasi oleh kondisi yang berkategori buruk. Bila dihubungkan dengan uji statistik antara variabel pandangan (pola pikir) tentang Tukad Badung dengan kondisi sistem pengelolaan limbah cair yang dimiliki oleh berbagai aktivitas masyarakat, ternyata terdapat hubungan yang signifikan dan positif. Demikian pula antara variabel kondisi sistem pengelolaan limbah cair dari berbagai aktivitas masyarakat dengan nilai indeks kualitas air (IMKA) Tukad Badung, ternyata terdapat hubungan yang signifikan dan positif.
Berdasarkan hasil pehelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kualitas air Tukad Badung diduga telah mengalami penurunan dari tahun 1998-2002. Pada tahun 2002, nilai indeks mutu kualitas air di daerah aliran bagian hulu Tukad Badung (segmen 1) berkategori sedang, di daerah aliran bagian tengah (segmen 2) berkategori buruk, dan di daerah aliran bagian hilir (segmen 3) berkategori buruk pula.
2. Kualitas air sungai Tukad Badung yang buruk akibat dari pandangan (pola pikir) yang salah tentang Tukad Badung sehingga mempengaruhi kondisi sistem pengelolaan limbah cairnya.
Dari berbagai aktivitas masyarakat yang ada di sepanjang sungai Tukad Badung pada umumnya kondisi sistem pengelolaan limbah cair (SPLC) berkategori buruk dan sangat buruk.

Tukad Badung river is one of main rivers in Bali Province, which flows in the middle of Denpasar City. Tukad Badung has a flow ± 21 km long, upstream at Lukluk Village, Mengwi Sub-District, Badung District and estuary into Teluk Benoa of Pemogan Village, South Denpasar Sub-District. Tukad Badung is estimated to have 29.23 km2 flowing area with water capacity rate of 2.39 m3/sec during dry season and 3.04 m3/sec during rainy season.
Villages around Tukad Badung flowing area involving 12 villages, with total population of 143,476 persons. As population and economic grow, community activities various around Tukad Badung also increases, which are finally could affect both quality and quantity of Tukad Badung water.
This research aims to identify changes occur on Tukad Badung water quality due to activities performed by communities surrounding Tukad Badung flowing area and to understand effects of such community activities various on Tukad Badung water quality.
Based on characteristics of liquid waste management system applied along Tukad Badung flowing area and initial observation, then community activities various around Tukad Badung flowing area could be classified into 9 (nine), including: hospital, hotel, market, workshop, agriculture, ranch, dipping industry, tofu/tempe industry, and household activities.
Furthermore, to determine sample area, respondents? target, and number of sample/respondents, purposive quota sampling method is applied. In order to see the relationships occur, statistics test using spearman non parametric rank is conducted on perspective, liquid waste management system, and water quality index (IMKA) variables.
To understand quality of Tukad Badung water in terms of general categories involving excellent, good, average, poor, and extremely poor, National Sanitation Foundation-Water Quality Index (Ott, 1978) is used.
>
Research results reveal that perspective on Tukad Badung based on community activities in all river segments (upper, middle, down streams) is dominated by good, average, and poor perspectives. Whereas for the liquid waste management system, poor perspective is dominant.
Relating statistics test between perspective variable on Tukad Badung and liquid waste management system variable used during community activities reveals significant and positive correlation. Similarly, liquid waste management system conditions of community activities variable and Tukad Badung water quality index (IMKA) variable also have significant and positive correlation.
Based on research results and discussion, it could be concluded that:
1. Tukad Badung water quality is predicted as has decreased compared to of 1998-2002 period. During 2002, water quality index score of upper stream area (segment 1) of Tukad Badung was categorized into average, of middle stream area (segment 2) was categorized into poor, and of down stream area (segment 3) was categorized into poor as well.
2. Low quality of Tukad Badung water is caused by wrong perspective developed concerning Tukad Badung that affected its liquid waste management system conditions.
4. Community activities various along Tukad Badung flow area generally have poor and extremely poor categories for their liquid waste management system conditions.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinung Rahardjo
"Sebagian besar wilayah Indonesia adalah perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut selain dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan, juga memiliki potensi sumber daya alam yang sangat kaya dan penting, di antaranya adalah terumbu karang, mangrove, dan padang lamun. Laut mempunyai arti penting bagi kehidupan makhluk hidup seperti manusia, ikan, tumbuh-tumbuhan dan biota laut lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelautan mempunyai potensi yang sangat besar untuk ikut mendorong pembangunan di masa kini maupun masa depan.
