Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natalia Anita Lupitasari
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai pemeliharaan naskah kuno di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemeliharaan terhadap naskah kuno yang dilakukan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia agar dapat menganalisis faktor yang mempengaruhi pemeliharaan koleksi naskah kuno yang ditemukan di lapangan. Pemeliharaan adalah suatu usaha yang dilakukan untuk memperpanjang keberadaan koleksi perpustakaan dan arsip dengan mempertahankannya dalam kondisi yang sesuai untuk digunakan, baik dalam format aslinya atau dalam bentuk yang lebih tahan lama dengan kondisi lingkungan yang tepat dan tindakan yang diambil setelah koleksi rusak untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Pemeliharaan terhadap naskah kuno merupakan salah satu tugas yang diemban oleh Perpustakaan Nasional agar dapat dipertahankan keberadaannya. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mempunyai peranan penting dalam melestarikan budaya nasional, termasuk naskah kuno. Pada Tahun 2017, terdapat 11.147 eksemplar naskah kuno di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan koleksi tertua pada tahun 1600. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kegiatan pemeliharaan naskah kuno di Perpustaakaan Nasional Republik Indonesia dilakukan berdasarkan pedoman pemeliharaan yang ada, sehingga kegiatan pemeliharaan naskah kuno dapat berjalan dengan lancar.

ABSTRACT
This study discusses the maintenance of ancient manuscripts in the National Library of Indonesia. This study aims to identify the maintenance of ancient manuscripts conducted in the National Library of the Republic of Indonesia in order to analyze the factors that affect the maintenance of ancient manuscripts found in the field. Maintenance is an endeavor undertaken to extend the existence of library and archive collections by maintaining them in appropriate conditions for use, whether in their original format or in more durable form with appropriate environmental conditions and actions taken after damaged collections to prevent further damage Maintenance of the ancient manuscript is one of the tasks carried by the National Library can be maintained its existence. National Library of the Republic of Indonesia has an important role in preserving national culture, including ancient manuscripts. In the Year 2017, there are 11,147 copies of the manuscripts in the National Library of Indonesia with the oldest collection in 1600. This research is a qualitative research using descriptive method and case study approach. The results revealed that the maintenance activities of ancient manuscripts in National Library of Indonesia conducted based on existing maintenance guidelines, so that the maintenance activities of ancient manuscripts can run smoothly. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kayato Hardani
"Penempatan prasasti merupakan suatu cara, proses dan perbuatan secara sadar maupun nirsadar dari sang penulis prasasti yang dapat berupa aktifitas meletakkan teks prasasti dalam suatu ruang (posisi dan lokasi) tertentu yang dilatarbelakangi oleh logika, ide, gagasan dan konsep tertentu. Peran penulis prasasti di dalam menulis/memahatkan prasasti di dalam batur candi perwara dan stupa perwara menjadikan informasi yang ia sampaikan menjadi suatu bekuan peristiwa di masa lampau. Ia mempunyai kewajiban menyampaikan ide gagasan kepada pembaca atau masyarakat pendukung budaya candi melalui media yang memuat tanda (aksara dan bahasa) yang bisa dipahami bersama-sama oleh suatu komunitas atau masyarakat pada abad ke-9 Masehi. Sang penulis prasasti yang diasumsikan adalah para bhiksu memiliki ciri personal sebagai cerminan kebahasaan masyarakat pada masanya, segala proses penulisan prasasti yang dibuat oleh bhiksu tersebut tidak mungkin menggambarkan realita masa itu secara keseluruhan, oleh karena itu pemahaman terhadap prasasti tidak hanya dibatas pada kata saja melainkan kata dalam konteks. Konteks tersebut adalah penempatan prasasti tersebut di dalam satu konteks keruangan yakni relasi-relasi yang terbentuk pada satu halaman kompleks percandian Buddha. Relasi-relasi tersebut dapat diungkapkan kembali maknanya menjadi narasi sejarah yang logis dengan menggunakan pendekatan strukturalisme yang terbingkai dalam perspektif agama Buddha Mahayana abad ke-9 Masehi. Pendekatan strukturalisme Levi-Strauss adalah untuk menemukan struktur dan memberi makna dengan tafsir di luar stuktur atas suatu fenomena budaya. Prasasti pendek yang ditempatkan di candi perwara dan stupa perwara dapat dipahami sebagai fenomena budaya yang mengandung logika, ide dan gagasan dari sang penulis prasasti ketika memulai memahatkan tulisan di batu andesit komponen candi sebagai media penyampaian informasi. Melalui pendekatan strukturalisme Levi-Strauss terlihat bahwa penempatan di dalam posisi yang sejajar dan seimbang memberi asumsi bahwa kesemua prasasti berada di dalam relasi sintagmatik untuk makna yang sama meskipun tidak dalam bentuk sinonim. Kedekatan jarak penempatan prasasti dapat dimaknai sebagai kedekatan di dalam struktur birokrasi maupun kekerabatan. Simpul penting formula dharmma di dalam satu baris candi perwara terlihat dengan pola yang berulang yakni kehadiran Çri Mahàràja yang senantiasa diapit oleh pejabat kerajaan dan pejabat daerah watak.

