Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 502 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Suprihatin Rahayu
"Pernikahan usia muda meningkat beberapa tahun terakhir, dan menyumbangkan angka kematian ibu di indonesia. Remaja memilih SMK supaya segera bekerja, SMA untuk melanjutkan pendidikan. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dirancang untuk mengetahui perbedaan niat usia menikah pada siswi SMA dan SMK.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan obyek penelitian 120 siswi SMA dan SMK di kecamatan Sentolo Mei 2012.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan ( nilai p 0,003) antara niat usia menikah antara siswi SMA dan SMK, dan terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan dan tempat tinggal dengan niat usia menikah.

Young age marriage increases in recent years, and contributed to maternal mortality in Indonesia. Teenagers choose vocasional school to get job, high school to continue studying. Based on this fact, this study was aimed to determine the difference of the intention when to get married among high school and vocational school students.
The study is a cross sectional survey among involving120 females students of vocational and high schools in the District Sentolo in May 2012.
The result found that significant difference (p vale 0,003) intent to get married between high school and vocational school female students, and there was a significant association between income and residence with the age of married intended.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Krolokke, Charlotte
"Reproduction has entered a new ice age. Using cryopolitics as an interdisciplinary framework to help understand the contemporary state of cryo-fertility, this book explores the ways in which visions of desirable reproductive futures entangle with advances in freezing technologies."
Bingley: Emerald Publishing Limited, 2020
e20528021
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Fatwa Nurul Hakim
"ABSTRACT
Persentase perempuan menikah pada usia dini (anak) di Kepulauan Seribu tinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor penyebab maraknya pernikahan usia dini. Lokasi penelitian dilakukan di Kepulauan Seribu yang diindikasikan marak terjadi pernikahan usia dini. Sumber data dipilih dari keluarga yang memiliki anak menikah usia muda, keluarga usia muda, tokoh masyarakat, aparat desa, dan remaja. Teknik penentuan informen secara snowball. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, observasi, dan telaah dokumen. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil kajian menunjukkan, bahwa kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan faktor mental (budaya) sebagai penyebab utama terjadinya pemikahan usia dini di Kepulauan Seribu. Direkomendasikan kepada pemerintah daerah melalui Dinas Sosial adanya upaya penyuluhan sosial kepada masyarakat tentang pentingnya peran aktif keluarga mencegah terjadinya pernikahan dini, mengelola ekonomi keluarga bagi pendidikan anak-anak. Serta adanya regular (peraturan daerah) untuk mencegah terjadinya perkawinan usia dini."
Yogyakarta: Balai Besar dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta (B2P3KS), 2017
360 MIPKS 41:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Heekeren, H.R. van
The Hague: Martinus Nijhoff, 1972
915.98031 HEE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fadem, Barbara
Philadelphia: Wolter Kluwer, 2017
155.7 FAD b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Boston: McGraw-Hill, 2003
658.325 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Dewi
"ABSTRAK
Keberhasilan pembangungan di Indonesia, khususnya dibidang kesehatan dan keluarga berencana ditandai dengan terjadinya penurunan angka kelahiran dan meningkatnya usia harapan hidup. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur penduduk. Jumlah penduduk usia lanjut (60 tahun ke atas) akan terus meningkat yaitu dari 11,3 juta di tahun 1990 menjadi 17,8 juta di tahun 2005 dan terus meningkat menjadi 28,8 juta di tahun 2020.
Penduduk usia lanjut tentunya berbeda dengan penduduk usia muda. Para penduduk usia lanjut telah mengalami kemunduran fisik dan mental. Walaupun demikian di Indonesia pada umumnya penduduk usia lanjut masih dapat melakukan berbagai aktivitas dan masih banyak berperan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Bahkan penduduk usia lanjut di Indonesia masih banyak yang bekerja. Tampaknya kebutuhan ekonomi dan kondisi kesehatan menjadi alasan mengapa penduduk usia lanjut bekerja, disamping karakteristik sosialnya.
Penelitian ini menggunakan data SAKERTI 1993, yang mendefinisikan penduduk usia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun ke atas. Selain mempelajari karakteristik sosial-ekonomi dan demografi penduduk usia lanjut (jenis kelamin, hubungan dengan kepala rumah tangga, status perkawinan, pendidikan, daerah tempat tinggal, pengeluaran dan kesehatan), dicari faktor penentu (faktor yang "mempengaruhi") bekerja diantara penduduk usia lanjut."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Marisa
"ABSTRAK
Berhasilnya pembangunan di Indonesia berdampak positif pada usia harapan hidup, sehingga jumlah warga lanjut usia semakin meningkat. Kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsional, pada kelompok usia tersebut telah mengalami kemunduran, oleh karena itu dengan bertambahnya warga lanjut usia akan menimbulkan berbagai masalah termasuk masalah kesehatan. Dari kepustakaan diketahui bahwa penyakit kardiovaskuler dan hipertensi merupakan penyakit yang frekuensinya meningkat dengan bertambahnya usia. Warga lanjut usia merupakan kelompok resiko tinggi untuk mengalami defisiensi magnesium, disebabkan oleh masukan makanan yang kurang, gangguan saluran pencemaan, penggunaan diuretika dan diabetes mellitus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status magnesium serum pada warga lanjut usia dan faktor-faktor yang berhubungan seperti faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, pengetahuan gizi, sumber informasi, perilaku gizi, masukan makanan dan keluhan serta penyakit seperti gangguan nafsu makan, keadaan gigi geligi, diare, diabetes mellitus dan penggunaan diuretik.