Namun di balik potensi tersebut, aktivitas-aktivitas pemanfaatan sumber daya tersebut sering kali menurunkan atau merusak potensi yang ada. Hal tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi kehidupan organisme di wilayah pesisir, melalui perubahan lingkungan di wilayah tersebut.
Pencemaran laut mengakibatkan terjadinya degradasi yang terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya dukung lingkungan, hilangnya jenis ikan dan berbagai kekerangan di estuari. Disinyalir bahwa kebanyakan organisme di estuari hidup di dekat batas-batas toleransinya, sehingga perubahan yang kecil sekalipun dari faktor-faktor lingkungan di perairan seperti perubahan panas, salinitas dan oksigen akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme tersebut. Kerusakan ekosistem estuari seringkali disebabkan pula oleh perubahan yang terjadi di daerah hulu karena adanya erosi yang tinggi, perubahan pola aliran sungai, pencemaran dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
Sungai Dadap adalah salah satu sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta tahun 2002 sungai ini termasuk dalam kategori buruk. Berbagai limbah dialirkan dari Sungai Dadap menuju perairan Teluk Jakarta, sehingga disinyalir memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kehidupan biota perairan di sekitarnya.
Penelitian bertujuan untuk : (a) Menganalisis pola sebaran kelimpahan dan keragaman fitoplankton di lokasi penelitian; (b) Menganalisis pengaruh jarak perairan terhadap kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton; (c) Menganalisis kondisi dan pola sebaran beberapa parameter kualitas air di perairan pantai Dadap.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen, menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan metode survei. Pengambilan sampel dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu dari bulan September sampai dengan Oktober 2003 di perairan pantai Dadap, Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penentuan stasiun dilakukan secara purposive, terbagi dalam 6 stasiun, di mana jarak masing-masing stasiun adalah 0,5 mil. Posisi masing-masing stasiun terdistribusi tegak lurus dari muara Sungai Dadap menuju ke lepas pantai. Data primer dikumpulkan selama dua bulan dengan interval waktu 2 minggu sekali. Data kelimpahan fitoplankton yang diperoleh diuji homogenitas dan kenormalannya dengan uji Bartlett dan uji Chi-kuadrat, sedangkan untuk mengetahui pengaruh jarak terhadap kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton digunakan uji anova sampai dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Khusus untuk baku mutu kualitas air laut digunakan Kepmen KLH No. 02/MENKLH/1988 tentang baku mutu kualitas air laut untuk biota laut (budidaya perikanan).
Kelimpahan fitoplankton di perairan Dadap pada saat pasang berkisar antara 92.768 ind/I sampai dengan 139.935 ind/I. Dengan demikian maka perairan pantai Dadap tergolong dalam perairan Eutropik yaitu perairan yang kaya dengan bahan organik (unsur hara). Jumlah taksa di setiap stasiun hampir seragam yaitu berkisar antara 10-12 taksa. Indek keanekaragaman berkisar antara 1,51-1,85. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas fitoplankton berada pada kisaran moderat, yaitu mengalami tekanan ekologis sedang. Sementara itu indeks keseragaman dan dominasi di setiap stasiun berturut-turut adalah 0,62-0,75 dan 0,24-0,32. Indeks keseragaman di atas 0,6 mengindikasikan bahwa populasi species dalam komunitas fitoplankton di pantai Dadap memiliki keseragaman yang tinggi atau dapat dikatakan kondisi ekosistem serasi untuk semua species dan tidak terjadi tekanan ekologis pada ekosistem tersebut. Sedangkan indeks dominasi mendekati nol, mengindikasikan bahwa di dalam komunitas fitoplankton tidak ada species yang secara ekstrim mendominasi. Jumlah individu masing-masing species hampir merata atau dapat dikatakan komunitas dalam keadaan stabil dan tidak ada tekanan ekologis terhadap habitat komunitas fitoplankton.
Pola sebaran kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton bervariasi, tidak terdistribusi secara linier mengikuti besarnya jarak perairan dari muara Sungai Dadap. Kelimpahan fitoplankton terendah terdapat pada stasiun 3 dan 4 yaitu pada jarak 1,5-2 mil dari pantai. Hal ini disebabkan oleh terkonsentrasinya tempat pemeliharaan kerang hijau di lokasi tersebut sehingga menurunkan kelimpahan fitoplankton karena sifat filter feedernya. Uji anova menunjukkan bahwa jarak perairan dari muara Sungai Dadap sangat mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton. Hal ini menunjukkan bahwa kelimpahan dan keanekaragaman fitoplankton sangat ditentukan oleh kondisi masing-masing stasiun yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah adanya aktivitas manusia, nutrient, tingkat asimilasi dan faktor-faktor oseanografi lainnya.
