Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 501 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuni Eloisa Marinda
"Pada dekade 1980-an , laju pertumbuhan angkatan kerja di Sumatera Barat adalah sebesar 3,5 persen pertahun. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja ini dianggap masih cukup tinggi . Bila dilihat secara keseluruhan dari pertumbuhan angkatan kerja tersebut menurut daerah dan jenis kelamin dapat disimpulkan beberapa hal.
Pertama, pertumbuhan angkatan kerja di kota jauh lebih tinggi daripada desa. Ini secara tidak langsung menyatakan bahwa arus migrasi dari desa ke kota di Sumatera Barat cukup tinggi. Kedua, pertumbuhan angkatan kerja laki-laki jauh lebih rendah dari angkatan kerja wanita. Ketiga, pertumbuhan angkatan kerja wanita di kota jauh lebih tinggi dari pada di desa. Tingginya pertumbuhan angkatan kerja wanita ini diduga antara lain disebabkan peningkatan pendidikan wanita telah memberi dampak terhadap kenaikan partisipasi angkatan kerja wanita di pasar kerja.
Meskipun tingkat pertumbuhan angkatan kerja wanita lebih tinggi dibandingkan dengan angkatan kerja laki-laki akan tetapi partisipasi angkatan kerja (TPAK)nya relatif lebih rendah. Bila dibandingkan dengan TPAK wanita di pulau Jawa ternyata juga relatif lebih rendah (SUPAS 1985). Kalau diamati lebih lanjut, rendahnya TPAK wanita di Sumatera Barat disebabkan rendahnya TPAK pada wanita kelompok masa melahirkan yaitu pada usia 20-35 tahun. Hal ini berkaitan dengan masih tingginya angka kelahiran. Karena itu diduga sebagian besar wanita menarik diri dari angkatan kerja semasa child bearing age tersebut.
Dalam teori ekonomi mikro, keputusan seorang individu untuk berpartisipasi di dalam angkatan kerja sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah selera, preferensi dan tingkat upah yang berlaku di pasar tenaga kerja. Bagaimanakah seorang individu memutuskan, apakah ia akan ikut ambil bagian dalam kegiatan proses produksi sebagai pekerja, atau akan menghabiskan seluruh waktunya untuk tidak bekerja. Bila ia memutuskan untuk bekerja, berapa lama waktu yang akan dicurahkannya untuk bekerja dan berapa lama untuk kegiatan diluar 'bekerja`.
Pada kasus rendahnya TPAK wanita menikah dan mempunyai anak di Sumatera Barat, wanita menganggap memperoleh hasil yang bernilai tinggi di dalam rumah tangga dibandingkan bila mereka memasuki pasar kerja. Pilihan untuk tidak berpartisipasi dalam angkatan kerja menurut tingkat upah yang berlaku di pasar sesungguhnya merupakan pilihan memaksimumkan utilitas.
Meskipun seorang individu memilih tidak bekerja pada tingkat upah yang berlaku dipasar, bila terjadi suatu kenaikan tingkat upah yang lebih tinggi maka hal ini akan mendorong individu tersebut memasuki pasar kerja. Kenaikan upah tersebut telah mengubah tingkah laku individu sehingga ia memutuskan untuk berpartisipasi di dalam angkatan kerja.
Gambaran diatas memperlihatkan suatu model perilaku seorang individu, bagaimana individu tersebut menentukan pilihan-pilihan dan keinginan-keinginannya agar dapat dipenuhi secara memuaskan. Becker' (1960) dalam tulisannya "An Economic Analysis of Fertility", membahas mengenai tingkah laku fertilitas individu di negara maju. Keputusan untuk memiliki anak dipengaruhi oleh konsep biaya opportunity , yaitu pendapatan yang tidak jadi diterima oleh orang tua yang tidak bekerja karena harus mengurus anak-anaknya.