Inscription placement is a way, process and action consciously and unconsciously from the author of the inscription which can be in the form of activities putting the inscription text in a certain space (position and location) against the background of a certain logic, ideas, ideas, and concepts. The role of the writer of the inscription in writing / carving inscriptions in the batur (base) of perwara temples and ancillary stupas makes the information he presents becomes a record of events in the past. He should convey ideas to readers or the people who support the culture of the temple through media that contain signs (characters and languages) that can be understood together by a community or society in the 9th century AD. The writer of the inscription which is assumed is that monks have personal characteristics as a reflection of the language of society at the time, all the process of writing inscriptions made by the monk is not possible to describe the reality of the period as a whole, therefore understanding inscriptions is not limited to words but words in context. The context is the placement of these inscriptions in a spatial context, namely the relationships formed on a complex page of Buddhist temples. These relations can be re-revealed to be a logical historical narrative by using a structuralism approach framed in the perspective of 9th century Mahayana Buddhism. Levi-Strauss's structuralism approach is to find structure and give meaning to interpretations outside the structure of a cultural phenomenon. Short inscriptions placed in perwara temples and ancillary stupas can be understood as cultural phenomena that contain logic, ideas and ideas from the writers of inscriptions when they began sculpting writing on andesite stone components of the temple as a medium for delivering information. Through Levi- Strauss's structuralism approach, it is seen that placement in equal and balanced positions assumes that all inscriptions are in syntagmatic relations for the same meaning even though they are not synonymous. The proximity of the placement of the inscription can be interpreted as closeness in the bureaucratic structure and kinship. The important knot of the dharmma formula in a row of perwara temples is seen with a repetitive pattern, namely the presence of Çri Maharaja, which is always flanked by royal officials and regional officials."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T53613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victoria Geraldine
"Prasasti sīma merupakan maklumat raja yang dikeluarkan untuk memberikan anugerah berupa daerah sīma kepada pihak tertentu. Hal tersebut biasanya dilakukan untuk kepentingan bangunan suci atau sebagai bentuk balas jasa raja kepada masyarakat yang telah menunjukkan loyalitas kepadanya. Pada abad XIII–XV M, khususnya pada masa Kerajaan Majapahit, terjadi banyak peperangan dan pemberontakan, sehingga pembahasan mengenai loyalitas menjadi penting. Oleh sebab itu, tulisan ini dibuat untuk mengungkap bentuk-bentuk loyalitas apa saja yang ditunjukkan oleh masyarakat Jawa Kuno pada abad XIII–XV M, faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas tersebut, serta faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk-bentuk loyalitas yang ditunjukkan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif, dan melalui tiga tahap: pengumpulan data yang dilakukan dengan studi pustaka terhadap prasasti dari abad XIII–XV M yang mengindikasikan adanya loyalitas, analisis data mengenai bentuk-bentuk loyalitas masyarakat Jawa Kuno, dan penafsiran data yang dilakukan dengan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas serta bentuk-bentuk loyalitas yang ditunjukkan. Bentuk-bentuk loyalitas masyarakat Jawa Kuno abad XIII–XV M dapat dibagi ke dalam tiga kelompok: jasa dalam perang, pengabdian luar biasa, dan menjaga kesejahteraan rakyat/negara. Kemudian, faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas adalah faktor keagamaan, sedangkan bentuk-bentuk loyalitas yang ditunjukkan dipengaruhi oleh faktor kondisi kenegaraan dan kedudukan sosial. Diketahui pula bahwa loyalitas masyarakat Jawa Kuno terbentuk secara alami, tetapi juga menunjukkan karakteristik dari loyalitas kontraktual.