Pola sebaran kualitas air laut di perairan pantai Dadap cenderung terdistribusi secara linier, berubah kualitasnya sesuai dengan besarnya jarak perairan dan muara Sungai Dadap. Parameter kualitas air laut perairan Dadap yang sudah melebihi baku mutu terdapat di muara Sungai Dadap (stasiun 1) yaitu TSS (Total Suspended Solid), Nitrit, Kekeruhan (Turbidity) dan TDS (Total Disolved Solid). Nilai rata-rata ketiga parameter tersebut berturut-turut adalah TSS = 81 mg/I, Nitrit = 0,002 mg/I, Kekeruhan = 32 NTU dan TDS = 34.923 mg/l. Sementara itu berdasarkan scoring sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003, mutu air laut perairan Dadap tergolong buruk (cemar berat).
Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan hasil analisis di atas adalah : (a) Pemanfaatan kerang hijau sebagai biofilter alam perlu di atur sedemikian rupa, agar tidak mengandung kadar bahan pencemar yang melebihi ambang batas baku mutu dan dapat dikonsumsi secara aman; (b) Pemerintah daerah perlu melakukan pemantauan dan pengukuran kualitas lingkungan di muara-muara sungai yang rawan terhadap pencemaran secara berkala untuk mengamati perubahan-perubahan lingkungan; (c) Pengelolaan kawasan pesisir pantai Dadap perlu lebih dioptimalkan agar pencemaran lingkungan pantai dapat diminimisasi.

Most of the Indonesian territory is seawater. Indonesian waters have high potency not only for marine transportation but also have high potency of natural resources such as coral reef, mangrove and sea grass ecosystem. Beside that, oceans has also important rule for supporting some living organism i.e. human being, animal, plant, and other marine organisms. So that, marine ecosystem has high potency for supporting national development.
On the other hand, some activities in utilizing marine resources have caused negative impact to the resources. The impact would affect coastal waters organism since the changing of coastal environment.
Marine pollution causes the continuous degradation of environment indicated by decreasing carrying capacity, extinction of some fish species and bivalves in estuarine. It is supposed that most of the estuarine organism have low ability in facing environmental changing. So, the small change of environmental conditions, such as temperature, salinity, and dissolved oxygen, would influence living organism. The degradation of estuarine is often caused by the degradation of up stream area because of high level of erosion, changing of water catchments area, pollution as well as over exploitation of natural resources.
Dadap River is one of the rivers, which flows to the Jakarta Bay. Based on the Report of the BLHD DKI Jakarta in 2002, shown that this river was classified as low category. Many kinds of pollutants are discharged to the river and finally came to the Jakarta Bay.
The aims of the study were: (a) to analyze the affect of offshore distant to the density and diversity of phytoplankton; (b) to analyze the distribution pattern of density and diversity of phytoplankton; (c) to observe and analyze distribution pattern of some parameter of water quality of Dadap's coastal waters; (d) to analyze the water quality compared with the water quality standard.
These study applied qualitative and quantitative method and was carried out for 2 months started from. September to Oktober 2003 in Dadap's coastal waters, Kosambi District, Tangerang Regency, Banten Province. Experimental design that was used in this study was Completely Randomized Design. There were 6 sampling station that had distant of 0,5 miles to each other station. Each station position was arranged straight line from the coastal line to the offshore. Therefore, the distance of each station from Dadap's river mouth were 05 mil for station 1, 1.0 mil for station 2, 1.5 mil for station 3, 2.0 mil for station 4, 2.5 mil for station 5, and 3.0 mil for the for station 6. Collecting data were performed frequently every 2 weeks for 2 month. Homogeneity and normality distribution of data of phytoplankton density was tested by using Bartlett test and Chi-square test, mean while the effect of offshore distant to the density and diversity of phytoplankton was analyzed by using one-way ANOVA. In term of water quality standard was compare to the Kepmen KLH No.02/ MENKLH/ 1988.
