Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 500 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cut Erra Rismorlita
"Usia Rata-rata Pertama Menikah wanita Jepang termasuk urutan tertinggi kedua didunia. Fenomena ini dimulai pada pertengahan tahun 1970-an seiring dengan pertumbuhan ekonomi Jepang yang maju pesat, sehingga membuka peluang bagi wanita untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, serta meniti karir dibidang-bidang pekerjaan profesional. Kepuasan hidup yang diraih melalui kemandirian secara ekonomi dan spiritual ini mengubah pandangan mereka terhadap perkawinan. Menikah menjadi suatu pilihan individu, dan mereka babas untuk menentukan dan memilih kapan, dimana dan dengan siapa mereka akan menikah.
Penelitian ini mengkaji dan menganalisis terjadinya fenomena penundaan usia kawin pada wanita Jepang tahun 1970-2000. Adapun pembahasannya meliputi latar belakang, faktorfaktor penyebab, dampak , serta upaya-upaya yang dilakukan pemerintah."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T12062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosidah
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi yang ditandai dengan di mulainya era digital dan maraknya e-book dibandingkan buku fisik menjadi tantangan tersendiri bagi usaha penerbitan. Persaingan dalam bisnis penerbitan semakin kompetitif, perusahaan yang berada dalam industri ini harus berusaha untuk meningkatkan daya saing yang dimilikinya agar dapat tetap eksis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal PT Salemba Emban Patria dan menganalisis strategi bersaing yang dilakukan oleh PT Salemba Emban Patria agar mampu eksis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengumpulan data sekunder. Hasil dari penelitian ini, PT Salemba Emban Patria memiliki kekuatan internal, yang meliputi proses produksi, pemasaran dan penjualan, pelayanan purna jual, infrastruktur yang memadai, manajemen sumber daya manusia, pengembangan teknologi, dan pengadaan persediaan, sedangkan yang menjadi kelemahannya adalah dalam proses distribusi produk. Sementara itu, dari kondisi eksternal terdapat beberapa ancaman yang dihadapi oleh perusahaan diantaranya adalah penurunan daya beli, fluktuasi nilai tukar rupiah, pembajakan, dan minat beli, sedangkan peluang yang dihadapi adalah perkembangan e-commerce, sehingga berdasarkan analisis SWOT maka strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya adalah memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara melakukan diversifikasi produk dan pasar.

ABSTRACT
Technological developments marked by the beginning of the digital age and the rise of e books compared to physical books are a challenge for publishing businesses. Competition in the publishing business is increasingly competitive, companies in this industry must strive to improve their competitiveness in order to exist. This study aims to analyze the internal and external environment of PT Salemba Emban Patria and analyze the competitive strategies undertaken by PT Salemba Emban Patria to be able to exist. The research method used in this research is qualitative research, namely primary data obtained through in depth interview and secondary data collection. The results of this research, PT Salemba Emban Patria has internal strength, which includes the process of production, marketing and sales, after sales service, adequate infrastructure, human resources management, technology development, and procurement, while the disadvantage is in the distribution process product. Meanwhile, from external conditions there are some threats faced by companies such as decreasing purchasing power, fluctuation of rupiah exchange rate, hijacking, and buying interest, while the opportunities faced is the development of e commerce, so based on SWOT analysis then the strategy that can be done company to improve its competitiveness is to take advantage of long term opportunities by diversifying products and markets."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2018
T50471
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doli Catur Utomo