The sīma inscription is an edict issued by the king as a gift to be given to certain parties. This is usually done for the upkeep of sacred buildings or as a way for the king to reward those who have shown him loyalty. The XIII–XV Centuries AD, especially in the Majapahit Era, was a time ripe with wars and rebellions, so it is important to discuss about loyalty during this time. Therefore, this paper is written to express the forms of loyalty shown by the Ancient Javanese people, the factors that influence the formation of loyalty, and the the forms of loyalty shown. This research was conducted with a descriptive qualitative method, which includes three stages: data collection carried out by literature study of the inscriptions from XIII–XV Centuries AD which indicates the people's loyalty, data analysis on the forms of loyalty of the Ancient Javanese people, and data interpretation which explains the factors that influence the formation of loyalty and the forms of loyalty shown. The forms of loyalty shown by the Ancient Javanese people in XIII–XV Centuries AD can be divided into three categories: service in war, extraordinary dedication, and maintaining the welfare of the people/kingdom. The factor that caused the formation of that loyalty is religion, while the forms of loyalty shown are influenced by the kingdom's political condition and social status. It is also known that the Ancient Javanese people's loyalty were formed naturally, but it also shows characteristics of contractual loyalty.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrice, Jennifer
"Paripi Koumei adalah anime yang dirilis pada tanggal 5 April 2022, yang mengisahkan tentang Zhuge Liang (诸葛亮), seorang ahli strategi dari Tiongkok kuno, yang dilahirkan kembali ke zaman modern dan memutuskan untuk membantu seorang penyanyi meraih kesuksesan melalui keahliannya dalam menyusun strategi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian karakter Zhuge Liang dalam anime Paripi Koumei dengan tokoh historis Zhuge Liang dari periode Tiga Kerajaan, serta menganalisis narasi yang disajikan dalam konteks sejarah Tiongkok.Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan intrinsik, yang bertujuan untuk menggali peran Zhuge Liang dalam versi anime Jepang ini dan menyoroti persamaan serta perbedaannya dengan referensi sejarah Tiongkok. Hasil penelitian menunjukkan adanya elemen-elemen yang tidak sesuai dengan sumber sejarah, namun anime Paripi Koumei berhasil menghadirkan esensi strategis Zhuge Liang dalam konteks modern dengan beberapa penyesuaian untuk menarik audiens masa kini.