Phytoplankton abundance in the Dadap's waters during high water was having range from 92,768-139,935 ind./l. So, Dadap's coastal waters were Eutrophic water that was indicated by high organic matter (nutrient) concentration. The total number of species in each sampling station was relatively similar of about 10-12 species. Based on the phytoplankton density, the diversity index was 1.51-1.85. It's mean that the water was ecologically moderate. Mean while, similarity and dominancy index of about 0,62-0,75, and 0.24-0.32, respectively. The similarity index of more than 0.6 indicated that the population of each phytoplankton species within community in Dadap coastal waters was similar. It's mean there was no ecological pressure. Furthermore, the dominancy index was very low, since there was no extremely species dominant in the ecosystem. The ecosystem was very stable and no ecological pressure.
The distribution pattern of phytoplankton density and diversity vary, and had no correlation with distant from coastal line. The lowest phytoplankton abundant was found at the station 3 and 4. It was caused by green muscle culture. Green muscle is filter feeder organism that consumes huge number of phytoplankton. Based on the Anova test revealed that the density and diversity phytoplankton had highly significant different. It means that the distant of the sampling station from Dadap's river mouth strongly affected abundant and diversity of phytoplankton. The result showed that phytoplankton abundance and diversity were determined by some factors such as human activities, nutrient, assimilation level, and oceanography factors as well.
Contrary, the distribution pattern of water quality tended to show liner distribution, which the water quality changes with the distant from the Dadap's river mouth. All stations had low water quality of which such parameters of total suspended solid (TSS), Nitrite, total dissolved solid (TDS), and turbidity. The average values of those parameters were 81 mg/I, 0.002 mg/I, 34,923 mg/I and 32 mg/I, respectively.
Based on the results mentioned above, it can be suggested as follows: (a) utilization of green muscles as natural bio-filter need to be managed in order to keep the pollutant concentration is less than threshold value the standard and save to be consumed; (b) Local government needs monitoring environmental quality of around river mouth which is most sensitive area to the pollution; (c) Dadap coastal area management need to be optimized in order to minimize environmental pollution.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakianis
"Berdasarkan kajian dan analisis dari beberapa survei yang dilakukan, angka kesakitan diare pada semua golongan umur pada saat ini adalah 280/1000 penduduk. Pada golongan balita episode diare adalah 1,5 kali per tahun. (Depkes RI, 2000). Lebih dari 2.5 juta orang meninggal akibat penyakit diare ini dan tercatat sebagai salah satu gangguan dari lima penyebab utama kematian di dunia (Depkes RI, 1998).
Penelitian ini dilakukan di Kota Depok Kecamatan Pancoran Mas. Pada tahun 2000 di Kota Depok insiden diare pada golongan umur kurang dari 1 (satu tahun lebih tinggi (28%) dibandingkan dengan golongan umur 1-4 tahun (13%) (Zakianis, 2002). Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini adalah apakah kualitas bakteriologis air bersih sebagai faktor risiko terjadinya diare pada bayi di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2003? Selain kualitas bakteriologis air bersih, faktor lain yang harus mendapat perhatian adalah sarana sanitasi lingkungan, kondisi rumah, hygiene dan sanitasi makanan/minuman, perilaku cuci tangan ibu, karakteristik bayi dan karakteristik keluarga bayi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara kualitas bakteriologis air bersih (total coliform, fecal coliform, dan E. coli), sarana sanitasi lingkungan (sarana air bersih, sarana pembuangan tinja dan sarana pembuangan sampah), kondisi rumah (jenis lantai rumah dan kebersihan lantai rumah), higiene dan sanitasi makanan/ minuman, perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi, karakteristik bayi (status gizi, status imunisasi, penyakit lain, pemberian ASl) dan karakteristik keluaaga bayi (pendidikan ibu dan pendapatan keluarga) dengan kejadian diare pada bayi di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2003. Disain penelitian adalah kasus kontrol, dengan jumlah sampel pada kasus sebesar 150 responden dan kontrol 150 responden. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara jumlah total coliform yang tinggi dengan kejadian diare pada bayi, ada hubungan antara jumlah fecal coliform yang tinggi dengan kejadian diare pada bayi, ada hubungan antara jumlah E. Coli yang tinggi dengan kejadian diare pada bayi. Data yang dihasilkan dianalisa secara univariat, bivariat, uji interaksi dan multivariate.