Karena adanya suatu kenaikan tingkat upah nyata yang diterima kaum wanita causal PD TI, menyebabkan semakin banyaknya wanita yang ikut berperan di dalam pasar kerja sehingga pada gilirannya tingkat kelahiran menjadi turun. Tingkah laku fertilitas yang dijelaskan melalui analisis ekonomi ini kemudian lebih dikenal sebagai new homes economics . Analisis ini disebut home karena pada dasarnya rumah langga secara minimal terdiri dari suami, istri dan anak".
Perkembangan selanjutnya memperlihatkan bahwa new homes economics tidak hanya dapat diterapkan untuk menganalisa tingkah laku fertilitas, tetapi dapat menganalisis hampir semua tingkah laku manusia yang berhubungan dengan pilih memilih termasuk analisis penawaran terhadap pekerja."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Martina Marwanti
"Ruang lingkup penelitian ini, yaitu gambaran umum lembaga, latar belakang kehidupan lansia, aktivitas lansia di dalam panti, hubungan sosial lansia dengan penghuni panti termasuk dengan lansia lainnya jugs dengan pengasuh, tanggapan dan harapan lansia terhadap pelayanan yang telah diterimanya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia penghuni panti, dengan menggunakan teknik penarikan purposive sampling, dipilih 7 informan lansia. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Panti sebagai unit penelitian dan lansia sebagai unit analisisnya.
Hasil penelitian: Sebagian besar lansia yang tinggal di panti adalah mereka yang hidupnya terlantar, dengan karakteristik miskin dan tidak mempunyai keluarga (hidupnya sebatang kara). Adapula lansia yang masih mempunyai keluarga (anak-anaknya) tetapi tinggal di panti. Aktivitas sehari-hari para lansia, tergantung dari keadaan jasmani dan rohani masing-masing, ada lansia aktif dan pasif. Pada lansia aktif kurang mempunyai aktivitas yang produktif. Secara umum hubungan sosial para lansia dengan lansia lainnya di panti werdha, bisa dikategorikan kurang terjalin dengan baik. Nampaknya latar belakang lansia penghuni panti yang sangat beragam, membuat para lansia agak sulit dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hubungan sosial lansia dengan pengasuh, hanyalah sebatas sampai sejauh mana pengasuh memberikan bantuan (secara fisik) kepada lansia. Sebaliknya bantuan yang bersifat psikis dan sosial jarang dilakukan oleh para pengasuh. Terhadap pelayanan yang telah diberikan, para lansia merasa kebutuhannya belum dapat dipenuhi oleh pihak panti. Mereka hanya bisa bersikap pasrah pada nasib.
Kesimpulan : Pelayanan yang diberikan oleh pihak panti belum mampu memungkinkan perasaan "at home" (kerasan) bagi mereka yang menjadi penghuninya. Kerasan yang dimaksudkan disini tidak bisa diukur sekedar dengan kriteria materiil, atau fisik, tentunya juga tergantung dari faktor-faktor psikologis/sosial, seperti kelaziman yang berlaku, cara-cara seseorang mendapat perlakuan, atau tanggapan dari lingkungan sekitarnya. Ada kecenderungan pelayanan yang diberikan kepada mereka hanya dianggap sebagai proses pertolongari di "terminal tunggu menjelang akhir"."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erda Fitriani
"Judul halaman, Pernyataan Orisinalitas, Lembar Tanda Persetujuan Pembimbing, Abstrak, Daftar Isi, Daftar Gambar, Daftar Tabel, Bab I: Pendahuluan, Bab II: Orang Minangkabau Lanjut Usia: Pasien Hipertensi Rumah Saldt Cipto Mangunkusumo (RSCM), Bab III: Pola Kebiasaan Makan Lansia Hipertensi Minangkabau, Bab IV: Gaya Hidup Lansia Minangkabau Hipertensi, Bab V: Faktor-Faktor Sosial Budaya Yang Mempenganihi Kebiasaan Makan, Bab VI: Penutup, xi + 109 halaman, Bibliografi: 37 buku, 15 artikel, 2 disertasi, 1 skripsi, 4 artikel majalah, 2 website, 5 referensi. 1 makalah, Lampiran.