Penelitian cross sectional ini melibatkan 88 orang warga lanjut usia. Data didapatkan dari wawancara, pemeriksaan fisik termasuk antropometri dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar magnesium dalam serum dan bahan makanan.
Hasil penelitian menunjukkan 54.5% menderita defisiensi magnesium. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna (p> 0.05) antara faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, pengetahuan gizi, perilaku gizi, sumber informasi gizi, masukan energi, masukan protein baik hewani maupun nabati, keadaan gigi geligi, dan diare dengan status magnesium serum. Sedangkan subyek yang menderita penyakit diabetes mellitus dan menggunakan diuretik cenderung mempunyai status magnesium yang rendah. Di samping itu ditemukan hubungan yang kuat antara gangguan nafsu makan dan masukan magnesium dengan status magnesium serum.

The successful development in Indonesia has a positive impact on the life expectancy at birth, leading to the increasing number of elderly. The physical condition of this age group either anatomically as well as functionally is declining with age. With the increasing number of this elderly group several health problems will emerge including, the high frequency of cardiovascular disease and hypertension. Some authors described the aetheology of these diseases to magnesium deficiency. Elderly are at high risk of suffering magnesium deficiency caused by deficient food intake, altered gastrointestinal function, use of diuretics and diabetes mellitus.
Therefore it is considered necessary to study serum magnesium status in the elderly, to know the serum magnesium status and related factors such as age, gender, level of formal education, income, knowledge of nutrition, nutritional information source, nutritional behavior, nutrient intake, complains and problems regarding anorexia, teeth condition, diarrhea, diabetes mellitus and use of diuretics.
This cross sectional study involved 88 elderly. Data were collected through interviews, physical examination, including anthropometrical measurements and laboratory assessments were done to determine magnesium content in serum and food.
From the 88 examined elderly, 54.5% were magnesium deficient. There was no significant association (p>4.05) between age, gender, level of formal education and income, knowledge of nutrition, nutritional behavior, nutritional information source, energy intake, animal and plant protein intake, teeth condition, diarrhea, and serum magnesium status. The subjects with diabetes mellitus and those using diuretics tend to have low serum magnesium status. There was strong association between anorexia and magnesium intake with serum magnesium status.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Masyitah
"Kehamilan remaja merupakan kehamilan dengan risiko tinggi yang berhubungan dengan tingginya insiden kelahiran premature, bayi berat lahir rendah (BBLR), dan hasil kehamilan yang buruk lainnya. Kehamilan remaja didefinisikan sebagai usia ginekologi rendah (< 4 tahun sejak menarche) atau sebagai usia kronologis <16 tahun pada saat konsepsi atau persalinan menunjukkan dampak usia muda ibu pada berat lahir.
Tujuan
Mengetahui dan mengkaji hubungan usia ginekologis dengan berat lahir dan usia kronologis dengan berat lahir bayi pada ibu remaja di 8 Puskesmas Kota Bekasi dan mengetahui perbedaan kekuatan hubungan antara usia ginekologis dan usia kronologis dengan berat lahir bayi pada ibu remaja di Kota Bekasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan cross sectional study untuk mempelajari korelasi antara usia ginekologis dan usia kronologis sebagai variabel bebas, dengan berat lahir sebagai variabel terikat. Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi didapat 170 responden. Pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan cara wawancara.
Hasil
Ibu dengan usia ginekologis < 4 tahun berisiko 4 kali lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat < 3000 gram, yang merupakan berat lahir terkait penyakit tidak menular di masa dewasa, dibandingkan dengan ibu usia ginekologis >= 4 tahun, dan ibu dengan usia kronologis < 16 tahun berisiko 2 kali lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat < 3000 gram dibandingkan dengan ibu usia kronologis >= 16 tahun. TB pra hamil, IMT pra hamil, penambahan BB selama hamil dan anemia sebagai faktor perancu hubungan usia ginekologis dan usia kronologis dengan berat lahir bayi.
Kesimpulan
Usia ginekologis dan usia kronologis berhubungan dengan berat lahir bayi pada ibu remaja di Kota Bekasi tahun 2015. Usia ginekologis lebih kuat berhubungan dengan berat lahir dibandingkan dengan usia kronologis.