"Usia pasien dan lokasi striktur uretra penting untuk menentukan sebagian besar penyebab dari striktur uretra. Striktur uretra paling sering timbul pada pars bulbosa. Kashefi et al. dalam penelitiannya menunjukkan bahwa diperkirakan 3,2 striktur uretra per 1000 pasien rawat inap disebabkan oleh trauma oleh kateter. Pada pasien berusia di atas 45 tahun, TURP dan prostatektomi radikal adalah penyebab paling umum dari striktur/kontraktur uretra. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran pasien striktur uretra di rumah sakit H. Adam Malik Medan serta penanganan yang dilakukan.Penelitian ini adalah penelitian retrospektif, deskriptif mengenai pasien striktur uretra di Medan, Indonesia. Penelitian dilakukan di rumah sakit H. Adam Malik antara bulan Mei dan Juni 2017, Medan dengan mengumpulkan data dari rekam medis. Data yang dikumpulkan meliputi nama, usia, gejala klinis, lokasi striktur, panjang striktur, dan jenis tindakan yang dilakukan. Data dianalisis menggunakan SPSS 20 mengenai rerata usia, lokasi striktur tersering, rerata panjang striktur, dan jenis tindakan yang digunakan untuk menangani panjang striktur tertentu atau lokasi striktur tertentu. Penyebab striktur paling banyak pada penelitian ini adalah trauma sebanyak 35 pasien dari 60 pasien (58,3%). keluhan tidak dapat BAK menjadi mayoritas penyebab mereka datang ke rumah sakit (46,7%), diikuti dengan BAK sulit ataupun tidak lancar (masing-masing 25%), dan hal yang paling jarang dikeluhkan adalah nyeri saat BAK Penelitian ini menyatakan bahwa karakter pasien striktur uretra di Indonesia tidak berbeda jauh dengan penelitian-penelitian yang ada sebelumnya. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa urethrotomy(Sachse) lebih banyak digunakan dibandingkan urethroplasty, serupa dengan diluar negeri meskipun urethroplastymemiliki efektifitas yang lebih baik.

The age of the patient and the location of urethral stricture are important for determining most of the causes of urethral stricture. Urethral stricture most often occurs in bulbous pars. Kashefi et al. in their study showed that an estimated 3.2 urethral strictures per 1000 inpatients were caused by trauma by the catheter. In patients over 45 years, TURP and radical prostatectomy are the most common causes of urethral stricture/contracture. This study aims to provide an overview of urethral stricture patients at H. Adam Malik Hospital in Medan as well as the treatment performed. This study is a retrospective, descriptive study of urethral stricture patients in Medan, Indonesia. The study was conducted at H. Adam Malik Hospital between May and June 2017, Medan by collecting data from medical records. Data collected included name, age, clinical symptoms, stricture location, stricture length, and type of action performed. Data were analyzed using SPSS 20 regarding age averages, location of the most common strictures, mean length of strictures, and types of actions used to deal with certain strictures or locations of certain strictures. The most common causes of stricture in this study were trauma in 35 patients from 60 patients (58.3%). BAK complaints cannot be the majority of the reasons they come to the hospital (46.7%), followed by difficult or non-BAC (25% each), and the most rarely complained of is pain when BAK This study states that the patient's character Urethral stricture in Indonesia is not much different from previous studies. This study also shows that urethrotomy (Sachse) is more widely used than urethroplasty, similar to abroad even though urethroplasty has better effectiveness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjam Diana Samara
"Latar belakang: Semaphorin-3B (SEMA3B) sebagai faktor antiangiogenik dan Cullin-1 (CUL1) sebagai faktor proangiogenik merupakan contoh dua protein yang bekerja secara antagonis dalam invasi trofoblas, yang bila terjadi ketidakseimbangan akan menyebabkan preeklamsia (PE). VEGF, MMP9, E-cadherin, p21, dan CASP3 merupakan kandidat protein terkait kaskade hantaran sinyal SEMA3B dan CUL1. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis kadar SEMA3B dan CUL1, serta kandidat protein terkait kaskade hantaran sinyalnya pada patologi PE berdasarkan perbedaan usia kehamilan saat persalinan.