Paripi Koumei is an anime that was released on April 5, 2022. The anime tells the story of Zhuge Liang (诸葛亮), an ancient Chinese strategist, who is reborn into modern times and decides to help a singer achieve success through Zhuge Liang's experience in strategizing. The use of Chinese historical figures in the movie, including the distortion of the role of this character, raises questions. This study aims to analyze the compatibility between the Zhuge Liang character shown in the anime Paripi Koumei and the Zhuge Liang character during the Three Kingdoms period. This study uses a qualitative research method with an intrinsic approach to find out more about the role of Zhuge Liang in the Japanese anime version, then conduct an analysis by checking for similarities or differences with Chinese historical references about Zhuge Liang. The results show that there are both similarities and differences between the narrative told in the anime Paripi Koumei and the historical sources."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Veda Orlando Saroso
"ABSTRAK
Konsep ldquo;?? ldquo;?w i w??adalah salah satu konsep penting dalam Yangisme, sebuah pemikiran dalam filsafat Cina yang pertama kali dicetuskan oleh Yang Zhu. Konsep yang bisa diartikan sebagai lsquo;demi saya rsquo; ini mencerminkan sebuah pandangan hidup yang individualistis, sebuah pandangan hidup yang sangat jarang ditemukan dalam masyarakat Cina kuno. Namun Yangisme dan konsep w i w? sendiri seringkali dikaitkan tidak hanya dengan individualisme semata namun dengan egoisme. Perlakuan semacam ini dilakukan oleh filsuf-filsuf Cina pesaing lainnya seperti Mencius dan Mo Di serta para murid mereka. Melalui mereka, Yang Zhu digambarkan sebagai karikatur dari konsep egoisme di Cina. Namun, penggambaran terhadap Yang Zhu mengandung bias yang mengaburkan pemahaman asli terhadap pemikirannya. Lewat jurnal ini, penulis berusaha untuk memberikan gambaran yang lebih tepat terhadap konsep wei wo yang ada dalam pemikiran Yang Zhu melalui berbagai macam sumber.

ABSTRACT
Abstract The concept of ldquo ldquo w i w is one of the prominent concepts in Yangism, a school of thought in Chinese philosophy that was first brought forth by Yang Zhu. This concept, which can be translated as lsquo for the sake of myself rsquo reflects an individualistic view of life, a view of life seldom found in the ancient Chinese society. Yangism and the concept wei wo themselves are often attributed not only to individualism, but also to egoism as well. This attributive treatment was done by other rival Chinese philosophers, such as Mencius and Mo Di, along with their disciples.Yang Zhu was portrayed as a caricature of the concept of egoism itself through them. But, this portrayal often contained biases that blurred the true understanding towards his thoughts. In this journal, the writer tries to give a more proper portrayal towards the concept of wei wo contained in the thoughts of Yang Zhu by utilizing various sources. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of this paper is to make sense of Yl Gyu-bo's (1168-1241) seemingly religous and apolitical text, "Munjomul" (Questions to the creator), as (918-1392)-Josean (1392-1910) transition...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Thanti Felisiani
"Skripsi ini membahas mengenai pawestren sebagai tempat shalat perempuan pada masjid-masjid agung kuno di Jawa pada abad ke 15-20 M. Penelitian terfokus pada pawestren di enam masjid agung yang berada di Jawa, yakni pawestren pada Masjid Agung Demak, Masjid Agung Cirebon, Masjid Agung Banten, Masjid Agung Yogyakarta, Masjid Agung Surakarta dan Masjid Agung Kota Gede. Pawestren muncul sebagai wujud sosiofak dari gagasan ideologis pada masyarakat Jawa Islam. Pawestren merupakan salah satu bentuk benda budaya yang dibuat oleh manusia mengandung makna atau maksud dan tujuan tertentu. Pawestren dibangun pada masyarakat Jawa Islam sebagai bentuk apresiasi bagi kaum perempuan bahwa mereka dapat turut serta berperan aktif dalam hal beribadah dan sosial di tempat umum.