Kualitas bakteriologis air bersih terdiri dari 3 variabel yaitu tingkat kualitas total coliform, tingkat kualitas fecal coliform dan tingkat kualitas E. coll. Secara statistik dari ketiga variabel tersebut hanya satu variabel yang berhubungan dengan terjadinya diare yaitu tingkat kualitas E. coli. Tingkat kualitas E. coli X01100 ml sampel air mempunyai risiko terjadi diare pada bayi sebesar 2,752 kali jika dibandingkan dengan tingkat kualitas E. coli N1100 ml sampel air. Selain kualitas E. coli, faktor berisiko yang menyebabkan terjadinya diare di Kota Depok adalah I). tingkat risiko sarana air bersih, 2). hygiene dan sanitasi makanan dan minuman, 3). perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi, 4). status gizi, 5). penyakit lain dan 6). pendapatan keluarga.
Pada analisis multivariate faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian diare di Kota Depok tahun 2003 adalah sarana air bersih yang beresiko tinggi berinteraksi dengan perilaku cuci tangan ibu/pengasuh bayi yang buruk. Sedangkan model akhir teijadinya diare pada bayi di Kota Depok adalah 1). adanya penyakit lain, 2). status gizi bayi yang buruk, 3). hygiene dan sanitasi makanan dan minuman yang buruk, serta 4). risiko sarana air bersih yang tinggi yang berinteraksi dengan perilaku cuci tangan ibu yang buruk, dengan OR masing-masing sebesar 1). 3,181, 2). 2,996, 3). 2,543, dan 4). 3,368.

Bacteriological Water Quality as Baby Diarrhea Risk Factor at Pancoran Mas Depok 2003Referring to analysis and study from some conducted survey, morbidity of diarrhea is 280/1000 population. For baby, diarrhea episode is 1,5 times per year. (Depkes RI, 2000). More than 2.5 million people die caused by this diarrhea and note as one of the major dead causes in world (Depkes RI, 1998). This research is conducted in Pancoran Mas-Depok. Based on 2000 data, diarrhea incident in Depok at the age of less than 1 year is 28% which is higher than the one at 1-4 year (13%) (Zakianis, 2002). Therefore, this research internal issue is addressed to find how is the quality of bacteriological water as baby diarrhea risk factor at Pancoran Mas-Depok in 2003'? In addition to quality of bacteriological water, other factor that should be considered is the environmental sanitation, housing condition, and food hygiene and sanitation, hand cleansing habit, and baby/his family eleteris Lies.
The objective of this research to study the link among the bacteriological water quality (total coliform, fecal coliform, and E. colr), environmental sanitation (sanitary, toiletries, and disposal), house condition (type of house dance and its hygiene), food hygiene and sanitation, hand cleansing habit, baby characteristics (nutrition and immunization status, other disease, breast feeding) and baby family characteristic (mother's education and family income) with occurrence of baby diarrhea at Pancoran Mas-Depok in 2003. Research design is case control with 150 sample respondents and 150 control respondents. Hypothesis in this research is:
- There is relation between high number of total coliform and occurrence of baby diarrhea.
- There is relation between high number of fecal coliform and occurrence of baby diarrhea.
- There is relation between high number of E. coli with occurrence of baby diarrhea.
Data taken from observation is analyzed using univariate, bivariate, interaction test and of multivariate.
Bacteriological water quality consist of 3 variables, namely quality of total coliform, level of fecal coliform and level of E. Coll. Statistically from those three variable, there is only one variable related to the happening of diarrhea. i.e. level of E. coli.
Level of E. call > 01100 ml water sample is subject to baby diarrhea 2,752 times in comparison with level of E. coil < 01100 ml water sample. In addition to quality of E.coli, bellows are factors of diarrhea incident in Depok: 1) Sanitary risk level, 2) Food hygiene and sanitation,3) Hand cleansing habit of mother or babysitter,4) Nutrition status, 5) Other disease, and 6) Family Income.
Using multivariate analysis, it is found the most dominant factor related to occurrence of diarrhea in Depok in 2003 is that high risk sanitary has interaction with poor hand cleansing habit of mother and babysitter. While final model of baby diarrhea incident in Depok is:
1) Existence of other disease,
2) Under Nutrition
3) Poor food hygiene and sanitation
4) High risk sanitary interacted with poor hand cleansing habit of mother and babysitter, OR of each models is 1) 3,181, 2) 2,996, 3) 2,543, and 4) 3,368.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T13036
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyo Suprijadi
"ABSTRAK
Danau Toba adalah salah satu objek pariwisata yang sangat potensial bagi pemasukan devisa negara. Melalui serangkaian program peningkatan eksploitasi dan pengembangan sektor industri jasa pariwisata di kawasan ini, dicanangkan tidak kurang data. 500.000 wisatawan pertahun diharapkan datang ke Danau Toba pada Repelita VI. Dengan demikian diharapkan juga dapat mendorong ke arah pengembangan jasa-jasa di sektor lain, balk sebagai pendukung peningkatan program kepariwisataan tersebut ataupun sebagai produk-produk ikutan lainnya.