Metode: Penelitian diadakan di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Budi Kemuliaan dari April 2017-April 2018. Studi potong lintang dengan observasi analitik dilakukan untuk mengukur kadar SEMA3B dan CUL1 dan kandidat protein terkait kaskade hantaran sinyalnya dalam plasenta, serta kadar SEMA3B dan CUL1 dalam serum ibu pada 70 pasien PE berdasarkan dua kelompok usia kehamilan saat persalinan: <34 minggu dan ≥34 minggu. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hasil: Kadar SEMA3B, CUL1, VEGF, dan E-cadherin secara bermakna lebih rendah pada kelompok usia kehamilan <34 minggu. Pada kelompok usia kehamilan <34 minggu: terdapat korelasi positif antara usia kehamilan dengan SEMA3B, CUL1, dan protein terkait kaskade hantaran sinyalnya; terdapat korelasi positif antara SEMA3B dengan VEGF dan p21; terdapat korelasi positif antara CUL1 dengan VEGF, MMP9, E-cadherin, p21, dan CASP3; dan korelasi negatif antara rasio p21/CUL1 dengan usia kehamilan. Pada kelompok usia kehamilan ≥34 minggu: terdapat korelasi positif antara SEMA3B dalam plasenta dengan SEMA3B dalam serum ibu; tidak ada korelasi SEMA3B dengan kandidat protein terkait kaskade hantaran sinyalnya; terdapat korelasi positif antara CUL1 dengan MMP9, E-cadherin, p21, dan CASP3. Kadar proangiogenik CUL1 dan VEGF yang rendah rendah dan ratio p21/CUL1 yang tinggi secara bermakna berhubungan dengan usia kehamilan <34 minggu saat persalinan. Analisis multivariat menunjukkan kadar CUL1 yang rendah meningkatkan risiko melahirkan sebesar empat kali lebih besar pada usia kehamilan <34 minggu dibandingkan usia kehamilan ≥34 minggu.
Kesimpulan: Pada PE usia kehamilan <34 minggu saat persalinan, gambaran patologi PE lebih berat, kadar SEMA3B yang lebih rendah, serta kadar CUL1 yang lebih rendah memiliki risiko empat kali lebih besar terjadi persalinan dibandingkan usia kehamilan ≥34 minggu saat persalinan.

Background: Semaphorin-3B (SEMA3B) as an antiangiogenic factor and Cullin-1 (CUL1) as a proangiogenic factor are examples of two proteins that work antagonistically in trophoblast invasion, which will cause preeclampsia (PE) if an imbalance occurs. VEGF, MMP9, E-cadherin, p21, and CASP3 are protein candidates related to the signal transduction cascade of SEMA3B and CUL1. The aim of this study was to analyze SEMA3B and CUL1 levels, as well as protein candidates related to the signal transduction cascade in pathology of PE based on differences in gestational age at delivery.
Methods: The study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital and Budi Kemuliaan Hospital during April 2017 until April 2018. In this cross-sectional study SEMA3B, CUL1, and protein candidates related to the signal transduction cascade (VEGF, MMP9, E-cadherin, p21, CASP3) were measured in the placenta, as well as SEMA3B and CUL1 levels in maternal serum in 70 PE patients in two gestational age at delivery groups: <34 weeks and ≥34 weeks. Measurements were conducted at Integrated Laboratory of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Results: Levels of SEMA3B, CUL1, VEGF, and E-cadherin were significantly lower in the gestational age group of <34 weeks compared to ≥34 weeks. In the gestational age group of <34 weeks: there were positive correlation between age gestational age and SEMA3B, CUL1, protein candidates related to their signal transduction cascade; there were positive correlations between SEMA3B and VEGF, p21; there were positive correlations between CUL1 and MMP9, E-cadherin, p21, CASP3; there were negative correlation between p21/CUL1 ratio and gestational age. In the gestational age group of ≥34 weeks: there were positive correlation between SEMA3B in placenta and SEMA3B in maternal serum; there were positive correlations between CUL1 and MMP9, Ecadherin, p21, CASP3; there were no correlation between SEMA3B and candidate protein related to the signal transduction cascade. Significantly, low level of proangiogenic CUL1 and VEGF, and high ratio p21/CUL1 were associated with <34 weeks of gestational age at delivery. Multivariate analysis showed that at <34 weeks of gestational age, low levels of CUL1 increased the risk of giving birth by four times greater than at ≥34 weeks of gestational age.