Tesis ini mengenai pola kebiasaan makan orang lanjut usia penderita penyakit hipertensi suku bangsa Minangkabau yang menetap di Jakarta. Orang Minangkabau termasuk kelompok usia lanjut memiliki kebiasaan makan yang suka mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan protein tinggi, sehingga beresiko terkena penyakit hipertensi. Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya orang Minangkabau penderita penyakit hipertensi jika dibandingkan dengan suku bangsa lainnya. Bahkan menurut Kompas Cyber Media (27/10/2000) orang Sumatera Barat merupakan penderita penyakit hipertensi terbesar di Indonesia dan di dunia.
Orang lanjut usia Minangkabau yang seharusnya sudah mengatur cara makannya ketika memasuki fase degeneratif, ternyata tidak melakukannya sehingga mengalami resiko terkena penyakit hipertensi. Pertanyaannya adalah; (1) mengapa kebiasaan makan usia lanjut dipertahankan sehingga mengalami resiko terkena penyakit hipertensi, (2) bagaimana pengetahuan, kepercayaan dan kebiasaan makan kelompok usia lanjut, (3) Bagaimana pengetahuan, kepercayaan dan kebiasaan makan kelompok lanjut usia tersebut mempengaruhi kesehatan.
Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kebiasaan makan informan sebelum sakit dan sesudah sakit dan kebiasaan makan keluarga pagi, Siang dan malam, dan pada waktu upacara. Wawancara dilakukan dengan bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia.
Setelah dilakukan penelitian terhadap lansia Minangkabau penderita penyakit hipertensi yang pernah di rawat di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, ditemukan bahwa adanya gaya kebiasaan makan tertentu dari Para lansia Minangkabau penderita penyakit hipertensi. Sebelum sakit kebiasaan makan lansia yaitu tiga kali sehari. Makan pokok mereka terutama adalah nasi. Mereka sering mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak seperti daging, dan santan. Cara pengolahan makanan yang sering mereka lakukan adalah gulai dan goreng. Setelah sakit hipertensi kebiasaan makan mereka tidak banyak mengalami perubahan.
Berbagai faktor yang menjadi penyebab kebiasaan makan lansia yaitu; Faktor budaya makan orang lansia, makna simbolik makanan, kesukaan makanan atau selera, faktor keinginan untuk mendapat status yang tinggi dan makanan yang memiliki nilai tinggi dan gengsi. Terdapat juga faktor ekonomi yang cukup dan ketersediaan bahan makanan.
Faktor gaya hidup lansia dapat mempengaruhi kesehatan. Faktor gaya hidup seperti kurang beraktivitas karena telah lanjut usia dan tidak bekerja lagi, kebiasaan merokok terutama lansia laki-laki, kebiasaan minum kopi, dan stress, merupakan faktor resiko munculnya penyakit hipertensi pada lansia. Dari hasil penelitian diketahui bagi sebahagian besar lansia menyatakan sulit mengubah kebiasaan mereka yang lama. Namun peran keluarga sangat penting dalam mendorong lansia untuk mampu mengubah kebiasaan mereka yang lama."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13778
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mindya Yuniastuti
"Latar Belakang
Penentuan usia seseorang memegang peranan penting dalam kedokteran forensik, tidak hanya untuk identifikasi tubuh, tetapi erat pula kaitannya dengan tindak kejahatan dan kecelakaan (1). Akibat dari tindak kejahatan dan kecelakaan ini, tidak jarang ditemukan kerangka manusia atau korban yang sulit diidentifikasi. Banyak prosedur dapat ditempuh dalam menentukan usia seseorang antara lain dari penutupan sutura tengkorak, penyatuan epifisis, dan diafisis tulang panjang, permukaan simfisis pubis serta dari gigi geligi seseorang (2,3,4,5,6,7,8,9,10,11).