Usaha-usaha gencar yang telah dilakukan Pemda Sumatera Utara pada akhirnya menghasilkan pengembangan fisik kawasan dari segi akomodasi, yang untuk selanjutnya disusul pula oleh pengembangan kegiatan lain-lainnya untuk memperluas pangsa pasar yang mampu membangkitkan demand di samping atraksi objek-objek pariwisata alamiah yang dimiliki Danau Toba yang memang sangat unik. Sayang sekali dalam perjalanannya, pengembangan kawasan ini tidak atau kurang diikuti kebijaksanaan penataan wilayah yang baik, sehingga pada akhirnya menghasilkan akumulasi pertumbuhan yang sangat terpusat dan bertumpuk-tumpuk di sepanjang tepian danau yang membenikan dampak negatif terhadap fisik lingkungan danau serta pada keasrian pemandangan yang ada.
Seperti dimaklumi, di samping faktor atraktif dari suatu objek daerah tujuan wisata, ada faktor esensial lainnya yang perlu diperhatikan, yaitu masalah pengolahan sistem lingkungan khususnya masalah sanitasi lingkungan di kawasan tersebut.. Kelengahan perhatian pada masalah ini pada akhirnya melahirkan juga faktor penghambat wisatawan berkunjung, di samping faktor kerusakan alam lingkungan sebagai akibat bahan-bahan buangan cair dan padat yang berasal dari aktivitas domestik, restoran, hotel, pasar, bengkel dan sebagainya.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melakukan introduksi langkah-langkah penanggulangan secara komprihensif sesuai dengan kondisi yang ada saat ini di Danau Toba sehingga dapat menjaga kawasan ini agar tetap asri dan tetap potensial bagi pemasukan devisa negara. Secara khusus penelitian ini adalah untuk memperoleh data-data tentang kualitas air Danau Toba dan melihat bagaimana kecenderungan deviasi yang terjadi pada kondisi fisik badan air Danau Toba dengan membandingkannya pada nilai-nilai baku yang ada saat ini.
Hasil yang diperoleh menunjukkan kualitas air Danau Toba ditinjau.dari segi fisis sudah menunjukkan adanya pencemaran yang cukup besar dengan diperolehnya kandungan minyak dan lemak berkisar antara 7.535 mg l. Hal ini akan memberikan gangguan bagi pemanfaatan air Danau Toba bagi rekreasi air disamping penurunan nilai estetika dari badan air.
Secara biologis air Danau Toba juga sudah menunjukkan adanya pencemaran dengan terukurnya kehadiran bakteri patogen sebagai faecal coliforni dan total coliform masing-masing sudah melebihi 1000 mpn 100 ml dan 20000 mpn 100 ml.
Hasil pengukuran secara kimiawi secara umum menunjukkan kondisi air Danau Toba masih dibawah ambang batas yang diijinkan.
Hasil penelitian juga mendapati bahwa pengelolaan lingkungan kawasan pariwisata Danau Toba masih bersifat sektoral. Untuk itu perlu dibentuk suatu badan pengelola kawasan Danau Toba dimana badan pengelola tersebut bertindak sebagai institusi koordinator pengelola seluruh lingkungan kawasan Danau Toba, yang akan mempunyai ruang lingkup internal, yaitu yang berhubungan dengan unit pelaksana operasional lapangan, serta eksternal yaitu unit penugasan yang berhubungan berkoordinasi dengan instansi-instansi lain.
Untuk itu disini diperlukan adanya peraturan pengelolaan lingkungan sebagai landasan hukum yang akan mencakup kewenangan organisasi pengelola, aturan mengenai manajemen organisasi serta aturan main yang menyatakan tanggung jawab, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, termasuk masalah pendanaan didalamnya
Penelitian ini juga memandang perlunya dilakukan perencanaan pengembangan kawasan alternatif sebagai kawasan pengalih yang bertujuan untuk mencegah aglomerasi kegiatan yang ada saat ini di kota Parapat, yang untuk itu terpilih disini daerah Ajibata yang letaknya bersebelahan dengan kota Parapat.