Abstract
This undergraduate thesis is studying about pawestren, as a praying room specifically for women in the ancient great mosques in Java about 15-20 Century. The focus of this research is about pawestren, which are in six great mosques at Java at Demak Great Mosque, Cirebon Great Mosque, Banten Great Moque, Yogyakarta Great Mosque, Kota Gede Great Mosque and Surakarta Great Mosque. Pawestren was an emerge sociofak from ideology concept or idea to Islamic (Muslim) Java. Pawestren is one of material culture which made by human that has meaning and purpose. Pawestren built in the communities as appreciation for women that they can participate and praying and social actively at public space."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12027
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adytio Hardianto
"Prasasti merupakan sumber primer dalam mempelajari kehidupan masyarakat Jawa Kuno pada masa Hindu-Buddha. Dalam prasasti disebutkan secara langsung akan kontak dengan orang-orang asing yang disebut dalam prasasti sebagai wka kilalan. Penyebutan tersebut pertama kali dilakukan pada prasasti-prasasti Airlangga (abad ke-11) hingga masa Majapahit (abad ke-15). Orang-orang asing tersebut disebutkan dalam prasasti berdatangan ke Jawa dari berbagai daerah-daerah Asia hingga Afrika. Dalam masyarakat Jawa dikenal akan adanya sistem penggolongan berupa sistem kasta yang memisahkan masyarakat menjadi beberapa golongan berupa brahmana, ksatriya, waisya, dan sudra. Menurut prasasti diketahui kerajaan-kerajaan Jawa Kuno memberi peraturan khusus untuk orang asing yang berupa larangan dan pajak tambahan. Peraturan yang ditetapkan dalam prasasti terhadap orang asing memberi gambaran seakan-akan orang-orang asing yang berkunjung ke Jawa hanyalah pedagang. Menurut berita asing dan naskah kuno dapat diketahui motivasi, peran, dan kedudukan dari orang-orang asing yang berkunjung ke Jawa bukan hanya pedagang. Motivasi kedatangan mereka dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu motivasi agama, politik, dan ekonomi. Ketiga jenis motivasi tersebut dapat memberi gambaran peran-peran orang asing yang berkunjung ke Jawa, contohnya sebagai seorang prajurit, pendeta, utusan, dan pedagang. Dari peran-peran tersebut dapat diketahui kedudukan peran orang-orang asing dalam masyarakat Jawa beragam.

Inscriptions serve as primary sources for studying the ancient Javanese society during the Hindu-Buddhist period. These inscriptions directly mention contacts with foreigners referred to as "wka kilalan." This reference is used first in the Airlangga inscriptions (11th century) and continues through the Majapahit era (15th century). The inscriptions state that these foreigners arrived in Java from various regions in Asia to Africa. Within Javanese society, a caste system was recognized, dividing the population into distinct groups such as brahmana, ksatriya, waisya, and sudra. According to the inscriptions, ancient Javanese kingdoms implemented specific regulations for foreigners, including prohibitions and additional taxes. The regulations outlined in the inscriptions portray the foreigners' visits to Java as primarily involving trade. Contrary to the notion of foreigners merely being traders, insights from foreign accounts and ancient manuscripts reveal that their motivations, roles, and positions were not limited to commerce. The motivations for their visits can be categorized into three types: religious, political, and economic. These motivations provide a comprehensive view of the various roles undertaken by foreigners in Java, including as warriors, priests, envoys, and traders. Understanding these roles helps illustrate the diverse positions held by foreigners within Javanese society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanesya Nuur Haniifah
"Indonesia merupakan negara berkembang dengan proporsi kehamilan tidak diinginkan memiliki persentase yang cenderung sama dari hasil SDKI 2002-2003 hingga 2017 yaitu berada di sekitar angka 7%. Budaya patriarki yang ada dalam kebudayaan Indonesia membuat perempuan sulit untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terutama dalam bidang kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan otonomi reproduksi perempuan dengan kehamilan tidak diharapkan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Survei Kesehatan Reproduksi Perempuan di Jawa 2018 yang menggunakan desain cross-sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3.510 wanita usia subur 15 – 49 tahun yang pernah melahirkan anak terakhir dan sedang hamil saat survei dilakukan. Analisis data yang digunakan adalah regresi logistic multinomial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengambilan keputusan terhadap penggunaan kontrasepsi dan kemampuan komunikasi berhubungan dengan kehamilan tidak diharapkan setelah dikontrol dengan confounder. Wanita yang pengambilan keputusan terhadap penggunaan kontrasepsi diputuskan oleh suami/pasangan/lainnya memiliki risiko 1.70 kali lebih tinggi mengalami kehamilan tidak tepat waktu dibandingkan dengan wanita yang dapat memutuskan sendiri (95% CI: 1.01 – 2.86). Wanita dengan tingkat kemampuan komunikasi rendah memiliki berisiko 0.60 kali mengalami kehamilan tidak diinginkan (95% CI: 0.38 – 0.97). Variabel usia, paritas, penggunaan kontrasepsi, dan kekerasan dalam rumah tangga merupakan faktor lain yang berhubungan dengan kehamilan tidak diharapkan. Oleh karena itu, Oleh karena itu, diperlukan adanya peningkatan kesadaran terhadap pentingnya otonomi reproduksi bagi perempuan dalam mengatur fertilitasnya dengan melakukan kerja sama dengan pemangku kepentingan.