Penentuan usia didasarkan pada gigi geligi seseorang menjadi sangat penting artinya terutama jika bahan lain yang diperlukan untuk identifikasi telah rusak, misalnya pada kasus kebakaran, kecelakaan pesawat terbang, atau telah terjadi proses pembusukan tubuh seseorang (7, 12). Pada keadaan tersebut biasanya gigi geligi merupakan jaringan satu-satunya yang relatif masih utuh (7,8,9), sehingga struktur maupun morfologinya tidak berbeda dengan orang hidup. Hal ini dapat terjadi karena gigi geligi dilapisi oleh email, yang merupakan jaringan tubuh yang paling keras (13,14,15). Oleh karena itu, perkiraan usia dan gigi geligi dapat merupakan sumbangan informasi yang amat berguna dalam hal penentuan usia tersebut, sehingga akan lebih memudahkan para ahli forensik melakukan identifikasi usia secara tepat (16).
Untuk menentukan atau memperkirakan usia didasarkan pada gigi geligi , ternyata gambaran radiografis memegang peranan penting (15,17, 18,19). Dengan foto radiografis dapat diketahui antara lain gambaran pertumbuhan gigi, urutan erupsi dan kalsifikasi gigi, yang semuanya berguna selain di bidang kedokteran gigi forensik, juga antropologi dan arkeologi, dalam kaitannya dengan identifikasi usia. Di bidang arkeologi ini biasanya gambaran radiografis digunakan untuk perkiraan usia pada penemuan sejumlah besar rangka, meskipun hal ini umumnya jarang digunakan untuk dasar pemeriksaan rutin (16). Selain itu, dengan foto radiografis identifikasi dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan tepat (18,19). Dan berbagai jenis foto radiografis, yang banyak digunakan adalah foto panoramik, karena dengan foto tersebut akan diperoleh seluruh gambaran gigi sulung maupun gigi tetap pada rahang atas dan bawah dengan jelas.
Beberapa penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan gambaran radiografis pertumbuhan gigi telah dilakukan, namun penelitian gigi molar 3 rahang bawah masih langka. Beberapa kemungkinan langkanya penelitian ini disebabkan karena waktu erupsi gigi molar 3 sangat bervariasi dibandingkan dengan gigi lainnya (20,21). Penelitian tentang perkiraan usia berdasarkan pertumbuhan gigi molar 3 rahang bawah saja, akan mendapatkan kisaran usia yang pendek yaitu antara 14 - 20 tahun, sehingga hubungannya dengan identifikasi usia sangat terbatas.
Pembentukan akar gigi molar 2 rahang bawah sudah dimulai pada usia antara 7-8 tahun (22,23). Oleh karena itu gabungan penelitian tentang pembentukan akar gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah akan mempunyai kisaran usia yang lebih lebar, sehingga penggunaannya untuk identifikasi usia seseorang lebih luas.
Pada saat ini di Indonesia belum banyak acuan untuk memperkirakan usia dari gambaran radiografis gigi geligi. Yang menjadi masalah sekarang adalah bagaimana mendapatkan data dasar untuk pedoman memperkirakan usia berdasarkan gambaran radiografis gigi geligi. Sehubungan dengan hal itu, dilakukan penelitian perkiraan usia dari gambaran panoramik radiografis dengan metode pengukuran panjang dan stadium pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah. Dengan mengukur panjang gigi dan mengetahui stadium pertumbuhan gigi tersebut di atas, dapat diketahui perkiraan usia seseorang. Penelitian ini dilakukan bertitik tolak dari landasan pemikiran bahwa :
Gambaran radiografis merupakan cara yang tepat untuk mengetahui pertumbuhan gigi (1,16,17,21,24). Dengan membuat foto panoramik radiografis bisa diperoleh gambaran gigi geligi pada seluruh rahang. Selain itu prosedur pembuatannya cepat dan murah.