Conclusions: In PE at <34 weeks of gestation age at delivery, pathology of PE was worse, level of SEMA3B was lower, and lower level of CUL1 had four times greater risk of labor than at ≥34 weeks of gestational age at delivery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetty Rimenda
"ABSTRAK
Disertasi ini bertujuan untuk menguji perbedaan antara kondisi kongruen dan inkongruen ketika konsumen melihat model iklan yang sebaya dan lebih tua. Ketika konsumen mempersepsikan usianya kongruen ketika melihat model iklan, maka dapat lebih mempengaruhi persepsi produk untuk saya, persepsi evaluasi dan persepsi referensi yang akhirnya mempengaruhi sikap terhadap produk.  Untuk menjawab pertanyaan itu, maka pada penelitian ini diadakan dua studi. Setudi satu membuktikan bahwa kondisi kongruen terjadi pada saat konsumen melihat model iklan yang usianya lebih tua, sedangkan kondisi inkongruen terjadi ketika konsumen melihat model yang sebaya. Study 2 menjawab pertanyaan yang mucul pada studi 1, yaitu persepsi inkongruen anak usia tween yang melihat model iklan sebaya dapat dipengaruhi dengan memperlihatkan model iklan sebaya.

ABSTRACT
This dissertation aims to examine the differences between the conditions congruent and incongruent when consumers see the advertising model of the same age and older. When consumers perceive congruent age when seeing the advertising model, it may be affecting the perception of the product for me, perceptual evaluation and perception of reference which ultimately affect attitudes toward the product. To answer that question, so in this study conducted two studies. One of the studies prove that the congruent condition occurs when consumers see the advertising model who is older, while the incongruous condition occurs when consumers see a model of the same age. Study 2 answer the questions that appear on the first study, the perception incongruous tween -age children who saw the ad model peer can be influenced by peer advertising model show

"
2016
D2732
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, Antibiotika merupakan obat yang banyak digunakan oleh pasien di lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui metode survei yang bersifat deskriptif analilitis dan pengumpulan datanya dilakukan secara retrospektif terhadap data resep pasien yang menggunakan antibiotika periode Oktober sampai dengan Desember 2004. Kriteria pasien yang dipilih adalah pasien yang menggunakan obat golongan antibiotika yang diketahui dengan jelas regimen dosis yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis antibiotika yang banyak digunakan oleh pasien dilokasi penelitian adalah Amoksisilin sebanyak 85,80% diikuti Tiamfenikol sebanyak 7,10% dan Eritromisin 2,96%. Dari penelitian ini ditemukan beberapa masalah yang teridentifikasi sehubungan dengan ketidakrasionalan penggunaan antibiotika jika dilihat dari segi dosis. Ada 15,38% pasien mendapatkan dosis antibiotika yang tidak tepat. Berdasarkan analisis data bivariat yang dilakukan diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur pasien dengan kerasionalan penggunaannya dari segi dosis."
Universitas Indonesia, 2005
S32493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Era Yusnita Febrianti
"Aktivitas makan bukan hanya merupakan pemenuhan kebutuhan biologis, namun juga berhubungan dengan perasaan yang mendalam dari pengalaman manusia. Dengan menggunakan pendekatan etnografi dan pengumpulan data melalui studi pustaka, wawancara mendalam, serta pengamatan terlibat kepada vegan di Jakarta, dalam tulisan ini saya berusaha memahami kehadiran veganisme yang berciri khas pola makan berbasis nabati utuh yang keberadaannya bertentangan dengan kebiasaan makan dominan di Indonesia. Bahkan dalam mayoritas catatan sejarah manusia, hewan telah menjadi bagian dari menu makanan berbagai kelompok masyarakat di dunia sehingga dianggap normal. Akibatnya, pola makan vegan terkadang menjadi subyek perdebatan. Penulis dalam penelitian ini berargumen bahwa adanya vegan dan perkembangan veganisme di Indonesia beserta perdebatan yang menyertainya dimungkinkan oleh perbedaan pemaknaan yang diberikan khususnya terhadap hewan dan kondisi dunia. Berdasarkan hasil penelitian, umumnya terdapat tiga hal yang menjadi kepedulian kelompok vegan, yakni (1) kepedulian terhadap kesehatan; (2) kepedulian terhadap lingkungan; dan (3) kepedulian terhadap perlakuan terhadap hewan. Skripsi ini kemudian menunjukkan bahwa vegan memaknai veganisme dapat berkonstribusi untuk menyelamatkan kehidupan dunia melalui praktik mereka.