Strategi pengembangan yang ditempuh adalah :
1. Pengembangan pusat-pusat atraksi baru dan budaya setempat, atau disebut dengan amenity core.
2. Pengembangan pelayanan transport yang memenuhi demand dari beberapa segmen wisatawan.
3. Pengembangan sarana akomodasi yang baik.
4. Pengendalian gugus bangunan untuk menjaga keseimbangan antara lingkungan buatan dan alam.
Dengan demikian akan menjawab sekaligus permasalahan pokok perencanaan tapak yang dihadapi kota Parapat saat ini yang berupa :
a. Garis sempadan tepian pantai Danau Toba.
b. Garis sempadan bangunan.
c. Kepadatan bangunan.
d. Segi-segi arsitektural budaya bangunan-bangunan setempat.
Sebagai kesimpulan dari hasil penelitian ini ialah bahwa Danau Toba sudah mulai tercemar. Pengembangan industri pariwisata di Danau Toba memang perlu dilanjutkan, dikembangkan dan ditingkatkan, tetapi pelestarian lingkungan Danau Toba dan upaya untuk menjaga keseimbangan ekologinya juga perlu dilakukan demi keberlanjutan sumberdaya alamnya dan pembangunan pariwisata itu sendiri.

ABSTRACT
Toba Lake is one of tourism objects highly potential for receipt of foreign exchange. Through a series of programs intended to develop the tourism industry in this area, it is expected that no less than 500,000 tourists every year will visit Toba Lake during the National Development VI (Repelita VI). It will in turn encourage the development of services in other sectors both as a support to enhancement of the existing tourism programs and other resulting products.
Intense efforts having been made by North Sumatera Regional Administration will eventually develop the area physically in terms of accommodation. It is then followed by other activities for expansion of the market share able to stimulate demand, in addition to unique natural tourist attractions peculiar to Toba Lake.
Unfortunately, the development is lacking appropriate policies on the arrangement of the area. This situation results in a rapid growth of buildings centered on and crowded along the lake causing an adverse impact on the physical environment of the lake and the splendor of the landscape.
As we all know, in addition to the factors of attraction peculiar to a tourist destination, greater attention should be paid to some other essential factors. One is the issue of preparation of an environmental system, especially that of environmental sanitation. Negligence will in the end result in some other factors like tourists being distracted from visiting the lake, not to mention the factor of damage to the environment as a result of waste liquid and solid generated by activities of houses, restaurants, hotels, (super)markets, workshops and the like.
Thus, it is essential to apply control in order to keep -the area conserved and potential for receipt of foreign exchange.
General objectives of this study is to introduce preventive steps in comprehensive manner based on the present situation in Toba Lake and thereby allowing it to keep the beautiful and potential object as a. source of foreign exchange.
In particular, this study is intended to gather data of the lakes water quality on to observe a deviation tendency occurs in the physical condition of the lake water compare with the present standard values.
The results shows that the quality of the lake water, viewed from the physical aspect, has been relatively high polluted by finding oil and fatty contents range 7.535 mg l. It will result in threats of the using the lake water for water recreation in addition to reduction of water body aesthetic values. Biologically, the water of Toba Lake, however, shows pollution by the presence of pathogen bacteria such as Faecal Coliform and Total Coliform of 1000 mpn/100 ml and 20,000 mpn ml respectively. By means of chemical .measurement, it shows that the general condition of the lake water remains below the allowed threshold.
Furtheremore, result the study also show that the environmental management of Toba Lake tourism area remains sectoral. Therefore, there must be a separate board for managing its area, that serves a Coordinating Institution for the entire Toba Lake Area Management, internally and externally, concerning field operation managing unit and assigning unit related to a coordination with other public authorities.
Accordingly, there should be an Environmental Management Regulation as an order for managing organizational authority, organizational management rules and rules of responsibility, objectives and target including funds.
This study considers an importance of Alternative Area Development planning as an alternative area for pre-venting the present agglomerated activities at Parapat town where we select Ajibata near it.
Development strategies are belows :
a. New attraction centers and local cultures development as so-called amenity core.
b. Transportation services development to satisfy demands of tourism segments.
c. Appropiate accomodation facilities development.
d. Building integrated control to keep man-made environment and nature in balance.
And therefore, it will solve at once the following main problems of site planning facing Parapat town todate :
a. Line of demarcation by Toba Lake.
b. Line of building demarcation.
c. Building density.
d. Cultural-architectural aspect of local buildings.
As a conclusion of this study is that the Toba lake is polluted. Tourism industry by it needs carrying on, developing and improving in addition to its environmental conservation and ecological equilibrium for persistent natural recourses and tourism development.