Gambaran radiografis gigi molar rahang bawah biasanya lebih jelas dibandingkan dengan gigi molar rahang alas . Hal ini disebabkan tidak adanya struktur lain di rahang bawah dibandingkan dengan rahang atas. Karena itu dengan memilih pertumbuhan gigi molar 2 dan molar 3 rahang bawah untuk perkiraan usia, diharapkan akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas, sehingga perkiraan usia diharapkan bisa lebih akurat."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Budiningsih
"ABSTRAK
Dalam penentuan identitas mayat tak dikenal, baik yang utuh, sudah busuk lanjut atau berupa kerangka perlu dilakukan pengumpulan berbagai data untuk mempersempit kemungkinan tersangka korban. Salah satu data yang ingin dicari adalah umur. Umur dapat diperkirakan berdasarkan penghitungan dengan rumus multipel regresi yang menghubungkan umur dengan komponen-komponen permukaan kostokondral tulang iga sesual metode Iscan dkk.
Telah dilakukan pemeriksaan ke tiga komponen permukaan kostokondral iga yang diambil dari 73 mayat pria dan 18 mayat wanita yang diotopsi di bagian Kedokteran Forensik FKUI dan berumur minimal 17 tahun.
Dalam penelitian ini akhirnya hanya kelompok pria saja yang dianalisa lebih lanjut dan berhasil dibuatkan rumusan untuk perkiraan umur secara multipel regresi.
Rumusan persamaan regresi pria yang didapatkan adalah sbb:
Umur = -1,0184 K1 + 3,5269 K2 + 6,9134 K3 + 7,4793
SE = 5,7726 r = 0,8766
dimana Kn adalah stadium hasil pemeriksaan permukaan kostokondral komponen n.
Penyimpangan umur hasil penghitungan dengan rumus dibandingkan umur sebenarnya bervariasi antara 0,4 % sampal 47,5 % dengan rata-rata sebesar 1,15 %."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Mustahsani Aprami
"Profit lipid yang abnormal merupakan faktor risiko mayor untuk penyakit jantung koroner (PJK) dan beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan dengan gangguan pertumbuhan prenatal (BBLR) atau postnatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya risiko mempunyai profil lipid yang abnormal pada individu dengan gangguan pertumbuhan prenatal. Penelilian dilakukan pada populasi kohort di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang Sawa Barat yang lahir tahun 1988-1990. Kriteria BBLR berdasarkan pada bayi lahir > 37 minggu dengan berat badan lahir 2700 gram. Kriteria inklusi, BBLR dan non-BBLR dengan pertumbuhan postnatal sampai usia 36 bulan adekuat, mempunyai catatan lengkap BB lahir, TB lahir sampai usia 36 bulan dan catatan BB, TB pada usia 12-14 tahun, bersedia ikut dalam penelitian.
Setelah dilakukan pemeriksaan profil lipid, validitas data dan stratifikasi, dari 871 orang subyek yang diteliti, hanya 229 yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Ditentukan sebanyak 105 subyek penelitian melalui simple random yang mengalami dislipidemia dimasukkan kedalam kelompok kasus, untuk kelompok kontrol, diambil jumlah yang sama dengan matching. Untuk membandingkan data-data antara kedua kelompok dipakai uji student t-test, sedangkan menjawab masalah utama yaitu besarnya risiko mengalami dislipidemia digunakan perhitungan odds ratio dengan menggunakan table 2x2.