Eating is not only biological, but also cultural because the foods we eat implies worldview and feelings associated with human experience. Using data from ethnographic interviews, participant observation, and study literature, I try to examine the growing trend of veganism which is a dietary habit that excludes the use of animal products, which opposed to the existing norms in Indonesia, even most of the world. In much of human history, animals has been part of human’s diet, therefore eating animal products is considered normal. As a result, veganism becomes the subject of debate. Here I argue that the growing trend of veganism in Indonesia as well as the debate surrounding its existence is made possible by the difference of interpretations and meanings given to animals and world’s condition in general. According to findings, there are three vegans’ main concerns, which are (1) health; (2) environmental issues; and (3) animal rights. This research finds that vegans believe veganism can help to save the world through their practice of limiting animal products."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riesta Hanjani
"Latar belakang: Adenokarsinoma prostat merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak didiagnosis pada laki-laki di seluruh dunia, dengan mayoritas pasien berusia di antara 60 ndash; 80 tahun. Usia adalah salah satu faktor risiko yang paling berperan, dan diperkirakan mempunyai andil dalam perkembangan penyakit ini.
Tujuan: Untuk menentukan korelasi antara usia dengan skor Gleason pada pasien dengan adenokarinoma prostat.
Metode Data mengenai usia dan skor Gleason diperoleh dari 101 sampel yang diambil dari lembar permintaan pemeriksaan pasien dari tahun 2011 sampai 2014, di Departemen Patologi Anatomik, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Analisis statistik Kendall's tau-b digunakan untuk menentukan korelasi.
Hasil: Usia rata-rata pasien adenokarsinoma prostat pada penelitian ini adalah 67,87 tahun dan kebanyakan pasien memiliki skor Gleason 9 48 pasien . Pada uji korelasi antara usia dan skor Gleason pasien didapat nilai p = 0,012 dan r = -0,193. Pasien di bawah 65 tahun memiliki rata-rata skor Gleason 8,588, pasien di atas 65 tahun tahun memiliki rata-rata skor Gleason 8,239. Pada uji non parametrik Mann ndash; Whitney didapat nilai p = 0,009.
Kesimpulan: Terdapat korelasi sangat lemah antara usia dengan skor Gleason pada pasien dengan adenokarsinoma prostat. dengan pasien muda cenderung memiliki skor Gleason yang lebih tinggi.

Background: Prostatic adenocarcinoma is one of the most common cancers diagnosed in men worldwide, with most patients being 60 ndash 80 years old. Age is one of the significant risk factors of the disease's development and progression.
Aim: To determine the correlation between age and Gleason score in patients with prostatic adenocarcinoma.
Methods: Data in regard to age and Gleason score of patients with prostatic adenocarcinoma were obtained from 101 samples from patients'request forms in 2011 to 2014, in Department of Anatomical Pathology, Cipto Mangunkusumo Hospital. Kendall's tau b statistical analysis was used to determine the correlation.
Results Mean age of patients in prostatic adenocarcinoma in this study is 67.87 years old, and most patients have Gleason score of 9 48 patients. On statistical analysis to determine correlation between age and Gleason score, we acquire p value of 0.012 and r value of 0.193. Patients below 65 years old have average Gleason score of 8.588, patients above 65 years old have average Gleason score of 8.239. On Mann ndash Whitney non parametric test, we acquire p value of 0.009.