Saran
Dianjurkan untuk menunda kehamilan pertama untuk perempuan Indonesia pada usia setidaknya 18 tahun atau pada usia ginekologis >= 4 tahun. Dilakukannya penelitian lain dengan melihat risiko usia ginekologis dan usia kronologis dengan BBLR dan stunted.

Background
Teenage pregnancy is a high-risk pregnancy associated with high incidences of premature birth, low birth weight (LBW), and other adverse pregnancy outcomes. Teenage pregnancy is defined as a low gynecological age (< 4 years after menarche) or as chronological age < 16 years old at the time of conception or birth of young mothers.
Aims
1). To know and examine relationships between gynecological age and birth weight and also chronological age and the birth weight among teenage mothers in eight Puskesmas Kota Bekasi. 2). To determine differences in the strength of the above two relationships among the teenage mothers in Bekasi Research methods. This is a cross-sectional study conducted to learn correlations between gynecological age and chronological age as independent variables, and the birth weight as the dependent variable. The number of minimal samples required in this study was 170 respondents, calculated using formula to test different proportions. Primary and secondary data collection was done through interview.
Result
Compared to mothers with gynecological age >= 4 years, mothers with gynecological age <4 years were four times at risk of having baby weight of <3000 grams. Mothers with chronological age < 16 years were 2 times at higher risk of giving birth to babies with weight of <3000 grams as compared to mothers with chronological age>= 16 years. Pre-pregnancy height, pre-pregnancy BMI, the increase of body weight during pregnancy and anemia were found to be confounding factors in the relationship between gynecological age and chronological age and the birth weights.
Conclusion
Gynecological age and chronological age were associated with infant birth weight amaong teenage mothers in Bekasi, in year 2015. Gynecological age is more strongly correlated to the birth weight, as compared to the chronological age.
Recommendation
It is advisable to delay the first pregnancy for women in Indonesia for at least 18 years of age or gynecological age >= 4 years. Further research could be done to look at the risk of gynecological age and chronological age and the corresponding low birth weight and stunting."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Miracle
"Latar belakang: Metode estimasi usia dengan gambaran radiografi telah banyak dikembangkan. Metode Demirjian dan Willems merupakan metode yang paling sering digunakan. Perbandingan akurasi kedua metode ini apabila diaplikasikan pada populasi Asia belum diketahui.
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan akurasi antara metode Demirjian dan metode Willems dalam estimasi usia pada populasi Asia.
Metode: Pencarian literatur dengan menggunakan pedoman alur Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) pada tiga electronic database. Literatur harus memenuhi syarat kriteria inklusi berupa artikel harus berbahasa Inggris, diterbitkan dalam 5 tahun terakhir, tersedia dalam full - text, serta merupakan research article.
Hasil: Sebanyak 32 studi memenuhi kriteria inklusi pada tahapan sintesis kualitatif. Sintesis kuantitatif atau metaanalisis dilakukan pada 27 studi yang menggunakan metode Demirjian atau metode Willems dengan total sampel 25.316 anak (12.471 laki-laki, 12.426 perempuan). Perbedaan rerata gabungan untuk kedua metode ini pada interval kepercayaan 95% dinilai untuk mengidentifikasi keakuratan kedua metode dalam memprediksi usia kronologis. Hasil metaanalisis dengan menggunakan random effects model menunjukkan metode Demirjian secara konsisten menghasilkan overestimasi dan metode Willems menghasilkan underestimasi pada populasi Asia. Beda rerata gabungan untuk metode Demirjian yaitu 0,18 pada laki-laki dan 0,21 pada perempuan, sementara metode Willems yaitu 0,04 tahun pada laki-laki dan 0,13 tahun pada perempuan.
Kesimpulan: Metode Willems menghasilkan estimasi yang lebih akurat, baik pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan daripada metode Demirjian.

Background: For forensic purposes, radiographic age estimation is widely developed. The Demirjian method and the Willems method are the methods most frequently used. The comparison of the accuracy of these two methods when applied to Asian populations is unknown.
Aim: To analyze the accuracy between Demirjian method and Willems method in estimating age in Asian population.
Methods: The literature must meet the inclusion criteria requirements in the form of literature must be in English, published in the last 5 years, and done with Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) guidelines.
Results: 32 studies met met the criteria for qualitative synthesis. Quantitative synthesis or meta-analysis were done on 27 studies using the Demirjian method or the Willems method with a total sample of 25,316 children (12,471 males, 12,426 females). The weighted mean differences for both of these methods at 95% confidence intervals were assessed to identify the accuracy of each method in predicting the chronological age. The results of the meta-analysis using the random effects model show that Demirjian method consistently overestimate and the Willems method underestimate the age in Asian population. The weighted mean difference for the Demirjian method was 0.18 for males and 0.21 for females, while the Willems method was 0.04 years for males and 0.13 years for females.
Conclusion: More accurate estimates were found on Willems method compared to the Demirjian method for both sexes
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>