Hasi penelitian karakteristek umum kedua kelompok (umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi bada) tidak ada perbedaan bermakna p<0,05. Tidak ada perbedaan yang bermakna kadar kolesterol total dan kolesterol LDL remaja dengan BBLR dibandingkan remaja yang non BBLR, p>0,05. Radar trigliserida lebih tingi bermakna pada remaja dengan BBLR dibandingkan dengan remaja non BBLR, p=0,00004, sedangkan kadar kolesterol HDL lebih rendah bermakna pads remaja dengan BBLR dibandingkan remaja non-BBLR, p=0,00004.. Pada remaja dengan BBLR mempunyai risiko lebih besar untuk teijadi dislipidemia dibandingkan remaja non BBLR dengan odds ratio 3,26 95%CI 1,77-6,02; p=0,00003.
Kesimpulan : Remaja dengan gangguan pertumbuhan prenatal mempunyai risiko lebih besar untuk terjadi dislipidemia.

Abnormal lipid profile is an independent risk factor for coronary artery disease. Some studies have shown that small for gestational age (SGA) was associated with abnormal plasma lipid profile in adolescent and adulthood. This study was conducted to asses whether SGA children are more prone to have abnormal plasma lipid profile.
This study was performed to cohort population in Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang-West Java who was born between 1988-1990. The criteria of SGA are term infants, gestational age of > 37 weeks, birth weight : 2700 grams and birth length 45-50 centimeters. Appropriate gestational age (AGA) are term infants, gestational age > 37 weeks; birth weight > 2700 grams and birth length > 47 centimeters. Inclusion criteria were SGA and AGA with postnatal growth up to 36 months adequately, complete birth weight and birth length records up to 36 months as well and birth weight and birth length during 12-14 years of age, willing to accompany in this study.
After lipid profile examination was performed, validity and stratification data of 871 subjects, 229 subjects were complied with including criteria. With the simple random, I05 subjects of dislipidemia were decided as the case group and the same number of control group were included as matching. The significance of differences between two groups was examined using student t -test and Mann Whitney. A p level of 0.05 was considered statistically significant.
There were no differences in general characteristic of both group (age, gender, birth length) p>0.05. No significant differences between total cholesterol and LDL cholesterol levels in subject with SGA compared with AGA, p>0 05. Triglyceride level was higher found significant in subject SGA compared with AGA, p=0.00004, however the HDL cholesterol level have a significant more less in subject SGA compared with AGA, p=0.00004. Subject with SGA have an increase risk to develop of dislipidaemia compare with subject AGA, odds ratio of 3.26, 95%CI 1.77-6.O2;p=0.00003.
Conclusion :
Subject with prenatal growth retardation have an increase risk for dislipidaemia in adult life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhani
"Provinsi Sumatera Barat merupakan 5 provinsi dengan proporsi SC tertinggi yaitu 23,6%. Proporsi SC di Kota Pariaman dan RSUD Pariaman termasuk kategori sangat tinggi lebih dari 40%. Sejumlah penelitian menunjukkan usia maternal dan paritas sebagai faktor yang konsisten dan berkontribusi besar terhadap tingginya proporsi persalinan SC. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia maternal dan paritas dengan persalinan SC. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif dengan populasi sumber ibu bersalin di RSUD Pariaman tahun 2023. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana. Analisis data mencakup analisis deskriptif, bivariat, stratifikasi, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara usia maternal dengan persalinan SC setelah dikontrol faktor paritas, dan riwayat SC (RR=1,27; 95%CI=1,020 –1,597) dan terdapat hubungan paritas dengan persalinan SC setelah dikontrol faktor usia maternal, riwayat SC dan komplikasi kehamilan (RR=1,85; 95%CI=1,37 – 2,50). Dapat disimpulkan, ibu dengan usia maternal lanjut dan ibu nullipara berisiko lebih besar melahirkan secara SC. Oleh karena itu perlu diprioritaskan intervensi menurunkan SC yang fokus pada kelompok ibu usia maternal lanjut dan nullipara.