Conclusion There was a very weak correlation between age and Gleason score in patients with prostatic adenocarcinoma with younger patients tend to have higher Gleason score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puni Muliani
"ABSTRAK
Penggunaan gadget yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan sehingga dapat menimbulkan emosi negatif. Anak usia sekolah rentan secara emosional dikarenakan anak belum mampu mengatur emosinya secara tepat sehingga lebih beresiko untuk berperilaku secara emosional. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan hubungan antara penggunaan gadget dengan pengaturan emosi. Sampel penelitian adalah siswa sekolah dengan usia 7-12 tahun di Sekolah Dasar Negeri di Kota Bogor. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional dengan metode consecutive sampling yang melibatkan 106 responden siswa sekolah dasar dan orangtua. Data dianalisis dengan Chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara penggunaan gadget dan pengaturan emosi pada siswa p= 0,004; OR 3,667; 95 CI 1,6; 8,5 siswa yang menggunakan gadget berlebihan beresiko mengalami pengaturan emosi kurang baik. Perawat diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang kegiatan motorik kepada keluarga agar emosi anak menjadi baik.

ABSTRACT
Excessive use of gagdets can lead to addiction causing physical and emotion disorder. It could happen because the children has not been able to manage their emotion appropriately so it tends to be more risky te behave emotionally. The puprose of this study is to describe the correlation betwen the use of gadgets with emotion regulation. The study sampel are student with age 7 12 years in public primary school at bogor. The study design is using cross sectional with consecutive sampling method, involving 106 respondent of student and their parents. Chi square was used to determine a significant correlation betwen the use of gadget with emotion regulation in student p 0,004 OR 3,667 95 CI 1,6 8,5 . Which means student who use gadget have more tendency to experience poor emotion regulation. Nurses are expected to teach promotional motor activities to the family so that the child rsquo s emotion to be good. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rahmah Utami
"Sindrom metabolik merupakan kumpulan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang ditandai oleh obesitas sentral, kadar gula darah tinggi, kadar kolesterol HDL rendah, tingginya kadar trigliserida, dan tekanan darah tinggi. Prevalensi sindrom metabolik di Indonesia tergolong tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada penduduk Indonesia usia >15 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 30.563 subjek, 32% memiliki sindrom metabolik. Analisis bivariat juga menunjukkan hasil yang signifikan antara jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tempat tinggal, status pekerjaan, konsumsi alkohol, riwayat merokok (0,000), konsumsi makanan berisiko (makanan dan minuman manis, makanan asin), konsumsi sayur dan buah, aktivitas fisik, kondisi mental emosional, dan status gizi dengan sindrom metabolik (p value = 0,05). Analisis multivariat menunjukkan bahwa usia lansia merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan sindrom metabolik (p value = 0,000; OR 8,94 ; 95% CI : 5,98 – 13,36)

Metabolic syndrome refers to the presence of a cluster of risk factors specific for cardiovascular disease. The cluster of metabolic factors includes central obesity, impaired fasting blood glucose, low HDL cholesterol, high triglyceride levels, and high blood pressure. This study aims to identify the dominant factor and related factors associated with metabolic syndrome in the Indonesian population aged 15 and over years old. This research is a quantitative research with cross-sectional study design and the data was obtained from the Indonesia Basic Health Research (RISKESDAS) 2018. The association between risk factors and metabolic syndrome were measured through chi-square bivariate analysis and binary logistic regression. Multivariate analysis was done using multiple logistic regression. The prevalence of metabolic syndrome was 32%. The results demonstrates that age, sex, level of education, residence type, occupation status, smoking habit, alcohol consumption, fruits and vegetable intake, sweet food intake, sugar sweetened beverages intake, physical activity, mental and emotional disturbance, and nutritional status were significantly associated with metabolic syndrome (p value <0,05). Elderly was the most dominant risk factor for metabolic syndrome (p value = 0,000; OR 8,94 ; 95% CI : 5,98 – 13.36)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>