E. Total of References : 20 (1983-1992)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aisyah
"Evaluasi masalah lingkungan dengan banyak variabel memerlukan analisis datamenggunakan metode Multivariat diantaranya dengan analisis komponen utama (PCA; Principal Component Analysis).Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungankarakter substratsedimen dengan kualitas air dan sebarannya melalui pendekatan analisismultivariat. Penelitian dilakukan pada bulan Juni, Agustus, dan Oktober 2009pada tujuhlokasi. Pengambilan contoh air dilakukan menggunakan Snatch Water Sampler sedangkan contoh sedimen diambil dengan Ekman grab.
Kualitas air yang dianalisis adalah pH, konduktivitas, turbiditas, oksigen terlarut (DO), temperatur, N-nitrit, N-nitrat, N-ammonia,nitrogen, P-fosfat, total fosfor, khlorofil-a, dan padatan total tersuspensi menggunakanmetode mengacu pada Buku Standard Methods edisi-21. Analisis tekstur terhadap sedimen(pasir, lumpur dan liat) dilakukan menggunakan metode hidrometer sedangkan bahanorganik total menggunakan metode gravimetri.Analisis data dilakukan menggunakansoftware Microsoft Excell 2003 dan MVSP 3.1.
Analisis PCA menghasilkan dua komponenutama dengan eigen value >1 dan berkonstribusi sebesar 90,7% dari ragam total. Komponen 1 terdiri dari Stasiun A, B, C, D, E dan Gyang dicirikan oleh karakter substrat sedimen pasir dan konsentrasi oksigen terlarut dan pH yang tinggi. Stasiun F padakomponen 2 dicirikan oleh karakter substrat sedimen lumpur dan liat dengan konsentrasiturbiditas, total padatan tersuspensi (TSS; Total Suspended Solid), nitrit, total fosfor danbahan organik total (TOM; Total Organic Matter) yang tinggi."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2010
551 LIMNO 17:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kolong adalah badan air berupa danau-danau kecil yang terbentuk akibat galian dari aktivitas penambangan timah di Pulau Bangka. Bentuk secara fisik seperti tidak adanya inlet dan outlet, umur, sumber air, dan jenis mineral dominan dari material geologi area penambangan mempengaruhi kondisi limnologis suatu kolong. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik limnologis beberapa kolong bekas tambang timah. Pengamatan dilakukan terhadap beberapa kolong bekas tambang dengan kondisi lingkungan yang berbeda. Kedalaman kolong dari 3 m sampai dengan 15 m yang paling dalam. Kolong mempunyai kisaran pH (2,8 - 7,3); DO (3,46 - 8,74 mg/L); dan Konduktivitas (0,01 - 6,38 mS/cm). Oksigen terlarut pada air dasar beberapa kolong < 1 mg/L. Kandungan logam pada kolong yang pH airnya < 3 mempunyai kandungan logam seperti Pb, Fe, Al, dan Zn yang tinggi melebihi baku mutu air bersih. Kandungan beberapa parameter lainnya di air kolong seperti sulfat berkisar antara 3 - 2162 mg/L, TN 0,3 - 5.4 mg/L, dan TP 0,02 - 17,25 mg/L. Jenis plankton yang dominan ditemukan di kolong yang mengandung TN/TP tinggi adalah jenis Trachellomonas dan Mycrocystis yang merupakan jenis plankton yang menjadi indikator bahwa suatu perairan telah tercemar senyawa organik. Pengembangan pemanfaatan kolong yang berpotensi harus berdasarkan pada kondisi limnologis uniuk menjaga kesinambungan kualitas air kolong."
551 LIMNO 16:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku yang berjudul "Handbook of utilities and services for buildings" ini merupakan sebuah buku panduan mengenai fasilitas-fasilitas gedung. Buku ini juga membahas tentang kualitas air, persediaan air dalam gedung, sistem desain tenaga listrik, dan sistem drainase."
New York: McGraw-Hill Publishing Company, 1990
R 721 HAN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"An acencer water spring with a discharge of 2 - 4 L/sec. Was observed at the underground correlation tunel of the hydro - electri generator room the Jatiluhur Dam . Unfortunately his spring was never utilized. .."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"One of attempts to increasing water quality in white shrimp (Penaeus merguensis) cultivation by using exact water biota (macromedian) with recirculation system. The effective macro median composition as follows : sea grass (Choulerpa serulata), belanak fish (Mugil subvirindis),green oyster (Mytillus virindis)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>