West Sumatra province includes 5 provinces with the highest proportion of SC, which is 23.6%. The proportion of SC in Pariaman City and Pariaman Public Hospital is in the very high category of more than 40%. Numerous studies point to maternal age and parity as consistent factors that contribute greatly to the high proportion of SC deliveries. The purpose of this study was to determine the relationship between maternal age and parity with SC delivery. The design of this study is a retrospective cohort, with the source population being maternity mothers at RSUD Pariaman in 2023. Sampling is done using a simple random technique. Data analysis includes descriptive, bivariate, stratified, and multivariate analyses. The results showed a significant relationship between maternal age and SC delivery after controlling for parity and SC history (RR = 1,27; 95% CI = 1,020–1,597), and there was a significant association between parity and SC delivery after controlling for maternal age, SC history, and pregnancy complications (RR = 1,85; 95% CI = 1,37–2,50). It can be concluded that mothers with advanced maternal age and nulliparity are at greater risk of giving birth to SC. Therefore, it is necessary to prioritize interventions to reduce SC that focus on advanced maternal age, and nullipara groups."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wifka Rahma Syauki
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dialektika hubungan pada pasangan perkawinan beda usia antara perempuan dengan laki-laki yang berusia lebih muda. Peneliti menggunakan Teori Dialektika Hubungan yang dikemukakan oleh Baxter dan Montgomery (1989) untuk mendeskripsikan dengan mendalam bagaimana dialektika yang terjadi pada pasangan dan bagaimana pasangan menegosiasi ketegangan tersebut. Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan paradima konstruktivis.
Hasil dari pernelitian menunujukkan bahwa dialektika hubungan internal antar individu maupun eksternal pasangan dengan lingkungan terjadi karena adanya konstruksi budaya terkait usia suami yang seharusnya lebih tua dari istri. Masalah usia jarang sekali diutarakan pada dialektika internal, hal itu disebabkan adanya komitmen perkawinan yang selalu pasangan jaga. Pada level eksternal pasangan masih terus mendapat stereotip sehingga mereka sering kurang terbuka masalah usia keculai pada orang terdekat.

This research aims to understand the dialectic of the age difference marriage couple between a woman and a younger man. Using Relational Dialectic by Baxter and Montgomer (1989) the researcher wan to describe how the dialectic in the relationship and how the couple negotiate it. This is a qualitative research with constructivist paradigm.
The result of the research indicates that the relational dialectic between internal and external occur due to age related cultural construction that a husband should older than his wife. The age difference rarely expressed in the internal dialectic, it is due to the commitment of marriage that couple always keep. At the external level, the couple continues get a stereotype that cause the couple are closed about the age issues."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T44400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Mareti
"ABSTRAK
Kualitas kehidupan seksual merupakan prediktor kesehatan mental dan kehidupan
individu. Penelitian cross sectional ini bertujuan mengidentifikasi hubungan
antara fungsi seksual dengan kualitas hidup perempuan. Pengambilan sampel
menggunakan proporsi sesuai kriteria inklusi dengan 305 responden perempuan
usia produktif di Provinsi DKI Jakarta. Uji regresi linier berganda menyatakan
bahwa ada hubungan antara domain lubrikasi dengan domain kesehatan fisik p =
0.00, ada hubungan antara domain gairah seksual dengan domain psikologis p =
0.06, ada hubungan antara domain gairah sekual dengan domain hubungan sosial
p = 0.00, ada hubungan antara domain kepuasan seksual dengan domain
lingkungan kualitas hidup perempuan p = 0.00. Adanya hubungan antara fungsi
seksual dengan kualitas hidup perempuan semakin memperkuat bahwa kualitas
hidup perempuan bergantung pada fungsi seksual perempuan sehingga pengkajian
tentang kebutuhan seksual dan pemberian edukasi seksualitas penting untuk
digalakkan baik di pelayanan rumah sakit maupun pelayanan maternitas
komunitas untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan

ABSTRACT
Sexual life quality is a predictor for mental health and individual life. This cross