Indonesia is a developing country with the proportion of unwanted pregnancies having the same percentage from the results of the 2002-2003 IDHS to 2017, which is around 7%. The patriarchal culture that exists in Indonesian culture makes it difficult for women to participate in decision-making, especially in the field of reproductive health. Therefore, this study aims to determine the relationship between female reproductive autonomy and unintended pregnancy. This study uses secondary data from the 2018 Women's Reproductive Health Survey in Java which uses a cross-sectional design. The sample used in this study was 3,510 women of childbearing age 15-49 years who had given birth to their last child and were pregnant at the time of the survey. The data analysis used was multinomial logistic regression. The study found that decision-making on using contraception and communication skills was associated with unintended pregnancy after being controlled by a cofounder. Women who made decisions about contraceptive use by their husbands/partners/others had 1.70 times higher risk of having an mistimed pregnancy compared to women who could decide on their own (95% CI: 1.01 – 2.86). Women with low communication skills have a 0.60 times risk of having an unwanted pregnancy (95% CI: 0.38 – 0.97). Variables of age, parity, contraceptive use, and domestic violence are other factors associated with an unintended pregnancy. Therefore, it is necessary to increase awareness of the importance of reproductive autonomy for women in regulating fertility by collaborating with stakeholders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfan Nur Rochman
"Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas sehari-hari masyarakat Jawa Kuno berdasarkan relief naratif Candi-candi Jawa Timur abad ke-13—15 Masehi. Identifikasi aktivitas sehari-hari pada relief mengacu pada kategorisasi John R. Hitchcock (1972). 114 panil relief dari 10 candi di Jawa Timur menggambarkan aktivitas sehari-hari. Dari 114 panil tersebut, telah teridentifikasi 144 aktivitas sehari-hari berdasarkan kategorisasi John R. Hitchcock. Perbandingan dengan sumber tertulis sezaman menghasilkan gambaran aktivitas sehari-hari masyarakat Jawa Kuno abad ke-13—15 Masehi. Studi ini juga mengkategorisasikan aktivitas sehari-hari masyarakat Jawa Kuno berdasarkan dikotomi ruang domestik dan publik.

The purpose of this study is to identify daily activities of Ancient Javanese society based on narrative reliefs on Eastern Javanese temples of 13—15th centuries. The identification refers to the categorization proposed by John R. Hitchcock (1972). 114 panels of 10 Eastern Javanese temples depict daily activities. From 114 panels, 144 activities have been identified based on Joh R. Hitchcock’s categorization. Analogy with written records infers the condition of daily activities of Ancient Javanese society circa 13—15th centuries. This study also categorizes the Ancient Javanese society’s daily activities based on domestic and public spaces dichotomy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   6 7 8 9 10 11 12   >>