sectional research aims at identifying the association between sexual function and
women's life quality. Sampling using the appropriate proportion of respondents
inclusion criteria with 305 respondents of women of reproductive age in Special
Capital Region of Jakarta. Multiple regression analysis shows that there is a
relation between lubrication domain with physical health domain p = 0.00, sexual
arousal domain with psychological domain p = 0.06, sexual arousal domain with
social relations domain p = 0.00, sexual satisfaction domain with environment
domain p = 0.00. There is association between sexual function and women’ life
quality reinforces that women’s life quality depends to female sexual function
there for the assessment sexual needs and education sexuality is important to be
encouraged both in hospital or maternal community care to improve the women’s
life quality"
2016
T45839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita
"Anak usia sekolah merupakan pemirsa televisi yang paling rawan, karena mudah dipengaruhi iklan. Televisi saat ini didominasi oleh iklan makanan dan minuman yang tinggi lemak, gula dan garam. Survei pendahuluan menunjukkan bahwa anak menonton televisi lebih dari 2 jam per hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh iklan makanan dan minuman di televisi terhadap preferensi makanan dan minuman anak usia sekolah di SDN 115466 Kabupaten Labuhanbatu Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016. Penelitian dilaksanakan pada bulan April- Juni 2016. Penelitian menggunakan disain kuasi eksperimen (one group pretestposttest design), dengan total sampel 68 siswa kelas IV dan V. Analisis yang digunakan adalah Uji T Dependen. Intervensi dilakukan dengan melihat rekaman 10 iklan makanan dan minuman yang ada di televisi dengan durasi 5 menit dan tanpa pengulangan. Pre test preferensi makanan dan minuman dilakukan sebelum intervensi, post test1 dilakukan sesaat setelah intervensi, post tes2 dilakukan 1 minggu setelah post test1, dan post test3 dilakukan 1 minggu setelah post test2.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh iklan makanan dan minuman di televisi terhadap preferensi makanan dan minuman anak sebelum dan sesudah intervensi. Preferensi Pre Test - Post Test1 (p=0,0005), Pre Test - Post Test2 (p=0,0005), Pre Test - Post Test3 (p=0,0005). Tidak terdapat perbedaan preferensi makanan dan minuman Post Test1 - Post Test2 (p=0,541), Post Test2 - Post Test3 (p=0,436), hal ini menunjukkan bahwa preferensi dapat bertahan lebih dari 2 minggu setelah melihat iklan. Perlu dilakukan pembatasan paparan iklan terhadap anak, dengan membatasi waktu menonton televisi, dan pendampingan oleh orang tua.

The school age children is viewers television that most prone to be affected by ads. Television program is dominated by ads of foods and beverages with high fat, sugar dan salt. Priliminary survei found that duration of the school age children watching television is more than 2 hours a day. The purpose of this research is to know the influence of foods and beverages ads on television to the school age children foods and beverages preferences, May-June 2016. The design of research is quasi experiment (one group pretest-posttest design) with 68th student on IV and V degree as the sample. The analysis used the T dependent test. The intervention is by looking at the footage 10 food and beverage advertising on television with 5 minutes duration and without repetition. Pre test food and beverage preferences conducted before the intervention, post test1 conducted shortly after the intervention, post tes2 held 1 week after post test1 and test3 held 1 week post after post test2.
The results of the research show that there is the influence of foods and baverages ads in television on childrens preferences before and after intervension exposure to foods and baveragess ads. There are difference preferences in foods and baverages Pre Test - Post Test1 (p=0,0005), Pre Test-Post Test2 (p=0,0005), Pre Test -Post Test3 (p=0,0005). There aren?t difference preferences in foods and baverages in Post Test1-Post Test2 (p=0,541), Post Test2-Post Test3 (p=0,436), it show that the preferences can stay more than 2 weeks after intervention. The restriction of exposure the ads of children is needed with limiting time of watching television and parents instruction."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   2 3 4 5 6 7 8 9 10 11   >>